Anda di halaman 1dari 5

SEMINAR INFORMATIKA APLIKATIF POLINEMA (SIAP) 2020

ISSN 2460-1160

ALAT PENGERING KERUPUK BERBASIS ARDUINO


MENGGUNAKAN METODE FUZZY
M. Imron Rozikin1, Yuri Ariyanto2, Vipkas Al Hadid Firdaus3

1,2,3
Teknik Informatika, Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang
1
yuri@polinema.ac.id, 2vipkas@polinema.ac.id ,3rozikinimron@gmail.com

Abstrak— Pengeringan kerupuk merupakan suatu dikeringkan. Kandungan air yang ada telah menyatu dalam
proses untuk pembuatan kerupuk. Namun proses pengeringan benda. Proses yang bisa digunakan untuk mengeluarkan
kerupuk yang biasanya memakai sinar matahari sering kandungan air tersebut adalah proses penguapan. Proses ini
terhambat dikarenakan musim yang tidak menentu, sehingga dapat berlangsung apabila obyek yang dikeringkan diberi
produksi kerupuk akan berhenti dan mengakibatkan pemilik
pemanasan, baik dengan memanfaatkan sinar matahari atau
usaha kerupuk merugi. Maka dari itu dibutuhkan sistem untuk
diberi sumber panas lain, baik secara
pengeringan kerupuk berbasis internet of things (IoT).
Penelitian ini menggunakan sensor suhu dan kelembaban
elektrik maupun dengan menggunakan nyala api (A
DHT11 sebagai input data. Perangkat Arduino Uno sebagai Walujodjati & Darmanto: 2015).
pembaca data dan kontrol power dari lampu halogen sebagai Keberhasilan dan kualitas kerupuk tergantung
sumber panas pada prototipe pengering kerupuk. Dashboard pada proses pengeringan yang dilakukan. Pengeringan
pengering kerupuk digunakan untuk menerima data yang merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan,
dikirim arduino uno dan mengolah data tersebut menggunakan karena kerenyahan kerupuk ditentukan oleh banyaknya
metode. Perangkat alat pengering kerupuk dan dashboard kadar air. Semakin banyak mengandung air, maka kerupuk
pengering kerupuk berkomunikasi melewati thingspeak sebagai
akan semakin keras dan tidak renyah. Kenyataan di
penerima data dan penyalur data. Metode yang digunakan
lapangan, proses pengeringan yang dilakukan masih
untuk mengolah data adalah metode Fuzzy Sugeno dengan dua
parameter utama yaitu suhu dan kelembaban. Pada 9 kali
dilakukan secara konvensional, yaitu pengeringan
pengujian menunjukkan tingkat keberhasilan perhitungan dilakukan di tempat terbuka yang bergantung dari sinar
metode Fuzzy Sugeno adalah 100%. Sistem ini berhasil matahari dan diangin-anginkan (A Walujodjati, 2015).
melakukan monitoring dan controlling pada prototipe pengering Pengeringan kerupuk dengan cara konvensional
kerupuk berbasis IoT yang bisa memantau dari jarak jauh dan yakni dengan menggunakan sinar matahari, selama ini
secara otomatis mengelola suhu pada prototipe pengering dianggap paling mudah, praktis, dan hemat biaya, namun
kerupuk agar tetap stabil, sehingga mempermudah produsen memiliki beberapa kekurangan. Selain membutuhkan
kerupuk untuk memantau kondisi pengering kerupuk
tempat yang luas, kerupuk juga mudah terkontaminasi oleh
meskipun berada jauh dari tempat pengeringan kerupuk
debu, kotoran, dan polusi kendaraan, sehingga kerupuk
selama alat dan produsen kerupuk terhubung ke jaringan
internet.
menjadi tidak higienis yang menyebabkan mutu menjadi
Kata kunci— alat pengering kerupuk, arduino uno, fuzzy rendah, mudah pecah, dan tidak menarik. Kekurangan
sugeno, internet of things (iot), suhu, kelembaban pengeringan konvensional lainnya adalah pada saat
pengeringan harus ada yang menunggu jika sewaktu-waktu
I. PENDAHULUAN
turun hujan, sedangkan ada banyak aktivitas lain selain
Kerupuk adalah salah satu jenis makanan yang harus menunggu kerupuk. Ini tentu menambah pekerjaan
sudah lama dikenal dan disukai oleh masyarakat di tanah dan merepotkan manusia. Oleh sebab itu, perlu dibuat alat
air. Selain sebagai camilan, kerupuk sering dijadikan pengering otomatis sehingga saat turun hujan atau
sebagai lauk pauk untuk makan sehari-hari. Sehingga dapat mendung pengeringan masih bisa dilakukan tanpa
dikatakan kerupuk merupakan makanan yang tidak bisa tergantung cuaca. Alat pengering ini dilengkapi dengan
lepas dari kehidupan masyarakat untuk dikonsumsi. Maka mikrokontroler arduino uno sebagai pengendali otomatis.
dari itu, pengusaha kerupuk harus tetap berjalan agar Lampu halogen dipilih peneliti sebagai sumber panas
kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi. Salah satu tahapan karena memiliki panas yang setara dengan panas matahari
dalam pembuatan kerupuk adalah pengeringan. dan kipas dc dipilih sebagai penyebar panas agar panas
Pengeringan pada dasarnya merupakan usaha untuk yang dihasilkan oleh lampu halogen dapat merata ke ruang
mengurangi kandungan air yang ada pada obyek yang

