Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

TN. B DENGAN HIDRONEFROSIS


DI RUANG RAWAT BULIAN
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA JAMBI

Disusun Oleh

NAMA : Ria Ramadani Wansyaputri

NIM : G1B220006

KELOMPOK : II

PERIODE : Minggu Ke-4

PEMBIMBING AKADEMIK : NURHUSNA, S.KEP., NERS., M.KEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
A. Definisi Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. 
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung
kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal
dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat
adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan
kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap
gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif,
tetapi dalam beberapa kasus, seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir,
sistem pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif
Muttaqin dan Kumala Sari, 2012).
B. Klasifikasi Hidronefrosis
Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis,
diantaranya (Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks
berbentuk Blunting alias tumpul.
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias
mendatar
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya
tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan forniks tumpul).
d. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya
penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda
signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk
ballooning alias menggembung.
C. Etiologi Hidronefrosis
Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan
hidronefrosis adalah sebagai berikut:
a. Hidronefrosis Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan
oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih.
Keadaan ini berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta
kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal.
Penyebab obstruksi unilateral adalah:
1) Obstruksi sambungan ureteropelvik (Sambungan antara ureter dan
pelvis renalis)
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam
pelvis renalis terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke
bawah
c. Batu di dalam pelvis renalis
d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang
letaknya abnormal, dan tumor
2) Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
a. Batu di dalam ureter dan tumor di dalam atau di dekat ureter
b. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
c. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
d. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama
metisergid)
e. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih)
f. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya
g. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih
ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
h. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan
atau cedera
i. Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter
3) Penyakit ureter kongenital
b. Hidronefrosis Bilateral
1) Hyperplasia prostat pada usia lanjut
2) Adanya katup uretra posterior congenital
3) Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik
4) Fibrosis retroperitoneum dan keganasan
5) Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan
D. Patofisiologi
Obstruksi total akut ureter menyebabkan pelebaran mendadak dan
peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi
glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan
penumpukan cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium
menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu
kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam
waktu yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas
menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan
nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya
hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat
obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu
saluran kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan
menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter
merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal
posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. obstruksi
unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya
berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial
bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi
hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan
hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut.
Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal
bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal
akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak
segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan
medis (Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total
menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi
terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan peregangan
kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan
poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus memekatkan
urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Sayangnya,
hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka lama, kecuali
apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang membesar
sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin. Kadang-
kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor
obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak langsung menimbulkan
perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu
biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu
perubahan menjadi ireversibel
E. Pathway
F. \ kongenital, penyempitan uretra, pembesaran uterus pada
Jaringan parut ginjal ureter, batu, tumor, hipertrofi prosial, kelainan
G. ibu hamil

Obstruksi total sebagian total aliran urin

Proses infeksi Obsruksi akut akumulasi urin urin terkumpul Penyempitan


di piala ginjal disaluran kemih ureter/uretra
Metabolisme Kolik renalis/
meningkat nyeri pinggang Urin mengalir
Cairan dalam tubuh
balik ke ginjal Urin yang keluar
tidak dapat
sedikit
Panas/demam diekskresikan
Nyeri akut Hidroureter

Hipertermi Gangguan
Urin masuk ke Gangguan pola
pelvis ginjal keseimbangan eliminasi urin
volume cairan

Penekanan pada
medulla sel-sel ginjal

Ginjal tida bisa


Gangguan fungsi ginjal
menghaslakan
eritropoetin
Kerusakan sel-sel
ginjal
Produksi eritrosit
menurun
Kegagalan ginjal
untuk membuang
Anemia limbah metabolik

Tindakan
Mudah lelah, HB menurun Peningkatan Hemodialisa
letih, lesu ureum pada darah

