Anda di halaman 1dari 10

NIKMAT ALLAH DAN CARA MENSYUKURINYA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir 1


Dosen Pengampu: H.Mus’idul Millah,S..Th.I.,M.Ag.

Disusun oleh:
Neng Tatu Rahmawati; 1811104080
Arisman ; 1811104064

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH MANSHUR
PANDEGLANG
2018
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Nikmat yang dianugrahkan Allah kepada manusia, merupakan
pemberian yang terus-menerus, dengan bermacam-macam bentuk lahir
dan batin. Hanya manusia sajalah yang kurang pandai mrnsyukurinya,
sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan kenikmatan oleh Allah.
Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman.
Termasuk orang yang menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang
menggunakan nikmat Allah tidak pada tempatnya, atau menggunakan
nikmat Allah untuk kemaksiatan. Saat ini banyak sekali manusia yang
mempunyai sifat angkuh terhadap Allah swt jika ia merasa bahwa semua
yang ada padanya adalah karena kepandaian dan keistimewaan diri
manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, kita sebagai mahluk Allah yang senantiasa
mengharapkan keridhoa-nya diharapkan diberi kesadaran dalam
mensyukuri nikmat yang sungguh besar dari Allah swt. Bahwasanya allah
memerintahkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat yang
diberikan, yaitu dengan satu hal melaksanakan kewajiban kita tehadap
Allah, dengan menjalankan apa yang sudah ditetapkan seperti; perintah
untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’andah
hadist, puasa, Zakat dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penafsiran Al-Quran tentang Nikmat Allah dan cara
mensyukurinya didalam Surat Az-Zukhruf Ayat 9-13 ?
2. Bagaimana Penafsiran Al-Quran tentang Nikmat Allah dan cara
mensyukurinya didalam Surat Al-Ankabut ayat 17 ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui penafsiran Al-Quran tentang Nikmat Allah dan cara
mensyukurinya didalam Surat Az-Zukhruf Ayat 9-13
2. Untuk Mengetahaui Penafsiran tentang Nikmat Allah dan cara
mensyukurinya didalam Al-Quran Surat Al-Ankabut ayat 17
Deskripsi Teori
Syukur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai
rasa terima kasih kepada Allah swt, dan untunglah (meyatakan perasaan
lega, senang dan sebagainya).

Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik
atas apa yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat ke-kufur-
an adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti
menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh
pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah1.

Menurut istilah syara’, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat


yang diberikan oleh Allah swt dengan disertai ketundukan kepada-Nya
dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah swt2.

Al Kharraz yang dikutip oleh Amir An-Najjar mengatakan syukur


itu terbagi menjadi tiga bagian yaitu:3

a. Syukur dengan hati adalah mengetahui bahwa nikmat-nikmat itu


berasal dari Allah swt bukan selain dari-Nya.

b. Syukur dengan lisan adalah dengan mengucapkan al-


Hamdulillah dan memuji-Nya.

c. Syukur dengan jasmani adalah dengan tidak mempergunakan


setiap anggota badan dalam kemaksiatan tetapi untuk ketaatan kepada-
Nya. bukan untuk kebatilan.

Pembahasan
1
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 1996), h. 216
2
Muhammad Syafi’ie el-Bantanie, Dahsyatnya Syukur, (Jakarta: Qultum Media, 2009), h. 2
3
Amir An-najjar, Ilmu Jiwa dalam Tasawwuf Studi Komparatif dengan Ilmu Jiwa Kontemporer,
Terj. Hasan Abrori, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 251-252
A. Penafsiran Al-Quran tentang Nikmat Allah dan cara Mensyukurinya
dalam Surat Al-Ankabut ayat 9-13

Ayat 9
‫ض لََي ُقولُ َّن َخ َل َقهُنَّ ۡٱل َع ِزي ُز‬ ۡ ِ ‫َو َل ِٕٕٮن َسأ َ ۡل َتهُم م َّۡن َخ َل َق ٱل َّس َم ٰـ َوٲ‬
َ ‫ت َوٱ لأَ ۡر‬
)٩( ‫ ۡٱل َعلِي ُم‬  

Artinya:
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab:
"Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".
(9)
Tafsir ayat 9;
Allah swt mengabarkan tentang orang-orang musyrik,bahwa jika

ۡ ِ ‫م َّۡن َخ َل َق ٱل َّس َم ٰـ َوٲ‬


engkau bertanya pada mereka, َ ‫ت َوٱ لأَ ۡر‬
‫ض لََي ُق ولُ َّن‬
“siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”niscaya mereka akan
menjawab,” hanya allah swt semata, yang tidak ada sekutu baginya,

‫“ ٱ ۡل َع ِزي ُز‬yang maha perkasa” yang semua mahluk tunduk kepda

‫يم‬ِ‫“ ٱ ۡلعل‬lagi
keperkasaanya,
ُ َ maha mengetahui” semua masalah-masalah

zahir dan batin ,permulaan dan akhirnya .Bila mereka mengakui hal itu,
lantas mengapa mereka menganggap allah swt memiliki anak, pendamping
dan sekutu ? Dan bagaimana mereka menyekutukanya dengan sesuatu
yang tidak bisa menciptakannya,memberi rizki,mematikan,dan
menghidupkan?4
Ayat 10

4
Abdurrahman, Tafsir al-karim ar-rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan (Jakarta: Darul HAQ, 2014), 415
۬
 ( ‫ض َم ۡه ۬ ًدا َو َج َع َل لَ ُك مۡ فِي اہَ ُسبُال ا ً لَّ َعلَّ ُك مۡ هَت ۡهتَ ُدو َن‬ ۡ ِ
َ ‫ٱلَّذى َج َع َل لَڪُ ُم ٱ لأَ ۡر‬
)١٠
“Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan
Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat
petunjuk.”(10)
Tafsir Ayat 10
Selanjutnya allah swt juga menyebutkan berbagai dalil yang
menunjukan kesempurnaan nikmat dan kekuasaanya dengan apa-apa yang
di ciptakan untuk hamba-hambanya, seperti bumi yang di hamparkan dan
dijadikan sebagai tempat menetap untuk para hamba yang memungkinkan
mereka melakukan apapun yang diinginkan .

( ً۬‫”) َو َج َع َل لَ ُك مۡ فِيہَا ُس بُال‬dan dia membuat jalan-jalan di atsa bumi untuk


kamu,” yaitu, Allah SWT membuatkan jaln-jalan diantara gunung-gunung,

dari jalan itu kalian menembus berbagai wilayah dibaliknya,( ۡ‫لَّ َعلَّ ُك م‬

‫”) هَت ۡهتَ ُدو َن‬supaya kamu mendapat petunjuk” kala menempuh perjalanan,
agar kalian tidak tersesat dan supaya kalian juga mendapat petunjuk
dengan mengambil i’tibar ( Pelajaran) serta mengingat Allah karnanya.5
Ayat 11

( ‫خر ُجو َن‬ ۡ ‫ك خُت‬ ِ‫ٓاء مٓا ۢ َء بَِق َد ۬ ٍر فَأَنش ۡنرَا بِِۦه ب ۡل َد ۬ةً َّم ۡي ۬تً ۚا‌ َك َذٲ ل‬
ِ َّ ‫وٱلَّ ِذى َنَّز َل ِمن‬
َ َ َ َ َ ‫ٱلس َم‬ َ َ
)١١ 
Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang
diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti
itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). (11) .

5
Abdurrahman, Tafsir al-karim ar-rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan (Jakarta: Darul HAQ, 2014),416
Tafsir Ayat 11
ِ َّ ‫)وٱلَّ ِذى نَ َّز َل ِمن‬
ٍ ۬ ‫م ٓا ۢ َء بَِق َد‬
(‫ر‬
َ ‫ٱلس َمٓاء‬ َ َ “ dan yang menurunkan aiir

dari langit menurut kadar (yang diperlukan),“ tidak lebih dan tidak kurang
dan juga sesuatu ukuran yang diperlukan. Tidak kurang sekiranya tidak
terdapat manfaat padanya dan tidak lebih sekiranya membahayakan para
hamba dan negeri, tapi dengan air itu Allah SWT menolong para hamba
dan menyelamatkan negeri dari kesempitan karna itu Allah SWT

۬ ۬ ِِ‫ب‬
berfirman (‫ۦه ب ۡل َد ةً َّم ۡيتً‌ۚا‬
َ ‫َنش ۡنرَا‬
َ ‫“ ) فَأ‬lalu kami hidupkan dengan air itu negeri
yang mati,” yakni, kami menghidupkannya setelah kematiannya.

Kemudian (‫رۡخج ون‬ ِ


ُ َ ‫ك خُت‬
َ ‫“ ) َك َذٲ ل‬seperti itulah kamu akan dikeluarkan

(dari dalam kubur),” yakni, sebagaimana Allah SWT menghidupkan bumi


mati dengan air, seperti itu juga Allah SWT menghidupkan kembali kalian
sete;ah kalian berada dialam Barzah untuk memberi balasan berdasarkan
amal perbuatan kalian.6
Ayat 12
ِ ‫وٱلَّ ِذى خلَق ٱ ۡلأَ ۡزوٲج ُكلَّها وجعل لَ ُكم ِّمن ٱ ۡلُف ۡل‬
)١٢( ‫ك َوٱ ۡلأَ ۡنَعـٰ ِم َما تَ ۡرَكبُو َن‬ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ
Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan
menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
(12)
Tafsir Ayat 12

(‫”) َوٱلَّ ِذى َخلَ َق ٱ ۡلأَ ۡزَوٲ َج ُكلَّ َها‬dan yang menciptakan semua yang
berpasang-pasangan,” yaitu seluruh jenis yang tumbuh dibumi dan dari
diri kalian serta segala sesuatu yang tidak kalian ketahui seperti waktu
malam dan siang, hangat dan dingin, lelaki dan perempuan dan lain

ِ `‫ٱ ۡلُف ۡل‬


sebagainya (‫ك‬ ‫) َو َج َع َل لَ ُكم ِّم َن‬ “dan menjadikan untukmu kapal,”

6
Abdurrahman, Tafsir al-karim ar-rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan (Jakarta: Darul HAQ, 2014),416
yaitu kapal laut dan kendaraan yang kalian tumpangi, ( ‫ن‬
َ ‫ۡر َكبُو‬ َ‫) َوٱ ۡلأَ ۡنَعـٰ ِم َما ت‬
“dan binatang ternak yang kamu tunggangi.”7
Ayat 13

‫ا َعلَ ٰى ظُ ُهو ِر ِۦه مُثَّ تَ ۡذُك ُروانِ ۡعَمةَ َربِّ ُك مۡ إِ َذا ٱ ۡسَت َو ۡيتُ مۡ َعلَ ۡيِه َوَت ُقولُواْ ُس َۡحبـٰ َن‬ ‫لِتَ ۡستَو‬
ِۡ ُ ‫ٱلَّ ِذى َس َّخَر لَنَا َهـٰ َذا َو َما‬
َ ‫ۥ ُم قِرن‬ ُ‫ڪنَّا لَه‬
)١٣( ‫ني‬
“  Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni'mat
Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu
mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini
bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,." (13)
Tafsir Ayat 13

( ‫ظُ ُهو ِرۦِه‬ ‫ا َعلَ ٰى‬ ‫“ )لِتَ ۡستَو‬supaya kamu duduk diatas punggungnya.”
Ini mencakup punggung kapal dan binatang. Artinya, agar kalian
tegak diatasnya

( ‫علَ ۡي` ِه‬


َ ۡ‫)مُثَّ تَ ُك ُۡذرواْ نِ ۡعَم ةَ َربِّ ُك مۡ إِذَا ٱ ۡ َتس`َو ۡيتُ م‬ “kemudian kamu ingat nikmat

Rabb mu apabila kamu telah duduk diatasnya” dengan mengakui nikmat


dzat yang menundukannya dan memujinya atas hal itu. Karena itu Allah

ِ ۡ
َ ‫م `ق ِرن‬
SWT berfirman, (‫ني‬ ُ ‫) َوَت ُقولُواْ ُس َحٰۡـب َن ٱلَّ ِذى َس َّخَر لَنَ ا َهٰـ َذا َو َم ا‬
ُ ‫ۥ‬ ُ‫ڪنَّا لَه‬
“dan supaya kamu mengucapkan, ‘maha suci dia yang telah menundukan
semua ini bagi kami padahal sebelumnya kami tidak menguasainya”.
Maksudnya, andaikan Allah SWT tidak menundukan kapal dan binatang
bagi kami,pasti kami tidak kuasa dan mampu atasnya. Tapi karena
kelembutan dan kemuliaanya,Allah SWT mwnundukan dan memudahkan
sebab-sebabnya. Maksud dari semua ini adalah penjelasan bahwa Rabb

