Materi Kelompok 3
Materi Kelompok 3
Dosen Pengampu:
Dr. Ruhul Fitrios, SE., M.Si., Ak, CA
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Zulfahmi 2010241855
Sally Edinov 2010241890
Putri Ayu Solihat 2010241827
Amellia Jamil 2010241979
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pajak Penghasilan Untuk Transaksi Khusus ” yang
merupakan salah satu tugas kelompok dari Mata Kuliah Perpajakan pada semester
dua ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dan
masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ruhul Fitrios, SE., M.Si., Ak. CA selaku Dosen Mata kuliah
perpajakan Universitas Riau yang telah memberikan tugas mengenai
‘Pajak Penghasilan Untuk Transaksi Khusus” ini sehingga pengetahuan
kami dalam penulisan makalah ini semakin bertambah dan bermanfaat
bagi kami dalam pembuatan makalah selanjutnya di kemudian hari.
2. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat
agar makalah ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, jika ada kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami
terima dengan senang hati. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
DAFTAR TABEL
1.3. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang pajak penghasilan pasal 4 ayat 2.
2. Untuk mengetahui tentang pajak penghasilan pasal 24
(kredit pajak luar negeri).
3. Untuk mengetahui tentang bagaimana ketentuan khusus pajak penghasilan
atas transaksi atau/ industri tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh:
Pak Kelik menyimpan uang di Bank AAA dalam bentuk deposito sebesar Rp500.000.000 dengan
tingkat bunga 8% per tahun. Atas deposito tersebut, Pak Kelik menerima bunga setiap
bulannya sebesar Rp40.000.000. Maka PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong Bank AAA adalah:
Misalnya:
Pajak yang sudah dibayar di luar negeri adalah sebesar Rp.40.000.000,
sedangkan setelah dilakukan penghitungan, Kredit Pajak Luar Negeri
(KPLN) yang diperkenankan adalah sebesar Rp.30.000.000. Kelebihan
pembayaran pajak di luar negeri sebesar Rp.10.000.000 (inilah yang
dimaksud pada point 7 diatas)
8. Prosedur pengkreditan:
a. Melampirkan laporan keuangan (Neraca dan daftar L/R)
b. Fotocopy SPT di luar negeri
c. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri
d. Dokumen tersebut di atas dilampirkan bersamaan dengan SPT
Tahunan PPh
9. Perpanjangan jangka waktu menyampaikan SPT Tahunan adalah dengan
mengajukan permohonan ke DJP, lamanya adalah 6 (enam) bulan.
10. Melampirkan dokumen-dokumen jika terjadi koreksi SPT.
11. Jika koreksi menimbulkan Pajak Kurang Bayar (atas kemauan sendiri),
maka tidak terutang bunga.
12. Jika koreksi menimbulkan Pajak Lebih Bayar (atas kemauan sendiri),
maka dapat direstitusi.
Contoh:
Pak Agung (K/3) mempunyai data keuangan Tahun 2016 sebagai berikut:
Peredaran Bruto Rp.10.000.000.000
Rincian penghasilan Netto:
Penghasilan di Indonesia Rp.4.850.000.000
Penghasilan di Luar Negeri:
a. Jepang ¥ 40.000
b. Selandia Baru $ 60.000
Kurs pada saat itu:
a. 1 ¥ = Rp.3.500
b. 1 $ = Rp.2.500
Tarif PPh di Luar Negeri:
a. Jepang 25%
b. Selandia Baru 30%
Diminta:
Hitung KPLN (PPh Pasal 24) masing-masing negara!
Jawab:
1. Penghitungan PPh Terutang
Penghasilan di Indonesia = Rp.4.850.000.000
Penghasilan di Luar Negeri
a. Jepang = ¥ 40.000 x Rp.3.500 = Rp. 140.000.000
b. Selandia Baru = $ 60.000 x Rp.2.500 = Rp. 150.000.000 +
Penghasilan Netto Global = Rp.5.140.000.000
PTKP
WP Sendiri = Rp.54.000.000
Status Kawin = Rp.4.500.000
Tanggungan (3 orang)
= 3 x Rp.4.500.000 = Rp.13.500.000
Total PTKP (= Rp. 72.000.000)
PKP = Rp.5.068.000.000
PPh Terutang:
5% x Rp.50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp.200.000.000 = Rp. 30.000.000
25% x Rp.250.000.000 = Rp. 62.500.000
30% x Rp.4.568.000.000 = Rp.1.370.400.000
Jumlah PPh Terutang = Rp.1.465.400.000
b. Selandia Baru
berdasarkan rumus:
Penghasilan Netto di Selandia Baru x PPh Terutang
Penghasilan Netto Global
= Rp.150.000.000 x Rp.1.465.400.000 = Rp.42.764.591,44
Rp.5.140.000.000
PPh yang telah dibayarkan di Selandia Baru
= 30% x Rp.150.000.000 = Rp.45.000.000
Jadi, KPLN (PPh Pasal 24) yang diperkenankan adalah sejumlah PPh berdasarkan
rumus yaitu sebesar Rp.42.764.591,44.