Penurunan Suplai O2 Ke Resiko Infeksi


Bersifat toksik/racun
aktivitas jaringan menurun
dalam tubuh

Intoleransi Ketidak efektifan


Mulut Sistem
aktivitas perfusi jaringan
pencernaan

Ureum bertemu dengan


Lambung
enzim petialin

Bau amonia Ureum bertemu


dengan asam lambung

Anoreksia Mual, muntah

Gangguan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
F. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut
dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi akan
terjadi disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri
dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal
ginjal kronik akan muncul, seperti:
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2. Gagal jantung kongestif.
3. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4. Pruritis (gatal kulit).
5. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, diantaranya
(smeltzer dan Bare,2002):
1. Aliran urin berkurang
2. Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan serta
pyuria
3. Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4. Mual, muntah, abdomen terasa penuh
5. Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6. Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
7.  Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
G. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat
menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap:
leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis
bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan
kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam
kehidupan.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk
mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung
pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining
pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab
paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
4) CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter.
Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan
kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.
H. Penatalaksanaan Medis
a. Hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,
maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan
(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,
maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat
melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali.
1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari
jaringan fibrosa.
2)  Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali
di sisi kandung kemih yang berbeda.
3) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a. Terapi hormonal untuk kanker prostat
b. Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari
jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih
tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat
dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik.
c. Pelebaran uretra dengan dilator
Adapun penanganan  medis yang diberikan kepada klien hidronefrosisi,
diantaranya :
1) Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosis yang disebabkan karena adnya obstruksi
saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke
system urinaria bagian bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau
kelainan anatomi. Hidronefrosis yang terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan
ini dilakukan dengan memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian belakang
(panggul)  ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi
penumpukan atau pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena obstruksi
yang menghalangi keluarnya urin.
2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang
menghancurkan batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area ginjal. 
ESWL bekerja melalui gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke
ginjal. Gelombang ini akan memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil
untuk selanjutnya dikeluarkan sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang
dipakai berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar laser.
3) Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal
invasive dibidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan
menggunakan akses perkutan untuk mencapai system pelviokalises yang
memberikan angka bebas batu yang tinggi.
4) Stent Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat
ditempatkan di ureter untuk mempertahankan aliran urin pada penderita
obstruksi ureter, memulihakan fungsi ginjal yang terganggu, dan
memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah pembedahan. Stent ini
terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan lentur.
I. Komplikasi
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut:
1. Batu ginjal
2. Sepsis
3. Hipertensi renovaskuler
4. Nefropati obstruktif
5. Infeksi
6. Pielonefritis
7. Ileus paralitik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIDRONEFROSIS
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Umur
Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi
pada orang dewasa
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria lansia
penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu kandung
kemih akibat pembesaranprostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi
akibat pembesaran uterus.
3) Pekerjaan
Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak
untuk duduk sehingga meningkatkan statis urine.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu
ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti
klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih,
nyeri panggul.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat penyakit di keluarga yang berhubungan dengan kelainan
ginjal, seperti BPH, diabetes mellitus, gagal ginjal dan kelainan ginjal
lainnya.
c. Pengkajian 11 Fungsi Gordon
1) Aktivitas dan istirahat Kelelahan, kelemahan, malaise
2) Integritas ego: Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas,
marah.
3) Eliminasi: Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin.
4) Makanan/cairan: Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia,
mual, muntah.
5) Nyeri/kenyamanan: Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang
panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan.
6) Interaksi sosial: Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran
seperti biasa.
7) Persepsi diri: Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
8) Sirkulasi: Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
d. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum : pada kondisi yang masih belum parah, kemungkinan
klien dalam keadaan compos mentis, dan dalam
a. Keadaan yang cukup parah kemungkinan klien berada dalam tingkat
kesadaran sopor.
b. Kepala dan leher
Pada inspeksi kepala dan leher pada klien hidronefrosis kemungkinan
dapat terjadi yaitu, pada mata terlihat adanya konjungtiva anemis dan
bibir pucat, hal ini dapat terjadi karena fungsi ginjal yang terganggu
sehingga tidak dapat menghasilkan eritropoeitin (produksi eritrosit
menurun) dan dapat menyebabkan suplai O2 ke jaringan turun. Klien
jika sudah dalam keadaan yang kronis juga dapat mengalami
pernapasan cuping hidung, hal ini terjadi karena kegagalan ginjal
untuk membuang limbah metabolik sehingga terjadi asidosis
metabolik.
c. Dada
Pemeriksaan dada pada klien hidronefrosis biasanya masih belum
didapatkan kelainan.
d. Abdomen
Pemeriksaan fisik abdomen pada klien hidronefrosis kemungkinan
dapat diperoleh hasil teraba massa di daerah suprabubik dengan
konsentrasi keras, pada klien juga bisa diperoleh adanya nyeri ketok di
sudut costovertebra, keadaan ini terjadi karena adanya regangan kapsul
ginjal akibat hidronefrosis.
e. Kulit
Pemeriksaan kulit pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat terjadi
pucat, lembab. Hal ini terjadi karena ginjal mengalami
gangguan sehingga produksi eritropoeitin menurun dan suplai O2 ke
jaringan juga menurun.
f. Genetalia dan Rektum
Pada klien hidronefrosis kemungkinan bisa ditemukan terabanya
massa jika hidronefrosis disebabkan oleh tumor. Selain itu, juga dapat
diperoleh adanya pembesaran prostat jika keadaan tersebut
disebabkan oleh BPH.
g. Ekstremitas
Pada klien hidronefrosis kemungkinan tidak didapatkan kelainan
ektremitas. Namun jikahidronefrosis parah pada kedua bagian ginjal,
maka dapat mengakibatkan gejala gagal ginjal seperti terdapat odem
pada extremitas, keletihan, dan kelemahan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi akut
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan
ureter/uretra
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
3. Fokus Intervensi Dan Rasional
No Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Tujuan: a. Bina hubungan saling a. Mengenal klien dan
berhubungan Nyeri berkurang percaya. mempermudah
dengan sampai tidak ada untuk
obstruksi nyeri. memberikan
akut. Kriteria hasil: intervensi
Pasien selanjutnya.
menunjukkan
rileks dan b. Kaji lokasi, lamanya, b. Mengetahui skala
mengatakan intensitas dan tingkat dan kualitas nyeri
nyeri berkurang. skala nyeri.

c. Atur posisi yang c. Posisi yang nyaman


nyaman bagi klien. akan membantu
memberikan
kesempatan pada
otot untuk relaksasi
seoptimal mungkin.

d. Ajarkan pasien teknik d. Teknik relaksasi


relaksasi. dapat mengurangi
rasanyeri yang
dirasakan pasien.

e. Berikan health e. Pemahaman pasien


education tentang tentang penyebab
penyebab nyeri yg nyeri yang terjadi
dialami pasien. akan mengurangi
ketegangan pasien
dan memudahkan
pasien untuk diajak
bekerjasama dalam
melakukan
tindakan.

f. Kolaborasi dengan f. Obat-obat analgesik


dokter untuk dapat membantu
No Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil
pemberian analgesik. mengurangi nyeri
pasien.

2. Perubahan Tujuan: a. Kaji pemasukan a. Memberikan


pola eliminasi Pasien dapat cairan dan informasi tentang
urine berkemih dengan pengeluaran fungsi ginjal dan
berhubungan jumlah normal karakteristi urin. adanya komplikasi.
dengan Kriteria hasil:
penyempitan Pasien
ureter/uretra menunjukkan b. Tentukan pola b. Peningkatan hidrasi
tidak mengalami berkemih normal dan membilas
tanda obstruksi. perhatikan variasi. bakteridarah dan
membantu lewatnya
batu.

c. Dorong c. Biasanya frekuensi


peningkatkan meningkat bila
pemasukan cairan. kalkulus mendekati
pertemuan
uretrovesikal.

d. Observasi perubahan d. Akumulasi sisa


status mental, perilaku berkemih dan
atau tingkat kesadaran. ketidakseimbangan
elektrolit dapat
menjadi toksik di ssp

e. Catat Px laboratorium, e. Peningkatan ureum,


ureum, creatinin
Creatinin. mengindikasikan
disfungsi ginjal.

f. Amati keluhan f. Pertahankan


kandung kemih, penurunan keluaran
palpasi untuk distensi urine retensi urine
dapat terjadi,
menyebabkandistansi
jaringan dan resiko
infeksi, gagal ginjal.
No Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil
3. Gangguan Tujuan: a. Kaji pola nutrisi klien a. Mengetahui status
nutrisi kurang Status nutrisi dan perubahan nutrisi pasien terkini.
dari klien mencapai yang terjadi.
kebutuhan adekuat.
tubuh Kriteria hasil: b. Kaji factor penyebab b. Mengetahui
berhubungan Pasien gangguan penyebab gangguan
dengan mual menunjukkan pemenuhan nutrisi. pemenuhan nutrisi.
dan muntah. peningkatan berat
badan.
c. Anjurkan klien untuk c. Memaksimalkan
modifikasi diit intake pemenuha
(porsi sedikit demi gizi.
sedikit tapi sering).

d. Rencanakan d. Tindakan
pengaturan diit memaksimalkan
dengan kebutuhan nutrisi
libatkan klien dan ahli pasien.
gizi (kebutuhan kalori,
variasi menu).

e. Pantau intake nutrisi e. Mengetahui


klien. keefektifan
pemberian diit
Pasien.

f. Timbang berat badan f. Mengetahui


setiap hari. perkembangan status
nutrisipasien.

g. Kolaborasi dengan g. Tindakan untuk


dokter terkait mencapai intake
pemberian obat-obatan sesuai program
yang ad aindikasi adekuat
4. Hipertermi Tujuan: a. Monitoring TTV. a. Memantau suhu setip
berhubungan Suhu tubuh saat apakah normal,
dengan proses pasien normal atau terjadi
infeksi. Kriteria hasil: peningkatan.
Pasienmenunjukk
an suhu normal. b. Beri kompres air b. Menurunkan suhu
No Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil
hangat. tubuh sampai batas
normal.

c. Jaga lingkungan c. Pasien tetap nyaman


sekitar pasien. dengan mengatur
suhu ruangan.

d. Anjurkan keluarga d. Metabolisme dalam


memakaikan baju tipis. tubuh tidak
meningkat.

e. Anjurkan keluarga e. Untuk mempercepat


untuk membatasi proses penyembuhan.
aktivitasklien.

f. Kolaborasi dengan tim f. Akan meredakan


medis dalam hipotalamus sebagai
pemberian obat pusat mengatur panas
penurun panas. sehinggapanas tubuh
Contohparacetamol. berangsur-angsur
turun.

DAFTAR PUSTAKA
De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made
Kariasa,N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester,
Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Irianto. 2015. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Penerbit: Alfabeta , Bandung.
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.
Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract
Obstruction.Available from : URL : http://www.urology-
textbook.com/hydronephrosis.html [Diakses tanggal 18 November 2020]
Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from :
URL : http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-
operasi.html [Diakses tanggal 18 November 2020]
Mitchell.2006.Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry Hartono.Jakarta:EGC
Muttaqin dan Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Penerbit: Salemba Medika, Jakarta
Nanda. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
Jilid 1. Penerbit: Jakarta: ECG
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia. Penerbit : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia, Jakarta Selatan
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal Masuk : 21 Desember 2020

Ruang : Bulian

No. Kamar : Bulian XI

Diagnosa Medis : Hidronefrosis Grade II Kiri

a. Identitas Pasien

1. Nama : Tn. B

2. Umur : 56 Tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Melayu

6. Pendidikan : SMP

7. Pekerjaan : Pedagang

8. Alamat : Danau Teluk

9. Penangung Jawab : Ny. H


10. Hubungan dengan Pasien : Istri

b. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1. Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri pada pada perut kiri bawah
dan menjalar hinggan kepunggung, terasa nyeri
saat BAK.

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengatakan nyeri pada perut kiri bawah dan
menjalan hingga kepunggung sejak 2 bulan yang
lalu, nyeri bertambah saat BAK, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, skala nyeri 7 dan nyeri dirasakan
terus menerus, klien tampak meringis, gelisah dan
keluar keringat dingin. Klien juga mengalami nyeri
saat BAK dan BAK terasa tidak tuntas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.

