Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK


Oleh: Zainal Abidin

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan disabilitas di seluruh


dunia. Di Amerika Serikat ±700.000 kasus baru yang terkena stroke iskemik
muncul pada setiap tahunnya, lebih sepertiga penderita tersebut mengalami
disabilitas dan 200.000 diantaranya akan mengalami stroke ulang. Secara
global, pada 2020 stroke diperkirakan akan menjadi penyebab keempat dari kematian pada
usia muda (Sacco et al. 2006).

Penanganan stroke harus dilakukan dengan segera karena jika tidak segera
ditangani maka dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian.Di unit gawat darurat,
pasien yang datang dengan serangan stroke penting dilakukan pengkajian dan
penatalaksanaan ABCDE agar dapat segera tertangani.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan


asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan
Stroke Hemoragic di Ruang IGD RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh.

PENGERTIAN STROKE HEMORAGIK

Stroke hemoragik yang terjadi karena perdarahan Sub arachnoid,


mungkin disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu,
biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas atau saat aktif. Namun bisa
juga terjadi saat istirahat, kesadaran pasien umumnya menurun(Long C, Barbara,
2003).

Stroke hemoragik adalah jika suatu pembuluh darah di otak pecah sehingga
timbul iskemia di otak dan hipoksia disebelah hilir (Corwin, 2009 ). Hemoragik
serebral (pecahnya pembuluh darah serebral sehingga terjadi perdarahan ke dalam
jaringan otak atau area sekitar) hemoragik dapat terjadi di epidural, subdural, dan
intraserebral (Hudak & Gallo, 2005).

B. Klasifikasi

1. Berdasarkan Perjalanan Penyakit

a. Trancient Iskemik Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas


Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan hilang dalam
beberapa menit (durasi rata-rata 10 menit) sampai beberapa jam (24 jam).

b. Stroke Involution atau Progresif adalah perjalanan penyakit stroke berlangsung


perlahan meskipun akut. Munculnya gejala makin bertambah buruk, proses progresif
beberapa jam sampai beberapa hari.

c. Stroke Complete

Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen, maksimal


sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan parbaikan dapat didahului dengan
TIA yang berulang.

2. Perbedaan Gejala Stroke Berdasarkan Proses Patologis

Gejala Infark Perdarahan


(anamnesa)

1. Permulaan Subakut Sangat


2. Waktu Akut
3. Nyeri
Kepala
4. Kejang Tidak Ada
5. Kesadaran ada
menurun

Gejala Objektif

Koma +/- ++

Kaku kuduk Tidak ++


ada
Tidak ada
Kerning sign +
Perdarahan retina Tidak ada +
Tanda dan gejala

Muntah sering terdapat pada permulaan serangan. Hemiparesis/ hemiplegi biasa

terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun dan cepat

masuk ke dalam koma. Pada pasien dengan perdarahan sub arachnoid didapatkan

gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan

sangat bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsangan meningeal. Edema papil

dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri

komunikans atau arteri karotis interna.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Identitas Klien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, dan diagnosa medis.

● Keluhan Utama
Keluhan utama ini seringkali yang menjadi alasan klien untuk datang meminta
pertolongan rumah sakit. Biasanya pasien akan mengeluh kelemahan anggota gerak, badan,
bicara agak pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

● Riwayat Penyakit Sekarang


Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang beraktivitas. Biasanya akan diikuti dengan nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
hingga tidak sadar. Selain gejala seperti kelumpuhan separuh badan, terdapat gejala lain yang
diakibatkan oleh gangguan fungsi otak. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat
kesadaran disebabkan adanya perubahan dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilukan juga
umum terjadi. Disamping itu juga, perkembangan penyakit akan menyebabkan letargi, tidak
responsif, dan koma.

● Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pasien dengan CVA Stroke, akan didapatkan adanya riwayat hipertensi, riwayat
stroke sebelumnya, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral
yang lama, penggunaan obat-obatan anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan. Pengkajian obat-obatan yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat
antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok,
penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan suatu data dasar untuk
mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.

