Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners Stikkes Kuningan
Dosen Pembimbing :
TIM

Disusun Oleh :
MASLIKAH (JNR0200112)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
CIREBON
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN DI PANTI GRAMESIA
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Inisial : Tn. S
Umur : 50 tahun
Alamat : Valir tengah tani
Agama : islam
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : lajang
Tanggal Pengkajian : 9-02-2021
Sumber Data : Klien, keluarga dan status klien
2. Alasan Masuk
Klien dibawa ke Panti karena mengamuk, susah tidur, merusak dan
melempar-lempar barang.
3. Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu, sudah pernah
dibawa berobat ke mitra namun pengobatannya kurang berhasil karena klien
tidak teratur minum obat di rumah. Dan klien datang kembali berobat ke Panti
gramesia pada bulan februari 2021 Tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Dalam keluarga hanya klien yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan: Regiment terapeutik inefektif
4. Fisik
a. Tanda vital: TD:120/70 mmHg HR: 80x/i Temp: 360c RR: 20x/i
b. Klien tidak memiliki keluhan tentang fisiknya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
1. Psikososial
a. Genogram
1. Genogram
Jelaskan: Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
seperti yang saat ini klien alami
2. Konsep diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan mengatakan tubuhnya tidak ada yang istimewa
b. Identitas diri
Klien merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara. Klien mengatakan
pada saat di rumah klien selalu memikirkan mamahnya yang sudah
tua.
c. Fungsi peran
Klien mengatakan pada saat di rumah klien selalu bantu mamah
d. Ideal Diri
Klien mengatakan bisa sembuh dan ingin kembali kepada ibunya
karena klien merindukan momen saat bersama ibunya.
e. Harga Diri
Klien merasa dirinya kesal karena di tip uterus sama orang yang di
sekitarnya
1.1.4 Hubungan Sosial
Orang yang berarti dalam hidup klien adalah istri dan anak. Klien tidak
pernah ikut dalam kegiatan kelompok di masyarakat. Penyakit klien menyebabkan
klien lebih memilih menyendiri.

1.1.5 Spiritual
Klien beragama islam dan klien menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa

1.1.6 Status Mental


1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, memakai baju sesuai fungsinya dan tidak terbalik.
2. Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema
yang dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak gelisah dan bingung, terkadang mondar-mandir
4. Alam perasaan
Alam perasaan klien saat ini sedih karena merasa tidak berguna karena sakit
yang dialaminya
5. Afek
Emosi klie cepat berubah-ubah (afek labil)

6. Interaksi selama wawancara


Klien berespon dengan baik terhadap pewawancara, selama interaksi suara klien
kecil dan sering mengatakan pewawancara cantik dan memiliki barang bagus
sedangkan klien tidak memiliki barang-barang seperti yang di miliki
pewawancara. Seringkali klien tidak menjawab pertanyaan dan klien mudah
tersinggung. Pada saat wawancara , apabila tidak dapat menjawab pertanyaan
klien mata melotot dan memalingkan muka, namun pada saat klien merasa
tersinggung klien langsung bernada tinggi dan melihat pewawancara dengan
tatapan tajam.

7. Persepsi
Klien mengatakan kesal tiba tiba
8. Proses pikir
Pada saat pengkajian, terkadang klien menghentikan pembicaraan
dengan tiba-tiba tanpa ada gangguan dari luar (blocking) kemudian
dilanjutkan kembali dan sering mengulang kalimat berkali-kali
(perbigerasi) seperti kalimat “ingin pulang ingin ketemu mamah”.

9. Isi pikir
Klien mengatakan tidak ada perasaan curiga kepada orang lain.
10. Tingkat kesadaran
Klien sadar penuh (compos mentis) dan konsentrasi saat sedang di
wawancarai.
11. Memori
Klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu dan sekarang (saat dibawa
ke Puskesmas dan diantar oleh keluarga dan klien dapat mengingat nama
perawat saat berkenalan).
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu konsentrasi dan dapat berhitung secara sederhana
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang mana baik dan buruk
14. Daya tilik diri
Klien menyadari penyakit yang dideritanya

Masalah Psikososial dan Lingkungan

Klien merasa terasingkan diantara keluarga dan lingkungan karena


penyakit yang dialami klien saat ini.
Masalah dengan dukungan lingkungan: sebelum dibawa ke Puskesmas
klien mau mengikuti kegiatan di lingkungan, namun orang-orang tidak menerima
kehadirannya karena emosinya yang tidak terkendali.

