PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Peranan agama Islam dalam sebuah perkawinan adalah suatu akad atau suatu
perjanjian yang mengikat seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tujuannya
adalah untuk menghalalkan hubungan secara suka rela dan ada kerelaan antara kedua
belah pihak. Dani merupakan satu kebahagiaan dalam hidup berkeluarga yang
dilakukan denganpenuh rasa kasih sayang dan ketentraman (sakinah) dengan cara-
cara yang telah di ridhoi oleh Allah SWT. Hakekat perkawinan sendiri adalah ikatan
lahir batin suami isteri untuk hidup bersama dan memiliki tujuan untuk membentuk
keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Dengan adanya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin
dalam agama yang dianutnya, maka akan memberikan tuntunan dan bimbingan
kepada orang yang memeluknya. Agama akan menuntun ke hal-hal yang baik dan
menghindari perilaku tercela. Demikian pula jika agama dikaitkan dengan
perkawinan, maka agama yang dianut oleh masing-masing anggota pasangan akan
memberikan tuntunan dan bimbingan bagaimana bertindak secara baik. Dengan
agama atau kepercayaan yang kuat, keadaaan ini akan dapat digunakan sebagai
benteng yang tangguh untuk menanggulangi perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji.
Fungsi Fisiologis
Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan sarana berteduh yang baik &
nyaman.
2. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan kosumsi makan-minum-
pakaian yang memadai.
3. Tempat suami-isteri dapat memenuhi kebutuhan biologisnya.
Fungsi Psikologis
Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1. Tempat semua anggota keluarga diterima keberadaannya secara wajar &
apa adanya.
2. Tempat semua anggota keluarga mendapat pengakuan secara wajar dan
nyaman.
3. Tempat semua anggota keluarga mendapat dukungan psikologis bagi
2
perkembangan jiwanya.
4. Basis pembentukan identitas, citra dan konsep diri para anggota keluarga.
Fungsi Sosiologis
Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1. Lingkungan pertama dan terbaik bagi segenap anggota keluarga.
2. Unit sosial terkecil yang menjembatani interaksi positif antara individu
anggota keluarga dengan masyarakat sebagai unit sosial yang lebih besar.
Fungsi Da’wah
Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1. Menjadi obyek wajib da’wah pertama bagi sang da’i.
2. Menjadi prototipe keluarga muslim ideal (bagian dari pesona islam) bagi
masyarakat muslim dan nonmuslim.
3. Setiap anggota keluarga menjadi partisipan aktif-kontributif dalam da’wah.
4. Memberi antibodi/imunitas bagi anggota keluarga dari kebatilan dan
kemaksiatan.
1. Keuangan
Keuangan memang menjadi permasalahan yang pelik ketika dua orang bersatu
dalam ikatan pernikahan. Biasanya masalah keuangan ini terjadi apabila salah dari
suami penghasilan kecil dan tidak mencukupi kebutuhan hidup dalam rumah tangga,
sehingga istri menjadi sering marah dan tidak patuh pada suami.
Solusi: Untuk mengatasi masalah ini harus di atasi secara bijaksana oleh suami
dan istri, di bicarakan baik-baik dan mencari solusi bersama. Misalnya saja dari istri
membantu mencari nafkah untuk menambah pemasukan dalam rumah tangga.
Membuka aura kerezekian anda juga bisa dijadikan solusi untuk melancarkan rezeki
yang sulit sekali anda dapatkan.
2. Ketidakhadiran Anak
Solusi: Untuk mengatasi masalah ketidakhadiran anak dalam rumah tangga harus
disikapi dengan bijak oleh suami dan istri. Bisa dengan menghubungi konsultan
rumah tangga untuk solusi mendapatkan anak. Atau jika sudah mentok dan
dimungkinkan untuk mengadopsi anak, hal ini bisa menjadi solusi.
3. Perselingkuhan
Perselingkuhan sering terjadi dan hal ini yang paling banyak menyebabkan
terjadinya perceraian. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
masalah hubungan ranjang yang tidak terpuaskan, keuangan dan sebagainya.
3
Solusi: Harus ada keterbukaan antara pihak suami dan istri, menceritakan alasan
mengapa berselingkuh dan mencari solusinya. Apabila kasus perselingkuhan ini sudah
terjadi dan anda bingung mencari solusinya bisa anda menghubungi konsultan rumah
tangga untuk mengatasi perselingkuhan yang sedang terjadi.
