Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan
dua kali pengukuran atau lebih (Brunner & Suddarth, 2013). Sedangkan
menurut Sustrani (2005) hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Dan
Triyanto (2014) mengemukakan bahwa hipertensi adalah keadaan
seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal
sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun
mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung.
Dari kesimpulan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Hipertensi merupakan keadaan seseorang dimana tekanan darahnya tinggi
yaitu dengan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh sehingga mengakibatkan peningkatan
angka morbiditas maupun mortalitas.

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkantekanan darah sistolik dan diastolik:
Normal: sistolik < 120 mmHg dan diastolik < 80mmHg
Prahipertensi: sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80–89mmHg
Stadium 1: sistolik 140–159 mmHg dan diastolik 90–99mmHg
Stadium 2:sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 100 mmHg
Sumber: (Brunner & Suddarth, 2013)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain seperti
genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem
renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan
Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
obesitas, alkohol, serta merokok.
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom
cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain lain.
2.1.3 Etiologi
1) Usia
Paling tinggi kejadian pada usia 30-40 tahun.
2) Jenis kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki
3) Riwayat keluarga
75% pasien hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi
4) Perokok
Merokok bertahun-tahun dapat merusak endoteal arteri dan
nikotin menurunkan HDL yang baik bagi tubuh manusia.
5) Obesitas
Dapat meningkatkan LDL yang buruk bagi tubuh manusia
pencetus arteosklerosis.
6) Alkoholisme
Alkohol dapat merusak hepar dan sifat alkohol yang mengikat
air dapat mempengaruhi viskositas darah dan mempengaruhi
tekanan darah.
7) Stress
Stress merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan
adrenalin yang berpengaruh terhadap kerja jantung.
8) Konsumsi garam
Garam mempengaruhi viskositas darah dan memperberat kerja
ginjal yang mengeluarkan renin angiotensin yang dapat
meningkatkan tekanan darah
Uraian :
Penyebab dari hipertensi ada beberapa macam faktor yaitu faktor
fisiologis dan faktor non fisiologis. Dari faktor fisiologis ada usia, jenis
kelamin, stress, genetik dan faktor nonfisiologis ada merokok, kurang
olahraga, garam, obesitas, dan alkohol. Untuk faktor fisiologis seperti
pada usia lanjut elastisitas pembuluh darah menurun atau disebut dengan
aterosklerosis. Dari faktor nonfisiologis seperti obesitas dan kurang
olahraga dapat menyebabkan peningkatan kolestrol sehingga terjadi
akumulasi dalam pembuluh darah, terdapat plak sampai dengan
pengerasan pembuluh darah. Tekanan darah akan meningkat dan merusak
vaskuler pembuluh darah yang akan menyebabkan perubahan struktur
sehingga pembuluh darah mengalami vasokontriksi atau penyempitan
sampai dengan penyumbatan. Jika sudah terjadi vasokontriksi maka akan
terjadi gangguan sirkulasi yang dapat meningkatkan afterload dan akan
memunculkan masalah keperawatan penurunan curah jantung, akibat
penurunan sirkulasi oksigen menyebabkan suplai oksigen ke otak menurun
sehingga sel akan kekurangan oksigen menyebabkan kerja sel menurun
sehingga terjadi kelemahan umum atau fatigue menyebabkan masalah
intoleransi aktivitas dan muncul masalah keperawatan perubahan
pemeliharaan kesehatan, selain itu dapat terjadi iskemia miokard dan
timbul nyeri dada. Vasokontriksi pada pembuluh darah ginjal akan
merangsang aldosteron sehingga meretensi Na yang menimbulkan edema
dan akan muncul masalah keperawatan ketidakefektifan penatalaksanaan
pengobatan. Gangguan sirkulasi pada otak akan meningkatkan retensi
pembuluh darah otak dan terjadi penekanan pada rongga otak, oksigen di
dalam otak berkurang sehingga akan timbul nyeri di kepala dan muncul
masalah perubahan kenyamanan yaitu gangguan rasa nyaman nyeri kepala
akut. Penurunan suplai oksigen ke otak juga akan menyebabkan gangguan
perfusi jaringan cerebri dan akan muncul masalah keperawatan resiko
kekambuhan. Gangguan sirkulasi pada retina dapat menyebabkan
penyempitan arteri retina sehingga muncul masalah keperawatan resiko
cidera.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian
belakang, kaku kuduk, sulit tidur,gelisah, kepala pusing, dada berdebar-
debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2005).
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat
terjaga, kadang kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan
peningkatan tekanan darah intrakranial (Corwin, 2005).
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1) Henoglobin/hematokrit: Mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/keratin: Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3) Glukosa: Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus dari
hipertensi).
4) Kalium serum: Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron terutama (penyebab) atau menjadi efek samping dari terapi
diuretik.
5) Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi
6) Kolesterol dan trigliserida serum: Peningkatan kolesterol dan gliserida
serum dapat menyebabkan pembentukan plak ateromatosa
7) Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasokontriksi dan hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin dan serum: Untuk menguji aldosteronisme
primer.
9) Urinalisa: darah, protein, dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin): kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomossitoma (penyebab) , VMA urin 24 jam dapat
digunakan untuk pengkajian feokromosomsitoma bila hipertensi
hilang timbul.
11) Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
resiko terjadinya hipertensi.
12) Steroid urin: Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma, atau disfungsi ptuitari, sindrom cushing, kadar renin
juga dapat meningkat.
13) IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi , seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter,
14) Foto dada: Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katub,
pembesaran jantung.
15) EKG: Dapat menunjukkan adanya pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
16) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
(Anonim,2013)

2.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1) Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu
berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan
darah adalah <130/80 mmHg.
2) Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
3) Menghambat laju penyakit ginjal.Terapi dari hipertensi terdiri dari
terapi non farmakologis dan farmakologis seperti penjelasan dibawah
ini.
a) Terapi Non Farmakologis
Terapi non farmakologis digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi tingkat ringan dan sebagai tindakan suportif pada
hipertensi sedang dan berat. Terapi non farmakologis ini meliputi:
(1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
(a) Restriksi garam secara moderat dari 10/hr menjadi 5gr/hr
(b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
(c) Penurunan berat badan
(d) Penurunan asupan etanol
(e) Menghentikan merokok
(f) Diet tinggi kalium
(g) Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga untuk penderita hipertensi
mempunyai 4 prinsip yaitu:
(h) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
(i) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80% dari
kapasitas aerobik atau 72-87% dari denyut nadi
maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220-umur.
(j) Lamanya latihan berkisar 20-25 menit.
(k) Frekuensi latihan sebaiknya 3x dalam seminggu dan
lebih baik jika dilakukan 5x dalam seminggu.
(2) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita
hipertensi melipputi:
(a) Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah teknik yang digunakan untuk
menunjukkan subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh secara sadar oleh subyek yang dianggap normal.
Penerapan biofeedback terutama digunakan untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
(b) Teknik Relakasasi
Relaksasi merupakan suatu prosedur atau teknik
yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
(c) Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)
Tujuan dari penyuluhan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan bahaya hipertensi jika tidak segera
ditangani.
(d) Penanganan hipertensi di rumah:
Seseorang bisa dikatakan menderita hipertensi
apabila tekanan darah yang diukur tetap tinggi setelah
dilakukan ppengukuran tekanan darah lebih dari satu
kali pada waktu yang berbeda. Untuk menangani
penyakit ini keluarga mencoba melakukan perawatan
hipertensi di rumah. Ada beberapa cara untuk
menangani masalah tersebut yaitu dengan
memeriksakan tekanan darah secara teratur di
pelayanan kesehatan di sekitarnya untuk mengetahui
kondisi tubuh pada jangka waktu tertentu. Untuk itu
keluarga mengetahui dengan pasti tanda dan gejala dari
hipertensi tersebut. Hal ini sangat penting karena jika
hipertensi tidak segera ditangani dikhawatirkan akan
terjadi komplikasi yang semakin membahayakan.
Penyakit ini bisa dicegah dengan melakukan tindakan
pencegahan yang efektif. Diantaranya adalah berhennti
merokok, melakukan olah raga secara teratur,
menghindari stress dan mengkonsumsi makanan rendah
garam.
b) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan
oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz)
atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker
atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1
receptor antagonist/ blocker (ARB).
2.1.8 Komplikasi
Menurut Suddarth. B (2002) kompliasi yang disebabkan oleh
hipertensi, yakni :
1) Stroke : kondisi ini terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus
akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga
terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak.
2) Gagal jantung kongestif : komplikasi gagal jantung kongestif ini
disebabkan oleh hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan
afterlood) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi
tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi
gagal jantung.
3) Gagal ginjal kronis : gagal ginjal kronis merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia ( retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Ini dapat disebabkan
oleh penyakit sistemik hipertensi yang tidak dapat dikontrol.
4) Perdarahan retina :hipertensi yang lebih berat dan lebih lama
dapat terjadi perdarahan yang berasal dari kapiler-kapiler yang
rapuh dilapisan permukaan atau lapisan dalam retina. Bentuknya
mengikuti laipsan-lapisan retina tempat terjadinya perdarahan,
tapi biasanya linier dan lidah api.
2.2 Konsep Dasar Keluarga
2.2.5 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yaitu terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan
(Departemen Kesehatan RI, 1998).
Kelurga menurut friedman (2010) dalam Family Service Amerika
mendefinisikan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang disatukan
oleh kebersamaan dan keintiman. Keluarga adalah dua orang atau lebih
yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta
mengidentifikasi dirinyasebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
tinggal di suatu tempat dan mereka hidup dalam satu rumah, yang
disatukan oleh kebersamaan, kedekatan emosional dan saling
ketergantungan.
2.2.6 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:
1) Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri
4) Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga
sedarah suami.
2.3.3 Ciri-Ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter ciri-ciri struktur keluarga adalah sebagai
berikut:
1) Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan, antara
anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
2.2.4 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal , sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu di dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Peranan ayah
ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik pelindung, dan pemberi rasa aman ,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannnya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, peranan ibu adalah sebagai
pengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannnya, di samping itu
ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3) Peranan anak
Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat
perkembangannnya baik fisik, mental, sosial, dan dan spiritual.
2.2.5 Macam-Macam Tipe Keluarga
Mubarak (2011)membagi tipe keluarga menjadi :
1) Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
b) Keluarga Besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti ditambahanggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah ( kakek-nenek, paman-bibi)
2) Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas
adalah :
a) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah
ditetapkanoleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu ataukeduanya dapat bekerja di luar rumah.
b) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembalisuami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dariperkawinan baru, satu/keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
c) Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencariuang, istri di rumah/kedua-duanya
bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karenasekolah/perkawinan/ meniti karier.
d) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak
yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
e) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannyadan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di
luar rumah.
f) Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g) Commuter Married
Suami istri atau keduanyaorang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
h) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
i) Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
j) Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
k) Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogamidengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
l) Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya
di dalamsatu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin
dengan yang laindan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m) Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi.
n) Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa kawin.
o) Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.

2.2.6 Tahap Perkembangan Keluarga


1) Keluarga baru menikah atau pemula
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu laki-laki
dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarganya masing-masing.
Tugas perkembangannya adalah:
a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan;
b) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak
2) Tahap perkembangan keluarga dengan kelahiran anak pertama.
Tugas perkembangannya adalah:
a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga
b) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek.
3) Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangannya adalah:
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan.
b) Mensosialisasikan anak
c) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain
d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di
luar keluarga.(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
4) Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai pada saat anak mulai masuk sekolah pada usia 6
tahun-12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga yang maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk.
Tugas perkembangannya adalah:
a) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
5) Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan dari keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri untuk menjadi lebih
dewasa.
Tugas perkembangannya adalah:
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
6) Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama sudah meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahapini tergantung pada jumlah anak di dalam keluarga.
Atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua.
Tugas perkembangannya adalah:
a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak
b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
c) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
atau istri

7) Keluarga dengan usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
Tugas perkembangannya adalah:
a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lansia dan anak-anak
c) Memperkokoh hubungan perkawinan
8) Keluarga dengan usia lanjut
Tahap perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut pada saat pasangan meninggal.
Tugas perkembangannya adalah:
a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
c) Mempertahankan hubungan perkawinan
d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan
hidup).
2.2.7 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini :
1) Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan
kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini,
maka keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,
dan harga diri.
2) Fungsi Sosialisasi dan Penempatan Sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang
dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial.
3)Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang
paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi
keluarga.
c) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan.
d) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
e) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Hipertensi
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan di
dalam praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota
keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan ,
berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan ( Mc Closkey & Grace, 2001)
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal dari pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga (Gusti, Salvari 2013).
Dalam mengkaji pasien harus memperhatikan data dasar.Langkah-
langkah dalam pengkajian pada pasien dengan hipertensi meliputi:
1) Data Identitas
a) umur
pada umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis
yang secara drastis menurun dengan cepat setelah umur lebih dari
40 tahun
b) Jenis Kelamin
Laki- laki pada umumnya cenderung mudah terserang
hipertensi dibanding dengan perempuan
c) Pekerjaan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga
dalam melakukan perawatan dan pengobatan kepada anggota
keluarga yang menderita hipertensi. Salah satu penyebab
ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan
dan perawatan adalah tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada
di dalam keluarga, misalnya adalah keuangan.
d) Pendidikan
tingkat pendidikan dari seseorang mempengaruhi fungsi
kognitif karena dengan pendidikan yang rendah, daya ingat,
afektif, dan psikomotorik dalam pengelolaan penderita hipertensi
dan akibatnya serta pentingnya failitas pelayanan kesehatan.
e) Hubungan (genogram)
Resiko terkena hipertensi biasanya dalam keluarga terdapat
riwayat penyakit hipertensi
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tersebut.
g) Latar belakang atau Kebiasaan Keluarga
(1) Kebiasaan Makan
Pola makan keluarga telah bergeser, dari pola
makan tradisional yang banyak mengandung garam, pola
makan yang tidak sehat sehingga menyebabkan obesitas.
Pola makan yang seperti ini dapat mengakibatkan penyakit
hipertensi
(2) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan faktor
penting dalam pengelolaan pasien hipertensi. Fasilitas
kesehatan yang terjangkau memberikan pengaruh besar
terhadap pengobatan pada keluarga yang anggota
keluarganya menderita hipertensi. Apabila keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka mereka
akan melakukan control atau memeriksakan kesehatan
dengan teratur pada pelayanan kesehatan terdekat. Pada
keluarga yang kurang mampu memanfaatkan pelayanan
kesehatan maka keluarga akan memeriksakan kesehatan
apabila saat sedang sakit saja, termasuk ketika merasakan
adanya gejala-gejala hipertensi.
(3) Status Sosial Ekonomi
Hipertensi sering terjadi pada keluarga yang
mempunyai status ekonomi menengah ke bawah . karena
faktor gaya hidup yang kurang sehat seperti mengonsumi
makanan tinggi garam , kurang aktivitas fisik dan stress
yang merupakan pemicu dari hipertensi.
(4) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
(5) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
(6) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja
keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu namun juga penggunaan waktu luang atau
senggang keluarga.
2) Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami
masalah hipertensi adalah tahap perkembangan keluarga dengan
usia lansia. Karena pada tahap ini terjadi proses degeneratif yaitu
suatu penurunan fungsi sistem organ tubuh.
b) Riwayat Kesehatan Keluarga
c) Riwayat Kesehatan Pasien
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan
ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak
septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan
serta denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas keluarga
Mobilitas keluarga ditentukan dengan apakah keluarga
hidup menetap dalam suatu tempat atau kebiasan keluarga
berpindah tempat tinggal.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah
jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas
fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
4) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga. Menggunakan sistem tertutup atau terbuka, kualitas dan
frekuensi komunikasi yang berlangsung serta isi pesan yang
disampaikan.
b) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai, norma, kebiasaan yang dianut
oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan. Contohnya
adalalah dalam keluarga mempunyai kebiasaan pergi berobat ke
dukun bukan ke tempat pelayanan kesehatan.

