KAJIAN PUSTAKA
PROBLEM DALAM PENGELOLAAN ADMINISTRASI KURIKULUM
1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 260.
2
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam
Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2003, hlm 5.
7
8
3
Syarifuddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat Pres, Jakarta, 2005,
hlm.42.
4
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Karya, Bandung,
1998, hlm. 1-2.
5
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2008, hlm. 171.
9
6
M.Daryanto, Administrasi Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta,1996, hlm. 2-3.
7
Oemar Hamalik, Op.Ci. hlm. 53.
8
Ibid, hlm. 51.
10
c. Konsep Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki
peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum tidak
hanya dirumuskan tentang tujuan yang dicapai sehingga memperjelas
arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman belajar
yang harus dimiliki setiap siswa. Kurikulum merupakan sebuah wadah
yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil atau tidaknya
sebuah pendidikan sangat bergantung dengan kurikulum yang
digunakan. Kurikulum adalah ujung tombak bagi terlaksananya
kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum mustahil pendidikan
akan dapat berjalan dengan baik, efektif, dan efesien sesuai yang
diharapkan. Karena itu, kurikulum sangat perlu untuk diperhatikan
dmasing-masing satuan pendidikan. Sebab, kurikulum merupakan
salah satu penentu keberhasilan pendidikan. Dalam konteks ini,
kurikulum dimaknai sebagai serangkaian upaya untuk menggapai
tujuan pendidikan.9
Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan
oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu
sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda dengan
yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar
yang bersangkutan. Istiah kurikulum berasalah dari bahasa latin
“Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.
Pada waktu itu pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan
yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh
ijazah. Dalam hal ini ijazah pada hakikatnya merupakan bukti, bahwa
siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pembelajaran,
sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara
satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan
kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat
9
Fadlillah, Implementasi Kuriulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,SMP/MTs,&
SMA/MA, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm 13-14.
11
penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan yang ditandai
oleh perolehan ijazah tertentu. 10
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Saylor, Alexander, dan
Lewis kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk
memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas
maupun di luar sekolah. Sementara itu, Harold B.Alberty memandang
kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di
bawah tanggung jawab sekolah (all of the activites that are profided
for the student by the school).11 Pada hakikatnya, kurikulum sebagai
suatu program kegiatan terencana (program of planned activities)
memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu
pandangan yang menyeluruh. Disuatu pihak, kurikulum dipandang
sebagai suatu dokumen tertulis dan di pihak lain, kurikulum
dipandang sebagai rencana tidak tertulis yang terdapat dalam pikiran
pihak pendidik .12
Beberapa penulis kurikulum menyatakan bahwa kurikulum
seharusnya tidak dipandang sebagai aktivitas, tetapi difokuskan secara
langsung pada berbagai hasil belajar yang diharapkan. Kajian ini
menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum
sebagai alat menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan
dicapai. Salah satu alasan utama adalah karena hasil belajar yang
diharapkan merupakan dasar bagi perencanaan dan perumusan
berbagai tujuan kegiatan pembelajaran.
Dalam konteks ini, tujuan pembelajaran tidak lagi dirumuskan
dalam retorika global seperti “Siswa memiliki apresiasi terhadap
10
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Bandung, 2005, hlm. 16.
11
Rusman, Manajemen Kurikulum, PT Remaja grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 3.
12
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2009, hlm. 5.
12
13
Ibid, hlm. 6.
14
Ibid, hlm. 7.
15
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan
KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 100.
13
16
Ibid, hlm. 172.
17
Suharsimi Arikunto, organisasi dan administrasi pendidikan teknologi dan kejujuran,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1990, hlm. 58.
18
M.Daryanto, Op.Cit., hlm. 36-37.
15
19
Din Wahyudin, Manajemen Kurikulum, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hlm.
104.
16
20
Ibid,hlm. 105
17
21
Ibid, hlm. 105.
22
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 64.
23
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Op.Cit., hlm. 180.
24
Ibid, hlm. 181
18
25
Ibid, hlm.182
19
26
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 789.
27
Suharsimi Arikunto, Op.Cit.,hlm. 58.
21
28
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Op.Cit., hlm 213.
22
29
Ibid, hlm 183.
30
Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 37.
24
3) Pengembangan Kurikulum
Dalam Pengembangan Kurikulum terdapat dua proses utama,
yakni pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan
pedoman instruksional. Pedoman kurikulum, meliputi31:
a. Latar belakang yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga
pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi
atau mata kuliah, struktur organisasi bahan pelajaran.
b. Silabus yang berisi mata pelajaran secara lebih terinci yang
diberikan yakni Scope (ruang lingkup) dan Sequence-nya (urutan
pengajiannya).
c. Disain evaluasi termasuk strategis revisi atau perbaikan
kurikulum mengenai bahan pelajaran (Scope dan Sequence).
d. Organisasi bahan dan strategi intruksionalnya
Pedoman intruksional untuk tiap mata pelajaran yang
dikembangkan berdasarkan silabus. Pedoman kurikulum disusun
untuk menentukan dalam garis besarnya32: 1) Apa yang akan
diajarkan (ruang lingkup, Scope). 2) Kepada siapa diajarkan. 3) Apa
sebab diajarkan, dengan tujuan apa. 4) Dalam urutan yang
bagaimana (Sequence) selanjutnya perlu diuraikan. 5) Falsafah dan
misi lembaga pendidikan, sekolah, akademi, atau Universitas/
institut. Dalam hal perguruan tinggi perlu dikemukakan falsafah dan
misi tiap fakultas dan jurusan. 1) Alasan atau rasional kurikulum
berhubungan dengan populasi yang dijadikan sasaran, yakni untuk
apa siswa dipersiapkan. 2) Tujuan filosofis mengenai bahan yang
akandiajarkan, alasan memilihnya. 3) Organisasi bahan pelajaran
secara umum.
Langkah-langkah dalam pengembangan pedoman kurikulum
Dalam garis besarnya kita dapat mengikuti langkah-langkah sebagai
31
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Op.Cit.,hlm. 186.
32
Ibid, hlm. 187.
25
1. Dimensi I
Yang terdiri atas formatif dan sumatif: Formatif adalah
Evaluasi dilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum.
Data dikumpulkan dan dianalisis untuk menemukan
masalah serta mengadakan perbaikan sedini mungkin.
Sedangkan sumatif adalah proses evaluasi dilakukan pada
ahkir jangka waktu tertentu (misalnya, pada akhir
semester, tahun pelajaran atau setelah lima tahun)
2. Dimensi II
Yang terdiri dari proses dan produk. Proses adalah
yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam
pelaksanaan kurikulum. Sedangkan produk, yang
dievaluasi ialah hasil- hasil nyata, yang dapat dilihat, yang
dihasilkan oleh guru (seperti silabus, satuan pelajaran dan
alat-alat pelajaran) dan yang dihasilkan oleh siswa (seperti
hasil test, karangan, makalah dan sebagainya).
3. Dimensi III
Yang terdiri atas operasi dan hasil belajar siswa
Operasi disini dievaluasi keseluruhan proses
pengembangan kurikulum termasuk perencanaan, desain,
implementasi, administrasi, pengawasan, pemantauan dan
penilaiannya, juga biaya, staf pengajar, penerimaan siswa,
pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu.
Sedangkan hasil belajar siswa disini yang dievaluasi ialah
hasil belajar siswa bertalian tujuan kurikulum yang harus
dicapai, dinilai berdasarkan standar yang ditetapkan.
b. Mendesain proses dan metodologi evaluasi
Pada saat ini terdapat berbagai model evaluasi yang dapat
dijadikan pegangan untuk mendesain proses dan metode penilaian
kurikulum. Model mana yang digunakan bergantung pada tujuan
evaluasi, waktu dan biaya yang tersedia dan tingkat kecermatan
27
36
Ibid, hlm. 256-257.
28
37
Ibid, hlm 259-260.
29
41
Ibid, hlm. 91.
42
Ibid, hlm. 98.
31
D. Kerangka Berpikir
Kurikulum memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan
kegiatan pembelajaran dan menjadi penentu proses pelaksana dan hasil
pendidikan. Oleh karena itu, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan evaluasi kurikulum merupakan suatu kensicayaan yang harus
dilaksanakan dan dipersiapkan dengan matang oleh setiap satuan pendidikan
yang berkualitas.
Berbicara masalah kurikulum, peran administrasi sangat dibutuhkan.
Tanpa adanya administrasi pendidikan atau administrasi sekolah yang baik
maka kemungkinan besar segala upaya peningkatan mutu penyelenggara
pendidikan tidak berhasil karena administrasi pendidikan memiliki peran
33
MTs Roudlotusysyubban
Tawangrejo Winong Pati
1. Kepala Madrasah
Administrasi 1. Perencanaan
2. Waka Kurikulum
3. Semua guru Kurikulum 2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan
4. Evaluasi
Hasil Problem