4. Riwayat Alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi obat maupun


makanan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarga

c. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola Nutrisi

a. Makan

Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit


Jenis Nasi Bubur
Porsi 1 Porsi ½ Porsi
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Diet Khusus Tidak ada diet khusus Makanan Lunak
Makanan yang disukai Tidak ada makanan khusus Tidak ada makanan khusus
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Baik Menurun
Kesulitan menelan Tidak ada Tidak ada
Gigi palsu Tidak ada Tidak ada
Data tambahan lain - Klien sedikit mual

b. Minum
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi (Setiap makan/saat haus) Cukup banyak
Jumlah (cc) ± 1,5 Liter/hari ± 700 cc/hari
Jenis Air putih, teh Air putih
Data Tambahan lain - -

c. Antropometri

Berat Badan

Sebelum sakit : 62 Kg

Saat sakit : 62 Kg

Tinggi Badan : 160 Cm

Pemeriksaan BB Ideal IMT Presentase Penurunan BB


Hasil BB ideal 50 62/1,62 = 62/ Tidak ada penurunan BB
BB Klien 62 2,56 = 24,21

Keterangan Normal Normal -

Keterangan:

BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%

>120 % obesitas

110-120% overweigth

80-109% normal

<80% underweigth

Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2

<20 under W

20-24 Normal

25-30 Overweight
>30 Obesitas

Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%

BB sblm skt

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

2. Persepsi/penatalaksanaan Kesehatan (pandangan pasien terhadap penyakitnya)

Klien mengatakan sebelum berobat kerumah sakit klien sempat berobat ke dokter,
tetapi klien mengatakan nyeri tidak hilang dan segera pergi berobat kerumah sakit.

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah

3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang ± 2 Jam ± 2 Jam
Jml jam tidur malam ± 7-8 Jam ± 6-7 Jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Segar Sedikit lemas

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

4. Pola aktivitas latihan


Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Alat Bantu 0 0
Mandi 0 0
Gosok Gigi 0 0
Keramas 0 1
Potong Kuku 0 0
Berpakaian 0 1
Eliminasi 0 0
Mobilisasi 0 0
Ambulasi 0 0
Naik/Turun Tangga 0 1
Rekreasi 0 -

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

Skor

0 : Mandiri

1 : Dibantu sebagian

2 : Perlu bantuan orang lain

3 : Perlu bantuan orang lain dan alat

4 : Tergantung/tidak mampu

5. Pola konsep diri

a. Body image : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya.

b. Ideal diri : Klien mengatakan ingin segera sembuh agar bisa beraktivitas
kembali
c. Harga diri : Klien tidak minder dengan keadaan yang sekarang dan selalu
kooperatif selama perawatan.

d. Peran : Klien untuk sementara tidak dapat melakukan perannya sebagai ibu
rumah tangga.

e. Identitas diri : Klien mampu mengenali dirinya sebagai seorang perempuan dan
ibu dari 1 orang anak.

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

6. Pola Eliminasi

Pemeriksaan Eliminasi Sebelum Sakit Saat Sakit


Urin
Frekuensi/hari ± 3 x sehari ± 8 x sehari
Pancaran (Kuat, lemah, Kuat Lemah, tidak tuntas
menetes)
Jumlah/BAK ± 300 cc ± 50 cc
Bau Khas BAK Khas BAK
Warna Kuning Kuning pekat
Perasaan stlh BAK Baik, Tidak ada nyeri Nyeri
Total Produksi urin/hari 900 cc 400 cc
(cc)
Kesulitan BAK Tidak ada Nyeri saat BAK, dan
tidak tuntas

Pemeriksaan Eliminasi Sebelum Sakit Saat Sakit


Alvi
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Normal, lunak Normal, lunak
Bau Khas BAB Khas BAB
Warna Kuning Kuning
Kesulitan BAB Tidak ada Tidak ada

Balance Cairan

Pemeriksaan Jenis (cc) Total


Intake Makan: 500 cc 2.200
Minum: 700 cc
Infus: 1000 cc
Transfusi:-
Output Urine: 400 cc 1.420
Feses: 400 cc
Muntah: -
Drainage: -
Pendarahan : -
IWL: 10cc x 62 kg = 620
Balance Cairan Total intake-total output 2.200-1.420= 780

Masalah Keperawatan:

Gangguan Pola Eliminasi Urine

7. Pola Nilai Kepercayaan

a. Larangan agama : Tidak sholat dan melakukan perbuatan dosa

b. Keterangan lainnya : Klien rajin beribadah dan sholat 5 waktu


c. Lainnya : tidak ada

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah

8. Pola Kognitif perceptual

a. Bicara : Lancar, cepat, tidak terpotong-potong

b. Bahasa : Indonesia dan daerah

c. Kemampuan membaca : Klien mampu membaca dengan baik dan benar

d. Tingkat ansietas : Klien mengatakan ada sedikit cemas dengan kondisinya

e. Perubahan sensori : Tidak ada

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah

9. Pola Koping
a. Pola koping : Klien mengatakan saat ada masalah klien selalu
bercerita dengan suami dan keluarganya.

b. Pola peran dan berhubungan : Klien berhubungan baik dengan orang


disekitarnya.
Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah

10. Pola Peran – Hubungan

a. Pekerjaan : Klien bekerja sebagai pedagang

b. Hub. Dengan orang lain : Klien ramah dan berhubungan baik dengan orang
lain.