371
SEMINAR INFORMATIKA APLIKATIF POLINEMA (SIAP) 2020
ISSN 2460-1160

pengering kerupuk. Suhu dan kelembaban pada alat Menggunakan fungsi implikasi MIN untuk
pengering akan dideteksi oleh sensor DHT11, suhu didalam mendapatkan nilai α-predikat tiap-tiap rule (α1, α2, α3,…αn).
ruangan akan diset antara 30˚C - 60˚C dan tingkat panas Kemudian masing-masing nilai α-predikat ini digunakan
untuk menghitung keluaran hasil inferensi secara tegas
lampu halogen akan menyesuaikan sesuai suhu pada ruang
(crips) masing-masing rule (z1, z2, z3,…zn)
pengering kerupuk. Hal ini bertujuan agar suhu didalam
ruangan alat pengering tidak terlalu panas dan stabil. Alat 4. Defuzzyfikasi
ini juga dilengkapi sensor berat yang berfungsi sebagai Defuzzifikasi mengambil input ber upa nilai α predikat
pendeteksi berat kerupuk pada alat pengering. Di sisi lain dan z masing-masing rule. Defuzzifikasi dilakukan dengan
pada alat pengering ini tergolong sistem digital, dengan menghitung nilai center of singleton yaitu jumlah dari
adanya penampil LCD sebagai tampilan. Pada alat perkalian antara nilai keanggotaan dengan nilai singleton
kemudian dibagi dengan jumlah nilai keanggotaannya.
pengering kerupuk ini pengguna dapat melakukan
monitoring suhu ruangan dan berat kerupuk secara real time
karena data input yang diterima oleh sensor dikirim ke
cloud MQTT Broker yang kemudian akan ditampilkan ̅ merupakan nilai singleton
pada aplikasi.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dalam penelitian III. PERANCANGAN
ini digunakan algoritma fuzzy pada alat pengering kerupuk
A. Flowchart Sistem Pengering Kerupuk
dengan mengatur suhu ruangan antara 30˚C - 60˚C agar
Data suhu dan kelembaban yang dibaca oleh sensor
kualitas kerupuk tetap terjaga. Dan juga, untuk otomatisasi
DHT11 akan diproses dalam Arduino UNO, kemudian data
lama pengeringan kerupuk berdasarkan berat kerupuk yang akan dikirim ke Thingspeak. Dashboard sistem akan
akan dikeringkan. melakukan request data dari Thingspeak, setelah data
diterima data akan di inputkan ke database dan data akan
diproses dengan metode fuzzy sugeno. Kemudian data output
II. DATA DAN METODE PENELITIAN dari perhitungan akan disesuaikan dengan rule fuzzy yang
A. Data sudah ditentukan. Output akan dikirim ke Thingspeak lagi
dan mikrokontroler akan merequest data dari Thingspeak,
Metode pengambilan data digunakan untuk
kemuda data output akan digunakan untuk mengatur power
mengumpulkan data-data pendukung yang dibutuhkan dalam
dari lampu halogen sesuai kondisi ruang pengering kerupuk.
proses pembuatan aplikasi. Beberapa cara yang dapat
Flowchart Sistem Pengering Kerupuk ditunjukkan pada
digunakan adalah melalui studi literatur, yaitu dengan
gambar 1
mengumpulkan dan mempelajari beberapa referensi dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan judul penelitian yang
dilakukan.
Pengumpulan data dimulai dari pengambilan data inputan
sensor DS18B20 untuk mendeteksi suhu pada ruangan
pengering dan sensor load cell untuk mendeteksi berat
kerupuk. Kemudian, setelah data inputan sudah terkumpul
maka dapat dianalisa dengan alur dan aturan-aturan sesuai
berdasarkan metode yang akan digunakan dalam penelitiaan
yaitu metode fuzzy sugeno
B. Metode Penelitian
Fuzzy metode sugeno merupakan metode inferensi
fuzzy untuk aturan yang direpresentasikan dalam bentuk IF –
THEN, dimana output (konsekuen) sistem tidak berupa
himpunan fuzzy, melainkan berupa konstanta atau persamaan
linear. Metode ini diperkenalkan oleh Takagi-Sugeno Kang
pada tahun 1985. Model Sugeno menggunakan fungsi
keanggotaan Singleton yaitu fungsi keanggotaan yang Gambar 1. Flowchart sistem pengering kerupuk
memiliki derajat keanggotaan 1 pada suatu nilai crisp tunggal
dan 0 pada nilai crisp yang lain (Arief Prasetyo, Usman B. Desain Alat
Nurhasan, & Gilang Lazuardi, 2018).
Dalam inferensinya, metode Sugeno menggunakan Alat pengering kerupuk memiliki tinggi 50 cm, panjang
tahapan berikut: 1. Menentukan nilai lingutistik 50 cm, dan lebar 50 cm dengan menggunakan triplek tebal
1. Fuzzyfikasi yang dilapisi aluminium. Pemanas oven menggunakan lampu
2. Pembentukan basis pengetahuan fuzzy (Rule dalam halogen 500W. Sensor DHT11 dipasang dekat dengan rak
bentuk IF…THEN) kerupuk untuk mendapatkan ukuran temperatur dan
3. Inferensi kelembaban. Hasil pengukuran ditampilkan pada LCD

