Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE

Di Ruang Pratama

Rumah Sakit 03.06.01 Ciremai Kota Cirebon

Nama: Gusty Dharmawan

NIM : CKR0180261

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

CIREBON

2020
A. Konsep Penyakit

1. Definisi Penyakit
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan
atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,
2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009). Gagal
ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun
elektrolit, sehingga timbul gejala uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah).

2. Etiologi
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit
vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen
(luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin
(diabetes).

Penyebab GGK menurut Price, 2006; 817, dibagi menjadi delapan


kelas, antara lain:

a) Infeksi misalnya pielonefritis kronik


b) Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
c) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
d) Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
e) Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
f) Penyakit metabolik seperti, DM,Gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
g) Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
h) Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
3. Patofisiologi
Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek
termasuk diantaranya penurunan GFR (Glumerular Filtration Rate),
pengeluaran produksi urine dan eksresi air yang abnormal, ketidak
seimbangan elektrolit dan metabolik abnormal. Homeostatis
dipertahankan oleh hipertropinefron. Hal ini terjadi karena hipertrofi
nefron hanya dapat mempertahankan eksresi solates dan sisa-sisa
produksi dengan jalan menurunkan reabsorbsi air sehingga terjadi
hipostenuria (kehilangan kemampuan memekatkan urin) dan polyuria
adalah peningkatan output ginjal. Hipostenuria dan polyuria adalah tanda
awal CKD dan dapat menyebabkan dehidrasi ringan. Perkembangan
penyakit selanjutnya, kemampuan memekatkan urin menjadi semakin
berkurang. Osmolitasnya (isotenuria). Jika fungsi ginjal mencapai tingkat
ini serum BUN meningkat secara otomatis, dan pasien akan beresiko
kelebihanbeban cairan seiring dengan output urin yang makin tidak
adekuat. Pasiendengan CKD mungkin menjadi dehidrasi/ mengalami
kelebihan beban cairan tergantung pada tingkat gagal ginjal.
Perubahan metabolik pada gagal ginjal juga menyebabkan gangguan
eksresi BUN dan kreatinin. Kreatinin sebagian dieksresikan oleh tubulus
ginjal dan penurunan fungsi ginjal berdampak pada pembentukan serum
kreatinin. Adanya peningkatan konsentrasi BUN dan kreatinin dalam
darah disebut azotemia dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal.
Perubahan kardiak pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan system
kardiovaskuler. Manifestasi umumnya diantaranya anemia, hipertensi,
gagal jantung kongestif, dan perikaraitis, anemia disebabkan oleh
penurunan tingkat eritropetin, penurunan masa hidup sel darah merah
akibat dari uremia, defisiensibesi dan asam laktatdan perdarahan gastro
intestinal. Hipertropi terjadi karena peningkatan tekanan darah akibat
overlood cairandan sodium dan kesalahan fungsi system renin. Angiostin
aldosteron CRF menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena
anemia, hipertensi, dan kelebihan cairan (Brunner & Suddart, 2007).
Tahap gangguan ginjal antar lain:
a. Tahap 1 : Diminishid Renal ReserveTahap ini penurunan fungsi
ginjal, tetapi tidak terjadi penumpukan sisa-sisa
metabolik dan ginjal yang sehat akan melakukan
kompensasi terhadap gangguan yang sakit tersebut.
b. Tahap II : Renal Insufficiency (insufisiensi ginjal). Pada tahap ini
dikategorikan ringan apabila 40-80% fungsi normal,
sedang apabia 15-140% fungsi normal dan berat bila
fungsi ginjal normal hanya 2-20%. Pada insufisiensi
ginjal sisa-sisa metabolik mulai berakumulasi dalam
darah karena jaringan ginjal yang lebih sehat ridak dapat
berkompensasi secara terus menerus terhadap kehilangan
fungsi ginjal karena adanya penyakit tersebut. Tingkat
BUN, Kreatinin, asam urat, dan fosfor mengalami
peningkatan tergntung pada tingkat penurunan fungsi
ginjal.
c. Tahap III : End Stage Renal Desease (penyakit ginjal tahap lanjut)
Sejumlah besar sisa nitrogen (BUN, Kreatinin)
berakumulasi dalam darah dan ginjal tidak mampu
mempertahankan hemostatis. Ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit terjadi bila segera dianalisa akan menjadi
fatal/ kematian.
4. Pathway
Infeksi Saluran Kemih Penyakit Penyakit metabolik (DM) Nefropati toksik
vaskuler hipertensi Gangguan jaringan ikat Gangguan Kongenital