5) Fungsi keluarga
a) Fungsi Afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan
oleh individu lain yang ada adalam keluarga tersebut. Keluarga
yang kurang memperhatikan anggota anggota keluarganya yang
menderita hipertensi akan menimbulkan komplikasi
b) Fungsi Sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga,sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya, dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5
tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan keehatan,
dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat. Hal-hal yang dikaji sejauh mana
keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
(1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi salah
satau faktor penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan
mengenai penyakit hipertensi. Apabila keluarga tidak mampu
mengenali masalah hipertensi, penyakit tersebut akan
menyebabkan komplikasi.
(2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan ketidakmampuan
keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam
melakukan tindakan disebabkan karena tidak memahami
tentang sifat, berat, dan luasnya masalah yang dihadapi dan
masalah yang tidak begitu menonjol. Hipertensi yang tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi.
(3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
Ketidakmampuan merawat ini disebabkan karena tidak
mengetahui keadaan penyakit.
(4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
sehat
Ketidakmampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam
keluarga tidak tercukupi, diantaranya adalah biaya.
(5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan
kesehatan
Keluarga kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
memeriksakan penyakit hipertensi.
6) Stres dan koping keluarga
Apabila terdapat stressor yang muncul di dalam anggota
keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan
terjadi stress pada anggota keluarga yang menderita hipertensi , karena
salah satu cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang
teratur dan mengurangi stress.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidupmonoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/ katup, penyakit serebrovaskuler Tanda : kenaikan TD,
nadi dengan denyutan jelas, frekuensi/irama dengan takikardia,
bunyi jantung mur-mur, distensi vena jugularis, ektermitas dengan
perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin
lambat
c) Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian ansietas, depresi,
marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak dengan otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
d) eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal)
e) makanan atau cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak, dan kolestrol, mual, muntah, riwayat
penggunaaan diuretik Tanda : BB normal/ obesitas, edema,
kongestivena, glikosuria.
f) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/ pening, kelemahan pada satu sisi
tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia) Tanda :
perubahan orientasi, pola napas, isi bicara, proses pikir/ memori,
respon motorik dengan penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retina optic
g) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
h) Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, batuk dengan atau tanpa seputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi atau penggunaan otot aksesoris
pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
i) Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
j) Pembelajaran/ penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga dengan hipertensi, penyakit
jantung, DM, penyakit serebrovaskuler, ginjal, faktor resiko etnik
dengan penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaaan obat
atau alkohol
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang singkat, jelas dan pasti
mengenai masalah pasien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau
diatasi melalui tindakan keperawatan (Manurung, 2011:96)
Pada pasien yang mengalamihipertensi dapat ditemukan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada
2) Resiko cidera b/d:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada
3) Ketidakefektifan penatalaksanaan pengobatan b/d:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
4) Resiko kekambuhan b/d:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
5) Perubahan pemeliharaan kesehatan pada pasien Hipertensi
b/d:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
Tabel 2.3 Sebuah penelitian Tantut Susanto 2012 ( dikiutip dalam Bailon dan
Maglaya 1978 ) skala prioritas asuhan keperawatan keluarga
KRITERIA SKOR BOBOT

1. Sifat masalah
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman 2 1
kesehatanKrisis atau 1
keadaansejahtera
2. Kemungkinan masalah dapatdiubah :
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah:
Tinggi Cukup 3
Rendah 2 1
1
4. Menonjolnya masalah :
Masalah berat harus segera ditangani 2
Masalah tidak harus segera ditangani 1 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :


a) Tentukan skornya untuk setiap kriteria yang dibuat perawat
b) Selanjutnya skor dibagi dengan angka yang tertinggi dan
dikalikan dengan bobot
Skor yang diperoleh
X Bobot
Skor tertinggi
c) Jumlah skor untuk semua kriteria
d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk semua bobot
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan sekumpulan tindakan yang
ditentukan perawat bersama-sama sasaran yaitu keluarga untuk
dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang
telah diidentifikasi dapat diselesaikan (Tantut Susanto,2012).
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan yang tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
Dalam perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal yang
diperlukan perawat yaitu menyusun tujuan, mengidentifikasi sumber-
sumber, mengidentifikasikan pendekatan alternatif, memilih intervensi
perawatan dan penyusunan prioritas (Manurung,2011:103).
Dalam menentukan prioritas masalah atau diagnosa keperawatan
keluarga adalah dengan menggunakan penyusun prioritas (Bailon dan
Maglaya).

Setelah masalah diprioritaskan masuk ke diagnosa keperawatan:


Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri) pada pasien Hipertensi (Naskah
Publikasi Ari Fatah, 2014) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehaatan
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit Hipertensi meliputi
pengertian, tanda, gejala, cara penanganan yang tepat pada
Hipertensi.
2) Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali tentang
pengertian, tanda, dan gejala Hipertensi.
3) Berikan pujian kepada keluarga atas kemampuannya
menjelaskan kembali.
4) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan
penjelasan yang telah diberikan setiap kali diskusi.
5) Berikan penjelasan ulang jika ada penjelasan yang belum
dimengerti.
Diagnosa 2
Resiko cidera pada pasien Hipertensi berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang akibat yang ditimbulkan bila
salah dalam mengambil keputusan
2) Diskusikan akibat yang ditimbulkan bila salah dalam mengambil
keputusan.
3) Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan dengan
keluarga
4) Berikan penjelasan ulang bila ada penjelasan bila ada penjelasan
yang belum dimengerti
5) Memotivasi keluarga untuk menjelaskannya kembali

Diagnosa 3
Ketidakefektifan penatalaksanaan pengobatan (Gusti ADP, 2013)
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit Hipertensi meliputi
pengertian, tanda, gejala, cara penanganan yang tepat pada
Hipertensi.
2) Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali tentang pengertian,
tanda, dan gejala Hipertensi.
3) Berikan pujian kepada keluarga atas kemampuannya menjelaskan
kembali.
4) Berikan kesempatan keluarga menanyakan penjelasan yang telah
diberikan setiap kali diskusi.
5) Berikan penjelasan ulang bila ada penjelasan yang belum
dimengerti.

Diagnosa 4
Resiko kekambuhan pada pasien Hipertensi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan
yang sehat
2) Kaji lingkungan yang beresiko membahayakan pasien
3) Beri penjelasan kepada keluarga tentang cara memodifikasi rumah
yang sehat
4) Observasi tindakan keluarga dalam upaya memodifikasi
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan
5) Berikan pujian atas kemampuannya dalam memodifikasi
lingkungan disekitarnya

Diagnosa 5
Perubahan pemeliharaan kesehatan pada pasien Hipertensi
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan disekitarnya
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat pemeriksaan
kesehatan ditempat fasilitas pelayanan kesehatan jika terdapat
perubahan pemeliharaan kesehataan
2) Diskusikan dengan keluarga manfaat pemeriksaan kesehatan di
tempat fasilitas pelayanan kesehatan
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan
penjelasan yang telah diberikan setiap kali diskusi
4) Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
5) Berikan pujian atas kemampuannya menjelaskan kembali

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan ke arah
perilaku hidup sehat ( Gusti ADP,2013). Menurut Friedman (2004)
yang dibukukan oleh Susanto,T (2012) pada pelaksanaan
implementasi keluarga, hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat

dengan cara : diakui tentang konsekuensi tidak melakukan

tindakan, identifikasi sumber- sumber tindakan dan langkah-

langkah serta sumber yang dibutuhkan, diakui tentang

konsekuensi tiap alternatif tindakan.

2) Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara : memperluas informasi

keluarga, membantu melihat dampak akibat situasi yang ada,

hubungan kebutuhan kesehatan dengan sasaran keluarga, dorong

sikap emosi yang sehat dalam menghadapi masalah.

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit

dengan cara : mendemontrasikan cara perawatan, menggunakan

alat dan fasilitas yang ada dirumah, mengawasi keluarga

melakukan keperawatan.

4) Intrvensi untuk menurunkan ancaman psikologis dengan cara:

meningkatkan hubungan yang terbuka dan dekat: meningkatkan

pola komunikasi/interaksi, meningkatkan peran dan tanggung

jawab. Memilih intervensi keperawatan yang tepat, memilih

metode kontak yang tepat: kunjungan rumah, konferensi di

klinik/puskesmas, pendekatan kelompok.


5) Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan

menjadi sehat, dengan cara : menemukan sumber-sumber yang

dpat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan

keluarga seopimal mungkin.

6) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada, dengan cara : mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada

di lingkungan keluarga, membantu keluarga menggunakan

fasilias kesehatan yang ada.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi merukan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan
dengan program kerja yang efektifitas dari serangkaian program yang
digunakan terkait program kegiatan, karakteristik da hasil yang telah
dicapai (Komang Ayu, 2010).
1) Model evaluasi keperawatan ada 2, antara lain:
a) Evaluasi formatif (proses) adalah evaluasi yang dilakukan
selama proses asuhan keperawatan dan bertujuan untuk
menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kontrak
pelaksanaan.
b) Evaluasi sumatif (hasil) adalah evaluasi akhir yang berujuan
untuk menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian
diagnosis keperawatan apakah rencana
dilanjutkan,dilanjutkan sebagian,dilanjutkan dengan
perubahan intervensi atau dihentikan. Sistem penulisan
evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau
laporan ringkasan.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang
operasional dengan pengertian :
S: ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi
O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh pertawat
menggunakan pengamatan atau pengamatan yang objektif
setelah implmentasi keperawatan
A : analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif keluarga yag dibandingkan dengan kriteria dan
standar yang telah ditentukan mangacu pada tujuan rencana
keperawatan keluarga
P : perencanaan selanjutnya perawat melakukan analisa
1) Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan
keperawatan yang diberikan, baik kepada individu maupun
keluarga adalah sebagai berikut ( Zaidin Ali,2010) :
a) Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi
dan bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b) Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan
dicapai.
c) Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria
dapat berhubungan dengansumber proses atau hasil,
bergantung kepada dimensi evaluasi yang diingunkan.
d) Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta
sumber-sumber data yangdiperlukan.
e) Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan)
dengan kriteria dan standaruntuk evaluasi.
f) Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak
optimal atau pelaksanaan yang kurang memuaskan.
g) Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai,
perlu ditentukan alasan kemungkinan tujuan tidak realistis,
tindakan tidak tepat, atau kemungkinan ada faktor
lingkungan yang tidak dapat diatasi.
2.1.2 Patofisiologi

Skema
Faktor Predisposisi

Faktor fisiologis : usia, jenis kelamin, Faktor nonfisiologis : merokok, kurang


stress, genetik, konsentrasi olahraga, garam, obesitas, alkohol

Kolesterol meningkat
Elastisitas pembuluh darah
menurun, aterosklerosis
Akumulasi dalam pembuluh
darah
Hipertensi

Pengerasan pembuluh Terjadi plak dalam pembuluh


Kerusakan vaskuler pembuluh
darah darah
darah

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi
Retina
Otak Pembuluh darah
Ginjal

Spasme arteriol
Vasokontriksi Retensi Suplai O2 ke Koroner (penyempitan
pembuluh darah Sistemik
pembuluh otak menurun arteri retina)
ginjal darah otak
Iskemia
meningkat
perfusi jaringan vasokontriksi miokard
Resiko
cerebri cidera
Blood flow darah Afterload
menurun Nyeri Nyeri
meningkat
Kepala dada
Resiko
Respon RAA (Renin kekambuhan
Angiotensin Ganggaun rasa
nyaman (Nyeri) Penurunan
Merangsang aldosteron curah Fatiqu
jantung e
Retensi Na
Intoleransi Perubahan
Ketidakefektifan aktivitas pmeliharaan
Edema kesehatan
penatalaksanaan
pengobatan

Gambar 2.1 Patofisiologi Hipertensi

Sumber :[ CITATION Asp14 \l 1033 ] dan [ CITATION Bru02 \l 1033 ]

Anda mungkin juga menyukai