Contoh:
Bendahara Dinas Pendidikan Kota XX membayarkan honorarium kepada peserta
Workshop sebagai berikut:
1. Aji Rp. 1.000.000 (Ber NPWP, Gol IV)
2. Bayu Rp. 500.000 (Ber NPWP, Gol III)
3. Ratno Rp. 500.000 ( Tidak Ber NPWP, Gol II)
4. Saskia Rp. 750.000 (Ber NPWP, Gol III)
Jawab:
1. Aji: 15% x Rp. 1.000.000 = Rp. Rp. 150.000
2. Bayu: 5% x Rp, 500.000 = Rp. 25.000
3. Ratno: Tidak di Kenakan Pajak
4. Saskia: 5% x Rp. 750.000 = Rp. 37.500
2.3.4. KONSTRUKSI
Pajak penghasilan atas usaha jasa konstruksi diatur dalam PP Nomor 51 Tahun
2008 sebagaimana telah disempurnakan dalam PP Nomor 40 Tahun 2009 dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 187/ PMK.03/2008. Atas penghasilan dari usaha jasa
konstruksi dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final. Tarif PPh yang dipotong
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 3 Tarif PPh Usaha Jasa Konstruksi
No Jenis Konstruksi Wajib Pajak Tarif
1 Pelaksanaan Penyedia jasa yang 2%
memiliki kualifikasi usaha
kecil
2 Pelaksanaan Penyedia jasa yang tidak 4%
memiliki kualifikasi usaha
3 Pelaksanaan Penyedia jasa selain dua di
atas 3%
4 Perencanaan atau Penyedia jasa yang 4%
Pengawasan memiliki kualifikasi usaha
5 Perencanaan atau Penyedia jasa yang tidak 6%
pengawasan memiliki kualifikasi usaha
2.3.9. DERIVATIF
Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan derivative berupa kontrak
berjangka yang diperdagangkan di bursa diatur dalam PP Nomor 17 Tahun 2009. Atas
Penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi
derivative berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa dikenai pajak
penghasilan yeng bersifat final sebesar 2,5% dari margin awal.
PPh (Final) = 2,5% x Margin Awal
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UU PPh, Penghasilan berikut termasuk penghasilan
yang dikenakan PPh bersifat final: penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan
lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; penghasilan berupa hadiah
undian; penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan dibursa dan transaksi penjualan saham atau penagihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
penghasilan dari transaksi pengalihan aset berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estat dan persewaan tanah/atau bangunan; dan penghasilan
tertentu lainnya yang diatur dalam Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan
dan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan lainnya. Penghasilan dari kegiatan
uaaha yang diterima oleh wajib pajak (orang pribadi dan badan) yang mempunyai
peredaran bruto tertentu yaitu sampai dengan Rp. 4.800.000.000 setahun. Atas
penghasilan tersebut diatas, pajak yang dibayarkan bersifat final yaitu dikenakan pada
saat terjadi transaksi dan tidak dapat diperhitungkan (menjadi kredit pajak) pada akhir
tahun.
Pajak Pneghasilan Pasal 24 merupakan suatu perhitungan jumlah pajak yang
telah dibayar/terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan (diperhitungkan) terhadap
jumlah pajak yang terutang atas penghasilan global (Penghasilan Dalam Negeri dan
Luar Negeri). Untuk itu, bagi Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan, atas pajak
yang terutang/yang telah dibayar di luar negeri, dapat dikurangkan atas pajak yang
terutang secara keseluruhan dari penghasilan global. Adapun tujuannya adalah untuk
menghindari terjadinya pajak berganda. Oleh karena itu dilakukan suatu perjanjian antar
negara yang disebut dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).
Pajak Penghasilan untuk Transaksi Khusus terdiri dari:
Penghasilan Modal Ventura
Transaksi Pasal Modal
Penghasilan yang dibebankan pada keuangan negara/daerah
Konstruksi
Pajak Penghasilan atas Dana Pensiun
Restrukturisasi Utang
Holding Company, Merger dan Akuisisi
Pelayaran, Penerbangan
Derivatif
Wajib Pajak memiliki kewajiban untuk melakukan pemotongan/pemungutan
pajak, menyetorkan dan melaporkannya ke Kantor Pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam kaitannya dengan transaksi yang dilakukan dengan pihak lain.
Wajib Pajak yang tidak melakukan pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan
(PPh) akan dikenakan tagihan atas pajak yang tidak/kurang dipungut/dipotong ditambah
dengan sanksi.
DAFTAR PUSTAKA
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori & Kasus Edisi 11 Buku 1. Yogyakarta:
Salemba Empat
www.pajak.go.id/
www.ortax.co.id/