7
Ibid hlm.416
yang disifati sebagai yang memberi nikmat kepada para hamba itulah yang
berhak disembah, Shalat, dan sujud kepadanya.8

B. Penafsiran Al-Quran tentang Nikmat Allah dan cara Mensyukurinya


dalam Surat Al-Ankabut Ayat 17

‫اِ َّن الَّ ِذ ۡي َن‬ ؕ ‌‫ ِم ۡن ُد ۡو ِن هّٰللا ِ اَ ۡوثَانًا َّوتَ ۡخلُقُ ۡو َن اِ ۡف ًكا‬ ‫اِنَّ َما تَ ۡعبُ ُد ۡو َن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ ِع ۡن َد‬ ‫ ِم ۡن ُد ۡو ِن ِ اَل يَمۡ لِ ُك ۡو َن لَـ ُكمۡ ِر ۡزقًا فَ ۡابتَ ُغ ۡوا‬ ‫تَ ۡعبُ ُد ۡو َن‬
‫اش ُكر ُۡوا لَهٗ ؕ اِلَ ۡي ِه تُ ۡر َجع ُۡو َن‬ ۡ ‫اعبُ ُد ۡوهُ َو‬
ۡ ‫ق َو‬ َ ‫الرِّ ۡز‬
 Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah
berhala, dan kamu membuat dusta [1147]. Sesungguhnya yang
kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki
kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah
Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu
akan dikembalikan.

Tafsir 17

ۡ ُ‫ ِم ۡن ُد ۡو ِن هّٰللا ِ اَ ۡوثَانً```ا َّوتَ ۡخلُق‬ ‫”‌اِنَّ َم```ا تَ ۡعبُ``` ُد ۡو َن‬


‫```و َن اِ ۡفكا‬
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah
berhala, dan kamu membuat dusta” Maksudnya: Mereka
menyatakan bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat
kepada mereka di sisi Allah dan ini adalah dusta.

Kalian itu, wahai kaum, tidaklah menyembah selain Allah kecuali


berhala-berhala saja, dan kalian membuat-buat kedustaan dengan
menamakannya sebagai tuhan-tuhan sembahan. Sesungguhnya
berhala-berhala kalian yang kalian sembah selain Allah itu tidak
mampu memberikan rizki apapun kepada kalian maka carilah rizki
dari sisi Allah, buukan dari berhala-berhala kalian. Dan

8
Abdurrahman, Tafsir al-karim ar-rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan (Jakarta: Darul HAQ, 2014),416
ikhlaskanlah ibadah hanya kepadanya, begitu juga rasa syukur bagi
kalian. Kepada Allah kalian akan dikembalikan setelah kematian
kalian. Kemudian dia akan memberikan balasan kepada kalian
sesuai dengan apa yang kalian perbuat. 9

Daftar Pustaka

Abdurrahman. 2014. Tafsir al-karim ar-rahman Fi Tafsir


Kalam al-Mannan, Jakarta:Darul HAQ.

Shallih, al-allamah dkk. 2016. At-Tafsir al-Muyassar,


Jakarta: Darul HAQ.

Quraish Shihab, Muhammad. 1996. Wawasan Al-


Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
Bandung: Mizan.
Syafi’ie el-Bantanie, Muhammad. 2009. Dahsyatnya
Syukur, Jakarta: Qultum Media.
An-najjar, Amir. 2001. Ilmu Jiwa dalam Tasawwuf
Studi Komparatif dengan Ilmu Jiwa Kontemporer, Terj.
Hasan Abrori, Jakarta: Pustaka Azzam.

9
Allamah, At-Tafsir Al-Muyassar (Jakarta:Darul HAQ,2016),286

Anda mungkin juga menyukai