Anda di halaman 1dari 2

Aturan Lembur, Perusahaan dan Tenaga Kerja Wajib Tahu!

Lembur merupakan hal yang sangat lumrah dan tak asing bagi para tenaga
kerja, khususnya saat perusahaan sedang mengejar target tertentu. Baik atas kemauan
sendiri ataupun tuntutan perusahaan karyawan pasti pernah merasakan lembur kerja.
Umumnya terdapat jenis-jenis lembur, yaitu lembur pada hari kerja, hari libur dan hari
raya. Biasanya, lembur pada hari kerja akan memiliki kompensasi lebih rendah
daripada lembur pada hari libur ataupun hari raya. Pastinya, waktu lembur sering
memengaruhi kehidupan karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka
dari itu, perusahaan wajib mematuhi ketentuan yang berlaku agar karyawan tetap
mendapakan haknya. Kebijakan mengenai lembur, waktu dan perhitungan upah lembur
tergantung pada penetapan perusahaan masing-masing.

Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari
kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam
dalam seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur
resmi yang ditetapkan Pemerintah.

Menurut UU Ketenagakerjaan Pasal 78 (b) bahwa waktu kerja lembur hanya


dapat dilakukan paling banyak 3(tiga) jam dalam 1(satu) hari dan 14(empat belas) jam
dalam 1(satu) minggu. Selanjutnya pada Pasal 85 (3) Pengusaha yang
mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan pada hari libur resmi wajib
membayar upah kerja lembur. Dalam Kepmenakertrans no.102/MEN/VI/2004 Pasal 2
Angka 3 Perusahaan yang menggunakan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), wajib membayar upah kerja setelah 7 (tujuh) jam kerja dengan perhitungan
sebagai berikut :

a. untuk waktu kerja 9 (sembilan) jam 1 (satu) hari, wajib membayar upah kerja lembur
untuk setiap hari kerja sebesar 3 ½ (tiga setengah) x upah sejam;

b. untuk waktu kerja 10 (sepuluh) jam 1 (satu) hari, wajib membayar upah kerja lembur
untuk setiap hari kerja sebesar 5 ½ (lima setengah) x upah sejam;
c. untuk waktu kerja 11 (sebelas) jam 1 (satu) hari, wajib membayar upah kerja lembur
untuk setiap hari kerja sebesar 7½ (tujuh setengah) x upah sejam;

d. untuk waktu kerja 12 (dua belas) jam 1 (satu) hari, wajib membayar upah kerja
lembur untuk setiap hari kerja sebesar 9 1/2 (sembilan setengah) x upah sejam.

Dalam hal perusahaan tidak memenuhi hak upah lembur pekerja akan
melanggar ketentuan dalam pasal-pasal diatas yang dijelaskan pada Pasal 187 ayat 1.
Dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 bulan, paling lama 12 bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp. 10.000.000 dan paling banyak Rp. 100.000.000.
Walaupun demikian, aturan tersebut tidak berlaku pada perusahaan yang menerapkan
waktu kerja yang berbeda seperti jam kerja harian. Misalnya, perusahaan
pertambangan yang memiliki waktu kerja dan istirahat berbeda dari perusahaan pada
umumnya seperti pekerja lapangan yang mengebor minyak di kawasan hulu. Namun
hal tersebut perlu dipertimbangkan dari faktor sosial, ekonomi serta kesehatan pekerja
karena pada padasarnya, kerja lembur yang dilakukan harus menghasilkan manfaat
maksimal bagi perusahaan dan pekerja itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai