Kelompok 4
Kelompok 4
Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Teknologi Dalam Ekonomi
Global Dan Pengelolaan Informasi Dalam Tantangan Teknologi” dapat terselesaikan
dengan baik yang merupakan salah satu tugas kelompok dari Mata Kuliah Lingkungan Bisnis
dan Hukum Komersial pada Program Magister Akuntansi Universitas Riau.
Dalam makalah ini kami telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai
pihak untuk penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H.B Isyandi, SE, MS sebagai dosen Mata Kuliah Lingkungan Bisnis
dan Hukum Komersial pada Program Magister Akuntansi Universitas Riau yang telah
memberikan tugas mengenai “Teknologi Dalam Ekonomi Global Dan Pengelolaan
Informasi Dalam Tantangan Teknologi” ini sehingga pengetahuan kami dalam
penulisan makalah ini semakin bertambah dan bermanfaat bagi kami dalam
pembuatan makalah selanjutnya di kemudian hari.
2. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar
makalah ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kami
mohon maaf atas segala kekurangan dan menerima kritik serta saran yang membangun demi
perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini bisa memberi manfaat bagi kita semua.
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hubungan teknologi dengan organisasi bisnis 6
2.2 Mengelola sistem informasi dalam organisasi bisnis 7
2.2.1 Sistem penjualan dan pemasaran 10
2.2.2 Sistem manufaktur dan produksi 10
2.2.3 Sistem keuangan dan akuntasi 10
2.2.4 Sistem sumber daya manusia (SDM) 10
2.2.5 Sistem pemrosesan transaksi 10
2.2.6 Sistem informasi manajemen dan sistem pendukung keputusan 11
2.3 Melindungi kekayaan intelektual dalam organisasi bisnis 11
2.4 Hak para stakeholder dan mengelola keanekaragaman tenaga kerja dalam
organisasi bisnis 12
2.4.1 Hak Stakeholder 14
2.4.2 Kompensasi untuk para eksekutif 15
2.4.2.1 Bentuk kompensasi eksekutif 17
2.4.3 Mengelola keanekaragaman tenaga kerja dalam organisasi bisnis18
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Era “Globalisasi” yang ditandai dengan semakin meningkatnya jalur interkoneksi dan
interdependensi dunia, berperan memfasilitasi pertumbuhan perdagangan, investasi dan
keuangan yang lebih cepat dari pendapatan nasional berbagai negara. Ekonomi nasional suatu
negara akan semakin terintegrasi menjadi ekonomi global.
PEMBAHASAN
Sebagai contoh, hampir semua bisnis memiliki cara untuk memperkerjakan karyawan
dalam hal ini proses memperkerjakan karyawan adalah proses bisnis dalam pengertian
serangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk memperkerjakan karyawan baru. Dan
salah satu tujuan sistem informasi adalah untuk membuat proses bisnis dengan seefisien
mungkin. Terdapat dua cara sistem informasi meningkatakan proses bisnis dengan efisien
yaitu :
Mengubah proses yang ada dengan proses yang baru yang dapat merubah bisnis.
Sistim Informasi pada proses bisnis sebelumnya dilakukan secara manual, seperti
pengecekan kredit klien atau memeperoleh tagihan, dan pengiriman pemesanan. Teknologi
baru dapat mengubah arus informasi untuk menghentikan langkah berurutan dengan tugas
yang dapat dilakukan secara paralel dan menghilangkan penundaan pada pembuatan
keputusan dengan kata lain informasi dapat mengubah keseluruhan proses bisnis yang ada
menjadi proses bisnis yang baru.
Perusahaan yang berukuran besar dan menengah memiliki ribuan program komputer
dan ratusan sistem yang berbeda, bahkan perusahaan kecil memiliki sekumpulan sistem yang
berbeda seperti, e-mail untuk pelanggan,google untuk sarana periklanan, sistem untuk
menjaga catatan transaksi penjualan dan menjaga catatan pemasok.
