Anda di halaman 1dari 16

1

PLPB : Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan


DOI : http://doi.org/10.21009/PLPB.201.01
DOI : 10.21009/PLPB

PRO ECOLOGY BEHAVIOR SISWA DITINJAU DARI


KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL

(Di Madrasah Aliyah Negeri 6 Jakarta Timur)


Mukhlisah Arif Hanubun1, Budiaman2

1
Pendidikan Lingkungan,Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta,
KomplekUniversitasNegeri Jakarta Gedung M. Hatta Jl. RawamangunMuka, Jakarta Timur, Indonesia
13220,lishaariefha@gmail.com
2
Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta,
Komplek Universitas Negeri Jakarta Gedung K. Hatta Jl. RawamangunMuka, Jakarta Timur, Indonesia
13220,budiaman.fisunj@gmail.com

ABSTRAK

pro ecology behavior diartikan sebagai perilaku seseorang yang berkontribusi secara nyata dalam melindungi lingkungan dan
seminimal mungkin merugikan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara locus of control,
kepemimpinan instruksional terhadap pro ecology behavior siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 siswa pada
Madrasah Aliyah Negeri 6 Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu dengan
menyebarkan instrumen penelitian masing-masing variabel. Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif dengan menggunakan
rancangan korelasional. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Deskripsi masing – masing variabel
disajikan dalam bentuk skor rata – rata, nilai minimum, nilai maksimum, standar deviasi, varians dan distribusi frekuensi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemimpinan instruksional terhadap pro ecology behavior
siswa MAN 6 Jakarta Timur.

Keywords: locus of control, kepemimpinan instruksional, perilaku ekologi

ABSTRACT

This study aims to examine the relationship between instructional leadership and locus of control of the teachers and their
influence on pro-ecological behaviour of the students. The research used samples of 100 students at Madrasah Aliyah Negeri 6
Jakarta. This study uses survey method by deploying research instrument of each variable. This quantitative research uses
correlational design. The hypothesis is framed by descriptive statistical analytics. Descriptions of each variable are presented
in average score, minimum score, maximum score, deviation standard, variances and frequency distribution. The result of
descriptive statistical calculation of each variable shows: (1) there is relationship between instructional leadership toward pro-
ecological behaviour, (2) there is relationship between locus of control toward pro-ecological behaviour, (3) there is a
relationship between instructional leadership and locus of control simultaneously toward pro-ecological behaviour.

Keywords: locus of control, instructional leadership, ecological behaviour


2

PENDAHULUAN mempengaruhinya. Kajian mendalam


dengan dasar teori dan hasil-hasil
Kerusakan lingkungan hidup di
penelitian yang relevan, dikonstruk secara
dunia pada umumnya dan Indonesia pada
sistematis agar menghasilkan penelitian
khususnya menjadi salah satu topik
yang dapat dipertanggungjawabkan.
perdebatan yang hangat dalam berbagai
diskursus tentang perilaku
kesempatan di berbagai belahan dunia.
masyarakat peduli lingkungan, tidak
Disepakati secara luas bahwa perilaku
terlepas dari tingkat pengetahuan dan
manusia saat ini memiliki dampak yang
sikap tentang berbagai hal yang berkaitan
merugikan pada lingkungan planet ini
dengan lingkungan. Pengetahuan
(IPCC, 2014).
seseorang tentang sesuatu hal secara tidak
Manusia sebagai sumber yang
langsung akan berpengaruh terhadap
menimbulkan permasalahan lingkungan,
sikap dan perilakunya. Berkaitan dengan
dalam aktivitasnya tidak memedulikan
hal tersebut, pengetahuan menjadi dasar
keseimbangan dan keselarasan
pembentukan keyakinan serta keyakinan
lingkungan. Manusia yang selalu
menjadi bahan pertimbangan untuk
berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan
menentukan sikap sedangkan
keinginannya, akan melampaui daya
pengetahuan adalah kumpulan informasi
dukung lingkungan dalam mendukung
yang terekam dalam diri seseorang
kehidupan manusia. Aktivitas berupa
(Kaiser, Wölfing, & Fuhrer, 1999).
eksploitasi yang berlebihan itulah yang
Pendidikan sangat penting dalam
menyebabkan terganggunya
memberikan suatu konstruk pengetahuan
keseimbangan dan keserasian lingkungan.
sehingga akan mempengaruhi perilaku
Oleh karena itu, telah dikemukakan
bijak, dalam hal ini perilaku bijak
bahwa masalah lingkungan bukan lagi
lingkungan. Pendidikan lingkungan dapat
domain eksklusif para ahli ilmiah,
menjadi alat penting untuk mengatasi
melainkan tanggungjawab semua orang
masalah lingkungan karena berusaha
agar dapat melindungi bumi (Biermann et
mencapai tujuan perlindungan dan
al., 2012).
konservasi lingkungan (Markowitz,
Berangkat dari berbagai
Goldberg, Ashton, & Lee, 2012).
permasalahan lingkungan yang ada, maka
Pendidikan lingkungan bertujuan untuk
dirasa penting untuk melakukan
tidak hanya mempengaruhi representasi
penelitian tentang perilaku lingkungan
internal dan pemahaman individu
serta faktor-faktor yang
terhadap dunia, tetapi pada akhirnya
3

secara intrinsik memotivasi orang untuk tindakan yang tepat untuk membantu
melakukan perilaku yang sesuai dengan memecahkan masalah–masalah tersebut.
orientasi pendidikan lingkungan. Untuk mecapai tujuan pendidikan
Disamping itu, (Otto & Pensini, 2017) lingkungan, maka tenaga pendidik (guru)
mengatakan bahwa pendidikan sebagai memegang peranan penting, dimana guru
syarat penting jika kita ingin akan menjadi fasilitator yang melakukan
mempromosikan pembangunan transfer knowledge, untuk itu guru harus
berkelanjutan dengan sukses. memiliki pengetahuan tentang hal-hal
Secara lebih rinci, Hines, yang berkaitan dengan lingkungan, selain
Hungerford, & Tomera (1987) itu guru harus memiliki perilaku yang pro
merumuskan tujuan khusus pendidikan terhadap lingkungan sehingga tidak ada
lingkungan di sekolah-sekolah yaitu (1) kontradiksi antara pengetahuan dan
untuk membangun kesadaran individu perilaku.
dan kelompok sosial agar memiliki Sebagai tenaga pendidik, guru
sensitivitas terhadap lingkungan dan mempunyai peran strategis dalam proses
berbagai masalah yang berkaitan; (2) pembelajaran dan merupakan faktor yang
memberikan pengetahuan kepada memiliki pengaruh dominan terhadap
individu atau kelompok sosial dalam pencapaian hasil belajar siswa. Tugas
memperoleh berbagai pengalaman guru untuk memfasilitasi kebutuhan
tentang lingkungan dan pemahaman dasar pokok siswa berupa ilmu pengetahuan.
mengenai masalah-masalah yang Dalam penelitian Cross dan Price, banyak
berhubungan (3) membentuk sikap pendidik mengatakan bahwa mereka
individu atau kelompok sosial dalam seharusnya tidak hanya mengajarkan anak
memperoleh nilai-nilai sosial, perasaan didik mata pelajaran sains, tetapi juga
kuat, dan kepedulian terhadap lingkungan melibatkan anak didik dan mendorong
serta motivasi; (4) mengasah respon positif terhadap lingkungan (Cross
keterampilan individu dan kelompok & Price, 1999). Sebagai tenaga pendidik,
sosial agar dapat memecahkan masalah- guru juga sebagai pemimpin di kelas yang
masalah lingkungan; (5) mengembangkan memiliki tanggung jawab penuh terhadap
partisipasi individu dan kelompok sosial siswa dan seluruh komponen
dalam mengembangkan rasa tanggung pembelajaran. Kepemimpinan guru ini
jawab terhadap berbagai masalah dapat berupa cara guru mendesain
lingkungan dan mencoba menerapkan pembelajaran, cara penyajian bahan ajar,
hingga tingkah laku guru yang
4

berpengaruh terhadap anak didik (Ail, pembelajaran siswa (Smith, Hayes, &
Taib, Jaafar, Salleh, & Omar, 2015). Lyons, 2016).
Kepemimpinan guru dalam Perlindungan dan pemulihan
pembelajaran ini juga disebut sebagai lingkungan merupakan tantangan utama
kepemimpinan instruksional, tentu saja yang dihadapi masyarakat kita saat ini,
memiliki pengaruh yang kuat terhadap oleh karena itu menjadi penting untuk
keberhasilan sebuah sekolah. Prinsip mengetahui dan memahami perilaku pro
dasar sebagai pemimpin instruksional lingkungan, serta faktor apa saja yang
adalah memastikan lingkungan belajar mempengaruhinya (Bronfman, et. al,
dalam urutan pertama, serius dan fokus 2015). Dalam menggambarkan perilaku
tetapi tetap realistis dan dapat dicapai yang melindungi lingkungan, ada
(Abdullah & Md. Kassim, 2011). beberapa istilah yang sering digunakan
Guru yang merupakan pemimpin oleh para ahli lingkungan, antara lain;
dalam dan di luar kelas, dapat perilaku peduli lingkungan, perilaku yang
diidentifikasi dengan memberikan bertanggung jawab terhadap lingkungan,
kontribusi kepada komunitas belajar, dan perilaku pro-lingkungan (Lee, Jan, &
sesama guru dan pemimpin, dan memiliki Yang, 2013). Perilaku pro lingkungan
pengaruh lain terhadap peningkatan diartikan sebagai perilaku yang
praktik pendidikan (Paulick, Retelsdorf, merugikan lingkungan seminimal
& Möller, 2013). Kepemimpinan mungkin dan memberikan manfaat yang
guru pada dasarnya merupakan suatu besar bagi lingkungan (Steg & Vlek,
proses untuk mempengaruhi orang lain 2009). Berdasarkan latar belakang
yang didalamnya berisi serangkaian masalah di atas, maka masalah yang
tindakan atau perilaku tertentu terhadap diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
invididu yang dipengaruhinya. “Apakah terdapat hubungan antara
Kepemimpinan guru tidak hanya sebatas kepemimpinan instruksional dan pro
pada peran guru dalam konteks kelas pada ecology behavior pada siswa”?
saat berinteraksi dengan siswanya tetapi
menjangkau pula peran guru dalam
berinteraksi dengan kepala sekolah dan
rekan sejawat, dengan tetap mengacu pada
tujuan akhir yang sama yaitu terjadinya Pro Ecology Behavior
peningkatan proses dan hasil
5

