Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL JOURNAL REVIEW

“GEOGRAFI PERTANIAN”
Dosen Pengampu : Dra.Elfayetti.M.P

DISUSUN OLEH :

EVI OKTAVIANA
3181131003
A2018

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Geografi Pertanian mengenai Critical Jurnal Review. Selama pembuatan Critical
Jurnal Review ini, Penulis banyak mengalami hambatan bahkan kesulitan. Namun
berkat bantuan dan berbagai pihak, Critical Jurnal Review ini akhirnya dapat
terselesaikan. Penulis menyadari bahwa isi dari Critical Jurnal Review ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu Penulis mengaharapkan kepada para pembaca
untuk memberi tanggapan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun, untuk
meningkatkan mutu pembelajaran selanjutnya, akhir kata kami ucapkan terimakasih.

                                                              Medan, Februari 2020


Penyusun,

EVI OKTAVIANA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II ISI DAN RINGKASAN JURNAL

2.1 review jurnal

2.2 rangkuman jurnal

BAB III ANALISIS

3.1 kelemahan

3.2 kelebihan

BAB IV PENUTUP

4.1 kesimpulan

4.2 saran

DATAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Critical jurnsl review merupakan sebuah strategi yang bias mempermudah memahami
inti sari penelitian yamg di teliti. Dan menjadi sebuah tugas mahasiswa untuk melakukan nya
Dengan tujuan agar jurnal yang dibahas bias dipahami.

Adapun latar belakang saya untuk mengkritik jurnal ini . yang pertama menurut saya
jurnal ini sangat bagus . sistematika jurnal nya juga sudah bagus

Tujuan

1. Untuk mengkritik jurnal


2. Untuk memenuhi tugas kuliah geografi pertanian
BAB II
ISI DAN RINGKASAN JURNAL

2.1 JURNAL UTAMA

Judul : KANDUNGAN UNSUR HARA DALAM DAUN JATI YANG BARU JATUH
PADA TAPAK YANG BERBEDA

Jurnal : jurnal ilmu kehutanan

Volume : volume 8 no.2

Halaman : 9 halaman

Tahun : 2014

Penulis : Haryono Supriyo & Daryono Prehaten

ISSN : -

Tanggal : juli-agustus

RINGKASAN JURNAL

Tujuan penelitian :

1) Mengetahui kandungan unsur hara makro : C, N, P, K, Ca, Mg, dan Na dan nisbah C-N,
N-P serta C-P ratio pada seresah jati pada berbagai tapak (site).

2) Mengetahui kandungan unsur hara mikro : Fe, Mn, dan Cu pada seresah jati pada berbagai
tapak

3) Untuk mengetahui status hara (sangat kurang, kurang, cukup atau bahkan berlebih). Di
Indonesia, data mengenai kandungan unsur hara dalam seresah (daun) jati belum pernah
dilakukan sehingga berdasarkan paparan di atas maka analisis jaringan daun perlu dilakukan
untuk mengetahui status kesuburan tanah, apakah tanaman kekurangan unsur, sudah cukup
atau bahkan berlebihan.

Subjek yang diteliti : subjek jurnal ini adalah kandungan unsur hara

Abstrak : jati, seresah daun, unsur hara, tapak, Jawa


Latang belakang penelitian : Seresah di lantai hutan memegang peranan yang sangat
penting dalam menjaga produktivitas dan kelestarian hutan. Jumlah jatuhan seresah (litter
fall) di Thailand, dalam bentuk berat kering seresah, dan selama 3 tahun pada tegakan jati
dengan jarak tanam 4 x 4 m di 3 tapak Na Pralan, umur 47 th (10.114 kg/ha), Klangdong, 44
th (6.752 kg/ha) dan Douglan, 32 th (4.399 kg/ha) (Luangjame et al., 2001). Di Malaysia,
penelitian kandungan unsur hara dalam daun dilakukan pada tegakan jati umur: 10, 13, 20,
dan 34 tahun pada perbedaan variasi kanopi (atas, tengah, dan bawah) dengan hasil N (1,63-
1,80%), P (0,11- 0,13%), K (1,4-1,24%), Ca (2,93-4,81%), Mg (0,55- 0,70%), Cu (3,8-7,3
ppm), Zn (22-30 ppm), dan Mn (65-105 ppm) (Husni et al., 1996). Tegakan jati umur 52
tahun dengan jarak tanam 2,4 x 1,8 m di Bawku, Sudan Savana, Ghana, pada kisaran
diameter : 6,7-9,6; 9,7-12,6; 12,7-15,6; dan 15,7-18,6 cm mempunyai biomasa daun
berturutturut 33,3; 72,0; 123,5; 184,8; dan 313,6 kg/ha. Dengan demikian maka semakin
besar diameter tanaman jati maka jumlah jatuhan seresahnya semakin tinggi (Adu-Aning dan
Blay Jnr, 2001). Di Rajastan, India Barat, tegakan jati umur 10 tahun dengan kerapatan pohon
654/ha mempunyai produksi seresah (litter fall) sebanyak 22.590 kg/ha/tahun (Kumar et al.,
2010). Di BKPH Sempolan, KPH Jember, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, biomasa
seresah tegakan jati umur 21 tahun dengan jarak tanam 4 x 4 m tanpa penjarangan
mempunyai biomasa seresah 7.400 kg/ha (Supriyo dan Panduwati, 2009). Di Wanagama I
hutan tanaman jati umur 23 tahun, ditanam dengan jarak tanam 3 x 3 m dan setelah 2 kali
penjarangan mempunyai biomassa seresah sebesar 2,81 ton/ha (Supriyo et al., 2012).
Kandungan unsur hara dalam biomassa tanaman (daun) dapat berbeda karena genetik dan
lingkungannya, antara lain berupa : bahan induk, tanah (kesuburan ), iklim, dan letak dari
aktivitas manusia seperti jarak dari industri/pabrik dan jalan besar/transportasi (Luangjame et
al., 2001)

Metode penelitian
Seresah yang baru saja gugur dari pohon (masih segar, berwarna hijau kekuningan atau
kuning kehijauan, dan tidak terkotori oleh percikan tanah) sebanyak 20 lembar diambil dari
lantai hutan pada masing-masing lokasi secara acak (purposive random sampling). Sampel
seresah kemudian dibawa ke laboratorium untuk dikeringkan dalam oven dengan suhu 70-
75oC sampai mencapai berat konstan. Seresah yang telah kering kemudian dihaluskan
dengan grinder, kemudian dicari berat kering mutlaknya untuk digunakan dalam perhitungan
kandungan unsur hara totalnya. Analisis C-organik total dilakukan dengan pembakaran basah
(wet combustion) mengacu metode Walkley dan Black (1934) dengan modifikasi. C-organik
terekstrak diukur dengan spektofotometri, sedangkan analisisis N-total dilakukan metode
Kjeldahl (Hesse, 1971). Analisis P, K,Ca, Mg, Na, Fe, Mn, dan Cu sampel diekstrak dengan
campuran asam keras (kuat) antara HClO4 dan HNO3. Unsur P diukur dengan
spektofotometer, sedangkan yang berupa logam: K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, dan Cu dengan
AAS (Atomic Absorption Spectroscopy).

Hasil penelitian

Kadar unsur hara di dalam daun (seresah yang baru jatuh) dan tanah pada 7 tapak tanaman
jati Klon di Jawa tidak ditemukan adanya korelasi atau kecenderungan yang kuat pada unsur
C, N, dan P serta C/N rasio. Hal ini terjadi karena proses penyerapan kembali unsur hara
yang terjadi pada daun jati yang mengalami penuaan sebelum gugur. Sebaliknya, unsur K,
Ca, Mg, dan Na menggambarkan kondisi yang selaras antara kadar di daun maupun di tanah,
yaitu tanah yang memiliki kadar unsur hara yang rendah di dalam tanah maka unsur tersebut
juga kadarnya rendah di dalam daun, demikian pula sebaliknya

2.2 JURNAL PEMBANDING

Judul : STATUS HARA MAKRO TANAH YANG DITUMBUHI POPULASI


BINTANGUR (Calophyllum spp.)

Jurnal : Jurnal Matematika, Saint, dan Teknologi,

Volume : Volume 17, Nomor 2

Halaman : 68-76

Tahun : , 2016

Penulis : Adisti Yuliastrin

ISSN : -

Tanggal : , September 2016

RINGKASAN JURNAL

Tujuan penelitian : penelitian ini berujuan menentukan strategi untuk mengatasi perbedaan
populasi bintangur yang terjadi akibat kondisi sifat kimia tanah dari kedua hutan lindung
Subjek yang diteliti : subjek jurnal ini adalah kandungan unsur hara

Abstrak : hara makro, kandungan bahan organik, konservasi tanah, pH, populasi bintangur

Latang belakang penelitian : Bintangur merupakan tumbuhan yang memiliki multi


manfaat. Berdasarkan informasi dari Pemerintah Kota Batam dalam hal ini Dinas Kelautan,
Perikanan,Pertanian, dan Kehutanan (KP2K) bahwa bintangur yang tumbuh di Batam adalah
jenis bintangur batu (C. lanigerum), bintangur kapur (C. canum) dan bintangur air (C.
dioscorii) (Yuliastrin, 2012).
secara fisik merupakan hutan yang lestari, tetapi bintangur di hutan lindung tersebut berada
dalam populasi kecil dan tidak lengkap stadia pertumbuhannya. Bintangur pada stadia
sapling (tiang) tidak ditemukan. Ketiadaan satu stadia memberikan indikasi regenerasi yang
abnormal. Regenerasi abnormal ini diduga karena ada persaingan intraspesifik (Mukhlisi dan
Sidiyasa, 2011) dan interspesifik. Persaingan intraspesifik memberikan dampak yang lebih
besar, individu bintangur bila berlangsung terus-menerus dikhawatirkan akan mengganggu
proses regenerasi.
Kondisi geografis di kedua hutan lindung ini secara umum sama, tetapi fakta di lapangan
menunjukkan kondisi populasi bintangur jauh berbeda. Hal ini menimbulkan dugaan ada
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bintangur pada kedua hutan lindung tersebut.
Kandungan unsur hara dalam tanah terkait erat dengan keberadaan bahan organik di
permukaan hutan. Bahan organik memiliki peran besar dalam mempertahankan kesuburan
tanah, baik kesuburan fisik, kimiamaupun biologi tanah. Bahan organik dalam jumlah besar
akan menyebabkan tanah memiliki aerasi yang baik dan tidak mudah memadat (Suprapto,
2005 dalam Santoso et al., 2013).
Mengingat peran bintangur yang sangat tinggi baik dari segi ekonomi, ekologi maupun klinis,
sementara habitatnya terus mengalami tekanan, maka dirasa perlu mencari penyebab terjadi
perbedaan kondisi populasi bintangur pada kedua hutan lindung ini, diantaranya dengan
menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pertumbuhan bintangur yakni: pH,
kadar bahan organik dan kadar beberapa hara makro (N,P, K, Ca, Mg dan S) pada tanah yang
ditumbuhi populasi bintangur di kedua hutan lindung tersebut.
Metode penelitian : Penelitian ini dilakukan selama lima bulan, yaitu dari bulan April
sampai bulan Agustus 2014. Penelitian dilakukan di dua lokasi, Hutan LindungBukit Tiban
dan Hutan Lindung Sei Tembesi. Bahan dan Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa
sampel tanah yang diambil dari beberapa titik di Hutan Lindung Bukit Tiban dan Hutan
Lindung Sei Tembesi, sedangkan alat yang digunakan untuk mendapatkan sampel tanah
berupa cangkul, sekop kecil dan kantong sampel beserta kertas label, GPS (Global
Positioning System), meteran, patok kayu, timbangan, gunting, tali rafia dan tali tambang
beserta alat bantu/pelengkap yaitu kamera untuk mendokumentasikan pengambilan sampel
tanah dan gambar lingkungan di Hutan Lindung Bukit Tiban dan Hutan Lindung Sei
Tembesi. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
survei dengan menerapkan teknik pengambilan sampel secara purposive (purposive
sampling). Titik pengambilan sampel mengikuti jalur transek sepanjang 100 m yang
membelah garis kontur. Jalur transek tersebut dimulai minimal 50 m dari tepi hutan dengan
asumsi bahwa pada jarak tersebut sudah sedikit sekali terjadi kontak langsung dengan
aktivitas manusia. Sepanjang jalur transek dibuat beberapa titik pengambilan sampel yang
ditempatkan secara proporsional dan diprioritaskan pada lokasi sekitar populasi Bintangur.
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa sebagian besar
unsur hara berada dipermukaan tanah (Yamani, 2000) sehingga sampel tanah diambil pada
kedalaman ± 5 cm dan ± 20 cm dari permukaan tanah.
Analisis data : Sampel tanah yang didapat dari kedua hutan lindung dianalisis di
laboratorium untuk mengetahui pH, kadar bahan organik, kadar unsur hara N, P, K, Ca, Mg
dan S. Analisis dilakukan terhadap 12 sampel (6 sampel untuk Hutan Lindung Bukit Tiban
dan 6 sampel untuk Hutan Lindung Sei Tembesi). Karena tingkat keasaman tanah yang
sangat tinggi, maka dilakukan pula analisis terhadap Al-dd dari masing-masing lokasi (2
sampel).

Hasil penelitian : Sifat kimia tanah di Hutan Lindung Sei Tembesi dan Hutan Lindung Bukit
Tiban memperlihatkan perbedaan kandungan bahan organik tanah. Kedua hutan lindung
tersebut memiliki kesamaan sifat kimia tanah yangkurang mendukung pertumbuhan
bintangur. Nilai pH tanah berada pada kisaran yang sangat rendah yaitu 2–3. Kandungan
bahan organik tanah di Hutan Lindung Sei Tembesi lebih tinggi dibandingkan Hutan Lindung
Bukit Tiban. Kandungan hara makro P sangat rendah, tetapi kandungan hara makro N, K, Ca,
Mg dan S sangat tinggi di kedua hutan lindung ini. Berdasarkan sifat kimia tanah di kedua
hutan lindung ini, maka langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan konservasi
tanah secara biologi agar kondisi tanah dapat mendukung pertumbuhan dan regenerasi
bintangur. Konservasi biologi dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan penanaman
jenis tumbuhan tertentu yang sekiranya dapat memperbaiki nilai pH tanah di kedua hutan
lindung ini dan mampu menjadi tumbuhan pendamping yang ideal bagi bintangur. Namun,
pemilihan jenis tumbuhan yang tepat masih memerlukan penelitian lanjutan.
BAB III

ANALISIS

1. Kelebihan dan Kekurang Jurnal


Kelebihan jurnal 1
Sistematika jurnal jurnal ini sangat bagus karena jurnal ini terdapat
abstrak, pendahuluan,metode penelitian hasil penelitian dan kesimpulan
Sumber dan referinsi cukup banyak
Abstrak yang di gunakan dalam jurnal ini menggunakan dua bahsa yaitu
bahasa Indonesia dan bahasa inggris
Kata-kata yang digunakan lebih mudah dipahami, dan jurnal ini
menggunakan kata baku
Terdapat table-tabel untuk mempermudah pembaca
Metode penelitian dicantumkan secara jelas

Kekurangan jurnal 1
 Pada jurnal penelitian nya tidah dilampirkan ISSN Tidak Diakui
 Susunan paragraph tidak teratur
 Kurang lengkap

Kelebihan jurnal 2
 Pada jurnal ini kajian dan pembahasannya bagus, karena dalam melakukan
penelitian, mengambil data dari tahun ketahun sehingga penelitian ini terdapat
data data yang akurat. serta terdapat kerangka berfikir pada jurnal tersebut.
 Jurnal ini memaparkan secara jelas dan lengkap mengenai permasalahan Studi
Pengembangan Ekonomi Lokal Terkait Interaksi Desa-Kota
 Jurnal ini memberikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga
pembaca dapat mengerti.
Kelemahan jurnal 2
 Tidak mencantumkan ISSN
 Jurnal tidak menarik
 Sumber-sumber yang menjadi referensi kurang
 Space yang tidak teratur
BAB IV

PENUTUP

4.1 kesimpulan

Dalam critical jurnal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Kadar unsur hara di dalam daun
(seresah yang baru jatuh) dan tanah pada 7 tapak tanaman jati Klon di Jawa tidak ditemukan
adanya korelasi atau kecenderungan yang kuat pada unsur C, N, dan P serta C/N rasio. Dan
juga pada jurnal kedua Sifat kimia tanah di Hutan Lindung Sei Tembesi dan Hutan Lindung
Bukit Tiban memperlihatkan perbedaan kandungan bahan organik tanah. Kedua hutan
lindung tersebut memiliki kesamaan sifat kimia tanah yangkurang mendukung pertumbuhan
bintangur. Nilai pH tanah berada pada kisaran yang sangat rendah yaitu 2–3. Kandungan
bahan organik tanah di Hutan Lindung Sei Tembesi lebih tinggi dibandingkan Hutan Lindung
Bukit Tiba

4.2 saran

Diharapkan atas kritik dan saran dari bapak terhadap critical journal report ini, agar saya
dapat menyempurnakan tugas critical journal untuk berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Haryono Supriyo & Daryono Prehaten.2014“Kandungan Unsur Hara Dalam Daun Jati
Yang Baru Jatuh Pada Tapak Yang Berbeda”.jurnal ilmu kehutanan

Adisti Yuliastrin.2016.“Status Hara Makro Tanah Yang Ditumbuhi Populasi Bintangur


(Calophyllum Spp.)”.Jurnal Matematika, Saint, dan Teknologi,

Anda mungkin juga menyukai