Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta memberikan perlindungan dan
kesehatan sehingga penyusun dapat menyusun makalah dengan judul ”Perawatan
Luka Home Care”. Dimana makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas modul Mata Kuliah Home Care.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini
penyusun banyak menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan
keterbatasan penyusun sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang
dimiliki penyusun, maka penyusun berusaha semaksimal mungkin untuk
menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini,
yaitu Dosen Mata Kuliah keperawatan komunitas yaitu ibu Mirnawati.,S.Kep.,
Ns. serta teman- teman sekalian.
Sebagai manusia, penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik
dimasa yang akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya, Amin

Gowa, 12 April 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 3
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 3
B. .Rumusan Masalah .................................................................................................... 3
C .Tujuan Masalah ......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
A. Definisi Lansia ........................................................................................................ 4
B. Gangguan psikologi lansia ....................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 11
A.Kesimpulan ................................................................................................................ 11
B.Saran ........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan mulai dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai
masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah
mencapai kematangan ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa
dimana seseorang akan mengalami kemunduran seiring berjalannya waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki
masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Santrock (2012:224) mengemukakan bahwa
usia 65 tahun merupakan usia penuaan bagi yang berlangsung secara nyata
dan seseorang itu telah disebut lansia. Menurut ilmu gerontologi orang
yang berusia lebih dari 65 tahun dibagi menjadi 3 kelompok : usia tua
awal, yaitu mereka yang berusia antara 64 sampai 74 tahun; usia tua
menengah yaitu mereka yang berusia antara 75 sampai 84 tahun; dan usia
akhir yaitu mereka yang berusia diatas 85 tahun. Kesehatan masing-
masing berbeda dalam berbagai cara (davison,Neale, dan Kring 2014:743).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Jelaskan gangguan psiologi pada lansia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian lansia
2. Untuk mengetahui gangguan psikologi lansia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI LANSIA
Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal, yang
ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang
semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Menurut kurlock (2002) tahap terakhir dalam
perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia
60 sampai 70 tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia 70 tahun
hingga akhir kehidupan seseorang. Orang tua muda atau usia tua (usia 65
hingga 74 tahun ) dan orang tua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau
lebih) dan orang tua lanjut(85 atau lebih) dari orang orang dewasa lanjut
yang lebih muda.
J.W. Santrock (Santrock, 2002:190) mengemukakan bahwa ada
dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yiatu menurut
pandnagan orang barat dan orang indonesia. Pandnagan orang barat yang
tergolong lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65
tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa
atau sudah lanjut. Sedangkan pandagan orang indonesia, lansia adalah
orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada
umumnya diindonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai
tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lanjut
usia merupakan periode dimana seorang individu telah mencapai
kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan
kemundurang fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat
mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal tetapi bagi orang lain, periode

4
ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa
kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas
dewaa in. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut
usia bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan
cara yang berbeda-beda.

B. GANGGUAN PSIKOLOGI LANSIA


1. DEMENSIA
a. Pengertian dimensia
Davison, Neale, dan Kring (2014:742) mengemukakan bahwa
dimensia merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan
kemunduran intelektual hingga ketitik melemahkan fungsi sosial dan
pekerjaan. Liftiah (2009:218) mengemukakan bahwa demensia
merupakan gangguan kognitif, meliputi berkurangnya ingatan secara
bertahap, ketidakmampuan mempelajari informasi baru, kemampuan
berkomunikasi, berpendapat, dan koordinasi motorik. Sunberk,
Winebarge, dan Taplin (2007:304) mengemukakan bahwa demensia
merupakan gangguan kompeks yang mencakup beberapa entitas penyakit
yang khas. Dimensia ditandai dengan berkurangnya fungsi kognitif
sehingga mempengaruhi kegiatan sehari hari.

b. Penyebab demensia
Sunberk, Winebarge, dan Taplin (2007:304) mengemukakan bahwa
dimensia disebabkan oleh perubahan pada otak yang tidak dapat
dipulihkan meliputi penyakit dan kematian jaringan otak. Papalia dan
Feldman (2014:242) mengemukakan bahwa dimensia timbul disebabkan
oleh penyebab fisiologis. Penyebab fisiologis utama dimensia yaitu
penyakit alzheimer dan parkinson.

5
c. Gejala dimensia
Gejala penyakit demensia antara lain sering lupa meletakan barang
penting, lupa kegiatan yang baru saja dilakukan, bahkan demensia dapat
menyebabkan seseorang lupa dengan nama dan wajah seseorang, serta
menyebabkan emosi menjadi tidak stabil.
Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa individu
yang menderita demensia memiliki kemungkinan gangguan pola bicara
yang membingungkan. Meskipun sistem motorik tetap berfungsi namun
penderita demensia mengalami kesulitan berbagai aktivitas motorik,
seperti mengosok gigi, melambaikan tangan, dan berpakaian. Davison,
Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa lebih dari 50 persen
penderita demensia mengalami delusi dan halusinasi.

d. Terapi medis
1. Pemberian obat Antipsikotik, untuk meredakan perilaku penderita
yang agresif atau mengalami agitasi parah. Biasanya obat ini
dikonsumsi dalam waktu singkat untuk menghindari risiko efek
samping seperti mengantuk, masalah kardiovaskular, kesulitan
berkomunikasi, hingga tubuh kaku, khususnya bagi penderita
demensia yang disebabkan lewy bodies.
2. Pemberian obat Antidepresan, untuk meredakan gejala depresi
yang umumnya terjadi pada penderita demensia.
3. Terapi okupasi, untuk mengajarkan penderita cara melakukan
aktivitas sehari-hari dengan aman dan disesuaikan dengan
kondisinya, sambil juga mengajarkan cara mengontrol emosi serta
mempersiapkan diri untuk perkembangan gejala lebih lanjut pada
demensia progresif.

6
2. GANGGUAN SKIZOFRENIA
a. Definisi
Gangguan skizofrenia adalah gangguan jiwa dalam skala yang cukup
berat dan gawat yang dapat dialami semenjak usia masih muda dan
kemudian berlanjut menjadi kronis dan gawat saat menginjak usia lansia.
Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari segi fisik, psikologis, hingga
sosial budaya. Skizofrenia pada kaum lansia dapat terjadi hingga 1% dari
kelompok usia lansia. Ciri-ciri skizofrenia yang terjadi pada kaum lansia
dapat ditandai dengan adanya gangguan pada alam pikiran yang mana
membuat pasien terasa terganggu pikirannya.
Karena hal inilah yang menyebabkan penderitanya mengalami emosi
yang labil, sehingga merasa cemas, mudah marah, bingung, mudah salah
paham , dan lainnya. Biasanya gangguan ini juga disertai dengan
gangguan perilaku, yang mana ditandai dengan macam-macam halusinasi,
gangguan kemampuan ketika menilai realita, sehingga menyebabkan
penderitanya tidak mengetahui tentang waktu, orang, maupun tempat.

Nah itu tadi beberapa hal yang termasuk dalam gangguan kejiwaan
yang sering dialami oleh kaum lansia. Tentu saja jika gangguan-gangguan
tersebut terjadi pada kerabat dan keluarga anda, segera lakukan terapi sakit
jiwa yang mana dilakukan oleh pskiater dan psikologis.

b. Terapi medis

Skizofrenia adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara


total. Akan tetapi, beberapa gejalanya dapat ditangani dengan pengobatan
dan terapi perilaku kognitif, sehingga penderitanya dapat lebih mudah
untuk menjalani aktivitas.

7
Obat-obatan memegang peranan penting untuk membantu
mengendalikan gejala sikozofrenia. Obat skizofrenia yang biasa
diresepkan adalah antipsikotik.

1. Pemberian obat antipsikotik bekerja dengan memengaruhi


neurotransmitter dopamin dan serotonin di dalam otak,
sehingga obat ini dapat membantu meringankan gejala
skizofrenia.
2. Terapi elektrokonvulsif merupakan metode yang paling
efektif, untuk meredakan keinginan bunuh diri, mengatasi
gejala depresi berat, dan menangani psikosis. Terapi dilakukan
2-3 kali sepekan, selama 2-4 minggu, dan dapat
dikombinasikan dengan psikoterapi dan pemberian obat.
Dalam terapi ini, pasien akan diberikan bius umum, dan obat untuk
membuat otot pasien lebih rileks. Kemudian, dokter akan memasang
elektroda di ubun-ubun pasien. Arus listrik rendah akan mengalir
melalui elektroda, dan memicu kejang singkat di otak pasien.

3. GANGGUAN ALZHEIMER
a. Pengertian alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah penyakit progresif atau perlahan-lahan yang
ditandai dengan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, serta
perubahan perilaku dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penyakit ini
membuat jaringan otak rusak seiring berjalannya waktu.
Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukan bahwa alzheimer
merupakan pengklasifikasian paling umum dari dimensia. Davison, Neale,
dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa alzheimer istilah untuk
rusaknya jaringan otak yang tidak dapat diperbaiki. Sunberk, Winebarge,
dan Taplin (2007:304) mengemukakan bahwa penyakit alzheimer
disebabkan oleh perubahan besar pada otak yaitu pembentukan daerah yang

8
mengeras pada bagian otak. Plak merupakan bagian yang mengeras pada
otak. Letak dari plak mempengaruhi gejala yang muncul. Davison, Neale,
dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa penyakit alzheimer lebih
umum terjadi pada perempuan. Papalia dan Feldman (2014:242)
mengemukakan bahwa penyakit alzheimer secara perlahan merampas
kecerdasan, keawasan, dan bahkan kemampuan penderitanya untuk
mengontrol fungsi tubuh mereka dan pada akhirnya menyebabkan kematian.

b. Gejala alzheimer
Papalia dan Feldman (2014:243) mengemukakan bahwa gejala klasik dari
alzheimer berupa kerusakan memori, kemunduran bahasa, kekurangan dalam
pemrosesan visual dan ruangan. Salah satu gejala yang paling jelas adalah
ketidakmampuan mengingat kejadian baru atau memproses informasi baru.
Gejala lain yang cenderung muncul diawal penyakit yaitu gangguan
kepribadian secara cepat menjadi kaku, apatis, egosentris, dan kontrol emosi
yang terganggu.
Papalia dan Feldman (2014:243) mengemukakan bahwa semakin banyak
gejala yang mengikuti seperti mudah tersinggung, cemas, depresi, delusi,
delirium, dan berkeliaran, mengakibatkan kerusakan pada ingatan jangka
panjang, penilaian, konsentrasi, dan orientasi serta gangguan bicara. Individu
yang mengalami alzheimer mengalami kesulitan melakukan aktivitas rutin
dikehidupan sehari-hari. Cummings (Papalia dan Feldman, 2014:244)
mengemukakan bahwa pada akhirnya individu tidak bisa memahami atau
menggunakan bahasa, tidak mengenali anggota keluarga, tidak bisa makan
tanpa bantuan, tidak bisa mengatur kapan buang air, dan kehikangan
kemampuan untuk berjalan, duduk dan menelan makanan padat. Kematian
biasanya datang sekitar 8 samapai 10 tahun setelah gejala muncul.

9
c. Penyebab alzheimer
Papalia dan Feldman (2014:244) mengemukakan bahwa penyebab utama
perkembangan penyakit alzheimer yaitu kekusustan neurofibriler (massa
neuron mati yang terpelintir) dan sejumlah lilin plak amiloid (jaringan yang
tidak berfungsi). Otak manusia tidak dapat membersihkan plak karena plak
tersebut tidak dapat larut. Lama kelamaan jaringan tersebut akan mengeras /
membaur dan menghancurkan neuron disekitarnya.

d. Terapi Medis

Cara pertama yang dilakukan adalah memberikan obat-obatan yang


mampu meredakan gejala dengan cara meningkatkan kadar zat kimia otak.
Jenis obat-obatan yang diresepkan dokter adalah rivastigmine, donepezil,
dan memantine. Obat ini digunakan untuk menangani penyakit Alzheimer
pada tahap awal hingga menengah. Memantine juga dapat diresepkan pada
pederita Alzheimer dengan gejala yang sudah memasuki tahap akhir.

Selain pemberian obat-obatan, psikoterapi juga dapat dilakukan untuk


menangani penyakit Alzheimer. Terapi ini terdiri dari:

 Stimulasi kognitif, yang bertujuan untuk meningkatkan daya ingat,


kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan dalam memecahkan
masalah.
 Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif, yang bertujuan untuk
mengurangi halusinasi, delusi, kecemasan, atau depresi yang dialami
oleh penderita.

Sampai saat ini, belum ada penanganan khusus yang terbukti efektif untuk
menyembuhkan penyakit Alzheimer. Upaya penanganan yang dilakukan hanya
bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, serta
memampukan penderita untuk hidup semandiri mungkin

10
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Lansia merupakan fase kemasakan fungsi sekaligus kemunduran pada
manusia. Berbagai macam permaslahan mulai berdatangan terutama dalam
aspek psikologis. Setiap lansia memiliki permasalahan yang berbeda
sehingga penanggulangannya juga berbeda. Perhatian yang lebih
dibutuhkan oleh lansia sebagai motivasi untuk tetap aktif dan memiliki
gairah hidup.

b. Saran
Setelah membuat makalah ini, agar pembaca menjadi tahu tentang
Gangguan psikologi yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana
seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak
optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan
sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang
bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Davison, G. C., Neale, J. M., Kring A. M. (2014). Psikologi abnormal


(9th ed.). Depok: Kharisma Putra Utama.
Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan. (5th ed.). Erlanga: Jakarta.
Litfiah (2009). Psikologi abnormal. Semarang: Widya Karya.
Santrock, J. W. (2012). Perkembangan masa hidup. Indonesia: PT Gelora
AksaraPratama
Sunberk, N. D., Winebarge, A. A., Taplin, J. R. (2007). Psikologi klinis
(4th ed.).Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

12

Anda mungkin juga menyukai