Perilaku manusia dapat diartikan dan kondisi yang dihadapi (Stephen et.al,
sebagai pengejewantahan dari berbagai 2008).
gejala kejiwaan seperti pengetahuan, Kollmuss dan Agyeman (2002)
persepsi, minat, keinginan dan sikap. mengartikan perilaku pro lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai perilaku seseorang yang secara
perilaku seseorang sebagian terletak sadar berusaha untuk meminimalisir
dalam diri individu yang disebut juga dampak negatif dari tindakan seseorang
faktor internal, sebagian lagi terletak di atau dirinya sendiri terhadap lingkungan
luar dirinya yang disebut juga faktor alami tempat dimana dia tinggal. Contoh
eksternal, yaitu faktor lingkungan (Sujana konkrit perilaku sadar ini misalnya
& Hariyadi, 2018). meminimalkan konsumsi sumber daya
Secara esensial. perilaku adalah dan energi, tidak menggunakan zat
“segala sesuatu yang dikerjakan oleh beracun, dan mengurangi produksi
seseorang” atau ciri yang melekat pada limbah.
diri seseorang (Flores-Garnica & Moreno- Terdapat 6 (enam) indikator pro
González, 2005). Dikemukakan oleh ecology behavior, yaitu : (1) penghematan
Pervin dan Oliver bahwa “perilaku energy, (2) mobilitas dan transportasi, (3)
merupakan pengejewantahan atau pencegahan limbah, (4) daur ulang, (5)
aktualisasi diri dan perilaku dapat konsumerisme, (6) perilaku yang
bertahan dalam jangka waktu yang lama. bertujuan untuk melestarikan alam (Otto
Intense atau keinginan untuk berperilaku & Kaiser, 2014). Ke-enam inidkator ini
ditentukan oleh dua hal yaitu: (1) sikap dapat digunakan untuk mengukur
(attitude) terhadap perilaku itu sendiri dan seberapa besar pro ecology behavior dari
(2) norma subyektif tentang perilaku itu. masing-masing individu. Keenam
(John, Robins, & Pervin, 2008). indikator tersebut dapat digunakan untuk
Secara umum, hal-hal seperti menyusun kisi-kisi instrumen, dan
aktivitas, aksi, penampilan dan reaksi hasilnya dapat menjelaskan pro ecology
dalam kehidupan sehari-hari dapat behavior melalui model perilaku
dipandang sebagai perilaku. Menurut lingkungan yang diadaptasikan oleh
Robbins, perilaku dimaknai sebagai hasil Blaikie & Ward, dari model Hines (Hines
perbuatan seseorang yang ditunjukkannya et al., 1987).
secara berulang kali dan cenderung Pro ecology behavior menurut
berkesinambungan akibat adanya situasi Corral Verdugo adalah tindakan terarah
dan efektif yang merespon kebutuhan
6

sosial dan individu dan yang penggunaan mobil, membaca tentang


menghasilkan konservasi lingkungan fisik topik lingkungan, persuasi Pro ecologicy
(Corral-Verdugo et al., 2009) Psikolog behavior kepada orang lain, desain Pro
lingkungan telah mempelajari berbagai ecologicy behavior dan bangunan,
Pro ecologicy behavior, termasuk konservasi ekosistem, dan juga
penggunaan kembali, daur ulang, mendukung keluarga berencana sebagai
pembuatan kompos, pembelian produk upaya menekan laju pertumbuhan
ramah lingkungan, konservasi air, penduduk.
perilaku hemat energi, mengurangi

Gambar 1. Model perilaku lingkungan diadaptasikan oleh Blaikie & Ward, (1993) dari model Hines,et

al (1986/1987)

Model perilaku pro ekologi Responsible Environmental Behavior: A Meta-


dikembangkan oleh Hines dkk, yang dipengaruhi Analysis” (Hines et al., 1987) melakukan meta-
oleh berbagai variabel. Perilaku pro ekologi analisis dari penelitian yang berusaha untuk
berkaitan dengan beberapa variabel yakni: (1) menerapkan teori kerangka perilaku yang
faktor kepribadian (sikap, locus of control, direncanakan untuk prediksi pro ecology
tanggung jawab personal); (2) kesadaran; (3) behavior, Tujuannya adalah untuk menentukan
pengetahuan mengenai tindakan strategis; (4) variabel (kognitif, psikososial, dan demografi)
keterampilan bertindak; (5) niat untuk bertindak; yang sangat terkait dengan pro ecology behavior
dan (6) faktor situasional. dan kekuatan korelasi variabel-variabel satu sama
lain. Mereka menemukan bahwa variabel seperti
Hines, Hungerford, dan Tomera dalam
(dalam urutan kekuatan korelasional), niat, locus
jurnal Jof Environmental Education yang
of control, sikap, tanggung jawab pribadi, dan
berjudul “Analysis and Synthesis of Research on
pengetahuan, secara signifikan berkorelasi
7

dengan pro ecology behavior. Dengan demikian Penelitian yang dilakukan Anna Uitto,
pro ecology behavior memiliki korelasi dengan Jelle Boeve-de Pauw, Seppo Saloranta dari
variabel niat, locus of control, sikap, tanggung Department of Teacher Education, University of
jawab pribadi, dan pengetahuan. Helsinki, Finland, Dengan judul: Participatory
school experiences as facilitators for adolescents
Beberapa penelitian yang menjadi rujukan
ecological behavior (Uitto, Boeve-de Pauw, &
dalam penelitian ini, fokus mengkaji tentang
Saloranta, 2015) menyelidiki kegiatan siswa di
faktor-faktor internal yang mempengaruhi pro
sekolah yang berhubungan dengan isu-isu
ecology behavior. Sementara itu, dalam model
sustainable dengan guru sebagai fasilitator,
perilaku lingkungan Hines yang diadaptasi oleh
mempengaruhi pikiran dan pro ecology behavior
Blaikie & Ward, terdapat faktor situasional yang
siswa diluar sekolah. sampel penelitian sebanyak
dapat berpengaruh signifikan terhadap
2361 siswa Finlandia digunakan untuk menguji
peningkatan pro ecology behavior, salah satu
model hipotetis. Hasil penelitian menunjukkan
faktor situasional dalam dunia pendidikan yaitu
bahwa institusi di sekolah, termasuk didalamnya
kepemimpinan instruksional guru.
budaya, guru, perangkat pembelajaran dan
Kepemimpinan Instruksional pengalaman prososial meningkatkan nilai pro
ecology, norma pribadi dan self-efficacy untuk
Dalam penelitian yang dilakukan oleh pro ecology behavior secara umum. Pengalaman
Smith, Sean, Lyons, (2016) menyatakan bahwa di sekolah bersama guru dan pengalaman
kepemimpinan instruksional guru artinya guru prososial memiliki efek yang lebih kuat pada
memiliki suara dalam kebijakan dan pengambilan konstruksi psiko-sosial, sementara pengaruh
keputusan yang mempengaruhi siswa, pekerjaan pengalaman ekologi rendah. Peneliti
guru sehari-hari dan terhadap profesi guru. Guru menyarankan bahwa pendidikan keberlanjutan
membimbing pertumbuhan siswa. Dan itu berarti sekolah seharusnya tidak hanya memberikan
bahwa pengajaran tidak monoton, harus ada pengalaman ekologis, namun yang lebih penting
inovasi yang dikembangkan sesuai kebutuhan menghubungkan pengalaman pro-sosial melalui
setiap siswa, dan guru tidak harus berakhir pendekatan yang menekankan nilai pro-
dengan deskripsi pekerjaan yang sama dengan lingkungan dan self-efficacy untuk pro ecology
yang dimulai. Dalam keputusan-keputusan behavior siswa.
menyangkut siswa dan sekolah, guru harus
Penelitian yang dilakukan oleh Smith,
dilibatkan oleh administrator, sehingga para
Hayes, dan Lyons dalam The Journal of
administrator tahu bahwa keputusan yang lebih
Mathematical Behavior: The ecology of
baik akan ada ketika mereka mendengarkan guru.
instructional teacher leadership. Penelitian ini
8

dilakukan untuk memahami pentingnya Malaysia, Hasil penelitian menunjukkan bahwa


kepemimpinan guru dalam jaringan sosial, antara Ada hubungan yang signifikan antara
guru dan murid, guru dan sesama guru, juga kepemimpinan instruksional dan tingkat
antara guru dan pimpinan. Menggunakan teori komitmen guru dalam tiga sekolah di Pahang, dan
sistem ekologi dari Urie Bronfenbrenner dimana juga ada hubungan yang signifikan antara
tokoh sentral dalam pendekatan sistem ekologi kepemimpinan instruksional guru terhadap
adalah individu yang memiliki bermacam-macam pembentukan karakter anak didik.
kemampuan, kecenderungan, aspirasi, dan
Dalam perannya sebagai pemimpin
keyakinan yang membentuk pengembangan,
didalam kelas yang melaksanakan kegiatan
pengambilan keputusan, dan akhirnya perilaku.
instruksional, terdapat suatu siklus lengkap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kegiatan instruksional dengan 3 tahapan yang
kepemimpinan instruksional guru, baik formal meliputi: desain instruksional, pelaksanaan
maupun informal, adalah hubungan sosial kegiatan instruksional, dan evaluasi sumatif
dinamis, satu kompleks di mana individu kegiatan instruksional. Desain instruksional
memainkan peran ganda dalam beberapa sebagai rangkaian kegiatan yang dimaksudkan
kelompok. Dalam penelitian ini, telah untuk meningkatkan kondisi-kondisi belajar agar
diilustrasikan bagaimana teori sistem ekologi dapat mencapai tujuan instruksional (M. Atwi
Bronfenbrenner's dapat melayani fungsi ini. Suparman, 2012). Pelaksanaan kegiatan
Didalam kelas, guru tidak hanya memainkan instruksional meliputi strategi, cara dan perilaku
perannya sebagai pengajar tetapi juga sebagai guru dalam perannya sebagai pemimpin saat
pemimpin dimana guru bertanggungjawab penuh melakukan transfer of knowledge, dan evaluasi
terhadap bahan ajar, inovasi pembelajaran, sumatif agar dapat mengetahui sejauh mana
punishment dan treatment terhadap siswa, dan pengetahuan siswa setelah mengikuti kegiatan
dalam keputusan-keputusan penting menyangkut instruksional.
siswa, pihak sekolah maupun administrator harus
Peran guru dalam memfasilitasi
melibatkan guru, sebab guru-lah yang dianggap
pembelajaran dengan menyampaikan informasi
paling mengetahui kondisi siswa (Smith et al.,
dan pengetahuan tentang isu lingkungan
2016).
(knowledge of issues) dimana pengetahuan
Penelitian lain yang dianggap relevan tentang isu lingkungan menjadi syarat awal
adalah penelitian yang dilakukan oleh Nik terjadinya perilaku, strategi guru dalam
Mustafa dengan judul: Principals’ Instructional pelaksanaan instruksional dan perilaku guru
Leadership and Teachers’ Commitment in Three terkait lingkungan, menjadi faktor eksternal
Mara Junior Science Colleges (Mjsc) in Pahang, (situational factor) pembentuk pro ecology
9

behavior. satu dari empat alasan pokok yang terpilih dengan cara sampel cluster random. 2)
menyebabkan seseorang berperilaku yaitu, orang Melalui cluster sampling diambil sekolah yang
penting sebagai referensi: apabila orang tersebut ada di wilayah Jakarta Timur yaitu MAN 6
penting bagi kita, apapun yang dikatakan dan Jakarta Timur. 3) Kemudian dipilih kembali
dilakukan cenderung untuk dicontohi. Dalam hal secara cluster random yaitu kelas X yang terdiri
kepemimpinan didalam kelas, maka seorang guru dari 4 kelas, sehingga terpilih sebagai responden
dapat dijadikan sebagai referensi dalam perilaku 4 kelas yang terdiri dari 25 siswa pada setiap
siswa (Telešiene & Balžekiene, 2015). kelas. Maka responden dalam penelitian ini
sebanyak 100 orang.
METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah metode survei dengan studi
korelasional. Penelitian ini tergolong penelitian Setelah data penelitian dikumpulkan dari
kuantitatif dengan menggunakan rancangan lapangan, maka data penelitian ditabulasi untuk

korelasional yang bertujuan untuk meneliti memberikan gambaran karakteristik variabel –


seberapa jauh hubungan variabel bebas dengan variabel penelitian. Gambaran karakteristik
variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini variabel – variabel penelitian diperoleh dari hasil
adalah siswa-siswa SMA di Jakarta Timur. pengolahan data dengan analisis statistik

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara deskriptif.


multistages random sampling (teknik
pengambilan sampel secara bertahap) yaitu
dengan langkah sebagai berikut : 1). Ditentukan
terlebih dahulu wilayah daerah sampel, dalam hal
ini sekolah SMA yang berada di Jakarta Timur
Tabel 1. Statistika Deskriptif Pro Ecology Behavior

Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Pro Ecology Behavior 100 31 44 75 6024 60.24 7.306 53.376
Valid N (listwise) 100

rentang skor adalah 31, banyak kelas adalah 8


Distribusi frekuensi data Pro Ecology
dan panjang interval adalah 4.
Behavior dapat dilihat pada tabel 1. dimana
10

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pro Ecology Behavior


Kelas Interval Batas Bawah Batas Atas Frek. Absolut Frek. Relatif
44 - 47 43,5 47,5 3 3,0%
48 - 51 47,5 51,5 11 11,0%
52 - 55 51,5 55,5 15 15,0%
56 - 59 55,5 59,5 17 17,0%
60 - 63 59,5 63,5 19 19,0%
64 - 67 63,5 67,5 17 17,0%
68 - 71 67,5 71,5 13 13,0%
72 - 75 71,5 75,5 5 5,0%
Jumlah 100 100%

antara 44 – 47 dengan frekuensi relatif sebesar


Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat bahwa
3,0%.
frekuensi kelas tinggi variabel Pro Ecology
Behavior, yaitu 19 yang terletak pada interval ke- Untuk mempermudah penafsiran data frekuensi
5 yakni antara 60 – 63 dengan frekuensi relatif absolut Pro Ecology Behavior, maka data ini
sebesar 19,0%. Sementara frekuensi terendahnya, digambarkan dalam grafik histogram sebagai
yaitu 3 yang terletak pada interval ke-1, yakni berikut:

Gambar 2. Grafik Histogram Pro Ecology Behavior

Berdasarkan hasil rata – rata hitung skor kepemimpinan instruksional, terlihat bahwa
masing – masing indikator dari variabel indikator yang memiliki skor tertinggi adalah
11

indikator berpartisipasi dalam kegiatan mencintai kegiatan konservasi alam sebesar 11,73%. Untuk
lingkungan 17,39% dan indikator yang memiliki lebih jelasnya dapat dilihat pada table3.
skor terendah adalah indikator melakukan

Tabel 3 Rata – Rata Hitung Skor Indikator Pro Ecology Behavior

Indikator Jumlah Soal Persentase

Berpartisipasi Dalam Kegiatan Mencintai Lingkungan 5 Soal 17,39%

Memberikan Contoh Efisien Dalam Pemanfaatan


4 Soal 13,88%
Terhadap Energi

Melakukan Kegiatan Konservasi Alam 2 Soal 11,73%

Memelihara Kebersihan Lingkungan 7 Soal 15,24%

Bijak Dalam Penggunaan Energy 5 Soal 15,05%

Mendukung Kebijakan Lingkungan 4 Soal 14,13%

Menggunakan Produk Ramah Lingkungan 3 Soal 12,56%

Tabel 4 Statistika Deskriptif Kepemimpinan Instruksional

Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Kepemimpinan 100 39 45 84 6561 65.61 9.100 82.806
Instruksional
Valid N (listwise) 100
12

dimana rentang skor adalah 39, banyak kelas


Distribusi frekuensi data kepemimpinan
adalah 8 dan panjang interval adalah 5.
instruksional dapat dilihat pada tabel 4 .

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Instruksional

Kelas Interval Batas Bawah Batas Atas Frek. Absolut Frek. Relatif
45 - 49 44,5 49,5 2 2,0%
50 - 54 49,5 54,5 10 10,0%
55 - 59 54,5 59,5 15 15,0%
60 - 64 59,5 64,5 17 17,0%
65 - 69 64,5 69,5 21 21,0%
70 - 74 69,5 74,5 15 15,0%
75 - 79 74,5 79,5 13 13,0%
80 - 84 79,5 84,5 7 7,0%
Jumlah 100 100%

antara 45 – 49 dengan frekuensi relatif sebesar


Berdasarkan tabel 5. dapat dilihat bahwa
2,0%.
frekuensi kelas tinggi variabel kepemimpinan
instruksional, yaitu 21 yang terletak pada interval Untuk mempermudah penafsiran data
ke-5 yakni antara 65 – 69 dengan frekuensi relatif frekuensi absolut kepemimpinan instruksional,
sebesar 21,0%. Sementara frekuensi terendahnya, maka data ini digambarkan dalam grafik
yaitu 2 yang terletak pada interval ke-1, yakni histogram sebagai berikut:

Gambar 3 Grafik Histogram Kepemimpinan Instruksional


13

Berdasarkan hasil rata – rata hitung skor sebesar 26,49% dan indikator yang memiliki skor
masing – masing indikator dari variabel terendah adalah indikator perilaku guru yang
kepemimpinan instruksional, terlihat bahwa berkenaan dengan lingkungan sebesar 23,64%.
indikator yang memiliki skor tertinggi adalah untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.
indikator penyajian materi dan bimbingan belajar
Tabel 6. Rata – Rata Hitung Skor Indikator Kepemimpinan Instruksional

Sub Indikator Jumlah Soal Persentase

Desain Instruksional 7 Soal 24,26%

Perilaku Guru yang Berkenaan dengan Lingkungan 6 Soal 23,64%

Penyajian Materi dan Bimbingan Belajar 4 Soal 26,49%

Evaluasi Instruksional 6 Soal 25,61%

Total Skor 100%

KESIMPULAN behavior atau semakin efektif kegiatan yang


meningkatkan kepemimpinan instruksional yang
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka semakin tinggi pula pro ecology
dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa behavior.
terdapat hubungan yang positif dan signifikan
Berdasarkan analisis regresi linier
secara simultan antara kepemimpinan
berganda yang dilakukan terhadap pasangan data
instruksional dengan pro ecology behavior.
penelitian antara kepemimpinan instruksional
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dengan pro ecology behavior menghasilkan
dapat diinterpretasikan bahwa kepemimpinan koefisien arah regresi sebesar 0,309. Sedangkan
instruksional mempengaruhi pro ecology konstanta yang dihasilkan sebesar 7,977,
14

sehingga dapat diperoleh persamaan regresi Ŷ =


7,977 + 0,309 X1.

Dari hasil perhitungan uji simultan (uji F)


DAFTAR PUSTAKA
diperoleh Fhitung = 37,863 > Ftabel = 3,087 dengan
kriteria koefisien korelasi dinyatakan signifikan
Abdullah, J. B., & Md. Kassim, J. (2011).
jika Fhitung > Ftabel. Koefisien korelasi di uji pada Instructional leadership and attitude
taraf signifikan (α = 0,05). Jika H0 ditolak, maka towards organizational change among
secondary schools principal in Pahang,
koefisien korelasi signifikan, sehingga dapat Malaysia. Procedia - Social and Behavioral
disimpulkan terdapat hubungan yang positif Sciences, 15, 3304–3309.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.29
antara kepemimpinan instruksional dengan pro 0
ecology behavior.

Selain itu, perhitungan pada penelitian ini Ail, N. M. B. M., Taib, M. R. bin, Jaafar, H. bt,
Salleh, W. A. R. bt M., & Omar, M. N. bin.
juga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan (2015). Principals’ Instructional Leadership
yang positif antara kepemimpinan instruksional and Teachers’ Commitment in Three Mara
Junior Science Colleges (Mjsc) in Pahang,
dengan pro ecology behavior. Berdasarkan Malaysia. Procedia - Social and Behavioral
perhitungan tersebut, maka dapat Sciences, 191(2010), 1848–1853.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.51
diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan antara
2
kepemimpinan instruksional terhadap pro
ecology behavior atau semakin tinggi
Baxter, R., Hastings, N., Law, a., & Glass, E. J.
kepemimpinan instruksional yang tercipta, maka . (2008). [ No Title ]. Animal Genetics,
semakin tinggi pula pro ecology behavior. 39(5), 561–563.

Berdasarkan analisis regresi linier


sederhana yang dilakukan terhadap pasangan data Biermann, F., Abbott, K., Andresen, S.,
Bäckstrand, K., Bernstein, S., Betsill, M.
penelitian antara kepemimpinan instruksional M., … Zondervan, R. (2012). Transforming
dengan pro ecology behavior menghasilkan governance and institutions for global
sustainability: Key insights from the Earth
koefisien arah regresi sebesar 0,382 dan System Governance Project. Current
menghasilkan konstanta sebesar 35,195, sehingga Opinion in Environmental Sustainability,
4(1), 51–60.
dapat diperoleh persamaan regresi Ŷ = 35,195 + https://doi.org/10.1016/j.cosust.2012.01.014
0,382 X1. Jadi, dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang positif antara kepemimpinan
Bronfman, N. C., Cisternas, P. C., López-
instruksional dengan pro ecology behavior. Vázquez, E., De la Maza, C., & Oyanedel,
J. C. (2015). Understanding attitudes and
pro-environmental behaviors in a Chilean
15

