TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkantekanan darah sistolik dan diastolik:
Normal: sistolik < 120 mmHg dan diastolik < 80mmHg
Prahipertensi: sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80–89mmHg
Stadium 1: sistolik 140–159 mmHg dan diastolik 90–99mmHg
Stadium 2:sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 100 mmHg
Sumber: (Brunner & Suddarth, 2013)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain seperti
genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem
renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan
Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
obesitas, alkohol, serta merokok.
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom
cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain lain.
2.1.3 Etiologi
1) Usia
Paling tinggi kejadian pada usia 30-40 tahun.
2) Jenis kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki
3) Riwayat keluarga
75% pasien hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi
4) Perokok
Merokok bertahun-tahun dapat merusak endoteal arteri dan
nikotin menurunkan HDL yang baik bagi tubuh manusia.
5) Obesitas
Dapat meningkatkan LDL yang buruk bagi tubuh manusia
pencetus arteosklerosis.
6) Alkoholisme
Alkohol dapat merusak hepar dan sifat alkohol yang mengikat
air dapat mempengaruhi viskositas darah dan mempengaruhi
tekanan darah.
7) Stress
Stress merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan
adrenalin yang berpengaruh terhadap kerja jantung.
8) Konsumsi garam
Garam mempengaruhi viskositas darah dan memperberat kerja
ginjal yang mengeluarkan renin angiotensin yang dapat
meningkatkan tekanan darah
Uraian :
Penyebab dari hipertensi ada beberapa macam faktor yaitu faktor
fisiologis dan faktor non fisiologis. Dari faktor fisiologis ada usia, jenis
kelamin, stress, genetik dan faktor nonfisiologis ada merokok, kurang
olahraga, garam, obesitas, dan alkohol. Untuk faktor fisiologis seperti
pada usia lanjut elastisitas pembuluh darah menurun atau disebut dengan
aterosklerosis. Dari faktor nonfisiologis seperti obesitas dan kurang
olahraga dapat menyebabkan peningkatan kolestrol sehingga terjadi
akumulasi dalam pembuluh darah, terdapat plak sampai dengan
pengerasan pembuluh darah. Tekanan darah akan meningkat dan merusak
vaskuler pembuluh darah yang akan menyebabkan perubahan struktur
sehingga pembuluh darah mengalami vasokontriksi atau penyempitan
sampai dengan penyumbatan. Jika sudah terjadi vasokontriksi maka akan
terjadi gangguan sirkulasi yang dapat meningkatkan afterload dan akan
memunculkan masalah keperawatan penurunan curah jantung, akibat
penurunan sirkulasi oksigen menyebabkan suplai oksigen ke otak menurun
sehingga sel akan kekurangan oksigen menyebabkan kerja sel menurun
sehingga terjadi kelemahan umum atau fatigue menyebabkan masalah
intoleransi aktivitas dan muncul masalah keperawatan perubahan
pemeliharaan kesehatan, selain itu dapat terjadi iskemia miokard dan
timbul nyeri dada. Vasokontriksi pada pembuluh darah ginjal akan
merangsang aldosteron sehingga meretensi Na yang menimbulkan edema
dan akan muncul masalah keperawatan ketidakefektifan penatalaksanaan
pengobatan. Gangguan sirkulasi pada otak akan meningkatkan retensi
pembuluh darah otak dan terjadi penekanan pada rongga otak, oksigen di
dalam otak berkurang sehingga akan timbul nyeri di kepala dan muncul
masalah perubahan kenyamanan yaitu gangguan rasa nyaman nyeri kepala
akut. Penurunan suplai oksigen ke otak juga akan menyebabkan gangguan
perfusi jaringan cerebri dan akan muncul masalah keperawatan resiko
kekambuhan. Gangguan sirkulasi pada retina dapat menyebabkan
penyempitan arteri retina sehingga muncul masalah keperawatan resiko
cidera.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian
belakang, kaku kuduk, sulit tidur,gelisah, kepala pusing, dada berdebar-
debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2005).
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat
terjaga, kadang kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan
peningkatan tekanan darah intrakranial (Corwin, 2005).
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1) Henoglobin/hematokrit: Mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/keratin: Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3) Glukosa: Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus dari
hipertensi).
4) Kalium serum: Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron terutama (penyebab) atau menjadi efek samping dari terapi
diuretik.
5) Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi
6) Kolesterol dan trigliserida serum: Peningkatan kolesterol dan gliserida
serum dapat menyebabkan pembentukan plak ateromatosa
7) Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasokontriksi dan hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin dan serum: Untuk menguji aldosteronisme
primer.
9) Urinalisa: darah, protein, dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin): kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomossitoma (penyebab) , VMA urin 24 jam dapat
digunakan untuk pengkajian feokromosomsitoma bila hipertensi
hilang timbul.
11) Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
resiko terjadinya hipertensi.
12) Steroid urin: Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma, atau disfungsi ptuitari, sindrom cushing, kadar renin
juga dapat meningkat.
13) IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi , seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter,
14) Foto dada: Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katub,
pembesaran jantung.
15) EKG: Dapat menunjukkan adanya pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
16) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
(Anonim,2013)
2.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1) Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu
berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan
darah adalah <130/80 mmHg.
2) Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
3) Menghambat laju penyakit ginjal.Terapi dari hipertensi terdiri dari
terapi non farmakologis dan farmakologis seperti penjelasan dibawah
ini.
a) Terapi Non Farmakologis
Terapi non farmakologis digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi tingkat ringan dan sebagai tindakan suportif pada
hipertensi sedang dan berat. Terapi non farmakologis ini meliputi:
(1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
(a) Restriksi garam secara moderat dari 10/hr menjadi 5gr/hr
(b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
(c) Penurunan berat badan
(d) Penurunan asupan etanol
(e) Menghentikan merokok
(f) Diet tinggi kalium
(g) Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga untuk penderita hipertensi
mempunyai 4 prinsip yaitu:
(h) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
(i) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80% dari
kapasitas aerobik atau 72-87% dari denyut nadi
maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220-umur.
(j) Lamanya latihan berkisar 20-25 menit.
(k) Frekuensi latihan sebaiknya 3x dalam seminggu dan
lebih baik jika dilakukan 5x dalam seminggu.
(2) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita
hipertensi melipputi:
(a) Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah teknik yang digunakan untuk
menunjukkan subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh secara sadar oleh subyek yang dianggap normal.
Penerapan biofeedback terutama digunakan untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
(b) Teknik Relakasasi
Relaksasi merupakan suatu prosedur atau teknik
yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
(c) Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)
Tujuan dari penyuluhan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan bahaya hipertensi jika tidak segera
ditangani.
(d) Penanganan hipertensi di rumah:
Seseorang bisa dikatakan menderita hipertensi
apabila tekanan darah yang diukur tetap tinggi setelah
dilakukan ppengukuran tekanan darah lebih dari satu
kali pada waktu yang berbeda. Untuk menangani
penyakit ini keluarga mencoba melakukan perawatan
hipertensi di rumah. Ada beberapa cara untuk
menangani masalah tersebut yaitu dengan
memeriksakan tekanan darah secara teratur di
pelayanan kesehatan di sekitarnya untuk mengetahui
kondisi tubuh pada jangka waktu tertentu. Untuk itu
keluarga mengetahui dengan pasti tanda dan gejala dari
hipertensi tersebut. Hal ini sangat penting karena jika
hipertensi tidak segera ditangani dikhawatirkan akan
terjadi komplikasi yang semakin membahayakan.
Penyakit ini bisa dicegah dengan melakukan tindakan
pencegahan yang efektif. Diantaranya adalah berhennti
merokok, melakukan olah raga secara teratur,
menghindari stress dan mengkonsumsi makanan rendah
garam.
b) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan
oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz)
atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker
atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1
receptor antagonist/ blocker (ARB).
2.1.8 Komplikasi
Menurut Suddarth. B (2002) kompliasi yang disebabkan oleh
hipertensi, yakni :
1) Stroke : kondisi ini terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus
akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga
terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak.
2) Gagal jantung kongestif : komplikasi gagal jantung kongestif ini
disebabkan oleh hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan
afterlood) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi
tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi
gagal jantung.
3) Gagal ginjal kronis : gagal ginjal kronis merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia ( retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Ini dapat disebabkan
oleh penyakit sistemik hipertensi yang tidak dapat dikontrol.