Fungsi penjualan dan pemasaran bertanggung jawab dalam menjual produk atau jasa
organisasi. Dalam pemasaran yang harus diperhatikan adalah mengenali pelanggan produk
atau jasa perusahaan, menentukan kebutuhan dan permintaan pelanggan, merenacanakan dan
mengembangkan produk atau jasa. Sistem penjualan dan pemasaran membantu manajemen
untuk mengawasi pergerakan yang mempengaruhi produk baru dan kesempatan penjualan,
dan mengawasi kinerja pesaing.
Fungsi manufaktur dan produksi untuk memproduksi barang dan jasa perusahaan.
Sistem manufaktur dan produksi meliputi perencanaan, pengembangan, dan pemeliharaan
fasilitas produksi. Untuk sistem bagian produksi menetapkan sasaran, pengadaan,
penyimpanan, dan bahan produksi untuk membuat produk menggunakan penjadwalan
peralatan, fasilitas, bahan baku, dan tenaga kerja.
Fungsi keuangan untuk mengelola aset keuangan perusahaan seperti : uang tunai ,
saham, obligasi, dan investasi lainnya yang digunakan untuk memaksimalkan pengembalian
atas aset keuangan.
Fungsi sumber daya manusia untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahan kan
tenaga kerja perusahaan dan digunakan untuk mendukung aktivitas seperti, mengenali
karyawan yang potensial.
2.2.5 Sistem Pemrosesan Transaksi
SIM merangkum dan melaporkan operasi dasar perusahaan menggunakan data yang
disediakan oleh sistem pemrosesan transaksi.
Secara substantif pengertian HaKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang
timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Karya-karya intelektual tersebut di
bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra ataupun teknologi, dilahirkan dengan pengorbanan
tenaga, waktu dan bahkan biaya. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang
dihasilkan menjadi memiliki nilai. Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat
dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat menumbuhkan konsepsi kekayaan (Property)
terhadap karya-karya intelektual. Bagi dunia usaha, karya-karya itu dikatakan sebagai aset
perusahaan.
2.4 Hak Para Stakeholder Dan Mengelola Keanekaragaman Tenaga Kerja Dalam
Organisasi Bisnis
Stakeholder dapat diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan
permasalahan yang sedang diangkat. Misalnya isu perikanan, maka stakeholder dalam hal ini
adalah pihak-pihak yang terkait dengan isu perikanan, seperti nelayan, masyarakat pesisir,
pemilik kapal, anak buah kapal, pedagang ikan, pengolah ikan, pembudidaya
ikan, pemerintah, pihak swasta di bidang perikanan, dan sebagainya. Stakeholder dalam hal
ini dapat juga dinamakan pemangku kepentingan.
Stanford Research Institut (SRI) adalah lembaga yang pertama kali menggunakan
konsep stakeholder. Lembaga ini mendefinisikan stakeholders sebagai kelompok yang
mampu memberikan dukungan terhadap keberadaan sebuah organisasi. Stakeholder adalah
semua pihak, internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Stakeholder is a group or an
individual who can affect, or be affected by, the success or failure of an organization (Luk,
Yau, Tse, Alan, Sin, Leo, dan Raymond, dalam Nor Hadi. 2011 : 93).
Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti :
pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga
diluar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja
perusahaan, kaum minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi
dan dipengaruhi perusahaan.
Perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial. Perusahaan perlu
menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam kerangka kebijakan dan
pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu
stabilitas usaha dan jaminan going concern (Adam, dalam Nor Hadi. 2011: 94-95). Dalam
pengambilan keputusan, para stakeholder membutuhkan informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terkait dengan aktivitas yang telah dilakukan. Perusahaan akan berusaha untuk
mengungkapkan informasi yang berintegritas, agar para stakeholder tetap menaruh
kepercayaan terhadap perusahaan. Menurut sifatnya pengungkapan informasi dibagi menjadi
dua, yaitu wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Pengungkapan informasi yang bersifat
wajib adalah laporan keuangan, informasi ini dibutuhkan oleh stakeholder yang
mempengaruhi maupun yang dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi perusahaan. Sedangkan
pengungkapan yang bersifat sukarela dibutuhkan oleh stakeholder yang berpengaruh maupun
tidak berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi perusahaan.
Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu
stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok ODA (1995) mengelompokkan
stakeholder kedalam stakeholder primer, sekunder dan stakeholder kunci . Sebagai gambaran
pengelompokan tersebut pada berbagai kebijakan, program, dan proyek pemerintah (publik)
dapat kemukakan kelompok stakeholder seperti berikut :
1. Stakeholder Utama (Primer) Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki
kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek.
Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan
keputusan. Contohnya :
a. Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni
masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena
dampak (kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari
proyek ini. Tokoh masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh masyarakat
ditokohkan di wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat.
b. Pihak Manajer publik : lembaga/badan publik yang bertanggung jawab
dalampengambilan dan implementasi suatu keputusan.
2. Stakeholder Pendukung (Sekunder) Stakeholder pendukung (sekunder) adalah
stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu
kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan keprihatinan
sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan
keputusan legal pemerintah. Contohnya :
a. Lembaga (Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki
tanggung jawab langsung.
b. Lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan
secara langsung dalam pengambilan keputusan.
c. Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang
yang bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki
concern (termasuk organisasi massa yang terkait).
d. Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam
pengambilan keputusan pemerintah.
e. Pengusaha(Badan usaha) yang terkait.
3. Stakeholder Kunci. Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki
kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang
dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya,
stekholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten.
Contohnya :
a. Pemerintah Kabupaten.
b. DPR Kabupaten.
c. Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.
a. Hak untuk memilih barang serta mendapatkan barang tersebut sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
b. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang.
c. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang yang digunakan.
d. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
e. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
f. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau
jasayang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Pesaing
a. Hak mendapat perlakuan dalam persaingan sesuai dengan aturan dan cara kompetisi
yang baik dan adil.
b. Tidak mencari informasi rahasia pesaing dengan metode penipuan, tidak jujur, atau
tidakpantas atau melanggar hukum.
c. Tidak sengaja merusak reputasi pesaing dengan fitnah tak berdasar.
d. Tidak melakukan tindakan apapun yang melanggar kekayaan intelektual dan hak cipta
dari pesaing
Mitra Dagang
a. Hak mendapat perlakuan yang merata, adil, dan berdasarkan hasil yang adil dapat
diterima kedua belah pihak.
b. Hak untuk dipenuhinya perjanjian kerja sama yang sudah disepakati dan secara
bersama-sama mencari solusi atas masalah yang terjadi dikemudian hari.
c. Tidak meminta atau menerima aset atau keuntungan lainnya yang tidak jujur
untukperdagangan dengan mitra dagang.
d. Tidak memberikan kerjasama atau mendukung setiap orang atau organisasi yang
melakukan bisnis ilegal atau merupakan ancaman bagi masyarakat dan keamanan
nasional.
e. Berkomitmen untuk mempertahankan hubungan yang berkelanjutan dengan mitra
dagang dan mitra kontrak atas dasar saling percaya.
2.4.2 Kompensasi untuk Para Eksekutif
Kompensasi eksekutif merupakan fasilitas yang diberikan bagi eksekutif dan jajaran
pengambil keputusan sebagai insentif atas segala upaya kerja yang telah dilakukannya. Hal
ini dikarenakan para eksekutif tersebut harus bekerja hanya pada satu perusahaan dan bukan
pada perusahaan lain. Secara umum tujuan dari disusunnya sebuah rencana kompensasi
eksekutif adalah untuk memotivasi karyawan untuk lebih giat bekerja, mempertahankan
eksekutif perusahaan dan untuk mengurangi adanya konflik kepentingan antara pihak
manajemen perusahaan dengan pihak pemilik perusahaan.
Besarnya kompensasi yang diberikan kepada pihak manajemen dan kepada pemilik
perusahaan adalah berbeda antar perusahaan. Secara umum kompensasi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu berbentuk finansial maupun non-finansial. Dalam bentuk finansial
kompensasi dapat berupa gaji, bonus tahunan, opsi saham dan insentif jangka panjang dalam
berbagai bentuk, baik stock plans maupun bonus. Sedangkan kompensasi dapat digunakan
untuk:
a. Menarik orang-orang yang potensial atau berkualitas untuk bergabung dengan
perusahaan. Dalam hubungannya dengan upaya rekrutmen, program kompensasi yang
baik dapat membantu untuk mendapatkan orang yang potensial atau berkualitas sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan karena orang-orang
dengan kualitas yang baik akan merasa tertantang untuk melakukan suatu pekerjaan
tertentu, dengan kompensasi yang dianggap layak dan cukup baik.
b. Mempertahankan karyawan yang baik. Jika program kompensasi dirasakan adil secara
internal dan kompetitif secara eksternal, maka karyawan yang baik (yang ingin
dipertahankan oleh perusahaan) akan merasa puas.
c. Meraih keunggulan kompetitif. Adanya program kompensasi yang baik memudahkan
perusahaan untuk mengetahui apakah besamya kompensasi masih merupakan biaya
yang signifikan untuk menjalankan bisnis dan meraih keunggulan kompetitif. Apabila
sudah tidak signifikan lagi, maka perusahaan mungkin akan beralih dengan
menggunakan sistem komputer dan mengurangi jumlah tenaga kerjanya atau
berpindah ke daerah yang tenaga kerjanya lebih murah.
d. Memotivasi karyawan dalam meningkatkan produktivitas atau mencapai tingkat
kinerja yang tinggi. Dengan adanya program kompensasi yang dirasakan adil, maka
karyawan akan merasa puas dan sebagai dampaknya tentunya akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
e. Melakukan pembayaran sesuai aturan hukum. Dalam hal ini kompensasi yang
diberikan kepada karyawan disesuaikan dengan aturan hukum yang berlaku. Contoh,
sesuai peraturan pemerintah patokan minimal pemberian upah yang berlaku saat ini
adalah sebesar UMR (upah minimum regional), maka perusahaan harus memberikan
kompensasi kepada karyawannya minimum sebesar UMR tersebut.
f. Memudahkan sasaran strategis. Suatu perusahaan mungkin ingin menjadi tempat kerja
yang menarik, sehingga dapat menarik pelamar-pelamar terbaik. Kompensasi dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mencapai sasaran ini dan dapat juga dipakai untuk
mencapai sasaran strategis lainnya, seperti pertumbuhan yang pesat, kelangsungan
hidup dan inovasi.
g. Mengokohkan dan menentukan struktur. Sistem kompensasi dapat membantu
menentukan struktur organisasi, sehingga berdasarkan hierarki statusnya, maka orang-
orang dalam suatu posisi tertentu dapat mempengaruhi orang-orang yang ada di posisi
lainnya.
Dengan demikian, kompensasi manajemen bagi para eksekutif perusahaan bertujuan
untuk memotivasi karyawan untuk lebih giat bekerja, mempertahankan eksekutif perusahaan
dan untuk mengurangi adanya konflik kepentingan antara pihak manajemen perusahaan
dengan pihak pemilik perusahaan.
3.1 Kesimpulan
Pemanfaatan atau implementasi teknologi dalam kegiatan operasional organisasi akan
memberikan dampak yang cukup signifikan bukan hanya dari efisiensi kerja tetapi juga
terhadap budaya kerja baik secara personal, antar unit, maupun keseluruhan institusi.
Pengelolaan administrasi kerja berbasis teknologi informasi juga harus mempertimbangkan
pengembangan sumber daya manusia (SDM) serta memperhatikan keberagaman tenaga kerja
untuk mendukung optimalisasi pada pemanfaatan atau implementasi teknologi informasi
yang bertahap yang dimulai dengan perencanaan, pengembangan, ahli kelola, operasional
sampai dengan tahap pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
Lawrence, A.T dan Weber, J, 2008, Business and Society : Stakeholders, Ethics and Public
Policy, 12th ed, USA :McGraw Hill.
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Gito Sudarmo, Indriyo, 2000, Manajemen Produksi, Edisi
Keempat, BEFE, Yogyakarta.