Anda di halaman 1dari 29

KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN,

MANAJEMEN LABA,
KONSEKUENSI EKONOMIS LAPORAN KEUANGAN
(Kasus Manajemen Laba - Indofarma)

MAKALAH
Pelaporan dan Akuntansi Keuangan

Dosen Pengampu : Dr.Hj Kamaliah, SE, MM, Ak,CA


Oleh kelompok 1

EVIDA 2010241891
MUQTI RANDY SYARIF 2010242055
SURYANA AMNI 2010241676
UTARI ESA NANDA 2010241673
VIVIA BARIZKI 2010241675

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.


“Puji syukur penyusun hadiahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat – Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerangka
konseptual dan Pelaporan, Manajemen Laba, Konsekuensi Ekonomis Laporan Keuangan”.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pelaporan Akuntansi Keuangan.
Adapun mungkin kesalahan teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Sesungguhnya tiadalah yang
sempurna, melainkan Allah Ta’ala semata.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami,Ibu Dr. Hj. Kamaliah, SE, MM, Ak, CA. yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin ya rabbal ‘alamin.

Pekanbaru, 21 Februari 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2
I.3Tujuan.................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan.................................................. 3
2.2 Manajemen Laba.................................................................................................. 16
2.3 Konsekuensi Ekonomis Laporan Keuangan ...................................................... 18
BAB III KASUS INDOFARMA............................................................................. 22
3.1 Kasus Indofarma.................................................................................................. 22
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................ 26
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pelaporan keuangan merupakan hal yang sangat penting dalam aktivitas sebuah
entitas, karena laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan
kepada pihak-pihak eksternal yang akan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Hal ini dapat terlihat pada tujuan laporan keuangan yaitu memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Selain itu,
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Setiap entitas harus memiliki kemampuan yang baik dalam menyajikan laporan
keuangan setiap periodenya baik dalam hal keandalan, materialitas, ataupun kualitas dari
informasi yang terdapat dalam penyajian laporan keuangan. Untuk memiliki kemampuan
yang baik setiap perusahaan harus memahami dan menerapkan standar akuntansi keuangan
yang tertuang dalam PSAK, baik itu mengenai kerangka konseptual dan pelaporan keuangan,
manajemen laba, ataupun konsekuensi ekonomi laporan keuangan. Dengan adanya PSAK ini
diharapkan seluruh entitas yang ada di Indonesia mampu menerapkan dengan baik dalam
menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku
sehingga semua informasi dalam laporan keuangan dapat memberikan keyakinan bagi
penggunanya dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis (yang terdiri dari 4 orang) ingin menyusun
sebuah makalah dengan judul “Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan, Manajemen
Laba. Konsekuensi Ekonomis Laporan Keuangan”. Dalam makalah ini penulis akan
memapaparkan Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan berdasarkan IFRS yang saat
ini berlaku di Indonesia, tentang teori manajemen laba dan analisi kasus studi PT. Indofarma,
Tbk sebagai contoh kasus manajemen laba yang pernah ada, serta konsekuensi ekonomis
laporan keuangan.

1
II. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini antara lain:
1. Bagaimana Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan berdasarakan IFRS
yang saat ini berlaku di Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan Teori Manajemen Laba?
3. Bagaimana konsekuensi ekonomis terhadap laporan keuangan?

III. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan dalam makalah
ini antara lain:
1. Untuk memaparkan Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan sesuai dengan PSAK
berdasarkan IFRS baik untuk lapran keuangan bertujuan umum ( yang selanjutnya
disebut laporan keuangan) (PSAK 01), Laporan Arus Kas (PSAK 02), Laporan
Keuangan Interm (PSAK 03);
2. Untuk memaparkan Teori manajamen laba baik definisi, sasaran, alasan, serta terjadinya
manajemen laba;
3. Untuk memaparkan mengenai konsekuensi ekonomis laporan keuangan baik definisi,
terjadinya ataupun hubungan konsekuensi ekonomi dengan pasar modal.

BAB II
2
PEMBAHASAN

2.1 KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN


Penyajian laporan keuangan harus disajikan dengan benar dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku agar dapat dibandingkan, baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya
maupun dengan laporan keuangan entitas lain.
Kerangka konseptual (conceptual framework) menetapkan konsep yang mendasari
pelaporan keuangan. Kerangka konseptual adalah sistem konsep yang koheren yang mengalir
dari tujuan. Tujuan tersebut mengidentifikasikan tujuan pelaporan keuangan. Konsep lainnya
memberikan panduan untuk (1) mengidentifikasi batasan pelaporan keuangan; (2w) memilih
transaksi, peristiwa lain, dan kondisi yang disajikan; (3) bagaimana peristiwa diakui dan
diukur; dan (4) bagaimana peristiwa harus dirangkum dan dilaporkan (Kieso, 2017).
Perlunya kerangka konseptual :
a. Sebagai pedoman dalam menetukan standar akuntansi
b. Sebagai kerangka referensi untuk memecahkan masalah akuntansi apabila standar
yang sekarang ada tidak mengatur isu-isu yang baru muncul
c. Sebagai dasar membuat pertimbangan dalam penyajian laporan keuangan.
d. Meningkatkan daya banding dengan cara mengurangi berbagai alternatif metode
akuntansi yang ada.
Sebelum mempelajari mengenai kerangka konseptual, terdapat beberapa istilah yang
perlu dipahami, antara lain sebagai berikut :
1. Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai ’laporan keuangan’)
adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pengguna laporan.
2. Ketidakpraktisan. Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak praktis jika entitas
tidak dapat menerapkannya setelah melakukan usaha yang memadai.
3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, yang terdiri dari:
(a) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK);
(b) Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).
4. Material. Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos
laporan keuangan adalah material jika, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersamasama, dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan.

3
Materialitas tergantung pada ukuran dan sifat dari kelalaian dalam mencantumkan
atau kesalahan dalam mencatat tersebut dengan memerhatikan kondisi terkait. Ukuran
atau sifat dari pos laporan keuangan tersebut, atau gabungan dari keduanya, dapat
menjadi faktor penentu penilaian apakah suatu kelalaian dalam mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat dapat memengaruhi keputusan ekonomi dari pengguna
laporan, dan dengan demikian menjadi material, membutuhkan pertimbangan
mengenai karakteristik dari masing-masing pengguna laporan tersebut. Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 25 menyatakan bahwa
“pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar.” Oleh karena itu, penilaian tersebut perlu
memerhatikan bagaimana pengguna laporan dengan karakteristik tersebut diharapkan
terpengaruh dalam membuat keputusan ekonomi.
5. Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi
tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan
komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas
dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau
rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi
mengenai pospos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
6. Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk
penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan pendapatan
komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya.
7. Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas.
8. Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-
komponen pendapatan komprehensif lain.
9. Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasi ke bagian laba rugi
periode berjalan yang sebelumnya diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada
periode berjalan atau periode sebelumnya.
10. Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang
dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari
transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

Berikut merupakan diagram kerangka konseptual pelaporan keuangan,

4
Gambar 1.1

Menurut IFRS kerangka konseptual dibagi menjadi 3 level :


1. First Level merupakan basic objective
2. Second Level merupakan karakteristik keuangan dan Unsur Iaporan keuangan
3. Third Level merupakan Recognition, measurement, and disclosure concepts

1. First Level
Basic objective berguna untuk memberikan informasi keuangan tentang entitas pelapor
yang berguna untuk investor sekarang dan potensial, lenders dan kreditur lain dalam
pengambilan keputusan dalam kapasitasnya penyedia modal.
2. Second Level

5
a. Karakteristik kualitatif
IASB mengidentifikasi karakteristik kualitatif informasi akuntansi untuk
membedakan informasi yang lebih baik (lebih berguna) dan lnformasi yang inferior
(kurang bermanfaat) untuk keperluan pembuatan keputusan.
Fundamental qualities:
a) Relevance:  
Predictive Value : membantu meramalkan hasil-hasil yang akan diperoleh di
masa-masa yang akan datang.
Confirmatory Value : membantu mengkonfirmasi kebenaran ekpektasi
sebelumnya.
b) Reliability
Completeness: menyajikan semua informasi yang penting untuk memenuhi
kriteria penyajian secara wajar.  
Neutrality: informasi laporan keuangan tidak dibuat atas dasar kepentingan
salah satu pihak.  
Free from error: informasi laporan keuangan bebas dari kesalahan.
Enhancing qualities:
c) Comparability: Laporan keuangan harus dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan dari perusahaan lain yang sejenis atau dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya atau juga sering disebut dengan
consistency
Verifiability : laporan keuangan harus dapat diverifikasi oleh akuntan-
akuntan lain dengan metode-metode yang sama, dapat diuji.
Understandability: Harus dapat dipahami oleh orang-orang yang mengerti
masalah akuntansi dan bisnis atau oleh orang-orang yang ingin mempelajari
dan menganalisa informasi yang disajikan.
b. Unsur-unsur laporan keuangan  
1) Assets : manfaat ekonomi masa datang
2) Liabilities : pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang 
3) Equity and net assets : nilai sisa antara selisih assets dan liabilities
4) Revenues : aliran masuk atau perluasan assets
5) Expenses : aliran keluar atau penggunaan/penghabisan assets
3. Third Level  