4) Perdarahan retina :hipertensi yang lebih berat dan lebih lama
dapat terjadi perdarahan yang berasal dari kapiler-kapiler yang
rapuh dilapisan permukaan atau lapisan dalam retina. Bentuknya
mengikuti laipsan-lapisan retina tempat terjadinya perdarahan,
tapi biasanya linier dan lidah api.
2.2 Konsep Dasar Keluarga
2.2.5 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yaitu terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan
(Departemen Kesehatan RI, 1998).
Kelurga menurut friedman (2010) dalam Family Service Amerika
mendefinisikan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang disatukan
oleh kebersamaan dan keintiman. Keluarga adalah dua orang atau lebih
yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta
mengidentifikasi dirinyasebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
tinggal di suatu tempat dan mereka hidup dalam satu rumah, yang
disatukan oleh kebersamaan, kedekatan emosional dan saling
ketergantungan.
2.2.6 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:
1) Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri
4) Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga
sedarah suami.
2.3.3 Ciri-Ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter ciri-ciri struktur keluarga adalah sebagai
berikut:
1) Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan, antara
anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
2.2.4 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal , sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu di dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Peranan ayah
ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik pelindung, dan pemberi rasa aman ,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannnya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, peranan ibu adalah sebagai
pengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannnya, di samping itu
ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3) Peranan anak
Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat
perkembangannnya baik fisik, mental, sosial, dan dan spiritual.
2.2.5 Macam-Macam Tipe Keluarga
Mubarak (2011)membagi tipe keluarga menjadi :
1) Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
b) Keluarga Besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti ditambahanggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah ( kakek-nenek, paman-bibi)
2) Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas
adalah :
a) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah
ditetapkanoleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu ataukeduanya dapat bekerja di luar rumah.
b) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembalisuami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dariperkawinan baru, satu/keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
c) Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencariuang, istri di rumah/kedua-duanya
bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karenasekolah/perkawinan/ meniti karier.
d) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak
yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
e) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannyadan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di
luar rumah.
f) Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g) Commuter Married
Suami istri atau keduanyaorang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
h) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
i) Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
j) Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
k) Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogamidengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
l) Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya
di dalamsatu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin
dengan yang laindan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m) Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi.
n) Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa kawin.
o) Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi Afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan
oleh individu lain yang ada adalam keluarga tersebut. Keluarga
yang kurang memperhatikan anggota anggota keluarganya yang
menderita hipertensi akan menimbulkan komplikasi
b) Fungsi Sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga,sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya, dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5
tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan keehatan,
dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat. Hal-hal yang dikaji sejauh mana
keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
(1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi salah
satau faktor penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan
mengenai penyakit hipertensi. Apabila keluarga tidak mampu
mengenali masalah hipertensi, penyakit tersebut akan
menyebabkan komplikasi.
(2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan ketidakmampuan
keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam
melakukan tindakan disebabkan karena tidak memahami
tentang sifat, berat, dan luasnya masalah yang dihadapi dan
masalah yang tidak begitu menonjol. Hipertensi yang tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi.
(3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
Ketidakmampuan merawat ini disebabkan karena tidak
mengetahui keadaan penyakit.
(4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
sehat
Ketidakmampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam
keluarga tidak tercukupi, diantaranya adalah biaya.
(5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan
kesehatan
Keluarga kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
memeriksakan penyakit hipertensi.
6) Stres dan koping keluarga
Apabila terdapat stressor yang muncul di dalam anggota
keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan
terjadi stress pada anggota keluarga yang menderita hipertensi , karena
salah satu cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang
teratur dan mengurangi stress.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidupmonoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/ katup, penyakit serebrovaskuler Tanda : kenaikan TD,
nadi dengan denyutan jelas, frekuensi/irama dengan takikardia,
bunyi jantung mur-mur, distensi vena jugularis, ektermitas dengan
perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin
lambat
c) Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian ansietas, depresi,
marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak dengan otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
d) eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal)
e) makanan atau cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak, dan kolestrol, mual, muntah, riwayat
penggunaaan diuretik Tanda : BB normal/ obesitas, edema,
kongestivena, glikosuria.
f) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/ pening, kelemahan pada satu sisi
tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia) Tanda :
perubahan orientasi, pola napas, isi bicara, proses pikir/ memori,
respon motorik dengan penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retina optic
g) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
h) Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, batuk dengan atau tanpa seputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi atau penggunaan otot aksesoris
pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
i) Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
j) Pembelajaran/ penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga dengan hipertensi, penyakit
jantung, DM, penyakit serebrovaskuler, ginjal, faktor resiko etnik
dengan penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaaan obat
atau alkohol
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang singkat, jelas dan pasti
mengenai masalah pasien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau
diatasi melalui tindakan keperawatan (Manurung, 2011:96)
Pada pasien yang mengalamihipertensi dapat ditemukan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada
2) Resiko cidera b/d:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada
3) Ketidakefektifan penatalaksanaan pengobatan b/d:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
4) Resiko kekambuhan b/d:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
5) Perubahan pemeliharaan kesehatan pada pasien Hipertensi
b/d:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
Tabel 2.3 Sebuah penelitian Tantut Susanto 2012 ( dikiutip dalam Bailon dan
Maglaya 1978 ) skala prioritas asuhan keperawatan keluarga
KRITERIA SKOR BOBOT
1. Sifat masalah
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman 2 1
kesehatanKrisis atau 1
keadaansejahtera
2. Kemungkinan masalah dapatdiubah :
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah:
Tinggi Cukup 3
Rendah 2 1
1
4. Menonjolnya masalah :
Masalah berat harus segera ditangani 2
Masalah tidak harus segera ditangani 1 1
Masalah tidak dirasakan 0
Diagnosa 3
Ketidakefektifan penatalaksanaan pengobatan (Gusti ADP, 2013)
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit Hipertensi meliputi
pengertian, tanda, gejala, cara penanganan yang tepat pada
Hipertensi.
2) Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali tentang pengertian,
tanda, dan gejala Hipertensi.
3) Berikan pujian kepada keluarga atas kemampuannya menjelaskan
kembali.
4) Berikan kesempatan keluarga menanyakan penjelasan yang telah
diberikan setiap kali diskusi.
5) Berikan penjelasan ulang bila ada penjelasan yang belum
dimengerti.
Diagnosa 4
Resiko kekambuhan pada pasien Hipertensi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan
yang sehat
2) Kaji lingkungan yang beresiko membahayakan pasien
3) Beri penjelasan kepada keluarga tentang cara memodifikasi rumah
yang sehat
4) Observasi tindakan keluarga dalam upaya memodifikasi
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan
5) Berikan pujian atas kemampuannya dalam memodifikasi
lingkungan disekitarnya
Diagnosa 5
Perubahan pemeliharaan kesehatan pada pasien Hipertensi
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan disekitarnya
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat pemeriksaan
kesehatan ditempat fasilitas pelayanan kesehatan jika terdapat
perubahan pemeliharaan kesehataan
2) Diskusikan dengan keluarga manfaat pemeriksaan kesehatan di
tempat fasilitas pelayanan kesehatan
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan
penjelasan yang telah diberikan setiap kali diskusi
4) Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
5) Berikan pujian atas kemampuannya menjelaskan kembali
melakukan keperawatan.
Skema
Faktor Predisposisi
Kolesterol meningkat
Elastisitas pembuluh darah
menurun, aterosklerosis
Akumulasi dalam pembuluh
darah
Hipertensi
Vasokontriksi
Retina
Otak Pembuluh darah
Ginjal
Spasme arteriol
Vasokontriksi Retensi Suplai O2 ke Koroner (penyempitan
pembuluh darah Sistemik
pembuluh otak menurun arteri retina)
ginjal darah otak
Iskemia
meningkat
perfusi jaringan vasokontriksi miokard
Resiko
cerebri cidera
Blood flow darah Afterload
menurun Nyeri Nyeri
meningkat
Kepala dada
Resiko
Respon RAA (Renin kekambuhan
Angiotensin Ganggaun rasa
nyaman (Nyeri) Penurunan
Merangsang aldosteron curah Fatiqu
jantung e
Retensi Na
Intoleransi Perubahan
Ketidakefektifan aktivitas pmeliharaan
Edema kesehatan
penatalaksanaan
pengobatan