4. Kehidupan Seksual
Suami tidak mendapatkan kepuasan dalam pelayanan seks yang dilakukan oleh
istri, hal ini yang sering kali menyebabkan pertengkaran bahkan perselingkuhan yang
terjadi. Suami tidak mau tahu dan tidak mau mencari tahu solusi untuk ini. Bisa jadi
istri sedang capek, lelah mungkin juga sedang stres sehingga pelayanan istri tidak
maksimal.
Kebiasaan yang ini memang sering terjadi pada awal pernikahan, istri kurang
trampil dalam memasak, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, membersihkan rumah
dan sebagainya. Hal ini kadang membuat suami merasa kecewa dan membuat kesal.
Solusi: Untuk masalah ini apabila suami mempunyai kondisi keuangan yang lebih
bisa di atasi dengan menyewa pembantu rumah tangga. Tetapi apabila sebaliknya,
harusnya suami memberikan pengertian kepada istri, sehingga bersemangat dalam
menjalankan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga.
Dalam rumah tangga ketika kehadiran orang tua atau merutua yang terlalu ikut
campur masalah keluarga juga bisa menimbulkan masalah antara suami istri. Seperti
mertua yang terlalu banyak komentar, terlalu banyak menegur dan sebagainya.
7. Komunikasi
Keterbatasan komunikasi antara suami dan istri dikarenakan kesibukan kerja juga
menjadi permasalahan yang harus diperhatikan. Waktu kerja yang tidak berbarengan
mengakibakan suami atau istri kekurangan waktu untuk berbincang, bercerita dan
menunagkan keluh kesah rutinitas pekerjaan.
4
diluar bareng atau sekedar olahraga bereng untuk tetap menjaga komunikasi diantara
suami dan istri.
8. Terdapat Perbedaan
Pernikahan merupakan menyatukan dua insan yang berbeda, berbeda dari sifat,
karakter, kebiasaan dan juga kepribadian. Hal inilah yang menyebabkan sebuah
rumah tangga menjadi lebih berwarna. Akan tetapi tak jarang juga perbedaan ini
menyebabkan ketikak cocokan antara kedua insan manusia ini yang akhirnya
menyebabkan masalah dalam rumah tangga.
Solusi: Perbedaan ini memang akan selalu ada meskipun dengan usia pernikahan
yang sudah lama sekalipun. Solusinya adalah dengan menghargai dan menyesuaikan
diri dengan perbedaan yang ada. Kuncinya adalah dengan komunikasi yang baik antar
suami dan istri.
9. Perbedaan Keyakinan
Solusi: Pada situasi ini mungkin akan terjadi problem yang panjang, pihak suami
dan istri tidak mau mengalah. Untuk itu hargailah perbedaan dan konsisten dengan
ikrar diwaktu sebelum pernikahan. Masalah anak yang ingin mengikuti keyakinan
ayah atau ibu, biarlah sang anak yang menentukannya sendiri.
Masalah fisik terjadi biasanya setelah melahirkan, istri tidak dapat mengembalikan
bentuk tubuh seperti sebelum melahirkan, sehingga suami menjadi tidak suka dengan
istri lagi. Dan terjadi juga sebaliknya, masalah ini tidak bisa dianggap remeh, hal
inilah yang memicu timbulnya permasalahan rumah tangga.
Solusi: Bagi suami dan istri seperti sebelumnya komunikasi memang menjadi
solusi yang pertama, utarakan alasan anda kepadanya, berikan pengertian, perhatian,
sehingga dia mau untuk mengubah kondisi fisiknya seperti sedia kala.
Memiliki pendapat yang berbeda itu wajar, hanya saja ketika ego sudah tidak
dapat dikendalikan, menyebabkan kondisi atau suasana yang tidak harmonis.
5
12. Pembagian tugas
Solusi: Untuk mengatasi ini harus dibuat jadwal / pembagian tugas yang jelas dan
sama rata, sehingga pekerjaan rumah menjadi ringan dan rumah tangga pun harmonis.
Pernikahan beda agama adalah suatu perkawinan antara laki-laki dan perempuan
yang berlainan agama dan kepercayaannya. Dalam Islam, menikah dengan Ahli Kitab
itu diperbolehkan sedangkan dengan musyrik sama sekali dilarang. Walaupun
pernikahan beda agama pernah dipraktekkan oleh Nabi, para sahabat dan para tabi’in,
Abdullah bin Umar berpendapat bahwa menikahi perempuan Yahudi atau Nasrani itu
tidak diperbolehkan.
Menurut Mazhab Liberal non-Muslim berbeda dengan musyrik hal itu dapat
dilihat dari beberapa alasan yang telah mereka ajukan. salah satu alasan mereka
adalah bahwa yang dimaksud “musyrik” dalam al-baqarah 221 sama sekali bukan
Kristen dan Yahudi. Tapi orang musyrik Arab yang tidak mempunyai kitab suci. Jadi
menurut mereka boleh menikah dengan non muslim. Selain itu menurut Rasyid Ridha,
bahwa penganut agama Majusi, Sabian, Hindu, Budha, Konfucius, Shinto dan agama-
agama lain dapat dikategorikan sebagai Ahli Kitab, karena mereka bukan termasuk
musyrik Arab. Jadi menikahi perempuan-perempuan mereka adalah halal.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini untuk data-data yang memadai maka kami sebagai peneliti
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penulisan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
deskriptif analitis, yaitu suatu spesifikasi penelitian yang bertujuan untuk
memberikan gambaran menyeluruh mengenai fakta-fakta disertai analisis yang
akurat. Deskriptif berarti data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,
dan angka-angka.
2. Tinjauan Pustaka
Penulis mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan pengetahuan
berbahasa dari beberapa buku sumber dan beberapa situs di internet.
Pengumpulan data dalam pembuatan karya tulis ini dilakukan lebih banyak
dengan menggunakan teknik tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan guna
menetapkan teori yang mendasari permasalahan yang dibahas dalam makalah ini.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Tujuan utama dari menikah adalah menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.
Manusia, makhluk yang tak lepas dari khilaf, bisa saja terjebak dalam nafsu syahwat.
Demi menjaga diri dari perbuatan maksiat, maka menikahlah. Jika belum mampu,
berpuasalah untuk menahan hawa nafsu. Dalam Islam, menikah merupakan
penyempurna agama. Menikah bahkan setara dengan separuh agama. Jadi dengan
menikah, separuh agama yang belum terpenuhi kemudian menjadi sempurna serta
semakin kuatlah ibadah seorang muslim. Sudah seharusnya sebagai umat muslim
untuk menjunjung tinggi syari'at Islam. Oleh karena itu, jalankan kehidupan
pernikahan yang sesuai syari'at agama, patuhi segala perintah-Nya serta jauhi segala
larangan-Nya. In shaa Allah, pernikahan akan terasa lebih damai dan membahagiakan.
Sebuah rumah tangga tidaklah mungkin selalu dalam keadaan harmonis tiap
saatnya. Tetapi bukan berarti juga sebuah keluarga yang memiliki konflik adalah
keluarga yang tidak harmonis. Dalam menghadapi problematika keluarga, kita sebagai
manusia harus berdasar pada ajaran islam. Beberapa diantaranya yaitu, Pertama
hindari KDRT, kedua hindari caci maki, dan ketiga jaga rahasia keluarga. Namun, ada
alangkah lebih baiknya menghindari daripada menyelesaikan masalah. Usahakan
untuk selalu berdo’a meminta perlindungan pada Allah agar keluarganya selalu dalam
keadaan yang baik.
8
Pendapat yang kedua, yaitu diperbolehkan (antara makruh dan mubah).
Pendapat dari ulama yang kedua tentang hukum pernikahan beda agama antara
makruh dan mubah. Pernyataan mereka didasari oleh surat Al-Maidah ayat 5 yang
menjelaskan bahwa menikahi wanita ahlul kitab dihalalkan untuk seorang mukmin.
Namun dengan syarat, wanita ahlul kitab tersebut tidak pernah melakukan perbuatan
maksiat (seperti zina dan sejenisnya) dan hanya laki-laki muslim yang boleh menikahi
wanita ahlul kitab, sedangkan wanita muslim tidak boleh menikahi laki-laki beda
agama. Mengapa demikian? Sebab posisi wanita dalam keluarga adalah menjadi
makmum. Belum tentu bisa membimbing suaminya. Jadi jika suaminya non muslim
maka bisa berisiko merusak pondasi keimanan rumah tangga. Diperbolehkannya laki-
laki muslim menikah dengan wanita ahlul kitab dikarenakan adanya pendapat yang
mengatakan bahwa waniat ahlul kitab berbeda dari wanita musyrik. Namun demikian
dalam surat Al-bayyinah Allah Ta’ala menjelaskan bahwa ahli kitab dan orang-orang
musyrik termasuk orang kafir.
9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
https://moeslema.com/1817
https://konsultasisyariah.com/17614-3-hal-yang-wajib-dihindari-dalam-
pertengkaran-rumah-tangga.html
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-pernikahan-beda-agama
11