c. Kualitas bekerja : Sejak sakit klien mengatakan toko nya sering


tutup

d. System pendukung : Keluarga, suami, dan anak

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

11. Pola Seksual Reproduksi

a. Status perkawinan : Menikah

b. Pola seksual reproduksi : Tidak ada masalah, klien memiliki 4 orang anak
c. Masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi : Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah

c. Pemeriksaan Fisik

1. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)

2. Tanda Vital dan Respon Nyeri

a. Nadi : 110x/I

b. Suhu : 37,5 °C

c. RR : 25x/I

d. Tekanan Darah : 130/80 mmHg

e. Nyeri
-Palliative/Profokatif: Nyeri bertambah berat saat BAK

- Quality : Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan kram

- Region : Perut kanan bawah dan menjalar kepinggang


Depan Belakang

- Scale :7

- Time : Terus menerus

Masalah Keperawatan:

Nyeri Akut

3. Kepala :

 Kulit : Bersih, cukup lembab, tidak ada lesi dan peradangan.


 Rambut : Berwarna hitam, bersih, tumbuh merata.
 Muka : Bersih, tidak ada lesi.
4. Sistem Sensori Persepsi

 Mata
Inspeksi

Konjungtiva : Tidak anemis

Sklera : Tidak ikterik

Pupil : Isokor

Palpebra : Tidak ada edema, tidak ada lesi

Lensa : Bersih, tidak keruh

Palpasi

Tekanan intra Okuler : Baik

 Hidung : Normal, simetris, tidak ada tanda lesi, tidak ada polip.

 Gigi : Bersih, tidak ada gigi palsu, tidak ada gigi berlubang

 Bibir : Cukup lembab, tidak ada lesi.

 Leher : Lesi dan massa (-), nyeri tekan (-). Pembesaran kelenjar tiroid (-)
 Telinga

Lubang Telinga : Normal, ada sedikit kotoran telinga, tidak ada lesi

Membran Tympani : Tidak ada masalah


Gangguan Pendengaran : Tidak ada, klien mampu mendengar dengan baik

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah

5. Sistem Respirasi

a. Inspeksi

Bentuk : Normal, kanan dan kiri simetris, lesi (-), massa (-)

b. Palpasi

Tractil Fremitus : Normal, saat dipalpasi simetris

c. Perkusi : Sonor

d. Auskultasi

Suara Nafas : Vesikuler (+/+), irama nafas teratur

Suara Nafas tambahan: Tidak ada

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah


6. Sistem Kardiovaskuler

a. Inspeksi

Bentuk : Ictus cordis tidak nampak

b. Palpasi

Iktus Cordis : Teraba pada ruang sela iga ke 5

c. Perkusi

Batas Jantung :

Pembesaran Jantung : Tidak ada

d. Auskultasi

Bunyi normal : BJ I : Lup

BJ II : Dup

BJ III : -

BJ IV : -

Bunyi tambahan : Tidak ada

e. Cappilary Refill : < 2 detik

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah


5. Sistem Persyarafan (Neurogical )

a. GCS

Eye :4

Verbal :5

Motorik :6

b. Sistem sensorik

Tajam : Normal bisa merasakan ketajaman

Tumpul : Bisa merasakan benda tumpul

Halus : Bisa merasakan benda halus

Kasar : Bisa merasakan benda kasar

c. Sistem motorik

Keseimbangan : Klien mampu berdiri dan berjalan

Koordinasi gerak : Baik, klien mampu bergerak dengan baik.

d. Reflek

Bisep : Normal, bisep berkontraksi

Trisep : Normal, trisep berkontraksi

Patella : Tidak terkaji

Meningeal : Normal
Babinsky : Normal, terjadi pergerakkan fleksi jari-jari kaki

Chaddock : Negatif

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

6. Sistem Gastrointestinal

a. Inspeksi

Bentuk : Simetris, Tidak ada lesi

Tepi Perut : Pada tepi perut sebelah kiri tampak sedikit membesar

Bendungan pembuluh darah: Tidak ada

Ascites : Tidak ada ascites

b. Auskultasi

Peristaltik : 10x/I

c. Palpasi

Nyeri : Nyeri pada perut kiri bawah menjalar kepinggang

Massa : Tidak ada massa

Benjolan : Tidak ada benjolan

Pembesaran hepar : Tidak ada pembesaran hepar

Pembesaran Lien : Tidak ada pembesaran lien

Titik Mc. Burney : Tidak ada nyeri


d. Perkusi : Timpani

e. Rektum : Tidak terkaji

Masalah Keperawatan:

Nyeri Akut

7. Sistem Musculoskeletal

a. ROM : Gerakkan otot aktif dan mampu bergerak dengan baik

b. Keseimbangan : Klien mampu berdiri

c. Kekuatan otot

Ekstremitas superior dextra :5

Ekstremitas superior sinistra : 5

Ekstremitas inferior dextra :5

Ekstremitas inferior sinistra : 5

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

8. Sistem Integument

a. Inspeksi : Cukup lembab, tidak ada lesi dan peradangan.

