Penanganan stroke harus dilakukan dengan segera karena jika tidak segera
ditangani maka dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian.Di unit gawat darurat,
pasien yang datang dengan serangan stroke penting dilakukan pengkajian dan
penatalaksanaan ABCDE agar dapat segera tertangani.
Stroke hemoragik adalah jika suatu pembuluh darah di otak pecah sehingga
timbul iskemia di otak dan hipoksia disebelah hilir (Corwin, 2009 ). Hemoragik
serebral (pecahnya pembuluh darah serebral sehingga terjadi perdarahan ke dalam
jaringan otak atau area sekitar) hemoragik dapat terjadi di epidural, subdural, dan
intraserebral (Hudak & Gallo, 2005).
B. Klasifikasi
c. Stroke Complete
Gejala Objektif
Koma +/- ++
masuk ke dalam koma. Pada pasien dengan perdarahan sub arachnoid didapatkan
gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan
sangat bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsangan meningeal. Edema papil
dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri
ASUHAN KEPERAWATAN
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
● Keluhan Utama
Keluhan utama ini seringkali yang menjadi alasan klien untuk datang meminta
pertolongan rumah sakit. Biasanya pasien akan mengeluh kelemahan anggota gerak, badan,
bicara agak pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
Selain itu, perlu untuk memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak
gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
● Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
Pada infeksi, didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan. Pada auskultasi terdengar
bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan
tingkat kesadaran atau koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran komposmentis, pengkajian
inspeksi pernafasannya menunjukkan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan adanya
taktil premitus seimbang kanan dan diri, dan auskultasi tidak terdapat suara tambahan
2. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan adanya renjatan atau syok hipovolemik
yang sering terjadi pada klien stroke. Terjadinya peningkatan tekanan darah dan dapat terjadi
hipertensi massif (TD mencapai > 200 mmHg)
3. B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, berganting pada lokasi pembuluh
mana yang tersumbat, dan ukuran area yang perfusinya tidak adekuat. Lesi otak yang rusak
dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian ini memeriksa secara fokus dan lebih lengkap
dibandingkan dengan pengkajian sistem lainnya. Kualitas kesadaran klien merupakan
parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator yang
paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat
peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat
letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS
sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan
pemberian asuhan.
Pengkajian fungsi serebral meliputi kasus mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus
frontal, dan hemisfer.
Inspeksi umum: didapatkan hemiplegi karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Selain
itu juga didapatkan terjadinya hemiparesis atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Fasikulasi didapatkan pada otot-otot ekstremitas
Meningkatnya tonus otot
Mengalami gangguan keseimbangan dan koordinasi karena adanya hemiparese dan
hemiplegi
2. Pengkajian Reflek
Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan reflek profunda dan pemeriksaan reflek patologis.
Pada gerakan involunter tidak ditemukan adanya tremor, tic, dan distonia. Pada keadaan
tertentu, klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan stroke disertai
peningkatan tekanan suhu tubuh yang tinggi. Kejang berhubungan sekunder dengan area fokal
kortikal yang peka
4. B4 (Bladder)
Stroke klien akan mengalami inkontinensia urine sementara karena konfusi, juga
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidak mampuan untuk mengendalikan
kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Terkadang kontrol sfingter
urine eksternal menghilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi
intermitten dengan teknik steril. Inkontinensia urin yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
5. B5 (Bowel)
Adanya keluhan susah menelan, anoreksia, mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai
muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik
usus. Adanya inkontinensia yang berlanjut akana menunjukkan kerusakan neurologis yang
luas.
6. B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit Upper Motor Neuron (UMN) yang mengakibatkan hilangnya kontrol
volunteer terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron atas yang menyilang, maka gangguan
kontrol motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron
motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
hemiplegi karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Pada kulit, jika klien kekurangan
oksigen, kulit akan tampak pucat kebiruan, dan apabila kekurangan cairan maka turgor kulit
akan buruk. Selain itu, perlu dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke mengalami masalah dalam mobilitas fisiknya. Selain itu juga terdapat
kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise, serta mudah
lelah yang menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang bisa diambil dari CVA Stroke adalah sebagai berikut:
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, gangguan
oklusif dan hemoragi, vasospasme serebral, dan edema serebral, ditandai oleh menurunnya
kesadaran, sakit kepala, dan perasaan berputar ketika sedang melakukan aktivitas
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, kelemahan atau
parestesia, dan paralisis spastis yang ditandai oleh hilangnya rasa atau adanya sensasi tidak
normal pada lengan dan tungkai, merasa menurunnya intelijensi
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan
neuromuskular, hilangnya tonus otot, dan kelemahan ditandai oleh bicara tidak jelas, agak pelo,
bibir peyot
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, dan perseptual
kognitif yang ditandai oleh munculnya perasaan kurang percaya diri, sulit berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang sekitar
5. Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakarnial,
penekanan jaringan otak, dan edema serebri
6. Risiko infeksi yang berhubungan dengan sistem pertahanan primer (cedera pada jaringan
paru, penurunan aktivitas silia), malnutrisi, tindakan invasif
7. Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama
8. Risiko tinggi cidera yang berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang, penurunan
sensasi rasa (panas, dingin).