372
SEMINAR INFORMATIKA APLIKATIF POLINEMA (SIAP) 2020
ISSN 2460-1160

(Liquid Cristal Display) monitor. Mikrokontroler Arduino


Uno sebagai kontrol dipasang diruang lain agar tidak mudah
rusak akibat terkena panas tersebut.

Gambar 2. Desain Alat

C. Desain Sistem

Gambar 4. Prototype alat pengering kerupuk


B. Implementasi Database
Implementasi database dashboard dengan nama
db_skripsi memiliki 3 tabel yaitu tabel data_sensor, tabel
user, dan tabel metode

Gambar 3. Desain Sistem

Pada gambar 3 diatas dijelaskan proses awal yang


dilakukan adalah pengumpulan data input dari sensor
DHT11. Data tersebut berawal dari suhu ruangan dan
kelembaban ruangan yang dibaca oleh sensor DHT11 di
dalam prototype alat pengering yang datanya akan dikirim ke
MQTT Broker (Thingspeak) lalu Dashboard Sistem akan Gambar 5. Database Dashboard
melakukan request data sensor untuk disimpan dalam
database. Proses selanjutnya adalah melakukan perhitungan
terhadap data input dari sensor yang masuk kedalam database C. Monitoring Alat Pengering Kerupuk
menggunakkan metode fuzzy sugeno, dengan hasil output Interface monitoring menampilkan data sensor yang
berupa kondisi suhu ruangan dalam prototype alat pengering. didapatkan dari proses pengeringan kerupuk. Pada halaman
User bisa melakukan monitoring suhu ruangan dan berat ini pengguna dapat memonitoring proses pengeringan secara
kerupuk yang datanya dikirim melalui MQTT Broker ke realtime.
dalam dashboard sistem

IV. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN


A. Prototype Alat Pengering Kerupuk
Prototype alat pengering kerupuk digunakan untuk
melakukan proses pengeringan pada kerupuk. Pada prototype
ini juga digunakan untuk menaruh rancangan alat untuk
melakukan proses pengeringan.
Gambar 6. Menu Dashboard Monitoring

Menu User
Interface menu user berisi informasi dari daftar user. Pada
menu ini pengguna dapat menambahkan, mengedit, dan
menghapus user.

373
SEMINAR INFORMATIKA APLIKATIF POLINEMA (SIAP) 2020
ISSN 2460-1160

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keseluruhan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
Gambar 7. Menu User 1. Rancang bangun alat pengering kerupuk dan sistem
monitoring pengering kerupuk berhasil dilakukan.
D. Pengujian a. Sistem menggunakan prototype berskala box
Pengujian Sensor DHT11 ukuran 50x50cm yang digunakan sebagai objek
Hasil pengujian pada sensor DHT11 dibandingkan pengeringan kerupuk dan monitoring suhu dan
dengan nilai temperatur hasil pengukuran menggunakan kelembaban.
termometer digital sehingga didapatkan nilai perbandingan
antara dua alat tersebut. Pengujian dilakukan setiap lima b. Sistem melakukan input data suhu, kelembaban,
menit sekali dan dilakukan sebanyak 15 kali. Pengujian berat, dan status kerupuk ke dalam database dan
dilakukan pada prototype pengering kerupuk dengan mengirim ke thingspeak setiap 15 detik.
mengeset 3 kondisi lampu halogen pada tingkat redup, 2. Konsep Internet of Things (IoT) berhasil diterapkan
normal, dan terang sehingga menghasilkan perbandingan untuk melakukan pengeringan kerupuk dan monitoring
sebagai berikut : alat pengering kerupuk.