Aspek Medik

Diagnosis Medik: Skizofrenia paranoid Perilaku Kekerasan


Therapy Medik:
Clozapine 1x1
Trihexypenidil 2mg 2x1
Risperidone 2mg 2x1
1.1.7 Analisa Data
No Analisa Data Masalah
1 DS: perilaku kekerasan
- Klien mengatakan kesal di tipu karena
temenya
- Klien mengatakan saat marah tidak bisa
mengontrol emosinya
- Keuarga mengatakan di rumah klien sering
merusak dan melempar-lempar barang.
DO:
- Wajah klien tampak tegang
- Wajah kesal
- Tangan mengepal
- Pandangan mata tajam
-

1.1.8 Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi Pendengaran
Penatalaksanaan Regiment
Teraupetik inefektif
Isolasi Sosial: Menarik diri

Gangguan Konsep diri: Harga Diri Rendah

1.1.9 Daftar Masalah Keperawatan


1. Resiko Perilaku Kekerasan
1.2 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan
1.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Tanggal Rencana Tindakan Keperawatan

Jam Dx Kep
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan

8. februari RPK Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan SP1 1. Dukungan pengungkapan
2021 jam (Resiko keperawatan selama 2 hari sampai dengan SP 5 Pasien perasaan (I. 09267)
16.00 WIB Perilaku dinas diharapkan: dapat mengendalikan Resiko 2. Dukungan emosional (I.
Kekerasan) Kontrol diri meningkat Perilaku Kekerasan 09256)
(L. 09076) 3. Manajemen pengendalian
1. Prilaku melukai diri marah (I. 09290)
sendiri /orang lain
meningkat dengan skala SP 1 (Bina Hubungan Saling
1 Percaya, mengidentifikasi
2. Prilaku agresif/amuk penyebab marah,tanda dan
meningkat dengan skala gejala yang dirasakan, perilaku
1 kekerasan yang dilakukan,
3. Suara keras dan bicara
ketus meningkat dengan akibat dan cara mengendalikan
skala 1 perilaku kekerasan dengan cara
4. Pasien dapat latihan fisik 1 (latihan nafas
mengidentifikasi dalam)
penyebab perilaku
kekerasan 1. Mengucapkan

5. Pasien dapat salam terapeutik

mengidentifikasi tanda- 2. Berjabat tangan

tanda perilaku 3. Menjelaskan tujuan interaksi

kekerasan 4. Membuat kontrak topik,

6. Pasien dapat waktu dan tempat setiap kali

menyebutkan jenis bertemu dengan klien

perilaku kekerasan yang


pernah dilakukannya
SP 2 (Membantu pasien latihan
7. Pasien dapat
mengendalikan perilaku
menyebutkan akibat
kekerasan dengan cara fisik ke
dari perilaku kekerasan
dua dengan cara pukul kasur
yang dilakukannya
dan bantal
8. Pasien dapat
menyebutkan cara
mencegah
SP 3 (Membantu pasien latihan
/mengendalikan
mengendalikan perilaku
perilaku kekerasannya
kekerasan secara sosial/verbal
9. Pasien dapat mencegah/
mengendalikan perilaku dengan cara menolak dengan

kekerasannya secara baik, meminta dengan baik,

fisik, spritual, sosial, mengungkapkan perasaan


dan dengan terapi dengan baik
psikofarmaka

SP 4 : Bantu pasien latihan


mengendalikan perilaku
kekerasaan dengan cara spritual
beribadah dan berdoa

SP 5: Membantu pasien
mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara minum
obat
A. 3.4. Catatan perkembangan

Hari/tanggal
Dx. Kep Implementasi Evaluasi TTD
Jam
Selasa, 2 RPK SP1: S : klien mengatakan mau
(Resiko 1. Membina hubungan saling
februari 2021 berbicara dengan
Petilaku percaya
jam 16:00 Kekerasan) 2. Mengidentifikasi penyebab marah pewawancara, klien
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala
WIB mengungkapkan alasan
resiko perilaku kekerasan
4. Mengidentifikasi resiko perilaku klien marah dan kesal
kekerasan yang biasa dilakukan
O : Klien tampak
5. Mengidentifikasi cara mengontrol
resiko perilaku kekerasan memperhatikan
6. Melatih cara kontrol resiko
pewawancara dan dapat
perilaku kekerasan
7. Melatih cara kontrol resiko mengkuti pewawancara
perilaku kekerasan dengan cara latihan
padda saat mempraktekan
nafas dalam
8. Memberikan reinforcement positif cara mengontrol marah
kepada klien
dengan cara latihan fisik 1
9. Rencana tindak lanjut perawat
10. Menganjurkan klien memasukan (nafas dalam)
kejadwal harian
A : SP 1 tercapai
P : SP 1 dihentikan
SP 2 (Membantu pasien latihan
mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara fisik ke dua dengan cara pukul kasur dan S : klien mengatakan tidak
bantal mau mempraktekan
O : klien tampak tidak
bersemangat
A : SP 2 belum tercapai
P : mengulang SP 2
SP 3 (Membantu pasien latihan
mengendalikan perilaku kekerasan secara S: Klien tidak berespon, tidak
sosial/verbal dengan cara menolak dengan dapat mengungkapkan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan pada pewawancara
perasaan dengan baik O : Klien tampak diam,
memperhatikan
pewawancara
SP 4 : Bantu pasien latihan mengendalikan A : SP 3 belum tercapai

perilaku kekerasaan dengan cara spritual P : Mengulang SP 3

beribadah dan berdoa


S : Klien mengatakan selalu
berdo’a setiap shalat
O : klien tampak
mempraktekan dan
mengungkapkan isi do’a
nya
A : SP 4 tercapai
P : SP 4dihentikan

SP 5: Membantu pasien mengendalikan


perilaku kekerasan dengan cara minum obat S : klien mengatakan selalu
rutin minum obat
O : klien menjelaskan dengan
suara tinggi kemudian
meninggalkan wawancara
A : SP 5 tercapai
P : SP 5 dihentikan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners Stikkes Kuningan
Dosen Pembimbing :
TIM

Disusun Oleh :
MASLIKAH (JNR0200112)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
CIREBON
2021
A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien:
Pada saat dilakukan pengkajian, emosi klien stabil dan dapat di ajak berbicara
santai namun penampilan klien kurang rapih.
Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
Tujuan khusus : SP 1 Resiko perilaku kekerasan
1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat
dari perilaku kekerasan
2. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 tarik
nafas dalam dan cara fisik 2: pukul kasur/bantal
3. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat
secara teratur
4. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal/bicara
baik-baik
5. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
Tindakan keperawatan:
1. Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku kekerasan
serta melatih latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur atau bantal
2. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,
manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
3. Melatih cara verbal/ bicara baik-baik
4. Melatih cara spiritual
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
Fase Orientasi
Salam Terapeutik
“Assalamualaikum.. Selamat sore mas, pekenalkan nama saya Maslikah, saya
mahasiswa keperawatan di kampus 2 STIKKu, Saya akan merawat mas dari
jam 15.00 – 19.00. Nama mas siapa?”
Tn.S : S
“Nama lengkap mas siapa? Mas senang di panggil apa?”
Tn. S : S.. M….., panggil aja A
“Baiklah mba kalau begitu saya panggil mas S ya!”

Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas S saat ini?”
Tn. S: Baik
“Apa yang mas rasakan saat ini?”
Tn. S : Pengen pulang, ketemu mamah
“Mamahnya tinggal dimana? Kenapa mas bisa sampai dibawa kesini?”
Tn. S : Gatau dijemput sama pak w di iket
“apakah mas marah-marah sampai di iket oleh pak w?”
Tn. S : Saya marah karena kesel dan saya pukul mereka
“Apakah mas sering marah-marah dan memukul”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
Validasi
“Baiklah mas, untuk mengatasi marah tersebut apa yang sudah mas lakukan?
ibu sudah dilatih apa saja?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
Kontrak
Baiklah sekarang kita akan bercakap-cakap tentang cara mengatasi marah,
tujuannya jika mas marah, mas dapat mengontrol marah mas dengan baik.
Bagaimana kalau waktunya 20 menit? Dan tempatnya disini? Apakah mas
bersedia?
Tn. S tampak menganggukan kepala
Fase Kerja
Predisposisi dan Presipitasi
a. Biologi
“Apakah mas pernah dirawat disini sebelumnya?”
Tn. S : Sudah dua kali saya kesini, saya sudah pulang dan di jemput lagi
“Apakah mas pernah mendengar suara-suara selama disini?”
Tn. S : Mamah mau jemput
“Apakah mas mengetahui/diberitahu penyakit mas saat ini?”
Tn. S : Tidak
“Apakah mas tau tentang obat-obatan yang mas minum setiap hari?”
Tn. S : Biar sehat
“Apakah mas minum obatnya secara rutin?”
Tn. S : Ya pagi sore
“Apakah mas pernah berhenti minum obat? “
Tn. S tampak menggelengkan kepala
“Apakah mas ada riwayat penyakit fisik sebelumnya (misalnya sakit panas
hingga kejang-kejang, jika ya kapan? “
Tn. S tampak diam
“Apakah mas pernah mengalami jatuh/kecelakaan hingga pingsan, jika ya
kapan?”
Klien tampak menggelengkan kepala
“Apakah mas pernah menggunakan NAPZA? jika pernah kapan dan apa
jenisnya?”
Tn. S : Tidak
“Adakah keluarga yang lain ada yang mempunyai gejala yang sama
dengan Bapa?”
Tn. S : Tidak
b. Sosial
“Mas pendidikan terakhirnya apa?”
Tn. S : SMA
“Apakah pernah mengalami putus sekolah?Jika ya, karena apa?”
Klien tampak menggelengkan kepala
“Apakah dulu mas bekerja, dimana?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah mas sudah menikah?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Mas di rumah ibu tinggal dengan siapa?“
Tn. S : Sama mamah, papah tinggal di Jakarta dan mamah di cirebon
“Mas di rumah punya teman?”
Tn. S : Engga, saya tidak suka main
“Siapa orang yang paling berarti dalam kehidupan mas?”
Tn. S : Mamah, kangen sama mamah
“Apakah mas pernah mengalami kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, kehilangan harta benda?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah ada penolakan dari orang di masyarakat?”
Tn. S : Gatau
c. Psikologis
“Bagaimana perasaan mas ketika dibawa kesini?”
Tn. S : Mau pulang, ketemu mamah
“Apakah ada peran mas yang terganggu akibat di rawat disini?”
Klien tampak menggelengkan kepala
“Apakah mas memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan? Kapan itu
terjadi?”
Tn. S : Mau pulang, ketemu mamah
“Apakah mas termasuk orang yang mudah cemas, mudah marah, mudah
tersinggung atau menutup diri?”
Klien tampak memperhatikan dengan pandangan tajam
d. Penilaian stressor
Baiklah mas, jadi mas ingin pulang dan ketemu mamah ya? Mas pernah
memukul dan sering marah-marah
“Apakah setelah rutin minum obat, mas masih sering marah-marah?
Tn. S : Gatau
“Apakah mas menjadi lebih nyaman setelah minum obat?”
Klien tampak menganggukan kepala
“Apakah mas sulit tidur?”
Tn. S : Jarang tidur siang
“Apakah makan mas selalu habis?”
Tn. S : Habis
“Apakah mas sulit mengontrol marah?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah mas lebih suka menyendiri daripada bergaul dengan orang lain?”
Klien tampak menganggukan kepala
“Apakah mas menjadi malu atau minder untuk berbicara dengan orang
lain?”
Tn. S : Orang kalau itu suka nyamain dengan tangan ati, kulit ati putih
jadi mereka ketularan putih jadi ati item (klien tampak berbicara keras,
tangan mengepal dan tanpak kesal)
“Apakah mas selalu ikut kegiatan yang ada di panti?”
Klien tampak menganggukan kepala
e. Sumber koping dan mekanisme koping
Personal ability
“Baiklah mas, apa yang mas lakukan untuk mengatasi masalah ingin
marah atau kesel tadi?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah sudah pernah diajarkan cara mengatasi masalah tersebut?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah mas sudah pernah melatihnya, bagaimana hasilnya? Apakah
perasaan kesalnya hilang?”
Klien tampak diam dan memperhatikan dengan tatapan tajam
f. Sosial support
“Selama ibu sakit dan dirawat, siapa yang menemani ibu di sini?”
Tn. S : bapa K dan E, N
“Siapa yang merawat (care giver) ibu di rumah?”
Tn. S : Pengen pulang, ketemu mamah
g. Material asset
“Selama mas dirawat disini siapa yang membiayai?”
“Aibuah mas mempunyai jaminan kesehatan?”
“Apakah ada asset pribadi seperti tabungan, tanah, piaraaan atau sawah?”
“Kemana biasanya keluarga membawa /mengobati ketika ada anggota
keluarga yang sakit?”
“Apakah ada PKM,. RSJ terdekat dari rumah?”
Klien tampak diam dan memperhatikan dengan tatapan tajam
h. Positive belief
Mas harus yakin kalau mba bisa mengatasi marah, mas akan sembuh dan
bisa ketemu mamah di rumah
Tindakan Keperawatan Generalis
“Baiklah, tadi mas mengatakan sering marah dan pernah memukul, Apa yang
menyebabkan perasaan itu muncul?”
Tn. S : Gatau
“Apa yang dilakukan saat perasaan kesel itu muncul?”
Klien tampak diam
“Baiklah mas mari kita latihan untuk mengendalikan perasaan marah itu.
Ada 4 cara untuk mengontrolnya, yaitu latihan fisik tarik nafas dalam dan
pukul bantal atau kasur, kedua latihan minum obat secara teratur, ketiga
latihan berbicara yang benar, keempat latihan melakukan kegiatan spiritual.
Dari keempat latihan tersebut, mana yang akan mas pilih dulu untuk latihan
hari ini?”
Tn. S : Nafas
“Cara yang pertama ya? Baiklah kita akan lakukan latihan yang pertama yaitu
latihan tarik nafas dalam, caranya coba mas hirup udara melalui hidung,
tahan sebentar kemudian keluarkan dari mulut dilakukan sehari 5x dan pada
saat mas mulai kesal. Coba saya praktekkan, mas bisa melihat
(mempraktekan teknik tarik nafas dalam)”
“Coba sekarang mba praktekkan cara tarik nafas dalam tersebut, seperti yang
saya contohkan tadi”
Klien mempraktekan tarik nafas dalam
“Bagus…… (dengan menunjukan jempol tangan)”
“Nah sekarang kita akan latihan pukul bantal dan kasur, jadi kalau mas lagi
kesal ingin memukul seseorang, luapkan marahnya pada bantal dan kasur
yang ada diruangan ini, caranya seperti ini, mas perhatikan saya dulu ya, baru
mas lakukan (mempraktekan memukul bantal dan kasur)”
“Ya sekarang mas coba lakukan pukul bantal dan kasur”
Klien mempraktekan memukul bantal dan kasur
“Bagus…… (dengan menunjukan jempol tangan)”
“Nah sekarang kita buat jadwal kegiatannya ya, mau jam berapa aja
melakukan latihan fisik tarik nafas dalam serta memukul bantal dan kasur?.”
Klien tampak diam dan memperhatikan dengan tajam
Fase Terminasi:
Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mas S setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol perasaan marah dengan latihan fisik tarik nafas dalam dan pukul
bantal?”
Klien hanya menganggukan kepala
Evaluasi Obyektif
“Coba mas S sebutkan kembali ada berapa cara mengontrol marah dengan
latihan fisik?”
Tn. S : nafas, mukul kasur dan bantal
“Bagus…… (dengan menunjukan jempol tangan). Ya benar sekali mas, mas
lakukan tarik nafas dalam 5x sehari dan pukul bantal 5x sehari Jangan lupa
laksanakan semua latihan dengan teratur sesuai jadwaldan terapkan ini pada
saat mas kesal dan ingin marah ya mas S”.
Rencana Tindak lanjut
“Baik mas, besok jam 17:00 WIB (setelah ashar) ataau sebelum mas makan
sore kita akan bertemu lagi, saya juga akan melatih cara mengontrol perasaan
marah dengan cara berikutnya yaitu minum obat yang benar ya mas, mas mau
kan ngobrol lagi dengan saya?”.
Klien tampak menganggukan kepala
“Baik mas sampai jumpa besok dan selamat istirahat”.
Kontrak yang akan datang
“Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara yang lain yaitu minum obat
dengan benar, kita bertemu dan ngobrol lagi jam 17.00 wib waktunya 20
menit, tempatnya disini ya mas?”
Tn. S : Ok
“Baiklah mas, sudah selesai pertemuan kita. Terimakasih sudah mau ngobrol
dengan saya, mas boleh istirahat atau ngobrol dengan teman nya”
Klien tampak meninggalkan mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Muhith, Abdul, (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa; Penerbit CV Andi
Offset,Yogyakarta.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai