Anda di halaman 1dari 8

AUDITING 2

BAB 6
AUDIT AKUN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

NAMA KELOMPOK :
1. LELLY KARUNIA ( 01118054 )
2. VANNY RACHMATTUL F ( 01118064 )
3. YULIA RATRI ( 01118065 )
4. HAFIZAH SALWA ( 01118076 )

DOSEN PENGAMPU :

Bayu N A, SE,MSA,Ak,CA,CPA,CPI,CTA,Asean CPA

FAKULTAS EKONOMI BISNIS


PRODI AKUNTASI
SEMESTER 5 (KELAS B)
TAHUN PELAJARAN 2020
Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari
tanggal neraca atau dalams siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara
mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara
menimbulkan utang lancar yang lain. Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok
berikut ini:

1. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan
penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies).
2. Utang jaminan masuk dari pelanggan.
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).
4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan ditunjuk sebagai
pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti PPN, PPh pasal 25, uatng dana
pensiun, utang asuransi karyawan.
5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun: jumlah uang
tersebut harus ditaksir seperti uang bonus, krediturnya tidak diketahui seperti
utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang dijual dengan garansi, utang
yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa,
pendapatan yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya diihitung dari besarnya
deplesi sumber alam.
6. Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti
utang bank (kredit modal kerja), utang jangka panjang yang segera jatuh tempo,
utang pajak penghasilan, utang deviden.

PERBEDAAN KARAKTERISTIK UTANG LANCAR DENGAN KARAKTERISTIK


AKTIVA LANCAR

1. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan


aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya. Dan menurunkan jumlah
utang lancar, umumnya dengan cara tidak mencatat utang lancar sehingga terdapat
utang yang yang tidak dicatat pada tanggal neraca (unrecorded liabilities). Kedua hal
ini didorong oleh motif untuk memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik,
sehingga kelihatannya perusahaan memiliki likuiditas yang baik.

2. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien menghadapi masalah penilian unsur-unsur


aktiva lancar per tanggal neraca. Kas harus disajikan pada nilai kursnya pada tanggal
neraca. Di lain pihak, dalam penyajian utang lancar, klien tidak menghadapi masalah
penentuan nilai utang lancar tersebut pada tanggal neraca. Apa yang menjaddi
kewajiban perusahaan pada tanggal neraca tidak perlu ditentukan nilainya.
PERBEDAAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG LANCAR DENGAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA LANCAR

1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditunjukkan untuk menentukan adanya


penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya
(understatement utang lancar), sedangkan pengujian substantif terhadap aktiva
lancar ditunjukkan untuk menentukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih
tinggi dari jumlah yang seharusnya (overstatement aktiva lancar).

2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah


penentuan kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang
dicantumkan dalam neraca. Penentuan nilai aktiva lancar ini menyangkut
penaksiran apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam pengujian
substantif terhadap utang lancar, auditor menghadapi fakta, menghadapi data
historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa yang lalu, yang
dalam jangka pendek harus dilunasi.

PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN UTANG LANCAR DI


NERAC

 Setiap jenis utang lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya material.
 Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan
harus dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
 Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam
laporan keuangan.
 Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
 Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan


dengan utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran
saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan
mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi
utang usaha yang disajikan dalam neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi
antara saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca dengan akun Utang Usaha
dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan register cek.
2. Membuktukan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca. Pengujian dilakukan dengan tujuan
untuk menemukan kemungkinan adanya unrecorded liabilities. Untuk membuktikan
asersi keberadaan aktiva dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang
lancar, auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini: pengujian analitik,
pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha,
pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha, konfirmasi
piutang usaha, dan rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang
yang diterima oleh klien dari krediturnya.

3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan


kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca. Tujuan pembuktian asersi
penilaian tidak berlaku terhadap saldo utang usaha pada tanggal neraca. Pembuktian
asersi kelengkapan utang usaha lebih ditujukan untuk mencari adanya unrecorded
liabilities pada tanggal tersebut. Untuk membukikan bahwa utang usaha yang
dicantumkan di neraca mencakup semua kewajiban klien kepada kreditur pada
tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:
pengujian analitik, pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha, pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha,
konfirmasi piutang usaha, dan rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke
pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari krediturnya.

Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya utang usaha


mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha pada
tanggal neraca, sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas transaksi yang
bersangkutan dengan utang usaha akan berdampak langsung terhadap perhitungan
akun Utang Usaha dan Pembelian (purchases). Oleh karena itu harrus dilakukan
pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yaitu
pemerikasaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan
utang usaha.

4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca. Untuk membuktikan


kewajiban klien yang tercermin dalam utang usaha yang dicantumkan di neraca,
auditor melakukan pengujian substantif berikut ini: pemeriksaan bukti pendukung
transaksi yang berkaitan dengan utang usaha, konfirmasi piutang usaha, dan
rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.

5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.


Pengujian substantif terhadap utang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu
tujuan untuk membuktikan apakah unsur utang usaha telah disajikan dan
diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum. Pengujian substantif untuk membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan
utang usaha di neraca adalah: konfirmasi utang usaha, rekonsiliasi utang yang tidak
dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari krediturnya, dan
pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima
umum yang diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.

PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA

Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di
dalam neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal
neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang dicantumkan
di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Auditor melakukan enam
prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi tersebut:

1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar. Untuk akun Utang Usaha, jika perusahaan
menggunakan sistem bukti kas keluar (voucher system) dalam pengendalian kasnya,
akun Utang Usaha ini disebut dengan akun Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar
(Voucher Payable).

2. Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar. Auditor menghitung kembali
saldo akun Utang Usaha dan Utang Wesel dengan cara menambah saldo awal
dengan jumlah pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap
akun tersebut.

3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.

4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Aktiva Tetap dan Akumulasi Depresesiasinya.

5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang
bersangkutan.

6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol Utang Usaha
di buku besar.

Prosedur Analitik

1. Auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini:

a. Tingkat perputaran utang usaha = Pembelian ÷ rerata utang usaha

b. Ratio utang usaha dengan utang lancar = saldo utang usaha ÷ utang lancar
2. Auditor melakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan
pada data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.

3. Auditor membandingkan akun biaya dengan akun biaya yang sama tahun lalu atau
biaya yang dianggarkan untuk mendapatkan indikasi kemungkinan adanya
understatement utang lancar.

PENGUJIAN TERHADAP TRANSAKSI RINCI

Auditor melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang mengkredit


dan mendebit akun Utang Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk
mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.

1. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun Utang Usaha ke dokumen
yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.

a. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas


keluar (voucher), laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian.
Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah kredit akun
kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit
berikut ini: mengambil dari arsip bukti kas keluar beserta dokumen
pendukungnya yaitu laporan penerimaan barang, faktur pembelian dari
pemasok, dan surat order pembelian; memeriksa kelengkapan dokumen yang
mendukung bukti kas keluar; memeriksa kesesuaian data yang di-posting ke
dalam akun kreditur berdasarkan bukti kas keluar; dan memeriksa bahwa
semua bukti kas keluar yang disampel telah dicatat di sebelah kredit akun
kreditur.

b. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas keluar,
memo debit untuk retur pembelian.

2. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian. Periksa dokumen


yang mendukung transaksi pembelian dalam minggu terakhir tahun yang diaudit
dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

3. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas. Periksa


dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha dalam minggu
terakkhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

4. Lakukan pencarian utang yang belum dicatat.

a. Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang dicatat


setelah tanggal neraca.

b. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.


c. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk.

d. Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien.

e. Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budged), perintah kerja (work
order), dan kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang
belum diacatat.

PENGUJIAN TERHADAP SALDO AKUN RINCI

1. Lakukan konfirmasi utang

a. Lakukan identifikasi penjualan besar dengan me-review register bukti kas


keluar atau buku pembantu utang, arsip induk utang, dan kirimkan konfirmasi
kepada kreditur yang akun utang klien kepadanya memiliki karakteristik berikut
ini: bersaldo besar, terdapat kegiatan pembelian yang luar biasa, bersaldo kecil
atau nol, dan bersaldo debit.

b. Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadi perbedaan.

c. Periksa dokumen yang mendukung pembayaran Utang Usaha setelah tanggal


neraca.

2. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang


bulanan yang diterima oleh klien dari kreditur.

VERIFIKASI PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

1. Periksa klasifikasi Utang Usaha di neraca

Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya.
Jika jumlahnya material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi tiga
golongan: (1) utang saha kepada kreditur usaha, (2) utang usaha kepada
perusahaan afiliasi, dan (3) utang usaha kepada direksi, pemegang saham utama,
manager, dan karyawan perusahaan. Auditor harus memeriksa saldo debit akun
Utang Usaha. Jika saldo debit akun Utang Usaha jumlahnya material, saldo debit
akun Utang Usaha ini harus dikelompokkan sebagai unsur aktiva lancar, tidak boleh
dikurangkan dari utang usaha.

2. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang nonusaha. Jika utang


jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva tidak lancar, maka
jumlah utang ini tetap disajikan di neraca dalam kelompok utang jangka panjang,
bukan utang lancar untuk menghindari pengaruh signifikan terhadap perhitungan
perubahan posisi keuangan (modal kerja).

3. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha. Utang usaha harus
selalu dinyatakan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan trade discounts.

4. Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum diungkapkan
dan utang bersyarat dan periksa penjelasan yang bersangkutan dengan utang
tersebut.

Dalam pengujian substantif terhadap utang usaha auditor berkewajiban untuk


menentukan ada atau tidaknya komitmen yang tidak diungkapkan dan utang bersyarat
pada tanggal neraca, dan jika ada, apakah klien telah mengungkapkan secara
memadai mengenai utang tersebut.

Utang bersyarat merupakan kewajiban potensial yang mempunyai kemungkinan akan


sungguh-sungguh menjadi utang atau akan dapat diselesaikan tanpa pengeluaran
uang di masa yang akan datang. Utang bersyarat bebeda dengan utang yang belum
dicatat pada tanggal neraca (unrecorded liabilities). Contoh utang bersyarat adalah
piutang wesel yang didiskontokan ke bank, biaya/denda pengadilan, tambahan
pengenaan pajak, klaim dari pembeli, biaya repasrasi produk yang dijual dengan
garansi.

Utang bersyarat harus dicantumkan di neraca dengan salah satu dari tiga cara berikut
ini: (1) Utang bersyarat dicantumkan di dalam tanda kurung, dalam kelompok utang
lancar. Jumlah utang bersyarat ini tidak ditambahkan kepada utang lancar yang lain.
(2) Utang bersyarat dicantumkan di bawah judul “Utang Bersyarat” di neraca. Jumlah
utang bersyarat tidak diperhitungkan dalam menjumlah utang lancar. (3) Jika
memerlukan penjelasan yang panjang, utang bersyarat disajikan di bagian penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statement).

Untuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya penjelasan
terhadap utang tersebut, auditor menempuh cara pemeriksaan berikut ini:

a. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan


lapangan.

b. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.

c. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang


melibatkan klien.

d. Kirimkan konfirmasi ke bank.

e. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.

Anda mungkin juga menyukai