● Riwayat Penyakit Keluarga


Biasanya terdapat riwayat penyakit keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

● Pengkajian Psiko sosio spiritual


Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa hal yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien.
Dikarenakan disfungsi motorik yang mengakibatkan kelemahan atau kelumpuhan pada salah
satu sisi tubuh, maka klien biasanya akan jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah
laku yang tidak stabil.

Selain itu, perlu untuk memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak
gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.

● Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
Pada infeksi, didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan. Pada auskultasi terdengar
bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan
tingkat kesadaran atau koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran komposmentis, pengkajian
inspeksi pernafasannya menunjukkan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan adanya
taktil premitus seimbang kanan dan diri, dan auskultasi tidak terdapat suara tambahan

2. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan adanya renjatan atau syok hipovolemik
yang sering terjadi pada klien stroke. Terjadinya peningkatan tekanan darah dan dapat terjadi
hipertensi massif (TD mencapai > 200 mmHg)

3. B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, berganting pada lokasi pembuluh
mana yang tersumbat, dan ukuran area yang perfusinya tidak adekuat. Lesi otak yang rusak
dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian ini memeriksa secara fokus dan lebih lengkap
dibandingkan dengan pengkajian sistem lainnya. Kualitas kesadaran klien merupakan
parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator yang
paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat
peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat
letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS
sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan
pemberian asuhan.

Pengkajian fungsi serebral meliputi kasus mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus
frontal, dan hemisfer.

1. Pengkajian Saraf Kranial


Pemerikasaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I-XII
▪ Saraf I: biasanya pada klien stroke tidak terdapat kelainan pada fungsi penciuman
▪ Saraf II: disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan
korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial sering terlihat pada klien dengan hemiplegi
kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
 Saraf III, IV, VI: apabla terjadi paralisis, pada satu sisi otot-otot okularis didapatkan
penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit
 Saraf V: pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigeminus, penurunan
kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral,
serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
 Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi yang sehat
 Saraf VIII: tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
 Saraf IX dan X: kemampuan menelan kurang baik dan sulit untuk membuka mulutnya
 Saraf XI: tidak terdapat atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
 Saraf XII: lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra
pengecapan normal.

1. Pengkajian Sistem Motorik


Stroke merupakan penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan hilangnya
kontrol volunteer terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN bersilangan, maka gangguan
kontrol motor volunteer pada salah satu tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi
yang berlawanan dari otak.

 Inspeksi umum: didapatkan hemiplegi karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Selain
itu juga didapatkan terjadinya hemiparesis atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
 Fasikulasi didapatkan pada otot-otot ekstremitas
 Meningkatnya tonus otot
 Mengalami gangguan keseimbangan dan koordinasi karena adanya hemiparese dan
hemiplegi

2. Pengkajian Reflek
Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan reflek profunda dan pemeriksaan reflek patologis.
Pada gerakan involunter tidak ditemukan adanya tremor, tic, dan distonia. Pada keadaan
tertentu, klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan stroke disertai
peningkatan tekanan suhu tubuh yang tinggi. Kejang berhubungan sekunder dengan area fokal
kortikal yang peka

3. Pengkajian Sistem Sensorik


Dapat terjadi hemihipestesi. Pada persepsi terdapat ketidakmampuan untuk
menginterpretasikan sensasi. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer
antara mata dan korteks visual. Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan
sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propiosepsi (kemampuan untuk
merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) erta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli
visual, taktil, dan auditorius.

4. B4 (Bladder)
Stroke klien akan mengalami inkontinensia urine sementara karena konfusi, juga
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidak mampuan untuk mengendalikan
kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Terkadang kontrol sfingter
urine eksternal menghilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi
intermitten dengan teknik steril. Inkontinensia urin yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.

5. B5 (Bowel)
Adanya keluhan susah menelan, anoreksia, mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai
muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik
usus. Adanya inkontinensia yang berlanjut akana menunjukkan kerusakan neurologis yang
luas.

6. B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit Upper Motor Neuron (UMN) yang mengakibatkan hilangnya kontrol
volunteer terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron atas yang menyilang, maka gangguan
kontrol motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron
motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
hemiplegi karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Pada kulit, jika klien kekurangan
oksigen, kulit akan tampak pucat kebiruan, dan apabila kekurangan cairan maka turgor kulit
akan buruk. Selain itu, perlu dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke mengalami masalah dalam mobilitas fisiknya. Selain itu juga terdapat
kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise, serta mudah
lelah yang menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
 
 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang bisa diambil dari CVA Stroke adalah sebagai berikut:

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, gangguan
oklusif dan hemoragi, vasospasme serebral, dan edema serebral, ditandai oleh menurunnya
kesadaran, sakit kepala, dan perasaan berputar ketika sedang melakukan aktivitas
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, kelemahan atau
parestesia, dan paralisis spastis yang ditandai oleh hilangnya rasa atau adanya sensasi tidak
normal pada lengan dan tungkai, merasa menurunnya intelijensi
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan
neuromuskular, hilangnya tonus otot, dan kelemahan ditandai oleh bicara tidak jelas, agak pelo,
bibir peyot
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, dan perseptual
kognitif yang ditandai oleh munculnya perasaan kurang percaya diri, sulit berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang sekitar
5. Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakarnial,
penekanan jaringan otak, dan edema serebri
6. Risiko infeksi yang berhubungan dengan sistem pertahanan primer (cedera pada jaringan
paru, penurunan aktivitas silia), malnutrisi, tindakan invasif
7. Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama
8. Risiko tinggi cidera yang berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang, penurunan
sensasi rasa (panas, dingin).
9. Risiko ketidakpatuhan penatalaksanaan regime pengobatan yang berhubungan dengan
kurangnya informasi, perubahan status kognitif.

 Intervensi
Rencana tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan pada pasien dengan CVA Stroke
antara lain:
1. Diagnosa 1: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran
darah, gangguan oklusif dan hemoragi, vasospasme serebral, dan edema serebral, ditandai oleh
menurunnya kesadaran, sakit kepala, dan perasaan berputar ketika sedang melakukan aktivitas

Tujuan Intervensi

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2 x/24jam


didapatkan hasil pasien mulai menunjukkan tanda-tanda 1. Pantau status neurologis secara teratur dengan
kesadaran penuh, dan tidak gelisahKriteria Hasil: skala koma glascow
-Tingkat kesadaran membaik 2. pantau TTV terutama TD
3. Pertahankan keadaan tirah baring
–  Tanda-tanda vital stabil
4. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan
–   Terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial dan dalam posisi anatomis

  5. kolaborasikan obat sesuai indikasi: antikoagulan

2. Diagnosa 2: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,


kelemahan atau parestesia, dan paralisis spastis yang ditandai oleh hilangnya rasa atau adanya
sensasi tidak normal pada lengan dan tungkai, merasa menurunnya intelijensi

Tujuan Intervensi
1. kaji kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas2. ubah posisi
minimal setiap 2 jam3. Mulai
melakukan latihan rentang gerak aktif
dan pasif pada semua ekstremitas
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2 x/24jam 4. Anjurkan pasien untuk membantu
didapatkan hasil pasien dapat melakukan
artivitas secara umumKriteria Hasil:-          pergerakan dan latihan dengan
Dapat mempertahankan posisi yang optimal menggunakan ekstremitas yang tidak
–          Dapat meningkatkan kekuatan dan ungsi sakit
bagian tubuh yang terkena
5. Konsultasikan dengan ahli
–          Mendemonstrasikan perilaku yang fisioterapi secara aktif, latihan resistif,
memungkinkan aktivitas dan ambulasi pasien

3. Diagnosa 3: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi


serebral, kerusakan neuromuskular, hilangnya tonus otot, dan kelemahan ditandai oleh bicara
tidak jelas, agak pelo, bibir peyot.