9. Risiko ketidakpatuhan penatalaksanaan regime pengobatan yang berhubungan dengan
kurangnya informasi, perubahan status kognitif.
Intervensi
Rencana tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan pada pasien dengan CVA Stroke
antara lain:
1. Diagnosa 1: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran
darah, gangguan oklusif dan hemoragi, vasospasme serebral, dan edema serebral, ditandai oleh
menurunnya kesadaran, sakit kepala, dan perasaan berputar ketika sedang melakukan aktivitas
Tujuan Intervensi
Tujuan Intervensi
1. kaji kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas2. ubah posisi
minimal setiap 2 jam3. Mulai
melakukan latihan rentang gerak aktif
dan pasif pada semua ekstremitas
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2 x/24jam 4. Anjurkan pasien untuk membantu
didapatkan hasil pasien dapat melakukan
artivitas secara umumKriteria Hasil:- pergerakan dan latihan dengan
Dapat mempertahankan posisi yang optimal menggunakan ekstremitas yang tidak
– Dapat meningkatkan kekuatan dan ungsi sakit
bagian tubuh yang terkena
5. Konsultasikan dengan ahli
– Mendemonstrasikan perilaku yang fisioterapi secara aktif, latihan resistif,
memungkinkan aktivitas dan ambulasi pasien
Tujuan Intervensi
1. Kaji tingkat kemampuan klien
dalam berkomunikasi2. Minta klien
untuk mengikuti perintah
sederhana3. Tunjukkan objek dan
minta pasien menyebutkan nama
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2 x/24jam benda tersebut
diharapkan pasien dapat berkomunikasi sesuai 4. Ajarkan pasien teknik
dengan keadaannyaKriteria Hasil:- Klien berkomunikasi non-verbal (bahasa
dapat mengemukakan bahasa isyarat dengen tepat
isyarat)
– Tidak terjadi lagi kesalahpahaman
komunikasi bahasa antara klien, perawat, dan 5. Konsultakan untuk jadwal tujukan
keluarga kepada ahli wicara
4. Diagnosa 4: Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, dan
perseptual kognitif yang ditandai oleh munculnya perasaan kurang percaya diri, sulit
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang sekitar
Tujuan
1. Kaji luasnya gangguan
persepsi dan hubungkan dengan
derajat ketidakmampuannya2.
Bantu pasien dan dorong
kebiasaan berpakaian dan
berdandan yang baik3. Berikan
dukungan terhadap perilaku atau
usaha seperti peningkatan minat
atau partisipasi dalam kegiatan
rehabilitasi
4. Dorong orang terdekat agar
memberi kesempatan pada pasien
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 1 x/24jam
diharapkan pasien tidak memiliki gangguan harga untuk melakukan kebaikan sebanyak
diriKriteria Hasil:- Pasien mau berkomunikasi mungkin untuk dirinya sendiri
dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan
yang terjadi 5. Rujuk pada evaluasi
– Pasien dapat mengungkapkan penerimaan neuropsikologis dan atau konseling
pada diri sendiri dalam situasi sesuai kebutuhan
Implementasi
Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak lokal dengan gejala-gejala yang berlangsung 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Saran
Dari kesimpulan di atas penyusun dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di Indonesia,
diantaranya sebagai berikut:
2. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep penyakit CVA Stroke utamanya dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada pasien dengan CVA Stroke dan
memberikan penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat
penyembuhan pasien serta mencegah terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja
sama dengan keluarga perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara
operasional.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J & Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Iskandar. 2007. Stroke A-Z. Jakarta: PT. BIP-Gramedia
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC
Price S. A. and Wilson L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
6. Buku II. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. (Edisi 8). (Volume 3). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Interna
Publishing.
RESUME
dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan karena adanya penyempitan,
penyumbatan serta pecahnya pembuluh darah ke otak sehingga pasokan nutrisi dan
oksigen ke otak berkurang dan menimbulkan reaksi biokimia yang merusak atau
mematikan sel-sel saraf (neuron) otak. Stroke dapat juga terjadi akibat dari
gangguan fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak dan akibat gangguan
peredaran darah otak. Gangguan fungsi saraf akan terganggu bila aliran darah otak
turun. Atau dengan kata lain Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi
otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan
perdarahan otak. Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.
Pertama: Melakukan pengkajian identitas klien yang meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor registrasi. Kedua : Melakukan diagnosa yang meliputi keluhan utama pasien,
Blood, Brain, Blandes, Bowel dan Bone), pengkajian saraf, sistem motorik, sistem