b. Palpasi : Teraba hangat


c. Pitting Oedem : Tidak ada

d. Akral : Hangat

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

9. Sistem Reproduksi

a. Pria

Inspeksi : Tidak ada lesi dan peradangan

Palpasi : Baik

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

12. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium
Hari/Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Senin, 21 HEMATOLOGI
Desember Hemoglobin 13.3 12.0-16.0 g/dL Normal
2020 Hematokrit 37.9 37-47 Normal
MCV 88.2 80.0-100.0 Normal
MCH 30.9 27.0-34.0 Normal
Eritrosit 4.29 4.00-5.50 Normal
Leukosit 12.38 4.00-10.00 Meningkat
Trombosit 303 150-350 Normal
MCHC 35.0 32.0-36.0 Normal
RDW 11.7 11.0-16.0 Normal
Masa Pembekuan/CT 3.0 2.0-6.0 Normal
Masa Perdarahan/BT 1.0 1.0-3.0 Normal
Glukosa Sewaktu 99 70-200 Normal
Basofil 0.5 0.0-1.0 Normal
Eosinofil 3.3 0.5-5.0 Normal
Neutrofil % 83.2 50.0-70.0 Meningkat
Limfosit % 9.2 20.0-40.0 Menurun
Monosit % 3.8 3.0-12.0 Normal

Selasa, 22 Urinalisis
Desember Sel Ephitel 0-1 Negative Meningkat
2020

Selasa, 22 FAAL HATI


Desember SGOT 16 <37 Normal
2020 SGPT 14 <42 Normal

Rabu, 23 FAAL GINJAL


Deseember Ureum 18.7 17-50 Normal
2020 Kreatinin 0.9 0.7-1.3 Normal

b. USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam Kesan
Senin, 21 EKG
Desember 2020 Hasil : Sinus Rhythm, Left Axis Deviation

Selasa, 22 USG Abdomen


Desember 2020 Hepar : Besar dan bentuk baik, ekhostruktur homogen, sistem
bilier dan vaskuler intra hepatik baik.
Lien : Besar dan bentuk baik, ekhostruktur homogen, Lesi/SOL (-)
Pancreas : Besar dan bentuk baik, ekhostruktur homogen,
Lesi/SOL (-)
Kandung Empedu : Bentuk dan ukuran normal, batu (-)
Ginjal kanan/kiri : Besar dan bentuk baik, ekhostruktur parenkim
normal, sistem pelviokalises kanan melebar blunting, Batu/SOL (-)
Vesika Urinaria : Besar dan bentuk baik, mukosa reguler, batu (-),
double layer (+)
Impression : Hidronefrosis grade II kanan

13. Terapi

a. Cairan IV (Jenis, fungsi, dosis)

 Omeprazole 2x40mg : obat yang digunakan untuk mencegah serta mengobati mual
dan muntah.
 Ceftriaxone 2x1gr : Obat antibiotik yang berfungsi untuk mengatasi berbagai jenis
infeksi bakteri.

b. Obat peroral (Jenis, fungsi, dosis)

 Tidak ada.

c. Obat Parenteral (Jenis, fungsi, dosis)

 RL 20 tpm + Ketorolac 30 mg
 Ringer Laktat : Cairan kristaloid yang mengandung air dan elektrolit, biasanya
digunakan untuk menggantikan cairan ekstraseluler yang hilang.
 Ketorolac : Obat untuk meredakan nyeri dan peradangan, sering digunakan setelah
operasi atau prosedur medis yang menyebabkan nyeri.

d. Obat jenis lain atau pengobatan lainnya

 Pronalges Supp 100mg : Obat untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang.
 Hari Kamis, 19 November 2020 Jam 17:00 WIB dilakukan operasi URS Lithotripsi.
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
 Klien mengeluh nyeri pada perut  TTV
bagian kiri bawah dan menjalar hingga TD : 130/80 mmHg
kepinggang. N : 110x/I
 Pengakajian Nyeri (PQRST) RR : 25x/I
 P : Nyeri bertambah berat saat BAK S : 37,5 °C
 Q : Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk  Nyeri tekan pada pinggang kiri
dan kram  Wajah pasien tampak meringis,
 R : Pada perut kiri bawah dan menahan sakit, dan sering mengeluh
menjalar ke pinggang tentang sakitnya
 S:7  Klien tampak gelisah dan memegang
 T : terus menerus perut nya yang sakit.
 Klien berkeringat dingin
 Klien mengeluh nyeri saat BAK, BAK  Urine kuning pekat (Keruh)
terasa tidak tuntas atau sedikit-sedikit  Urine output 400cc/hari
 Hasil Pemeriksaan Hematologi :
 Klien mengeluh mual.  Leukosit 12.38 (Meningkat),
Neutrofil 83.2 (Meningkat). Limfosit
9.2 (Menurun).
 Hasil Pemeriksaan USG Abdomen :
Hidronefrosis grade II kiri
 Hasil Pemeriksaan urinalisis :
 Sel Ephitel 0-1

ANALISA DATA
No Symptomp Etiologi Problem
1. DS : Agen Cedera Nyeri Akut
 Klien mengeluh nyeri pada perut Fisiologis (Obstruksi)
bagian kiri bawah dan menjalar
hingga kepinggang.
 Pengakajian Nyeri (PQRST)
 P : Nyeri bertambah berat saat
BAK.
 Q : Nyeri terasa seperti ditusuk-
tusuk dan kram
 R : Pada perut kiri bawah dan
menjalar ke pinggang
 S:7
 T : terus menerus
DO :
 TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 110x/I
RR : 25x/I
 Nyeri tekan pada pinggang kiri
 Wajah pasien tampak meringis,
menahan sakit, dan sering
mengeluh tentang sakitnya
 Klien tampak gelisah dan
memegang perut nya yang sakit.
 Klien berkeringat dingin

2. DS : Obstruksi Gangguan Eliminasi


 Klien mengeluh nyeri saat BAK, Urine
BAK terasa tidak tuntas atau
sedikit-sedikit

 Klien mengeluh mual.