Tujuan Intervensi
1. Kaji tingkat kemampuan klien
dalam berkomunikasi2. Minta klien
untuk mengikuti perintah
sederhana3. Tunjukkan objek dan
minta pasien menyebutkan nama
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2 x/24jam benda tersebut
diharapkan pasien dapat berkomunikasi sesuai 4. Ajarkan pasien teknik
dengan keadaannyaKriteria Hasil:-          Klien berkomunikasi non-verbal (bahasa
dapat mengemukakan bahasa isyarat dengen tepat
isyarat)
–          Tidak terjadi lagi kesalahpahaman
komunikasi bahasa antara klien, perawat, dan 5. Konsultakan untuk jadwal tujukan
keluarga kepada ahli wicara

4. Diagnosa 4: Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, dan
perseptual kognitif yang ditandai oleh munculnya perasaan kurang percaya diri, sulit
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang sekitar
Tujuan
1. Kaji luasnya gangguan
persepsi dan hubungkan dengan
derajat ketidakmampuannya2.
Bantu pasien dan dorong
kebiasaan berpakaian dan
berdandan yang baik3. Berikan
dukungan terhadap perilaku atau
usaha seperti peningkatan minat
atau partisipasi dalam kegiatan
rehabilitasi
4. Dorong orang terdekat agar
memberi kesempatan pada pasien
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 1 x/24jam
diharapkan pasien tidak memiliki gangguan harga untuk melakukan kebaikan sebanyak
diriKriteria Hasil:-          Pasien mau berkomunikasi mungkin untuk dirinya sendiri
dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan
yang terjadi 5. Rujuk pada evaluasi
–          Pasien dapat mengungkapkan penerimaan neuropsikologis dan atau konseling
pada diri sendiri dalam situasi sesuai kebutuhan

 Implementasi

1. Diagnosa 1: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran


darah, gangguan oklusif dan hemoragi, vasospasme serebral, dan edema serebral, ditandai oleh
menurunnya kesadaran, sakit kepala, dan perasaan berputar ketika sedang melakukan aktivitas
 Memantau status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow
 Memantau TTV terutama TD
 Mempertahankan keadaan tirah baring
 Meletakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis
 Mengkolaborasikan obat sesuai indikasi: antikoagulan
2. Diagnosa 2: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler, kelemahan atau parestesia, dan paralisis spastis yang ditandai oleh
hilangnya rasa atau adanya sensasi tidak normal pada lengan dan tungkai, merasa
menurunnya intelijensi
 Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
 Mengubah posisi minimal setiap 2 jam
 Memulai melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas
 Menganjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan
ekstremitas yang tidak sakit
 Mengkonsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi pasien

2. Diagnosa 3: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan


kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskular, hilangnya tonus otot, dan
kelemahan ditandai oleh bicara tidak jelas, agak pelo, bibir peyot
 Mengkaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi
 Meminta klien untuk mengikuti perintah sederhana
 Menunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut
 Mengajarkan pasien teknik berkomunikasi non-verbal (bahasa isyarat)
 Mengkonsultasikan untuk jadwal tujukan kepada ahli wicara
2. Diagnosa 4: Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan
biofisik, psikososial, dan perseptual kognitif yang ditandai oleh munculnya perasaan kurang
percaya diri, sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang sekitar
 Mengkaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat ketidakmampuannya
 Membantu pasien dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik
 Memberikan dukungan terhadap perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau
partisipasi dalam kegiatan rehabilitasi
 Mendorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan
kebaikan sebanyak mungkin untuk dirinya sendiri
 Merujuk pada evaluasi neuropsikologis dan atau konseling sesuai kebutuhan 
 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
S: Pasien mengeluhkan nyeri kepala dan
perasaan berputar saat melakukan
aktivitasO: Pasien tampak menurun
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
kesadarannyaA: Masalah teratasi
interupsi aliran darah, gangguan oklusif dan hemoragi,
sebagian
vasospasme serebral, dan edema serebral, ditandai oleh
menurunnya kesadaran, sakit kepala, dan perasaan P: Lanjutkan intervensi
1. berputar ketika sedang melakukan aktivitas