GAGAL GINJAL KRONIK

Penurunan Laju Proteinuria Penurunan fungsi Peningkatan kadar


Renin Meningkat
Infiltrasi glomelurus ginjal kreatinin dan BUN
Serum
Angiostin I Kadar protein
dalam darah turun Produksi eritropotin
Ginjal tidak mampu meningkat menurun Asotemia
mengencerkan urin
secara maksimal
Penurunan tekanan
Angiostin II Penurunan Syndrom uremia
osmotik
meningkat pembentukan
eritrosit
Cairan keluar ke Di Kulit Organ GI
Produk urin Peningkatan
Vasikontrisi ekstra vaskuler (Pruritus)
turun & Na & K
pembuluh darah Anemia
kepekatan urin
meningkat Edema Mual Muntah
Tekanan darah
meningkat Dx : Intoleransi
Disuria / anuria aktivitas

Masuk ke Dx : Risiko penurunan Dx : Perubahan


vaskuler curah jantung Nutrisi kurang
dari kebutuhan

Berikan
NaOH
dengan air

Peningkatan Vol. Vaskuler

Beban jantung Tekanan hidrostatik meningkat


meningkat

Sifat semi permiable


pembuluh darah meningkat
Dx. Perubahan
pola nafas

Ekstravasasi

Edema Dx : Kelebihan vol.


cairan
5. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2005) setiap sistem tubuh pada gagal
ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan
menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan
kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema
(kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial,
pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku. Diseguilibrium
syndrome : Mual, muntah , kelelahan dan sakit kepala
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga
yaitu :

a. Konservatif
1). Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2). Observasi balance cairan
3). Observasi adanya odema
4). Batasi cairan yang masuk
b. Dialisis
1). Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus
emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja
yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori
Peritonial Dialysis )
2). Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :

3). AV fistule : menggabungkan vena dan arteri


4). Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
c. Operasi
5). Pengambilan batu
6). transplantasi ginjal

7. Diagnosa Banding
a. Acute Kidney Injury (AKI)
b. Sindrom Nefrotik
c. Renal Arteri Stenosis
B. Pengkajian
1. Wawancara

Wawancara adalah menyatakan atau membuat tanya-jawab yang


berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasanya juga
disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung dengan menanyakan
hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan
merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien. Selain itu wawancara
juga berhubungan untuk membantu klien memperoleh informasi dan
berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta
membantu perawat untuk menemukan investigasi lebih lanjut selama
tahap pengkajian. Wawancara yang dilakukan harus terstruktur dan juga
real. Wawancara meliputi :
a. Identitas pasien
Perawat perlu mengetahui nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan, dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan saat ini
Riwayat kesehatan yang diderita saat ini. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyebab
dari kesehatan terdahulu.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan / keadaan umum. Lemah, aktifitas dibantu, terjadi
penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien daricompos mentis
sampai coma. 
b. Tanda-tanda vital. Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi
dispnea, nadi meningkat dan reguler.
c. Antropometri. Penurunan berat badan
selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan. 
d. Kepala. Rambut kotor, mata kuning / kotor,
telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat
kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.Peningkatan kelenjar
tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada Dispnea sampai pada edema pulmonal,
dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada
tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah),
terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen. Terjadi peningkatan nyeri,
penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital. Kelemahan dalam libido, genetalia
kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas. Kelemahan fisik, aktifitas
pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, danCapillary
Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit. Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi
hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,dan terjadi perikarditis.
3. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan lab.darah
1). Hematologi
HB, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit

2). RFT ( renal fungsi test )


ureum dan kreatinin

3). LFT (liver fungsi test )


4). Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium

5). koagulasi studi


PTT, PTTK, BGA

b. Urine

1). urine rutin


2). urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
c. Pemeriksaan kardiovaskuler

1). ECG
2). ECO
d. Radidiagnostik

1). USG abdominal


2). CT scan abdominal
3). BNO/IVP, FPA
4). Renogram
5). RPG ( retio pielografi )
4. Analisa Data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS : Pasien mengatakan badan Peningkatan kadar kreatinin dan Gangguan nutrisi
terasa lemas, tidak selera makan BUN Serum
kurang dari
DO : ↓
 Pasien tampak lemas Asotemia kebutuhan tubuh
 Pasien tidak menghabiskan ↓
berhubungan dengan
porsi makanan yang Syndrom Uremia anoreksia mual
diberikan oleh Rumah Sakit ↓
muntah.
Organ GI

Mual Muntah
2. Ds : Pasien mengatakan sesak NaOH Perubahan pola nafas
nafas ↓
berhubungan dengan
Do : Peningkatan Vol. Vaskuler
 Pasien nampak sesak ↓ hiperventilasi paru.
dan membutuhkan Beban Jantung meningkat
tambahan oksigen ↓
 Pemasangan Nasal Perubahan pola nafas
Kanul

3. DS: Klien mengatakan tidak Penurunan Fungsi Ginjal Intoleransi aktivitas


dapat beraktivitas seperti ↓
berhubungan dengan
sebelumnya Produksi Eritropotin menurun
↓ keletihan anemia,
DO: - Pasien tampak lemas Penurunan pembentukan eritrosit
retensi produk
- Aktivitas pasien dibantu ↓
Anemia sampah dan prosedur

dialysis.
Intoleransi Aktivitas

C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia mual muntah.
b. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.
D. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasio
Keperawatan

1. Gangguan nutrisi 1. Nafsu makan 1. Kaji status nutrisi klien. 1.Untuk men
kurang dari kebutuhan meningkat. 2. Evaluasi kemampuan keadaan nutr
tubuh berhubungan 2. Tidak terjadi makan klien. pasien
dengan anoreksia penurunan berat 3. Berikan makanan yang 2.Untuk men
mual muntah. badan. lembut dan mudah di cerna. berapa banya
3. Menghabiskan 4. Berikan makanan yang makanan yan
porsi makanan bervariasi. 3.Variasi ma
mendorong n
5. Minta keluarga pasien
makan pasien
untuk menyuapi klien
5. Agar pola
terpenuhi
2. Perubahan pola nafas 1. Peningkatan 1. Untuk menge
berhubungan dengan ventilasi dan 2. keadaan pola
hiperventilasi paru. oksigenasi yang oksigen pasien.
adekuat. 3.
2. Bebas dari tanda-
tanda distress
pernafasan.
3. TTV dalam rentang
normal.
3. Intoleransi aktivitas 1. Melakukan aktivitas 1. Bantu klien untuk Agar pasien
berhubungan dengan fisik tanpa disertai memilih aktivitas sesuai melakukan a
keletihan anemia, penekanan kemampuan secara mandi
retensi produk sampah 2. Mampu melakukan 2. Bantu klien untuk
dan prosedur dialysis. aktivitas sehari-hari mengidentifikasi aktivitas
3. TTV klien normal yang dapat dilakukan
3. Monitor respon
fisik,emosi,spiritual,sosial

DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2018. PENYAKIT DEGENERATIF: Mencegah dan Mengatasi Penyakit
Degeneratif dengan Perilaku dan Gaya Hidup Modern yang Sehat. Penerbit Ar-
Ruzz Media. Yogyakarta.
Brigitta Ayu, Ni Ketut K. 2019. Keperawata Medikal Bedah I. PT.Pustaka Baru.
Yogyakarta.
https://www.researchgate.net/profile/Rizal_Perdana/publication/323365845_Klasi
fikasi_Penyakit_Chronic_Kidney_Disease_CKD_Dengan_Menggunakan_Metode
_Extreme_Learning_Machine_ELM/links/5a9023c5aca2721405618881/Klasifika
si-Penyakit-Chronic-Kidney-Disease-CKD-Dengan-Menggunakan-Metode-
Extreme-Learning-Machine-ELM.pdf (diakses pada tanggal 13 Feb. 2020)
http://repository.ump.ac.id/3939/3/Mona%20Martin%20BAB%20II.pdf (diakses
pada tanggal 13 Feb. 2020)

Anda mungkin juga menyukai