KELAS : A2018
MK : MICROTHEACHING
MATERI
Di lihat dari Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar proses, Komponen
RPP Kurikulum 2013 adalah
2. Identitas Sekolah
3. Identitas mata pelajaran
4. Kelas/ semester
5. Materi Pokok
6. Alokasi Waktu
7. Tujuan pembelajaran
8. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
9. Materi Pembelajaran
10. Alokasi waktu
11. Metode pembelajaran
12. Media Pembelajaran
13. Sumber belajar
14. Langkah-langkah Pembelajaran
15. Penilaian hasil Pembelajaran
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulum 2013
adalah mengkaji silabus sesuai dengan kurikulum nasional.
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan
aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap disri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan
keterampilan). Untuk mencapai KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan siswa
secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan siswa ini merupakan
rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati (observing), menanya
(questioning), mengolah (associating) dan menyajikan (Notodiputro, 2013: 78).
Sesuai dengan pendapat di atas, langkah pertama dalam pengembangan RPP adalah mengkaji
silabus. Pengkajian silabus meliputi pengkajian terhadap KD (kompetensi dasar), indikator,
kegiatan pembelajaran dan penilaian yang sesuai dengan aspek KI (kompetensi inti).
Kegiatan pembelajaran dalam silabus harus dirumuskan sesuai dengan kegiatan mengamati
(observing), menanya (questioning), mengolah (associating) dan menyajikan agar kompetensi
dasar (KD) dapat tercapai dengan baik.
2. Menentukan tujuan
Langkah kedua yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulum 2013
adalah menentukan tujuan. Menurut Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD
atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak
mengandung dua aspek: audience (peserta didik) dan behavior (aspek kemampuan),
(Notodiputro, 2013:79).
Sesuai dengan pendapat di atas, bahwa menentukan tujuan pembelajaran dalam RPP paling
tidak mengandung dua aspek yaitu peserta didik dan kemampuan. Aspek peserta didik dan
kemampuan ini berarti bahwa dalam tujuan pembelajaran peserta didik yang akan aktif
melakukan berbagai hal dalam pembelajaran dan peserta didik harus mampu untuk mencapai
tujuan yang akan dicapai sesuai dengan indikator dan KD.
Langkah ketiga yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulu 2013
adalah mengkaji mengembangkan kegiatan pembelajaran. Hal yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan kegiatan pembelejaran adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan pendapat di atas, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti
dan penutup. Kegiatan inti pembelajaran dirancang untuk membuat peserta didik aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman melalui
interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya. Cara yang dilakukan agar peserta didik dapat memperoleh pengalaman dalam
kegiatan pembelajaran, maka guru harus dapat menyusun kegiatan pembelajaran sesuai
dengan kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), mengasosiasikan
(associating) dan menyajikan.
Langkah keempat yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulu 2013
adalah penjabaran jenis penilaian.
Penilaian dilakukan menggunkan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
penggematan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri (Notodiputro, 2013: 81).
Penjabaran jenis penilaian dalam RPP harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik. Misalnya, jika peserta didik diberi tugas untuk melakukan
pengamatan di lapangan, maka penilaian yang dilakukan adalah penilaian mengenai proses
pengamatan dan hasil pengamatan (produk) yang dilakukan oleh peserta didik. Penilaian ini
juga harus diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi, sehingga apabila hasil
penilaian tidak sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, maka akan dilakukan tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran seperti remidi dan pengayaan bagi peserta didik
yang nilainya tidak mencapai KKM dan yang telah mencapai KKM.
Langkah kelima yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulu 2013
adalah menentukan alokasi waktu.
Penentuan alokasi waktu pada setiap konpetensi dasar didasarkan pada mingggu efektif dan
alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi
dasar, keluasan, kedalaman, tigkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar
(Notodiputro, 2013: 81).
Penentuan alokasi waktu dalam RPP harus sesuai dengan tingkat kesulitan kompetensi dasar
yang akan di capai, sehingga dapat menentukan perkiraan waktu untuk mencapai kompetensi
dasar tersebut dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik yang beragam.
Langkah keenam yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulu 2013
adalah menentukan sumber belajar. Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara
sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya (Notodiputro, 2013: 81).
Sesuai dengan pendapat di atas, sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
harus sesuai dengan tujuan, indikator dan kompetensi dasar yang akan di capai. Sumber
belajar yang digunakan tidak hanya buku pelajaran saja, akan tetapi sumber belajar yanng
digunakan dalam pembelajaran dapat berupa majalah, media elektronik, lingkungan belajar,
lingkungan tempat tinggal, wawancara dengan nara sumber dan lain sebagainya.
Beberapa komponen yang harus ada dalam silabus adalah sebagai berikut.
3.Kompetensi Inti (KI), merupakan gambaran mengenai kompetensi dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari oleh peserta didik untuk jenjang
sekolah, kelas, dan mata pelajaran.
4.Kompetensi Dasar (KD), merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.
5.Indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat diukur atau diamati untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran.
6. Materi Pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedut yang relevan, dan ditulis dalam
bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indicator pencapaian kompetensi.
7. Pembelajaran, adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan.
9. Alokasi Waktu, sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu
semester atau satu tahun.
10. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber
belajar lain yang relevan.
Urutan KI dan KD berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi.
Keterkaitan antara kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
Keterkaitan antara kompetensi inti dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi materi pokok untuk pencapaian
kompetensi dasar adalah sebagai berikut.
Potensi peserta didik.
Struktur keilmuan.
Alokasi waktu.
3. Mengembangkan Kegiatan
Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya
guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik
secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi
pembelajaran.
Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri
yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam
arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi
dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan
proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian
kompetensi di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan.
Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses
pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi
lapangan, maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses), contohnya
teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa
informasi yang dibutuhkan.
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu
efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah
kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik,
alam, sosial, dan budaya.
1. Tahan lama.
2. Bentuk dan warnanya menarik.
3. Sederhana dan mudah dikelola.
4. Ukurannya sesuai.
5. Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real, gambar, atau diagram.
6. Sesuai dengan konsep matematika.
7. Dapat memperjelas konsep matematika dan buka sebaliknya.
8. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak bagi
siswa.
9. Menjadikan siswa belajar aktif dan mandirri dengan memanipulasi alat peraga.
10. Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak).
(5) evaluasi
Cara pengembangan media pembelajaran
Yang dimaksud disini menganalisis kebutuhan adalah mengamati kesenjangan antara apa
yang dimiliki peserta didik dengan apa yang diharapkan. Ini dilakukan untuk mengetahui
media yang dirancang oleh seorang guru atau dosen dapat dimanfaatkan oleh siswa atau
mahasiswa dengan sebaik – baiknya. Setelah menganalisis kebutuhan peserta didik, maka
kita juga perlu menganalisis karakter peserta didik, baik menyangkut kemampuan
pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki peserta didik sebelumnya.
Penelitian ini dapat dilakukan melalui protes dengan menggunakan tes yang sesuai dengan
apa yang diinginkan, langka ini dapat disederhanakan dengan cara menganalisa topik – topik
materi ajar yang dipandang sulit dan memerlukan bantuan media. Sehingga pembelajaran
yang dirancang dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diapai.
Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang
harus diingat, yaitu:
· Beriontasi pada kepentingan siswa, bukan pada guru. Titk tolaknya adalah perubhan
tingkah laku apakah yang diharapkan setelah mereka selesai belajar.
3) Merumuskan butir – butir materi secara terperinci yang dapat mendukung tercapainya
tujuan.
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau
keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang
disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar
mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka selanjutnya mengerutkannya
dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit dan dari hal-hal yang konkrit
kepada yang abstrak.
Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan
yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti
yang telah jelaskan. Materi pembelajaran perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang
kita sebut naskah program media yang dimaksud sebagai penuntun kita dalam memproduksi
media seperti menjadiipenuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam suara.
Tes adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuain
media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Tes ini dapat
dilakukan baik melalui perorangan atau kelompok kecil atau tes lapangan. Sedangkan revisi
adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas
hasil dari tes.
Menentukan tujuan, isi, dan fungsi bahan ajar. Langkah awal yang harus ditempuh
dalam menyusun bahan ajar adalah menentukan dengan cermat tujuan dari suatu
pembelajaran. Melalui penentuan tujuan pembelajaran itu, seorang pengajar dapat
memikirkan cara terbaik untuk mencapai hasilnya. Selanjutnya pengajar dapat juga
menentukan fungsi dari suatu bahan ajar yang telah disusunnya. Pengajar dapat pula
memikirkan isi dari suatu bahan ajar dapat disusun ke dalam beberapa bab. Caranya dengan:
a. Menentukan dan memilih hal-hal yang akan dibahas dalam masing-masing bab
b. Menentukan bentuk bab dengan menyusun secara logis hal-hal yang telah dipilih.
Memilih topik harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik, ketersediaan bahan, kemudahan
daya jangkauan dan penggunaannya. Asal daerah juga dapat mempengaruhi tema atau topik
yang akan ditentukan. Memilih topik harus mempertimbangkan aspek kemenarikan ,
kesesuaian topik dengan konten bahan pembelajaran termasuk sub-topik yang hendak dikaji
dan dikembangkan. Selain itu, topik juga harus singkat, padat, dan menggambarkan isi bahan
pembelajaran.
b Menetapkan kriteria
Kriteria yang dimaksud di sini merujuk pada standar bahan pembelajaran yang hendak
dikembangkan. Adapun kriteria bahan pembelajaran yang baik yaitu:
2) Peserta didik menyadari tentang pentingnya informasi yang disajikan dalam bahan
pembelajaran.
3) Informasi yang dituangkan dalam bahan pembelajaran tersedia dan mudah diperoleh
paling tidak dalam bahan yang dikembangkan.
7) Kata-kata sulit dan istilah-istilah teknik dijabarkan dan dijelaskan dalam bahan
pembelajaran yang dikembangkan
Penggunaan model Dick and Carrey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan
agar:
a Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pengajaran,
b Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya antara strategi dan hasil pengajaran
yang dikehendaki,
Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah yang telah ditetapkan oleh Dick and
Carrey.
Dick and Carrey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi
perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan bawahan (subordine sklls) yang
mangharuskan anak didik belajar manguasainya dan langkah-langkah procedural bawahan
yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu. Untuk menemukan
keterampilan-keterampilan bawahan yang bersumber daritujuan pembelajaran, digunakan
pendekatan hierarki. Mengapa harus menggunakan pendekatan hierarki, karena anak didik
dituntut harus mampu memecahkan masalah atau melakukan kegiatan informasi yang tidak
dijumpai sebelumnya, seperti mengklasifikasi dengan cirri-cirinya, menerapkan dalil atau
prinsip untuk memecahkan masalah.
Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi subordinate skills dengan cara memilih
keterampilan bawahan yang berhubungan langsung dengan ranah tujuan pembelajaran.
Biasanya untuk mata pelajaran tertentu keseluruhan tujuan merupakan keterampilan
intelektual. Teknik analisis keterampilan bawahannya menggunakan pendekatan hierarki,
yaitu dengan memilih apa yang harus diketahui oleh anak didik, sehingga dengan usaha
pembelajaran sedikit mungkin untuk dipelajari atau dikuasai melalui belajar.
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam
mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkapkan dalam
kegiatan ini bias berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir,
minat,atau kemampuan awal. Untuk mengungkapkan kemampuan awal mereka dapat
dilakukan dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan materi
ajar sesuai panduan kurikulum.
Menurut Dick and Carrey (1985) menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri atas:
1) Tujuan harus menguraikan apa yang dapat dikerjakan, atau diperbuat oleh anak didik;
2) Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang
hadir pada waktu anak didik berbuat;
3) Menyebutkan criteria yang digunakan untuk menilai unjuk kegiatan anak didik yang
dimaksudkan pada tujuan.
Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal yang secara langsung mengukur istilah patokan yang
dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan dipergunakan karena
soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakn penampilan siswa dalam
tujuan, keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telahmencapai tujan
khusus yang telah ditentukan atau belum, tes acuan patokan disebut juga tes acuan tujuan.
Dick and Carrey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk
merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
2) Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi
pembelajaran.
Kebaikan dari strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan
memperbarui pembelajaran bila terjadi perubahan isi. Adapun kerugiannya adalah sebagian
besar waktu tersisa untuk menyampaikan informasi, sehingga sedikit sekali waktu untuk
membantu anak didik.
Evaluasi ini adalah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi
untuk mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain karena melalui
evaluatif formatif akan ditemukan berbagai kekurangan yang terdapat pada kegiatan
pembelajaran, sehingga kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperbaiki. Menurut Dick and
Carrey (1985), ada tiga fase pokok penilaian formatif, yaitu (1) Fase perorangan atau fase
klinis. Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara perseorangan utnuk memperoleh
data guna menyempurnakan bahan pembelajaran. Data yang dimaksud di sini biasanya
kesalahan-kesalahan. (2) Fase kelompok kecil, yaitu sekelompok siswa yang terdiri atas
delapan sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran mempelajari
bahan secara mandiri, dan kemudian diuji untuk memperoleh data yang diperlukan. (3) Fase
uji lapangan. Uji coba di lapangan perlu dilaksanakan untuk mengetahui apakah perubahan-
perubahan yang telah dibuat dari hasil penilaian perseorangan dan penilaian kelompok kecil
efektif jika digunakan dalam keperluan pembelajaran.
Evaluasi sumatif perlu diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan,
yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua tujuan sudah dpat dicapai,
efektivitas pelaksanakan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap
berhasil dengan baik. Demikian pula jika keberhasilan siswa dicapai dalam rentangan waktu
yang relative pendek, maka dari segi efisiensi pembelajaran dapat dicapai. Jika dengan
rancangan pembelajaran ini mungkin dengan memberlakukan strategi yang baik, aktivitas
siswa meningkat, maka dari segi keberhasilan pada daya tarik pengajaran dapat dicapai.
a. Syarat-syarat didaktik.
LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses pembelajaran harus mengikuti
asas-asas pembelajaran yang efektif, yaitu:
1. Tekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS di sini berfungsi
sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu,
2. Tidak memperhatikan adanya perbedaan individual sehingga LKS yang baik itu adalah
yang dapat digunakan baik oleh siswa yang lambat, sedang, maupun yang pandai.
b. Syarat-syarat konstruksi
Persyaratan konstruksi yang harus dipenuhi dalam penyusunan LKS adalah syarat-syarat
yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kesederhanaan penggunaan
kata-kata dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat
dimengerti oleh siswa. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menyusun dan membuat LKS, yaitu:
1. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan (tingkat perkembangan
kognitif) siswa;
2. Menggunakan struktur kalimat atau kata-kata yang jelas;
3. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, apabila
konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi
bagian-bagian yang lebih sederhana;
4. Menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana;
5. Memiliki tujuan pembelajaran yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber
motivasi;
6. Mempunyai identitas untuk lebih memudahkan administrasi, misalnya nama, kelas, mata
pelajaran, tanggal, dan sebagainya.
c. Syarat-syarat teknis
Penyusunan dan pembuatan LKS juga harus memenuhi syarat-syarat teknis sebagai berikut:
1. Tulisan
Tulisan atau huruf yang harus digunakan adalah (1) menggunakan huruf cetak dan tidak
menggunakan huruf romawi/latin disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, (2)
menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan garis bawah, (3) banyak kata
dalam satu baris tidak lebih dari 10 kata.
2. Gambar
Gambar harus dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif terhadap
pengguna LKS. Gambar/ilustrasi sesuai dengan keadaan setempat dan penggunaan orang.
3. Penampilan
Penampilan harus memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan. Di samping itu harus
memperhatikan pada format dan syarat-syarat penulisan yang sesuai dengan kurikulum.
Dalam menyusun LKS hendaknya memenuhi beberapa komponen antara lain: (1) topik yang
dibahas, (2) waktu yang tersedia untuk melakukan kegiatan, (3) tujuan pembelajaran, (4)
kompetensi dasar, (5) rangkuman materi, (6) alat pelajaran yang digunakan, dan (7) prosedur
kegiatan.
PENDAPAT DALAM PENGEMBANGAN
1. PENGEMBANGAN RPP
Dalam pengembangan rpp adalah beberapa hal yang harus di perhatikan menurut saya
kita harus melihat bagaimana kemampuan peserta didik dan memalkukan kerja sama
yang baik dengan orang tua ,dan melakukan variasi kegian seperti mengadakan
kegiatan oudoor indoor dll.dalam rpp kita juga harus memilih media yang cocok
digunakan dalam mencapai tujuan
2. PENGEMBANGAN SILABUS
Menurut saya pengembangan silabus dapat dilakukan dengan cara mengisi identitas
dalam silabus,kemudian menuliskan KD selanjutnya mengidentivikasi dan
mengevaluasi materi pokok