S: Pasien mengatakan merasa


adanya sensasi tidak normal pada
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan lengan dan tungkaiO:
kerusakan neuromuskuler, kelemahan atau berkurangnya kemampuan
parestesia, dan paralisis spastis yang ditandai menggerakkan anggota badanA:
oleh hilangnya rasa atau adanya sensasi tidak Masalah teratasi
normal pada lengan dan tungkai, merasa P: Lanjutkan intervensi
2. menurunnya intelijensi
S: pasien merasa kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan lainO: pasien tidak jelas ketika
dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan berbicara, agak pelo, dan bibir
neuromuskular, hilangnya tonus otot, dan terlihat peyotA: masalah teratasi
kelemahan ditandai oleh bicara tidak jelas, agak P: lanjutkan intervensi
3. pelo, bibir peyot
S: pasien merasa tidak percaya
diriO: pasien tampak sulit
Gangguan harga diri berhubungan dengan berinteraksi dengan orang
perubahan biofisik, psikososial, dan perseptual sekitarA: Masalah teratasi
kognitif yang ditandai oleh munculnya perasaan sebagian
kurang percaya diri, sulit berinteraksi dan P: lanjutkan intervensi
4. berkomunikasi dengan orang sekitar
 
PENUTUP
Stroke merupakan serebrovaskuler  yang  menunjukan  beberapa  kelainan  otak  baik  secara
fungsional  maupun  struktural  yang  disebabkan  oleh  beberapa  keadaan patologis dari
pembuluh darah serebral atau dari seluruh pembuluh darah otak, yang  disebabkan  robekan 
pembuluh  darah  atau  oklusi  parsial  atau  total  yang bersifat  sementara  atau permanen
(Doengoes, 2000).

Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak lokal dengan gejala-gejala yang berlangsung 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Saran
Dari kesimpulan di atas penyusun dapat sedikit memberi saran kepada beberapa  pihak untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di Indonesia,
diantaranya sebagai berikut:

1. Keluarga klien atau pasien


Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya yang menderita penyakit CVA Stroke, selain itu
dapat memperbaiki pola hidup agar terhindar dari penyakit tersebut.

2. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep penyakit CVA Stroke utamanya dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada pasien dengan CVA Stroke dan
memberikan penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat
penyembuhan pasien serta mencegah terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja
sama dengan keluarga perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara
operasional.

 
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J & Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Iskandar. 2007. Stroke A-Z. Jakarta: PT. BIP-Gramedia
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC
Price S. A. and Wilson L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
6. Buku II. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. (Edisi 8). (Volume 3). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Interna
Publishing.
RESUME

1. Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak (cerebrovacular) yang ditandai

dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan karena adanya penyempitan,

penyumbatan serta pecahnya pembuluh darah ke otak sehingga pasokan nutrisi dan

oksigen ke otak berkurang dan menimbulkan reaksi biokimia yang merusak atau

mematikan sel-sel saraf (neuron) otak. Stroke dapat juga terjadi akibat dari

gangguan fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak dan akibat gangguan

peredaran darah otak. Gangguan fungsi saraf akan terganggu bila aliran darah otak

turun. Atau dengan kata lain Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi

otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan

perdarahan otak. Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan

fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.

2. Adapun langkah keperawatan terkait pasien dengan penyakit stroke adalah:

Pertama: Melakukan pengkajian identitas klien yang meliputi nama, umur, jenis

kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,

nomor registrasi. Kedua : Melakukan diagnosa yang meliputi keluhan utama pasien,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keliarga,

pengkajian psiko sosio spritual, pemeriksaan fisik yang meliputi 6 B (Breathing,

Blood, Brain, Blandes, Bowel dan Bone), pengkajian saraf, sistem motorik, sistem

reflek dan sistem sensorik.

Anda mungkin juga menyukai