6
Recognition, measurement, and disclosure concept
a. Asumsi Dasar
Economic entity : Perusahaan merupakan entitas ekonomi yang terpisah dan berbeda
dari pemiliknya dan unit bisnis lainnya.
1) Going concern : Perusahaan dianggap sebagai entitas yang memiliki
kelangsungan hidup yang berkelanjutan sehingga perencanaan atas pembuatan
laporan keuangan masa kini dan yang akan datang dilaksanakan terus-
menerus.
Monetary unit : uang adalah common denominator
Periodicity : Untuk tujuan laporan keuangan, sebuah entitas bisnis dibagi ke
dalam periode-periode akuntansi.
2) Accrual basis of accounting: transaksi dicatat dalam periode di mana peristiwa
terjadi.  
b. Prinsip Dasar
Measurement
1) Cost – harus disajian secara wajar dari jumlah yang dibayarkan untuk barang
yang diterima.
2) Fair value - jumlah nilai dimana aset dapat ditukarkan antara pihak-pihak
yang berpengetahuan dan bersedia dalam arm‘s length transaction. lASB telah
mengambil langkah yang memberikan perusahaan pilihan untuk menggunakan
nilai wajar sebagai dasar untuk pengukuran aset keuangan dan kewajiban
keuangan.
3) Revenue recognition
Pendapatan harus diakui apabila kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomi
masa depan akan mengalir ke perusahaan dan pengukuran dapat dilakukan
secara andal.
4) Expense recognition
Pengeluaran atau penggunaan aset atau menimbulkan kewajiban (atau
kombinasi dari keduanya) selama periode sebagai akibat dari penyerahan atau
produksi barang dan / atau memberikan jasa.

5) Full disclosure

7
Memberikan informasi yang penting dalam jumlah cukup yang dapat
mempengaruhi penilaian dan keputusan dari pengguna informasi.
c. Constraint
1) Biaya: biaya dan penyediaan informasi harus mempertimbangkan manfaat
yang dapat ditimbulkan dari menggunakannya.
2) Materialitas : suatu item dianggap material jika dimasukkannya atau kelalaian
memasukkannya  akan mempengaruhi atau mengubah penilaian dari orang
yang menggunakannya.
3) Timeliness: laporan keuangan disajikan secara tepat waktu yaitu sebelum
keputusan akan dibuat.

Tujuan Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi:
a. aset;
b. liabilitas;
c. ekuitas;
d. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
e. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;dan
f. arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan,
khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Laporan Keuangan Interim (PSAK NO 3)

8
Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang berisi laporan keuangan
lengkap (seperti yang dijelaskan psak no 1 : penyajian laporan keuangan) atau laporan
keuangan ringkas (seperti yang dijelaskan di pernyataan ini ) untuk satu periode interim.
Periode interim adalah suatu periode pelaporan keuangan yang lebih pendek dari pada satu
tahun buku penuh.

Isi Laporan Keuangan Interim


Menurut PSAK No 1, Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen
berikut ini:
(a) laporan posisi keuangan pada akhir periode;
(b) laporan laba rugi komprehensif selama periode
(c) laporan perubahan ekuitas selama periode;
(d) laporan arus kas selama periode;
(e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi
penjelasan lainnya; dan
(f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian
kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam
laporan keuangannya. Entitas diperkenankan menggunakan judul laporan selain yang
digunakan dalam Pernyataan ini.
Beberapa entitas menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, suatu kajian keuangan oleh
manajemen yang menjelaskan karakteristik utama dari kinerja keuangan dan posisi keuangan,
dan kondisi ketidakpastian utama yang dihadapi. Laporan tersebut dapat meliputi kajian
mengenai:
a. Faktor dan pengaruh-pengaruh utama yang menentukan kinerja keuangan, termasuk
perubahan lingkungan tempat entitas beroperasi, tanggapan terhadap perubahan dan
pengaruhnya, dan kebijakan investasi untuk memelihara serta meningkatkan kinerja
keuangannya, termasuk kebijakan dividen;
b. Sumber pendanaan entitas dan target rasio laibilitas terhadap ekuitas; dan
c. Sumber daya entitas yang tidak diakui dalam laporan posisi keuangan sesuai dengan
SAK.

9
Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai
lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industry
dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang
menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan
penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.

Laporan Arus Kas


Menurut PSAK no 2, informasi tentang arus kas entitas berguna bagi para pengguna
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam mengahasilkan kas
dan setara kas setara menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut.
Arus kas adalah arus masuk dan keluar kas setara kas. Penyajian laporan arus kas meliputi :
1. Aktifitas Investasi adalah perolehan dan pelepasan asset jangka panjang serta
investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
2. Aktifitas Operasi adalah aktifitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktifitas lain
yang bukan merupakan aktifitas investasi dan pendanaan.
3. Aktifitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah
serta komposisi kontribusi modal pinjaman entitas.

Karakteristik Umum
Salah satu karakteristik penyajian laporan keuangan adalah laporan keuangan harus
disajikan secara wajar dan patuh terhadap SAK. Penyajian yang wajar mensyaratkan
penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan
definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan
pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar.
Dalam hampir semua kondisi, entitas mencapai penyajian laporan keuangan secara wajar
apabila memenuhi SAK terkait. Penyajian secara wajar juga mensyaratkan entitas untuk:
a. Memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan PSAK 25. PSAK 25
mengatur hirarki pedoman otoritatif yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam hal
tidak terdapat PSAK yang secara khusus mengatur suatu pos tertentu.

10
b. Menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan informasi yang relevan, andal, dapat diperbandingkan, dan mudah
dipahami.
c. Memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan persyaratan khusus
dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan untuk memahami pengaruh
dari transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain terhadap posisi keuangan dan kinerja
keuangan entitas.
Entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat baik dengan
pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau pengungkapan dalam catatan atas
laporan keuangan atau materi penjelasan. Ketika entitas menyimpang dari ketentuan suatu
PSAK sesuai dengan paragraf 17, maka entitas harus mengungkapkan:
a. Bahwa manajemen telah menyimpulkan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas;
b. Bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK terkait, kecuali pos yang
menyimpang dari ketentuan tertentu untuk mencapai penyajian yang wajar;
c. Nama PSAK yang tidak diterapkan, sifat penyimpangan, termasuk perlakuan yang
disyaratkan oleh PSAK tersebut, alasan mengapa perlakuan tersebut akan
memberikan pemahaman yang salah dalam situasi tersebut sehingga akan
bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, dan perlakuan yang diterapkan; dan
d. Masing-masing periode yang disajikan, pengaruh keuangan dari penyimpangan untuk
masing-masing pos dalam laporan keuangan yang seharusnya dilaporkan sesuai
dengan ketentuan tersebut.
Ketika entitas menyimpang dari suatu ketentuan dalam suatu PSAK pada periode
sebelumnya, dan penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap jumlah yang diakui dalam
laporan keuangan pada periode berjalan, maka entitas membuat pengungkapan.
Dalam keadaan yang sangat jarang terjadi, ketika manajemen menyimpulkan bahwa
kepatuhan terhadap suatu ketentuan dalam suatu PSAK akan memberikan pemahaman yang
salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, tetapi peraturan yang relevan melarang
penyimpangan tersebut, maka entitas semaksimal mungkin mengurangi pemahaman yang
salah tersebut dengan mengungkapkan:

11
a. Nama PSAK terkait, sifat ketentuan, dan alasan mengapa manajemen menyimpulkan
bahwa kepatuhan terhadap ketentuan dimaksud akan memberikan pemahaman yang
salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan; dan
b. Masing-masing periode yang disajikan, penyesuaian terhadap masing-masing pos
dalam laporan keuangan yang dipandang perlu oleh manajemen untuk mencapai
penyajian yang wajar.
Ketika menilai apakah kepatuhan terhadap ketentuan khusus dari suatu PSAK akan
memberikan pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang
diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, manajemen
mempertimbangkan:
a. Alasan tujuan laporan keuangan tidak tercapai dalam kondisi tersebut; dan
b. Bagaimana perbedaan kondisi entitas dengan kondisi entitas lain yang mematuhi
persyaratan. Jika entitas lain dengan kondisi yang sama menerapkan persyaratan
tersebut, maka akan muncul asumsi yang dapat diperdebatkan bahwa kepatuhan
terhadap persyaratan tersebut tidak akan memberikan pemahaman yang salah yang
bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

Kelangsungan Usaha
Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan
berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi
entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternatif lainnya yang
realistis selain melakukannya. Jika manajemen menyadari (dalam membuat penilaiannya)
mengenai adanya ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi
yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan ketidakpastian tersebut.
Jika entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka
entitas mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai
entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha.

12
Jika selama ini entitas menghasilkan laba dan mempunyai akses ke sumber pembiayaan,
maka dapat disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai tanpa melalui
analisis rinci.

Dasar Akrual
Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika
akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset, laibilitas,
ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsure unsur tersebut dalam Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

Materialitas dan Agregasi


Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas
menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos
tersebut tidak material.
Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa
lain yang diklasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan
dan pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan. Jika suatu klasifikasi pos
tidak material, maka dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam laporan
keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material
untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup material untuk disajikan
terpisah dalam catatan atas laporan keuangan.
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau pendapatan dan
beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu PSAK. Entitas melaporkan secara
terpisah untuk aset dan laibilitas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan
laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah
(jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami
transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas
di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa.
Pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (misalnya, penyisihan
keusangan atas persediaaan dan penyisihan piutang tak tertagih) tidak termasuk kategori
saling hapus.

13
PSAK 23: Pendapatan mendefinisikan pendapatan dan mensyaratkan entitas untuk
mengukurnya berdasarkan nilai wajar dari jumlah yang diterima atau akan diterima, dengan
mempertimbangkan jumlah potongan dagang dan rabat volume yang diperbolehkan. Dalam
aktivitas normal, entitas juga melakukan transaksi lain yang bukan merupakan penghasil
utama pendapatan dan bersifat insidentil. Entitas menyajikan hasil dari transaksi tersebut
dengan mengurangkan setiap pendapatan dengan beban terkait yang timbul dari transaksi
yang sama sepanjang penyajian tersebut mencerminkan substansi dari transaksi atau peristiwa
lain. Misalnya:
a. entitas menyajikan keuntungan dan kerugian atas pelepasan aset tidak lancar,
termasuk investasi dan asset operasional, dilaporkan dengan mengurangkan
penerimaan dari pelepasan dengan nilai tercatat dan beban yang timbul dari pelepasan
aset tersebut;
b. entitas dapat mengurangkan pengeluaran yang terkait dengan ketentuan yang diakui
sesuai dengan PSAK 57 dan diganti berdasarkan perjanjian kontraktual dengan pihak
ketiga (seperti perjanjian garansi dari pemasok) dengan penggantian yang diterima.
Entitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang timbul dari suatu kelompok transaksi
yang sejenis secara neto, misalnya keuntungan dan kerugian dari transaksi mata uang asing
atau keuntungan dan kerugian yang timbul dari instrument keuangan yang dikategorikan
sebagai diperdagangkan. Namun, entitas menyajikan keuntungan dan kerugian tersebut
secara terpisah jika keuntungan atau kerugian tersebut material.

Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif)
setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode
satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas
mengungkapkan:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek; dan
b. Fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat
diperbandingkan secara keseluruhan.

14
Informasi Komparatif
Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk
seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan
lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan
keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan
keuangan periode berjalan.
Entitas yang mengungkapkan informasi komparatif menyajikan minimal dua laporan
posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan
keuangan. Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali secara retrospektif atas pos-pos dalam laporan keuangan atau
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas menyajikan minimal tiga
laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas
laporan keuangan. Entitas menyajikan laporan posisi keuangan pada:
a. akhir periode berjalan,
b. akhir periode sebelumnya (yang sama dengan awal periode berjalan), dan
c. permulaan dari periode komparasi terawal.
Pada beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan pada laporan keuangan periode
sebelumnya masih tetap relevan untuk diungkapkan pada periode berjalan. Misalnya, rincian
tentang sengketa hukum yang dihadapi dengan hasil akhirnya belum diketahui secara pasti
pada periode sebelumnya dan masih dalam proses penyelesaian, perlu diungkapkan kembali
pada periode berjalan. Pengguna akan memperoleh manfaat dari informasi adanya
ketidakpastian pada akhir periode pelaporan sebelumnya, dan langkah yang telah dilakukan
selama periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut.
Jika entitas mengubah penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan,
maka entitas mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali reklasifikasi tersebut tidak praktis
untuk dilakukan. Jika entitas mereklasifikasi jumlah komparatif, maka entitas
mengungkapkan:
a. sifat reklasifikasi;
b. jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi; dan
c. alasan reklasifikasi.

15
Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka entitas
mengungkapkan:
a. alasan tidak mereklasifikasi jumlah tersebut, dan
b. sifat penyesuaian yang akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi.
Peningkatkan komparabilitas informasi antar periode membantu pengguna dalam
membuat keputusan ekonomi, khususnya memungkinkan penilaian atas tren informasi
keuangan untuk tujuan prediksi.
PSAK 25 mengatur penyesuaian terhadap informasi komparatif yang dipersyaratkan
ketika entitas melakukan perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan
mendasar.

Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten
kecuali:
a. setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review
atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian
yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk
penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25; atau
b. perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK.
Misalnya, suatu akusisi atau pelepasan yang signifikan atau review atas penyajian laporan
keuangan, mungkin akan menghasilkan kesimpulan bahwa laporan keuangan harus disajikan
secara berbeda. Namun demikian perubahan penyajian dapat dilaksanakan jika perubahan
tersebut memberikan informasi yang andal dan lebih relevan bagi pengguna atau struktur
yang baru mempunyai kecenderungan akan dipergunakan seterusnya.

2.2  MANAJEMEN LABA


Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas
prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted
Accounting PrinciSP (GAAP).
Menurut sugiri (1998:1-18) membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu :
1. Definisi Sempit.Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan
metode    akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai

16
perilaku manajer  untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam
menentukan besarnya laba.
2. Definisi Luas. Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer
bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Pengertian manajemen laba oleh Merchan (1989) dalam Merchan dan Rockness (1994)
didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk
mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan
ekonomis  (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam
jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan. 

Sasaran Manajemen Laba


Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat  unsur-unsur laporan keuangan yang dapat
dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
a. Kebijakan Akuntansi. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan
akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan
akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat
berlakunya kebijakan tersebut.
b. Pendapatan. Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.
c. Biaya. Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai suatu
tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment).

Alasan dilakukan manajemen laba


a. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap
manajer. Manajemen laba berhubungan eratdengan tingkat perolehan laba atau
prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan
dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh
manajer.
b. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan
yang terancam  default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang
pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan
yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberi

17
posisi  bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan ulang utang
antara pihak kreditor dengan perusahaan.
c. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada
perusahaan go publik pada saat IPO.

Terjadinya Manajemen Laba


Menurut Ayres (1994:27-29) manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan cara-
cara sebagai berikut:
a. Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui
kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat
mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan
wewenang dari para manajer.
b. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib
diterapkan oleh suatu perusahaan. Yaitu antara menerapkan lebih awal atau menunda
sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
c. Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu dari
sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan
akuntansi yang ada (GAAP).

2.3   KONSEKUENSI EKONOMI LAPORAN KEUANGAN


Economic consequences adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun bertentangan
dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi
nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar modal efisien, tampak
bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi pamakai laporan
keuangan, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi aliran kas perusahaan.
Zeff (1978) mendefinisikan economic consequences sebagai dampak laporan akuntansi
terhadap perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, dan kreditor. Esensi definisi
tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi (affect) keputusan nyata oleh
manajer dan pihak lain, tidak hanya sekedar menggambarkan (reflecting) hasil keputusan
yang dibuat.

18
Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi dalam pemilihan kebijakan akuntansi
merupakan hal penting karena beberapa alasan :
1. Konsep itu sendiri merupakan hal yang menarik.
2. Usul bahwa kebijakan akuntansi bukan merupakan persoalan, bertentangan dengan
pengalaman akuntan.
3. Hadirnya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan mengapa konsekuensi
ekonomi tersebut ada.
Esensi dari economic consequences adalah bahwa kebijakan akuntansi dan perubahan
kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter), terutama permasalahan
bagi manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut merupakan permasalahan bagi manajemen,
kebijakan akuntansi juga permasalahan bagi investor yang memiliki perusahaan karena
manajer dapat mengubah hasil operasi perusahaan sesungguhnya dengan melakukan
perubahan kebijakan akuntansi.
Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti
kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract). Kebijakan
akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang penting bagi investor.
Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan kebijakan akuntansi yang
dipilih sebagai signal tentang informasi dalam dari perusahaan. Alasan lain munculnya
konsekuensi ekonomi adalah karena :
a. Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti
kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract).
b. Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang
penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan
kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang informasi dalam dari
perusahaan.
c. Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar
modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila perubahan
akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan.
d. Economic consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan
kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak
berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu, economic consequences
merupakan salah satu anomali pasar modal efisien. Teori akuntansi positif (PAT)
adalah penjelasan terhadap adanya economic consequences.

19
Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar
modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila perubahan
akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Economic consequences
diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun
perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas.
Karena itu, economic consequences merupakan salah satu anomali pasar modal efisien. Teori
akuntansi positif (Positive Accounting Theory/PAT) adalah penjelasan terhadap adanya
economic consequences.
PAT adalah teori yang berkaitan dengan prediksi tindakan atas adanya pilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer merespon suatu standar baru. Komponen
PAT meliputi:
1. Bonus Plan Hypothesis
2. Debt Covenant Hypothesis
3. Political Cost Hypothesis
Bonus Plan Hypothesis – Manajer yang memiliki program bonus akan memilih kebijakan
akuntansi yang menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode sekarang.
Debt Covenant Hypothesis – Semakin dekat perusahaan terhadap pelanggaran kovenan
utang berbasis akuntansi, semakin mungkin manajer memilih prosedur akuntansi yang
menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode sekarang.
Political Cost Hypothesis – Semakin besar biaya politik yang dihadapi perusahaan,
semakin mungkin manajer memilih prosedur akuntansi yang menggeser laba periode
sekarang ke periode yang akan datang.

Hubungan Economic Consequences Dan Pasar Modal Efisien


Teori pasar modal efisien tidak mampu menjelaskan perubahan kebijakan akuntansi
terhadap reaksi pasar, pada tidak ada pengaruh perubahan akuntansi tersebut terhadap arus
kas. Karena itu, economic consequences dikategorikan sebagai anomali pasar modal efisien.
Ada lagi anomali pasar modal efisien. Teori pasar modal efisien memprediksi tidak ada
reaksi pasar terhadap perubahan kebijakan akuntansi yang tidak berdampak terhadap
profitabilitas dan arus kas. Apabila tidak ada reaksi pasar (terlihat dari tidak berubahnya cost
of capital), hal ini menjadi tidak jelas mengapa manajemen dan pemerintah harus konsen
terhadap kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan. Dengan kata lain, teori pasar
modal efisien mendukung pengungkapan penuh, termasuk pengungkapan kebijakan

20
akuntansi. Namun, sekalipun kebijakan akuntansi diungkapkan, pasar tidak bereaksi karena
pasar tidak mempermasalahkan perubahan nilai perusahaan hanya karena terjadi perubahan
metode akuntansi.
Terlihat bahwa tiga kontituen laporan keuangan, manajemen, pemerintah, dan investor
bereaksi terhadap artikel tentang kebijakan akuntansi. Namun reaksi manajemen mengejutkan
sampai pada intervensi badan penyusun standar. Perbedaan reaksi ini merupakan bagian dari
konsekuensi ekonomi, yaitu bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat menjadi masalah
walaupun tidak ada pengaruhnya terhadap arus kas.

Rekonsiliasi Economic Consequences Dan Pasar Modal Efisien


Konsekuensi ekonomi merupakan anomali bagi pasar modal efisien. Hal ini terjadi karena
perubahan kebijakan akuntansi yang tidak berpengaruh terhadap arus kas memiliki
konsekuensi ekonomi tetapi tidak direaksi oleh pasar. Bagi manajer, kebijakan akuntansi
adalah suatu masalah (matter) karena dua hal.
1. Pertama, bonus manajer seringkali ditentukan berdasarkan variabel akuntansi.
2. Kedua, kontrak dengan kreditor seringkali terkait dengan variabel akuntansi. Walaupun
memiliki konsekuensi ekonomi, namun kebijakan akuntansi tersebut tidak sesuai dengan
efisiensi pasar modal. Memang, konsekuensi ekonomi dan efisiensi pasar modal tidak
sejalan.
Konsekuensi ekonomi dan efisiensi pasar modal dapat direkonsiliasi melalui teori
akuntansi positif yang didukung oleh teori keagenan. Teori ini menjelaskan mengapa
perusahaan terlibat dengan kontrak yang variabelnya adalah angka akuntansi.
Penjelasan lain selain teori keagenan adalah karena manajer tidak percaya terhadap teori
pasar modal efisien. Manajer yakin bahwa reaksi investor dan biaya modal perusahaan
dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi apapun dampaknya terhadap arus kas.

21
BAB III
STUDI KASUS
ANALISIS KASUS PT. INDOFARMA Tbk

Kasus Indofarma ini bermula saat perusahaan yang memproduksi 80% (delapan puluh
persen) obat generik itu mengalami kerugian sebesar Rp. 20,097 (dua puluh koma Sembilan
puluh tujuh) miliar pada akhir tahun 2002. Padahal hingga kuartal III tahun yang sama, laba
bersih Indofarma mencapai Rp. 88,57 (delapan puluh delapan koma lima puluh tujuh) miliar
Kerugian ini sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari kekeliruan yang dilakukan oleh
manajemen pada tahun tahun sebelumnya yang pada akhirnya berdampak pada tahun-tahun
berikutnya.
Faktor penyebab kerugian itu menurut manajemen Indofarma :
1. Adanya Perubahan Regulasi pemerintah.
2. Persaingan yang semakni ketat antar produsen obat
3. Komposisi portofolio produk yang sangat bergantung pada obat generic
4. Pengembangan 40 (empat puluh) jenis obat-obat ethical yang berharga murah dengan
merek (low-price branded generic)
5. Inefisiensi produksi yang disebabkan oleh kapasitas menganggur (idle capacity) dari
fasilitas produksi
6. Sejak tahun 2000 Perusahaan mendirikan anak perusahaan yaitu PT. Indofarma Global
Medika (IGM) yang menjadi distributor untuk semua produk Indofarma
7. Adanya Peningkatan persediaan (obat jadi, bahan baku, alat-alat kesehatan dan Iain-lain)
tapi tidak melalui perencanaan yang baik dan juga tidak didukung oleh kebutuhan atau
daya serap pasar khususnya alat-alat kesehatan.
8. Beban usaha mengalami peningkatan sebesar Rp. 183,88 (seratus delapan puluh tiga
koma delapan puluh delapan) miliar yang juga mendorong meningkatnya kerugian
ditambah dengan beban bungan pinjaman sebesar Rp. 40,95 (empat puluh komasembilan
puluh lima) miliar.

22
Adapun tinjauan keuangan PT. Indofarma, Tbk selama 5 tahun yaitu tahun 1999-2003
DESKRIPSI 1999 2000 2001 2002 2003
Penjual Bersih 392,02 493,37 615,43 687,98 498,21
Laba Kotor 182,06 272,54 303,79 123,16 136,84
Laba (Rugi) Usaha 125,92 182,07 172,33 (52,26) (47,05)
Laba (Rugi) Bersih 117,01 110,29 122,54 (59,82) (129,57)
Total Aktiva 487,51 538,17 811,62 810,03 635,96
Aktiva Lancar 421,71 432,79 688,96 647,16 443,65
Aktiva Tidak Lancar 65,80 105,38 122,66 162,87 192,96
Total Kewajiban 239,92 245,61 294,19 412,03 368,01
Kewajiban Lancar 239,92 245,61 289,76 373,22 343,16
Kewajiban Tidak lancer - - 4,43 38,81 24,85
Ekuitas 247,59 292,57 520,84 390,43 260,86

Analisis Kasus
Awal mula dari kasus ini karena selama 2 (dua) tahun berturut-turut Indofarma
mengalami kerugian yaitu pada tahun 2002 dan 2003. Padahal tahun 2001 perusahaan
farmasi tersebut meraih laba yang cukup besar (lihat tabel 1). Setelah dilakukan pemeriksaan
oleh Bapepam ternyata telah adanya kesalahan dalam penyajian informasi di dalam Laporan
Keuangan 2001. Kejadian ini merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap ketentuan Pasar
Modal (UUPM dan peraturan Bapepam) dan Pedoman Standar Akuntan Publik (PSAK).
Bahwa di dalam ketentuan Pasar Modal yaitu yang terdapat dalam Pasal 69 ayat (l) UUPM:
"Laporan Keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku umum."
Adapun bukti-bukti yang ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Nilai Barang Dalam Proses dinilai lebih tinggi dari nilai seharusnya (oversteated)
dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar
Rp 28.870.000.000,00. Akibat overstated tersebut, maka Harga Pokok Penjualan akan
understated sebesar Rp 28.870.000.000,00 dan laba bersih juga akan mengalami
overstated dengan nilai yang sama pula.
2. Berdasarkan angka 2 huruf a pearaturan Bapepam nomor VIII.G.7 tentang pedoman
penyajian laporan keuangan disebutkan bahwa “manajemen emiten atau perusahaan
public vertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan”
3. Dalam pedoman standar akuntansi public (PSAK) kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan khususnya berkaitan dengan materialitas, paragraph 30
dinyatakan bahwa “….informasi dipandang material kalau kelalaian mencantumkan
atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan…”
4. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian alaporan keuangan
khususnya berkaitan engan keandalan, paragraph 31 menyatakan bahwa “…. Agar
23
bermanfaat, informasi juga harus andal (realiabel) informasi memiliki kualitas andal
jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat
diandalkan pemakai sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithfull representation)
dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan”.
5. PSAK No 1 Paragaraf 10 bahwa “ laporan keuangan harus menyajikan secara wajar
posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan
dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan
PSAK dalam catatan atas laporan keuangan….”
6. Berdasarkan pasal 5 huruf n undang-undang No 8 tahun 1995 tentang pasar modal
dan pasal 64 peraturan pemerintah nomor 45 tahun 1995 sebagaimana telah diubah
dengan peraturan pemerintah no 12 tahun 2004 tentang penyelenggaraan kegiatan
dibidang pasar modal, kepada direksi yang menjabat pada periode terbitnya laporan
keuangan tahun periode 2001 diberikan sanksi administrative berupa denda sebesar
Rp. 500.000.000,00 dan memerintahkan kepada direksi PT. Indofarma Tbk untuk :
a. Segera membenahi dan atau menysusun system pengendalian internal dan system
akuntansi perusahaan yang memadai untuk menghindari timbulnya permasalahan
yang sama dikemudian hari. Pembenahan dan atau penyusunan system
pengendalian internal dan system akuntansi perusahaan tersbut sudah harus
diselesaikan selambat-lambatnya pada akhir semester 1 tahun buku 2005
b. Menyampaikan laporan perkembangan atau pembenahan dan atau penyusunan
system pengendaliaan internal dan system akuntansi perusahaan tersebut secara
berkala setiap akhir bulan kepada BAPEPAM
c. Menunjuk akuntan public yang terdaftar di BAPEPAM untuk melakukan audit
khusus untuk melakukan penilaian atas system pengendalian internal dan item
akuntansi tersebut apabila perusahaan telah selesai melakukan pembenahan adan
atu penyusunan system pengendalian internal dan system akuntansi perusahaan.
Hasil audit khusus tersebut wajib disampaikan ke BAPEPAM

BAB IV
Kesimpulan

24
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerangka konseptual dan
pelaporan keuangan dapat diringkas dalam bagan yang menjelaskan 3 level dalam yaitu First
Level merupakan basic objective, Second Level merupakan karakteristik keuangan dan Unsur
Iaporan keuangan, Third Level merupakan Recognition, measurement, and disclosure
concepts. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan
tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba. Tiga alasan manajer melakukan manajemen
laba adalah meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer, Manajemen laba
dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor, menarik investor untuk menanamkan
modalnya terutama pada perusahaan go publik pada saat IPO. Hal ini dapat tercermin dalam
kasus yang pernah terjadi pada PT. Indofarma, Tbk. Teori economic consequences sebagai
dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, dan
kreditor. Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti
kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract).

DAFTAR PUSTAKA

25
Aribowo, Tjiptono. 2012. Teori Akuntansi Normatif dan Positif, (Online),
(http://msa15.blogspot.com/2012/02/teori-akuntansi-normatif-dan-positif.html., diakses
27 September 2013)

Donald E, Kieso. dkk. 2017. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta : Salemba Empat

Erika.2012. A Conceptual Framework for Financial Accounting and Reporting, (Online),


(http://erika0391989.wordpress.com/2012/02/08/a-conceptual-framework-for-financial-
accounting-and-reporting/., diakses 27 September 2013)

IAI. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia

Koran Tempo. 2012. Bapepam Temukan Indikasi, (Online),


(http://kumpulanberitalama.blogspot.com/2012/10/korantempo-bapepam-temukan-
indikasi.html., diakses 28 september 2013)

Simbolon, Harry Andrian. 2011. Perbedan Kerangka Konseptual USGAAP dan IfRS,
(Online), (http://akuntansibisnis.wordpress.com/2011/04/07/perbedaan-kerangka-
konseptual-usgaap-dan-ifrs/., diakses 27 september 2013)

26

Anda mungkin juga menyukai