Tabel 1. Hasil pembacaan sensor DHT11 dan thermometer a. Sistem dapat diakses menggunakan website secara
digital realtime dengan koneksi internet.
b. Sistem dapat menerima hasil dari respon atau output
dari kondisi yang terjadi.
3. Metode Fuzzy Sugeno berhasil diterapkan pada sistem
untuk mengatur besar daya atau power dari lampu
halogen untuk mengatur panas dari prototype pengering
kerupuk.
a. Sistem dapat melakukan pendeteksian terhadap
beberapa kondisi yang sudah ditentukan sesuai
dengan rules fuzzy.
b. Sistem dapat memberikan respon sesuai dengan
kondisi yang terjadi.
c. Berdasarkan hasil perhitungan metode fuzzy sugeno
dengan cara manual ataupun menggunakan sistem
menunjukkan hasil yang sama sehingga menjadi
tolok ukur berhasilnya implementasi metode fuzzy
sugeno.

3.1 Pengujian Pengeringan Kerupuk d. Hasil pengujian respon sistem dari 9 kali
percobaan dengan nilai data sensor yang berbeda
Hasil pengujian pengeringan kerupuk untuk menunjukkan hasil 100% sesuai dengan kondisi
pengeringan kerupuk yang dilakukan pada alat pengering pada metode fuzzy sugeno serta tanpa adanya
kerupuk menggunakan metode fuzzy sugeno lebih cepat output yang tidak sesuai
dibandingkan dengan pengeringna kerupuk dengan sinar B. Saran
matahari atau secara kovensional. Pada alat pengering
Saran yang dapat diberikan untuk melakukan
kerupuk sumber panas untuk mengeringkan kerupuk lebih
penelitian dan pengembangan selanjutnya untuk sistem ini
stabil dibandingkan dengan pengeringan kerupuk dibawah
sinar matahari dikarenakan masih tergantung pada cuaca. antara lain yaitu:
Untuk perbandingan pengeringan kerupuk dengan ala 1. Diharapkan ada penambahan parameter pada kerupuk
pengering kerupuk dan pengeringan kerupuk dibawah sinar yang dikeringkan, misalnya penentuan tingkat
matahari dapat dilihat pada tabel 3 berikut : keringnya kerupuk berdasarkan jumlah kadar air
kerupuk.
Tabel 3. Pengujian Pengeringan Kerupuk

374
SEMINAR INFORMATIKA APLIKATIF POLINEMA (SIAP) 2020
ISSN 2460-1160

2. Diharapkan ada penambahan modul untuk simcard


digunakan untuk backup apabila koneksi internet mati.
3. Dalam penerapan rangkaian, untuk instalasi yang
dilakukan harus benar-benar cermat agar tidak terjadi
short circuit (korsleting), karena resikonya dapat
membuat hardware terbakar dan tidak bisa dipakai lagi. .
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mahmud dan Sayekti, “Alat pengering pakaian berbasis mikrokontriler
At-mega 16,” Skripsi Thesis. Universitas Muhammadiyah Ponorogo,
2017.
[2] Dendy Apriyana Anjasmoro dan Akhmad Mustafa, “Perancangan dan
penerapan logika fuzzy pada lemari pengering pakaian,” Universitas
Budi Luhur Jakarta, 2018.
[3] Chwalis M. “Thingspeak Documentation,” belum diterbitkan, 2016.
[4] Destyan Wahyusih, “). Pengantar Teknologi Informasi Internet Of
Things”, Academia, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2016.
[5] Ginanjar Wiro Saswito, “Penerapan metode waterfall pada desain
sistem informasi geografis industri kabupaten tegal,” Jurnal
Informatika, Politeknik Harapan Bersama, Tegal., 2015.
[6] Fajar Eksan dan Achmad Ubaidillah, “Prototipe alat pengering kerupuk
energi matahari menggunakan mikrokontroler Atmega16 berbasis
fuzzy logic,” Universitas Trunojoyo Madura, Bangkalan, 2017.
[7] Oris Krianto Sulaiman dan Adi Widarma, “Sistem Internet Of things
(IoT) Berbasis cloud computing dalam campus area network,” INA-
Rxiv, 2017.
[8] Peni Kurniawati, “Pengujian sistem - SkyshiDigital - Medium,”
Retrieved from Medium: https://medium.com/skyshidigital/pengujian-
sistem52940ee98c77., 2018.
[9] Elwin Mulyanah, & Corie MH, “Perancangan dan pembuatan alat
pengering kerupuk otomatis menggunakan mikrokontroler
Atmega16,” jurnal evolusi. AMIK BSI Purwokerto., 2015.

375

Anda mungkin juga menyukai