community. Sustainability (Switzerland),


7(10), 14133–14152.
https://doi.org/10.3390/su71014133 John, O. p., Robins, R. W., & Pervin, L. A.
(2008). Handbook of personality
assessment. John Wiley and Sons.
https://doi.org/10.1016/B978-012134645-
Corral-Verdugo, V., Bonnes, M., Tapia-Fonllem, 4/50022-6
C., Fraijo-Sing, B., Frías-Armenta, M., &
Carrus, G. (2009). Correlates of pro-
sustainability orientation: The affinity
towards diversity. Journal of Kaiser, F. G., Wölfing, S., & Fuhrer, U. (1999).
Environmental Psychology, 29(1), 34–43. Environmental attitude and ecological
https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2008.09.001 behaviour. Journal of Environmental
Psychology, 19(1), 1–19.
https://doi.org/10.1006/jevp.1998.0107
Cross, R. T., & Price, R. F. (1999). The social
responsibility of science and the public
understanding of science. International Kollmuss, A., & Agyeman, J. (2002). Mind the
Journal of Science Education, 21(7), 775– Gap: Why Do People Behave
785. Environmentally and What are the Barriers
https://doi.org/10.1080/095006999290435 to Pro-Environmental Behaviour.
Environmental Education Research, 8(3),
239–260.
https://doi.org/10.1080/1350462022014540
Flores-Garnica, J. G., & Moreno-González, D.
A. (2005). Modelaje espacial de la
influencia de combustibles forestales sobre
la regeneración natural de un bosque Lee, T. H., Jan, F. H., & Yang, C. C. (2013).
perturbado. Agrociencia, 39(3), 339–349. Conceptualizing and measuring
https://doi.org/10.1007/978-1-4419-1428-6 environmentally responsible behaviors from
the perspective of community-based
tourists. Tourism Management, 36, 454–
468.
Hines, J. M., Hungerford, H. R., & Tomera, A. https://doi.org/10.1016/j.tourman.2012.09.0
N. (1987). Analysis and Synthesis o f 12
Research on Responsible Environmental
Behavior: A Meta-Analysis. The Journal of
Environmental Education, 18(June 2013),
1–8. M. Atwi Suparman. (2012). Jurnal Teknologi
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1080/009 Pendidikan, 5(d), 9–19.
58964.1987.9943482

Markowitz, E. M., Goldberg, L. R., Ashton, M.


IPCC. (2014). Summary for Policymakers. C., & Lee, K. (2012). Profiling the “pro-
Climate Change 2014: Synthesis Report. environmental individual”: A personality
Contribution of Working Groups I, II and perspective. Journal of Personality, 80(1),
III to the Fifth Assessment Report of the 81–111. https://doi.org/10.1111/j.1467-
Intergovernmental Panel on Climate 6494.2011.00721.x
Change.
https://doi.org/10.1017/CBO978110741532
4 Otto, S., & Kaiser, F. G. (2014). Ecological
16

behavior across the lifespan: Why


environmentalism increases as people grow
older. Journal of Environmental Sujana, K., & Hariyadi, S. (2018). HUBUNGAN
Psychology, 40, 331–338. ANTARA SIKAP DENGAN PERILAKU
https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2014.08.004 PEDULI THE RELATION BETWEEN
ENVIRONMENTAL CARE ATTITUDE
AND BEHAVIOR IN, 5, 81–87.
Otto, S., & Pensini, P. (2017). Nature-based
environmental education of children:
Environmental knowledge and Telešiene, A., & Balžekiene, A. (2015). The
connectedness to nature, together, are influence of biographical situational factors
related to ecological behaviour. Global upon environmental activist behaviour:
Environmental Change, 47(September), Empirical evidence from CEE countries.
88–94. Socialni Studia/Social Studies, 12(3), 159–
https://doi.org/10.1016/j.gloenvcha.2017.09 178.
.009

Uitto, A., Boeve-de Pauw, J., & Saloranta, S.


Paulick, I., Retelsdorf, J., & Möller, J. (2013). (2015). Participatory school experiences as
Motivation for choosing teacher education: facilitators for adolescents’ ecological
Associations with teachers’ achievement behavior. Journal of Environmental
goals and instructional practices. Psychology, 43, 55–65.
International Journal of Educational https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2015.05.007
Research, 61, 60–70.
https://doi.org/10.1016/j.ijer.2013.04.001

Smith, P. S., Hayes, M. L., & Lyons, K. M.


(2016). The ecology of instructional teacher
leadership. Journal of Mathematical
Behavior, (March 2014).
https://doi.org/10.1016/j.jmathb.2016.12.00
5

Steg, L., & Vlek, C. (2009). Encouraging pro-


environmental behaviour: An integrative
review and research agenda. Journal of
Environmental Psychology, 29(3), 309–317.
https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2008.10.004

Stephen P. Robbins, & Timothy A. Judges.


(2008). Organizational Behavior. (sally
yagan, Ed.), Animal Genetics (15th ed.,
Vol. 39). United States of America:
pearson.

Anda mungkin juga menyukai