Anda di halaman 1dari 24

KELOMPOK III

LIABILITAS & EKUITAS


ARINI ILMA 2010241794
ARNENGSI 2010241787
IBNU SATRIA 2010241992
RAMADAHNIEL ISLAMI
2010241824
EKUITAS

&
LIABILITAS
Peranan Liabilitas Entitas memberikan manfaat untuk mendanai
kegiatan perusahaan.

PENGERTIAN
LIABILITAS:

Menurut FASB (Financial Accounting


Standard Board)
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti
yang timbul dari keharusan sekarang suatu
kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau
menyediakan/ menyerahkan jasa kepada
kesatuan lain dimasa datang sebagai akibat
transaksi atau kejadian masa lalu.
Karakteristik LIABILITAS

Pengorbanan Manfaat
Ekonomik Masa Datang

Keharusan
Sekarang untuk
Mentransfer
Aset

Akibat Transaksi
Masa Lalu
Liabilitas Jangka Pendek

Liabilitas Lancar (current liabilities)


 Kewajiban Lancar adalah
Kategori kewajiban lancar: kewajiban yang diperkirakan
akan dibayar dengan
menggunakan aktiva lancar
Pendapatan lainnya
Utang Usaha diterima dimuka

 Dan harus segera dilunasi dalam


jangka waktu satu tahun

Utang Pajak,
Utang Bunga, Penghasilan Kewajiban
Utang upah, karyawan Jangka Panjang
Utang pajak yang akan
penjualan. Segera Jatuh
Tempo dalam
jangka waktu
satu tahun

Penggolongan
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Panjang (long-term liabilities)
Kewajiban yang pelunasannya atau jatuh temponya lebih dari satu tahun atau satu periode akutansi.

Utang
Hipotek
Wesel bayar
Jangka
panjang

Kewajiban
Utang Pensiun,
Obligasi kewajiban lease,
dan lain-lain.

Jenis-jenis
Pengakuan & Pengukuran Liabilitas
PENGAKUAN Pengukuran

Tujuan dari penilaian kewajiban adalah bahwa pengukuran


Pengukur yang paling objektif untuk
kewajiban harus memungkinkan penyajian informasi kepada
investor dan kreditor sebagai sarana untuk meramalkan arus menentukan kos kewajiban pada
kas. saat terjadinya adalah penghargaan
Tujuan lain mencakup penilaian sebagai dasar untuk kesepakatan dalam transaksi-
perbandingan laba antar periode dan antar perusahaan, dan transaksi dan bukan jumlah rupiah
sebagai perbandingan dari klaim beberapa pemegang ekuitas. Ketertentuan pengorbanan ekonomik masa datang
. 4 KAIDAH Pengakuan untuk substansi ekonomik
menandai pengakuan liabilitas: transaksi Dasar pengukuran kewajiban yang
Keterterapan paling objektif adalah kos tunai
konsep dasar atau kos tunai implisit. Karena
dan kewajiban merupakan cerminan
konservatisma dari aset, maka pengukurannya
juga mengikuti pengukuran ase
Keterukuran
Ketersediaan nilai kewajiban
dasar hukum
Penyajian & Pengungkapan Liabilitas

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan


urutan kelancarannya sejalan dengan aset

PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut


urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan
jatuh tempo.

PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak


memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

Kriteria tersebut adalah


(a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus
normal operasi perusahaan
(b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca
Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha sehingga bebas dari
kewajiban tersebut.
FASB menentukan kriteria lenyapnya suatu kewajiban sebagai
berikut :

Debitur membayar/melunasi kreditur dan bebas dari semua


keharusan yang berkaitan dengan utang

Debitur telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai


penanggung utang baik keputusan pengadilan maupun oleh
kreditur dan dapat dipastikan bahwa debitur tidak akan diharuskan
melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan
utang.

Debitur menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik
kembali dalam suatu perwakilan yang semata-mata digunakan
untuk pelunasan pembayaran bunga serta pokok suatu pinjaman
tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitur untuk
diharuskan lagi melakukan pembayaran di masa datang yang
berkaitan dengan pinjaman tersebut
Kewajiban Valuta Asing

Pada PSAK diatur untuk akun yang terdapat pada Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) dengan bentuk valuta asing harus dikonversikan
ke mata uang pelaporan dengan kurs per tanggal laporan keuangan

Hal ini akan membuat perbedaan pengakuan saat memiliki aset


dan kewajiban valas dengan pelaporannya pada tanggal pelaporan

Perbedaan nilai akibat kurs dimasukan dalam akun laba atau rugi
selisih kurs yang dilaporkan pada laporan laba rugi.
Pengukuran Liabilitas Kontinjensi
Pengungkapan Provisi Estimasi dari dampak
keuangannya & indikasi dari
Diatur Dalam ketidkpastian
PSAK 57 Paragraf 84

Pengakuan Liabilitas Kontinjensi


Pengakuan Provisi Diatur Dalam
PSAK 57 paragraf 28
Diatur dalam (PSAK No. 57
paragraf 14)

Provisi Liabilitas
Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum
pasti (PSAK No.57 paragraf 10). Kontinjensi
(PSAK No. 57 paragraf 10) Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa lalu,
tetapi tidak diakui karena:
 Tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajibannya
 Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Istilah Ekuitas berasal dari kata equity atau equity of
ownership yang berarti kekayaan bersih perusahaan
(Ekuitas = Aktiva – kewajiban)

E K U I TA Pada dasarnya ekuitas berasal dari


investasi pemilik dan hasil usaha
perusahaan. Ekuitas akan berkurang

S terutama dengan adanya penarikan


kembali penyertaan oleh pemilik,
pembagian keuntungan atau karena
kerugian.
2 sumber utama
perubahan ekuitas
1. Kontribusi pemgang saham (modal
Ekuitas pemegang saham yang disetor)
mencerminkan kepentingan 2. Laba (penghasilan) yang ditahan
pemilik atau pemegang saham perusahaan
pada perusahaan bisnis yang
merupakan kepentingan residu
(residual interest).

Komponen
 Jumlah ekuitas
pemegang saham
Ekuitas
setiap periode
merupakan kumulatif untuk
pemegenag
dari kontribusi bersih
pemegang saham
ditambah (dikurangi)
laba ditahan atau rugi
perusahaan.
saham
saham dimana pemegangnya memiliki hak perseroan secara umum
dan pemegangnya menanggung risiko terbatas atas kerugian dan
Saham biasa (common stock) menerima manfaat bila terjadi keuntungan. Saham ini tidak dijamin
akan menerima dividen atau tidak dijamin atas pembagian aset bila
perusahaan dilikuidasi. Namun pemegang saham ini memiliki hak
suara terkait dengan penentuan kebijakan operasional perusahaan.

Jenis
Terdapat dua bentuk saham sebagai tanda
Saham
hak milik pada perusahaan yaitu:

Saham preferen (preferred stock)

saham dimana pemegangnya memiliki hak-hak istimewa


di perusahaan terutama berkaitan dengan pembagian
dividen dan pembagian aset saat perusahaan dilikuidasi.
Pemegang saham preferen akan selalu mendapatkan
dividen sebesar prosentase tertentu (tercantum dalam
lembar saham preferen) dari nilai pari atau nilai
nominalnya. Namun pemegang saham preferen ini tidak
memiliki hak suara dalam hal penentuan kebijakan
operasi perusahaan.
Akuntansi
Akuntansi Ekuitas Ekuitas untuk
untuk badan usaha badan usaha
bukan PT berbentuk PT

Modal saham meliputi saham preferen, saham


Akuntansi untuk ekuitas badan usaha biasa dan akun tambahan modal disetor. . Pos
bukan PT harus dilaporkan sesuai modal lainnya seperti modal yang berasal dari
dengan peraturan perundangan yang sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari
berlaku untuk badan usaha tersebut, tambahan modal disetor
dan standar akuntansi keuangan yang
berlaku khusus untuk industri yang 
Agio Saham
bersangkutan, misalnya koperasi. Akun tambahan modal disetor terdiri 
tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan
dari berbagai macam unsur harga yang lebih rendah daripada jumlah yang diterima
penambah modal seperti: pada saat pengeluaran

tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh
kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan
pada saat perolehannya
 tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor.
DIVIDEN PT
Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul
pada saat pengumuman dividen, dan saldo laba akan
dibebani dengan jumlah dividen yang dimaksud

Bila dividen dibagikan dalam bentuk aktiva bukan


kas, maka saldo laba akan didebit sebesar nilai
wajar aktiva yang diserahkan

. Pembagian dividen saham adalah pembagian


saldo laba kepada pemegang saham, yang
diinvestasikan kembali oleh mereka dalam bentuk
modal disetor.

Pembagian dividen saham dicatat


berdasarkan nilai wajar saham.
CASE
STUDY

PT. GREAT RIVER


INTERNASIONAL Tbk
PT Great River International merupakan perusahaan pakaian
jadi berkualitas tinggi dan terkemuka di Indonesia meliputi
produksi, distribusi dan retail
Tahun 1976- PT. Great River Internasional Tbk didirikan
oleh oleh Sukanta Tanudjaja dan Sunjoto Tanudjaja pada
dengan nama PT. Great River Garments Industries.
Tahun 1992  Berganti nama
menjadi PT Great River Industries
Tbk Tahun 1991—1995  PT GRI banyak melakukan kerja
sama dengan perusahan Jepang dan mendirikan anak
anak perusahan baru
Tahun 1996Berganti nama
menjadi PT Great River
International

Tahun 1997 PT GRI memproleh beberapa kali penghargaan dari majalah


Asiamoney dan berhasil lulus sertifikasi ISO 9002 untuk quality
management. Ini membuktikan bahwa PT GRI mengalami perkembangan
yang sangat pesat.

Sejarah Singkat Perseroan


Tahun 2002, PT. Great River
International mulai mengalami kesulitan
keuangan dengan mengajukan
permohonan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Pada tahun 2005, salah satu pemegang
Niaga. Permohonan PKPU tersebut saham PT. Great River International Tbk
PT GRI memperkirakan jumlah mengajukan diadakannya Rapat Umum
kewajibannya yang telah dan akan diajukan sehubungan dengan permohonan
pailit yang diajukan oleh Citibank atas Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)
jatuh tempo, di luar utangnya kepada untuk menindaklanjuti hasil audit investigasi
Citibank, adalah sebesar US utang senilai US $10 juta 16 November
1995. Akuntan Publik Amir Abadi Jusuf dan
$179.291.292. Sedangkan total aset Mawar
yang dimiliki diperkirakan sebesar Melonjaknya nilai tukar dollar AS
Rp1.674.716.315.355. terhadap rupiah membuat nilai utang
Perusahaan garmen PT GRI perseroan melejit ke atas. Proses
membukukan laba bersih sebesar restrukturisasi yang sudah dirintis
Rp 1,023 trilyun per September manajemen selama 4 tahun, sejak tahun 1998
2002, melonjak dari periode yang tersebut akhirnya membuahkan hasil dengan
sama tahun sebelumnya yang masih penandatanganan scheme buy back (skema
membukukan rugi bersih Rp 11,298 pembelian kembali) utang pada bulan
Lonjakan laba bersih itu lebih disebabkan Pos-pos yang tadinya untuk membayar
milyar. Agustus 2002.
adanya pendapatan pos luar biasa dari hasil utang, karena ada koreksi pembukuan,
restrukturisasi utang sebesar Rp 1,277 trilyun. berubah menjadi keuntungan. Secara
Dari total utang sebesar 172,5 juta dollar AS, langsung, pendapatan dari pos luar biasa
Great River memperoleh potongan utang (hair tersebut tidak mempengaruhi aliran dana
cut) sebesar 85 persen atau untuk setiap dollar tunai (cash flow) perusahaan, tetapi
utangnya, perseroan hanya membayar 15 sen. mengubah struktur keuangan perseroan
menjadi positif.
Kronologis Kasus Pelanggaran Yang Berhubungan Dengan
PT. GRI, Tbk. Mempunyai akuntan publik Justinus
Aditya Sidharta yang bergabung sejak 2001 Saat itu
perusahaan masih kesulitan membayar utang US$ 150
Juta kepada Deutsche Bank. Pada 2002, Great River
Dalam RUPLSB tersebut, akan
mendapat potongan pokok utang 85 persen dan sisa
dimintakan persetujuan pelaksanaan
utang dibayar menggunakan pinjaman dari Bank
kuasi reorganisasi terhadap hasil audit
Danamon. Setahun kemudian Great River menerbitkan
investigasi terhadap perseroan November
obligasi Rp 300 miliar untuk membayar pinjaman
2005. Selain itu, RUPLSB juga akan
tersebut.
Akuntan publik Justinus Aditya meminta persetujuan soal restrukturisasi
Sidharta diindikasi melakukan seluruh utang perseroan yakni
kesalahan dalam mengaudit mengkonversi sebagian atau seluruh
laporan keuangan PT. Great River utang menjadi saham perseroan.
Internasional, Tbk. Kasus tersebut Termasuk pula persetujuan soal
muncul setelah adanya temuan penambahan modal sehubungan dengan
auditor investigasi dari Bapepam konversi sebagian atau seluruh utang
yang menemukan indikasi perseroan menjadi saham perseroan.
penggelembungan account
penjualan, piutang dan asset
hingga ratusan milyar rupiah pada
Kronologis Kasus Pelanggaran Yang Berhubungan Dengan PSAK No.4
laporan keuangan Great River Deputy Managing Director Johan Malonda, Justinus A.
yang mengakibatkan perusahaan Sidharta, menyatakan, selama mengaudit buku Great River,
tersebut akhirnya kesulitan arus Bapepam menemukan pihaknya tidak menemukan adanya penggelembungan account
kas dan gagal dalam membayar adanya indikasi konspirasi penjualan atau penyimpangan dana obligasi. Namun dia
utang. dalam penyajian laporan mengakui metode pencatatan akuntansi yang diterapkan Great
keuangan konsolidasi River berbeda dengan ketentuan yang ada. “Kami mengaudit
Great River. berdasarkan data yang diberikan klien,” kata Justinus.
Menurut Justinus, Great River banyak menerima order
pembuatan pakaian dari luar negeri dengan bahan baku dari
pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan
ongkos operasi pembuatan pakaian. Tapi saat pesanan
dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya dicantumkan
dengan menjumlahkan harga bahan baku, aksesori, ongkos
kerja, dan laba perusahaan. Justinus menyatakan model
pencatatan seperti itu bertujuan menghindari dugaan
penggelembungan nilai penjualan.
Kasus tersebut muncul setelah adanya
temuan auditor investigasi Aryanto, Amir
Jusuf, dan Mawar, yang menemukan indikasi
penggelembungan account penjualan, piutang,
dan aset hingga ratusan miliar rupiah di Great
River. Akibatnya, Great River mengalami
kesulitan arus kas dan gagal membayar utang.

Kronologis Kasus Pelanggaran Yang Berhubungan Dengan PSAK No.4


Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terdapat indikasi penipuan dalam
penyajian laporan keuangan. Pasalnya, Bapepam menemukan kelebihan
pencatatan atau overstatement penyajian account penjualan dan piutang dalam
laporan tersebut. Kelebihan itu berupa penambahan aktiva tetap dan penggunaan
dana hasil emisi obligasi yang tanpa pembuktian. Akibatnya, Great River
kesulitan arus kas. Perusahaan tidak mampu membayar utang Rp 250 miliar dan
Dampak dari kasus ini adalah Great River memiliki kewajiban utang yang
telah jatuh tempo kepada karyawan sebesar Rp 34 miliar dan pihak lainnya.
Karena tidak adanya modal kerja, selain itu karyawan tidak diberikan hak-
hak karyawan secara penuh akibat penghentian kegiatan operasional. Great
River juga terbukti memiliki utang kepada CV Duta Gemilang sebesar Rp 3,1
juta.Selain itu, Great River memilki utang kepada PT Jamsostek sebesar Rp
32,5 miliar.

Kerugian negara pun sebesar Rp 315 miliar karena kasus Great


River ini. Kerugian negara ini berasal dari akumulasi dari pembelian
obligasi PT Great River senilai Rp 50 miliar dan pemberian fasilitas
kredit modal kerja dan kredit investasi kepada PT Great River sebesar
Rp 265 miliar. Pada obligasi dinyatakan berstatus default atau gagal,
sedangkan kreditnya macet.

Dampak Terjadinya Kasus PT. Great River


Dalam kasus PT Great River, Akuntan Publik yang
bersangkutan telah mencelakai kode etik akuntan, khusunya
mengenai independensi, integritas dan objektivitas.

Pelanggaran terhadap kode etik seperti ini tidak hanya


berimbas pada Akuntan Publik yang bersangkutan saja,
namun juga berimbas kepada seluruh Akuntan Publik.

Akuntan publik Justinus Aditya Sidharta dianggap telah


melakukan tindak kebohongan publik, dimana dia tidak
melaporkan kondisi keuangan PT Great River International, Tbk
secara jujur

SARAN

• Akuntan Publik harus mampu menjaga dan melaksanakan kode etik


profesi sebagai akuntan dalam kondisi dan situasi apapun.
• Auditor harus melaksanakan kewajiban untuk bersikap jujur tidak hanya
kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor
dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan
audited.
KESIMPULAN DAN SARAN
K E L O M P O K III

Anda mungkin juga menyukai