DO :
 Nyeri tekan pada pinggang
kanan
 Urine kuning pekat (Keruh)
 Urine output 400cc/hari
 Hasil Pemeriksaan Hematologi :
 Leukosit 12.38 (Meningkat),
Neutrofil 83.2 (Meningkat).
Limfosit 9.2 (Menurun).
 Hasil Pemeriksaan USG
Abdomen : Hidronefrosis grade
II kanan
 Hasil Pemeriksaan urinalisis :
 Sel Ephitel 0-1

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. B Nama Mahasiswa : Ria Ramadani

Ruang : Bulian XI Nim : G1B220006


No RM :
No Tanggal dan Jam Diagnosa Keperawatan TTD
1. 21 Desember Nyeri Akut b.d Agen cedera fisiologis
2020 (Onstruksi) d.d Klien mengeluh nyeri pada
perut bagian kiri bawah dan menjalar hingga
kepinggang. Pengakajian Nyeri (PQRST) P :
Nyeri bertambah berat saat BAK, Q : Nyeri
terasa seperti ditusuk-tusuk dan kram, R : Pada
perut kiri bawah dan menjalar ke pinggang, S :
Skala nyeri 7, T : Nyeri terus menerus.TD :
130/80 mmHg, N : 110x/I, RR : 25x/I, Nyeri
tekan pada pinggang kiri, wajah pasien tampak
meringis, menahan sakit, dan sering mengeluh
tentang sakitnya, Klien tampak gelisah dan
memegang perut nya yang sakit dan Klien
berkeringat dingin.

2. 21 Desember
2020 Gangguan Eliminasi Urine b.d Obstruksi d.d
Klien mengeluh nyeri saat BAK, BAK terasa
tidak tuntas atau sedikit-sedikit, Klien
mengeluh mual, Nyeri tekan pada pinggang
kanan, Urine kuning pekat (Keruh), Hasil
Pemeriksaan Hematologi : Leukosit 12.38
(Meningkat), Neutrofil 83.2 (Meningkat).
Limfosit 9.2 (Menurun), Hasil Pemeriksaan
USG Abdomen : Hidronefrosis grade II kanan,
Hasil Pemeriksaan urinalisis : Sel Ephitel 0-1

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. B Nama Mahasiswa : Ria Ramadani

Ruang : Bulian XI Nim : G1B220006


No RM : 010345
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan
Agen Cedera tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Fisiologis 2x24 jam diharapkan komprehensif.
(Obstruksi) nyeri dapat teratasi. 2. Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria hasil : ketidaknyamanan.

- Klien melaporkan nyeri 3. Monitor TTV


berkurang/hilang. 4. Berikan posisi yang nyaman
- Skala nyeri menurun 5. Kontrol lingkungan yang dapat
- TTV dalam batas mempengaruhi nyeri (Seperti: suhu,
normal cahaya, dan kebisingan)

- Klien mampu 6. Ajarkan klien kontrol nyeri dengan


mengontrol nyeri teknik non farmakologi (tarik nafas
(Teknik non dalam).
farmakologis) 7. Anjurkan klien untuk istirahat dan tetap
- Menyatakan rasa tirah baring ketika timbul nyeri.
nyaman saat nyeri 8. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai
berkurang/hilang. indikasi.
- RL 20 tpm + Ketorolac 30 mg
- Pronalges Supp 100mg
- Omeprazole 2x40mg

2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor eliminasi urine (Mis.


eliminasi urine tindakan keperawatan Frekuensi, konsistensi, dan warna).
b.d obstruksi 2x24 jam diharapkan 2. Monitor ketidaknyamanan saat BAK
3. Monitor urine output
gangguan eliminasi urine
4. Anjurkan klien untuk meningkatkan
dapat teratasi. intake cairan dengan banyak minum.
5. Kolaborasi pemberian anibiotik sesuai
Kriteria Hasil:
indikasi.
- Tidak ada nyeri saat - Ceftriaxone 2x1gr
berkemih 6. Kolaborasi dengan tim bedah tindakan
- Pola eliminasi dalam operasi.
batas normal - Operasi URS Lithotripsi
- Warna urine jernih
- Urine output dalam
batas normal

IMPLEMENTASI KEPERWATAN
Tanggal Diagnosa Implementasi Respon TTD
dan Waktu
21 Des Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian S : P : Nyeri bertambah
2020. b.d Agen nyeri secara berat saat
Cedera komprehensif. berkemih.
14:30 wib fisiologis
(obstruksi) 2. Memonitor TTV Q : Nyeri terasa
(Pre Op) seperti ditusuk-
3. Memberikan posisi tusuk.
yang nyaman
R : Pada perut kanan
4. Mengontrol bawah menjalar
lingkungan yang dapat ke pinggang.
mempengaruhi nyeri
(Seperti: suhu, cahaya, S:6
dan kebisingan)
T : Hilang timbul
5. Mengajarkan klien
kontrol nyeri dengan O : Klien tampak meringis
teknik non farmakologi dan masih gelisah.
(tarik nafas dalam). TTV
6. Menganjurkan klien TD : 120/70 mmHg
untuk istirahat dan
tetap tirah baring N : 92x/I
ketika timbul nyeri.
RR : 21x/I
7. Berkolaborasi
S : 37°C
pemberian analgesik
sesuai indikasi.
- RL 20 tpm +
Ketorolac 30 mg .
- Pronalges Supp
100mg
- Omeprazole
2x40mg

1. Monitor eliminasi urine


21 Des Gangguan (Mis. Frekuensi, S :
2020. eliminasi konsistensi, dan
urine b.d  Klien mengatakan
15:00 wib warna). masih sering
obstruksi 2. Monitor berkemih 6x/hari
(Pre Op) ketidaknyamanan saat sedikit-sedikit dan
BAK tidak tuntas.
3. Monitor urine output
4. Anjurkan klien untuk  Klien mengatakan
meningkatkan intake masih nyeri saat
cairan dengan banyak berkemih
minum. O : Warna urine keruh
5. Kolaborasi pemberian
anibiotik sesuai
indikasi.
- Ceftriaxone 2x1gr

IMPLEMENTASI KEPERWATAN
Tanggal Diagnosa Implementasi Respon TTD
dan Waktu

22 Des Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian S : P : Nyeri berkurang,


2020. b.d agen nyeri secara Nyeri saat ditekan
cedera komprehensif.
14:20 wib fisiologis Q : Nyeri terasa kram
(Obstruksi) 2. Memonitor TTV
(Post Op) R : Pada pinggang
3. Memberikan posisi kanan
yang nyaman
S:5
4. Mengontrol
lingkungan yang dapat T : Hilang Timbul
mempengaruhi nyeri O:
(Seperti: suhu, cahaya,
dan kebisingan) TTV klien :

5. Mengajarkan klien TD : 110/60 mmHg


kontrol nyeri dengan
N : 78x/I
teknik non farmakologi
(tarik nafas dalam). RR : 16x/I
6. Menganjurkan klien S : 36.4°C
untuk istirahat dan
tetap tirah baring
ketika timbul nyeri.

7. Berkolaborasi
pemberian analgesik
sesuai indikasi.
- RL 20 tpm +
Ketorolac 30 mg
- Omeprazole
2x40mg

1. Monitor eliminasi urine


22 Des Gangguan (Mis. Frekuensi, S :
eliminasi konsistensi, dan
2020. urine b.d  Klien mengatakan
warna). setelah operasi
15:00 wib obstruksis 2. Monitor hanya BAK 3 kali,
ketidaknyamanan saat urine mulai banyak
(Post Op)
BAK
3. Monitor urine output  Klien mengatakan
masih nyeri saat
4. Anjurkan klien untuk berkemih
meningkatkan intake berkurang
cairan dengan banyak
O:
minum.
5. Kolaborasi pemberian  : Warna urine mulai
anibiotik sesuai bening
indikasi.
- Ceftriaxone 2x1gr  Tidak ada reaksi
alergi, setelah
diberi obat klien
tampak lebih rileks.
EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal dan Diagnosa Evaluasi TTD
Waktu
21 Des 2020 Nyeri akut
14:30 wib b.d agen S : Klien mengatakan masih nyeri pada perut kanan
(Pre Op) cedera bawah menjalar ke pinggang. Nyeri bertambah
fisiologis berat saat berkemih. Nyeri terasa seperti ditusuk-
tusuk. Skala nyeri 6 dan nyeri dirasakan Hilang
timbul.

O:

 Klien tampak meringis dan masih gelisah.

 TTV

o TD : 120/70 mmHg

o N : 92x/I

o RR : 21x/I

o S : 37°C

 Klien tampak nyaman dengan posisi semi


fowler dan Suhu ruangan tetap sejuk 24°C,
cahaya bagus, tidak ada kebisingan dan klien
tampak nyaman.

 Klien tampak belajar mengontrol nyeri dengan


relaksasi nafas dalam yang diajarkan.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilajutkan
21 Des 2020 Gangguan
15:00 wib eliminasi S : Klien mengatakan masih sering berkemih 6x/hari,
(Pre Op) urine b.d nyeri saat BAK dan BAK sedikit-sedikit dan tidak
obstruksi tuntas.

O:

 Warna urine keruh

 Urine output 450cc


 Nyeri tekan pada pinggang kanan.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan.

EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal dan Diagnosa Evaluasi TTD
Waktu

22 Des 2020. Nyeri akut S : P : Nyeri berkurang, Nyeri saat ditekan


b.d agen
14:20 wib cedera Q : Nyeri terasa kram

(Post Op) fisiologis R : Pada pinggang kanan


(Obstruksi)
S:5

T : Hilang Timbul

O:

TTV klien :

TD : 110/60 mmHg

N : 78x/I

RR : 16x/I

S : 36.4°C

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Pasien pulang tanggal 23 Desember pukul 09.00 pagi
Gangguan
22 Des 2020. eliminasi S:

14:20 wib urine b.d  Klien mengatakan setelah operasi hanya BAK
obstruksi 3 kali, urine mulai banyak
(Post Op)
 Klien mengatakan masih nyeri saat berkemih
berkurang

O:

 Warna urine mulai bening

 Tidak ada reaksi alergi, setelah diberi obat


klien tampak lebih rileks.

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

Pasien pulang tanggal 23 Desember pukul 09.00 pagi

Anda mungkin juga menyukai