KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia yang
berjudul “Penulisan dan Penggunaan Kata”. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak
Nadir La Djamudi, S.Pd., M.Pd Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Penulisan dan Penggunaan Kata. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..
i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 1
3. Tujuan……………………………………………………………………………….. 2
4. Manfaat…………………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Kaidah makna…………………………………………………………………….. 4
BAB II PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………………………… 16
2. Saran………………………………………………………………………………….
16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
17
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam tuturan dan tulisan resmi, terutama karya ilmiah, pilihan kata yang tepat sangat
menentukan kualitas pembicaraan dan tulisan. Kata-kata atau istilah yang dipilih dan
digunakan barulah dapat secara tepat mengungkapkan gagasan yang disampaikan dan dapat
secara tepat pula dipahami oleh pendengar atau pembaca, sehubungan dengan itu penuturan
atau penulisan, selalu harus menguasai cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa tersebut,
harus pula mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku dalam pemilihan kata. Kaidah yang
dimaksud meliputi kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah sosial, dan kaidah karang-
mengarang.
Pada bab ini, penulis mengemukakan beberapa aspek penting yang berkaitan dengan kaidah
makna yang kiranya dapat menggiring pengunaan bahasa kepada pemilihan dan penggunaan
kata yang tepat.
1. Rumusan Masalah
1. Tujuan
1. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kaidah Makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu pada persyaratan ketepatan dan pemilihan kata
sebagai lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek.
Kata denotatif berhubungan dengan konsep denotasi dan kata yang konotatif berhuubngan
dengan konsep konotasi. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung suatu kata, sedangkan
nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada disamping denotasi disebu konotasi.
Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan makna
kata yang dalam kamus atau makna eksikal. Kata yang konotatif mengandung makna
tambahan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa tertentu bagi pengguna bahasa yang
bersangkutan.
Contoh:
Kata-kata; gadis, dara dan perawan itu secara denotatif maknanya sama, yaitu wanita muda
yang belum kawin, tetapi secara konotatif makna berbeda. Gadis mengandung makna umum,
dara mengandung makna puitis, dan dara mengandung makna asosiatif tertentu.
Contoh:
Dalam suatu pembahasan yang bersifat ilmiah sebaiknya digunakan kosa kata denotatif. Kata
atau istilah harus bebas dari konotasi, sedangkan pada karya sastra lebih banyak digunakan
kosakata konotatif sebagai upaya merakit keindahan tulisan.
Dalam kaitannya dengan makna kata, terdapat beragam konotasi sosial yang bisa berupa
konotasi positif dan negatif, tinggi, rendah, sopan dan porno atau yang bersifat seksual.
Misalnya kata karyawan, asisten, wisma, hamil, dan berpulang dianggap positif baik, sopan,
dan modern; jika dibandingkan dengan kata buru, pembantu, pondok, bunting, dan mati, yang
dianggap negatif, kurang baik, kasar, dan kuno.
Agar dapat menyatakan gagasan dengan tepat, seorang pembicara/penulis harus dapat pula
memilih kosakata dengan konotasi yang tepat.
Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu objek atas satu konsep. Ada
kata yang dapat melambangkan beberapa makna dan sebaliknya ada beberapa kata yang
dapat melambangkan satu makna. Beberapa kata yang melambangkan satu makna tergolong
kata yang bersinonim atau kata-kata sinonim. Sinonim ialah kata yang maknanya sama atau
mirip dengan kata lain. Persamaan makna itu dapat berlaku tidak sepenuhnya namun dalam
kadar tertentu ada pertalian makna antara kata-kata berbeda itu. Contohnya dapat terlihat
pada penggunaan kata-kata indah, cantik dan bagus yang mengandung makna yang sama
tentang sesuatu yang sedang dipandang mata. Ketepatan kata-kata itu dalam penggunaanya
bergantung pada ketepatan pilihan atas kata masing-masing. Misalnya, kita katakan
pemandangan indah, gadis cantik dan rumah bagus. Tentu saja akan terasa janggal atau
kurang tepat jika dikatakan bahwa pemandangan cantik, atau gadis bagus. Demikian pula
pengguna kata penonton dan pemirsa, yang keduanya mengandung makna orang yang
menyaksikan suatu tontonan. Pilihan harus dapat dibedakan, yaitu penonton digunakan ut
semua tontonan atau pertunjukan, sedangkan pemirsa hnya lazim digunakan ut tayangan TV.
Contoh:
7. Tumpah-ruah penonton pertandingan sepak bola itu. (penonton tidak dapat diganti
pemirsa)
8. Para pemirsa, dimana saja anda sekali berada.” Ujar penyiar televisi mengawali
siarannya. (pemirsa dapat diganti dengan penonton).
Selanjutnya satu kata yang mengandung beberapa makna disebut kata yang berhomonim atau
kata yang homonimi. Homonimi ialah kata dalam satu bentuk yang sama ejaan dan lafalnya,
tetapi memiliki makna yang berbeda. Misalnya: buku dapat bermakna sendi (pada tulang,
bambu, tebu). Dapat bula bermakna kertas tulis yang dijilid (buku tulis, atau buku catatan).
Begitu pula kata bisa dapat bermakna racun atau boleh.
Contoh:
Disamping homonim, ada pula yang disebut homofon, homograf. Homofon adalah kata-kata
yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Misalnya, kata bang dan bank, sangsi dan
sanksi.
Contoh:
13. Bagaimana Bang, setujukah? Tanya istrinya. (Bang singkatan dari Abang, semakna
dengan Kakak, yaitu kakak laki-laki).
14. Untuk menarik nasabah, beberapa bank mengadakan undian tabungan.
(bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam
lalulintas pembayaran dan peredaran uang).
Homograf adalah kata-kata yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya. Misalnya, kata teras
(dengan e pepet) bermakna bagian utama, seperti pada teras kayu dan pegawai teras, dan kata
teras (dengan e taling) bermakna anjungan atau kaki lima, seperti pada teras rumah dan teras
tokoh.
Contoh:
Kata yang tergolong kata konkret adalah kata yang berupa objek yang nyata, dapat dilihat,
didengar, diraba dan dirasa. Beberapa contoh kata konkret, misalnya; orang, pohon, kuda,
awan, makanan, dan minuman.
Kata abstrak adalah kata yang berupa konsep. Kata abstrak dalam bahasa Ind pada umumnya
adalah kata bentukan yang menggunakan konfiks peN-an dan ke-an, seperti; perdamaian,
penyesalan, kecerdasan, dan ketahanan nasional, disamping kata-kata seperti demokrasi,
aspirasi.
Kedua jenis kata di atas sama-sama penting, penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan
pemakainya.
Kosakata yang tergolong kata umum dibedakan dari kosakata yang tergolong kata khusus
berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya,
sebaliknya makin sempit ruang lingkupnya makin khusus isfatnya. Kata-kata umum termasuk
kata yang mempunyai hubungan luas, sedangkan kata-kata khusus mempunyai hubungan
sempit, terbatas, bahkan khusus atau unik. Bandingkan dua kelompok kata berikut.
Pimpinan Direktur
Memasak Menanak
Kata yang tergolong nama diri, seperti Nisya, Ulya, Inan, Rama, Hery, tergolong dalam
kelompok kata khusus.
Kata-kata yang tergolong kata populer adalah kata yang terkenal dikalangan masyarakat atau
kata-kata yang banyak digunakan dalam berbagai kesempatan dalam komunikasi di kalangan
berbagai lapisan masyarakat. Sebaliknya kata kajian adalah kata yang digunakan secara
terbatas pada kesempatan tertentu berupa kata-kata atau istilah oleh golongan ilmuwan dalam
pembicaraan atau tulisan ilmiah.
Isi Volume
Sejajar Paralel
Contoh
23. Rencana pembangunan tahap pertama disebut Repolita I. (tahap bermakna tingkat
atau jenjang).
24. Usaha penyembuh kangker pada stadium awal telah dilakukan. (stadium bermakna
tingkatan dalam daur hidup atau perkembangan suatu profesi; tingkat masa penyakit)
25. Dia masih harus menempuh tiga mata kuliah penutup strata. (strata bermakna lapisan
atau petala, tingkat pada masyarakat, tingkat pendidikan sesudah tingkat sarjana
muda).
Tuturan dan tulisan resmi harus menggunakan kosakata baku, yaitu kata-kata yang telah
resmi dan standar dalam penggunaannya. Kata baku yang memang berasal dari bahasa
Indonesia, ada juga yang berasal dari bahasa Daerah dan bahasa Asing yang sudah
disesuaikan dengan ejaan yang bahasa Indonesia yang resmi. Sebaliknya, kosakata tak baku,
yaitu kat yang belum berterima secara resmi atau kata-kat yang tidak menuruti kaidah-kaidah
yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Kata tak baku dapat berupa; (1) kata-kata dari dialek-
dialek bahasa Indonesia yang ada, (2) kata-kata serapan bahasa daerah yang belum berterima,
(3) kata-kata serapan bahasa Asing yang tidak memenuhi persyaratan ejaan dalam bahasa
Indonesia, (4) kata-kata bahasa Indonesia yang dieja sebagai bahasa Asing, (5) kata-kata
bentuk yang tidak menuruti kaidah yang berlaku.
Contoh:
Insaf Insyaf
Analisis Analisa
Mengesampingkan Mengenyampingkan
Peresmian Pengeresmian
Manaati Mentaati
Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama maknanya dan
digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebihan.
Penggunaan kata mubazir itu dalam tuturan atau utlisan sebaiknya dihindari karena
menimbulkan makna yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat antara lain pada pemakaian
kata-kata sejak dan dari, demi dan untuk, agar dan supaya, sebab dan karena, sangat dan
sekali.
Contoh:
Seharusnya:
Seharusnya
Termasuk dalam kata mubazir ini penggunaan secara bersamaan kata bilang tak tentu yang
menyatakan jamak dengan kata berulang atau reduplikasi yang juga menyatakan jamak.
28. Banyak rumah-rumah yang dibangung melalui kredit BTN belum terjual karena
harganya mahal.
Seharusnya:
1. Banyak rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya
mahal.
2. Rumah-rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya
mahal.
Kosa kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampaknya mirip dari segi
bentuknya, atau kata yang nampaknya mirip dari segi maknanya. Kata sedangkan dan
sedang, suatu dan sesuatu, sekali-kali dan sekali-sekali, termasuk kata yang mempunyai
kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti masing-masing dan tiap-tiap, jam dan pukul,
dari dan daripada, termasuk kata yang mempunyai kemiripan makna. Kesemua kata di atas
pada kenyataannya sering dikacaukan penggunaannya, sehingga melahirkan kalimat-kalimat
yang tidak tepat dan tidak efektif.
Contoh:
29. Tinggallah dahulu di sini, saya hendak membicarakan sesuatu hal denganmu.
Seharusnya:
(kata suatu dalam penggunaannya diikuti kata benda, misalnya suatu hal. Suatu masalah, dan
suatu kejadian, sedangkan kata sesuatu tidak diikuti kata benda karena kat ini tidak tentu atau
tidak jelas).
30. Masing-masing peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar dua puluh ribu
rupiah.
Seharusnya:
1. Para peserta penataran membayar uang pendaftaran masing-masing sebesar dua puluh
ribu rupiah.
2. Tiap-tiap peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar dua puluh ribu
rupiah.
(kata tiap-tiap dalam penggunaannya diikuti kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak
diikuti kata benda. Demikian pula penggunaan kata jam yaitu untuk menunjukkan jangka
waktu, sedangkan pukul yaitu untuk menunjukkan waktu)
Contoh:
31. Pelajaran pertama berlangsung pada pukul 10.00 sampai dengan 12.00
32. Pelajaran pertama berlangsung selama dua jam.
Kosakata yang terdapat dalam bahasa Indonesia cukup banyak memberikan kemungkinan
untuk pemilihan kata yang tepat dalam pengungkapan gagasan. Kalau kosakata yang ada
kurang memuaskan untuk pengungkapan suatu gagasan baru, penggunaan bahasa dapat
membentuk kata-kata baru berdasarkan pada pedoman pembentukan istilah yang disepakati
bersama. Kata atau istilah tersebut, dapat berasal dari bahasa Daerah atau bahasa Asing
tertentu yang digunakan dalam bahasa Indonesia melalui proses penyerapan atau
penerjemahan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan makalah “Penulisan dan Penggunaan Kata” di atas maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa pentingnya pemilihan kata yang tepat akan sangat menentukan
kualitas pembicaraan dan tulisan. Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu pada
persyaratan ketepatan dan pemilihan kata.
1. Saran
Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Maka kami berharap kritik
dan saran dari para pembaca agar penulis dapat meningkatkan pengetahuan berkenaan
dengan “Penulisan dan Penggunaan Kata”.
DAFTAR PUSTAKA
Sabariyanto, Dirgo. 1999, Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku?
Kosakata.Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Pn. Angkasa.
Usman, Zuber. 1975. Bahasa Melayu Sebelum dan Sesudah Menjadi Lingua Franca. Jakarta:
Yayasan Idayu.