Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL JOURNAL RIVIEW

EKOLOGI DASAR

Nama : Mori Haposan Simamora


NIM : 4193341013
Kelas : PSPB 19 B
Dosen Pengampu : Prof. Dr. rer. nat. Binari Manurung, M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
Kata Pengantar

Critical Journal Riview (CJR) adalah tugas menulis yang mengharuskan untuk meringkas
dan membandingkan dua jurnal. Laporan kritis jurnal merupakan laporan atau tulisan tentang isi
sebuah penelitian pada jurnal, tetapi lebih menitik beratkan pada ringkasan (penjelasan,
interpretasi & analisis) saya mengenai isi yang terkandung didalam buku tersebut, apa yang
menarik dari penelitian jurnal tersebut, bagaimana isi jurnal tersebut bisa mempengaruhi cara
berpikir dan menambah pemahaman terhadap suatu bidang kajian tertentu. Dengan kata lain,
melalui jurnal Riview pembaca menguji pikiran penulis berdasarkan sudut pandang berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki. Pemberian tugas kuliah berupa Critical Journal
Riview ini juga bermaksud untuk mengembangkan budaya mahasiswa untuk membaca, berpikir
sistematis dan kritis serta mengekspresikan pendapat dengan kalimat-kalimat.
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Rasionalisasi pentingnya CJR

Critical Journal Review bertujuan mengkaji dua jurnal atau artikel penelitian yang telah selesai
dibaca. Alasan melakukan tugas ini untuk mengetahui sejauh mana kita memahami isi jurnal
tersebut. Kemudian kita dapat membandingkan kelebihan dan kekurangan dari kedua jurnal
tersebut.

I.2. Tujuan CJR

Penulisan CJR (Critical Journal Review) ini bertujuan untuk menyelesaikan kewajiban salah
satu tugas komponen tugas KKNI yang menjadi syarat lulusnya matakuliah ini. Selain itu
penulisan CJR ini juga bertujuan agar menambah wawasan saya selaku penulis mengenai
Ekologi Dasar terkhusus penelitian mengenai suksesi didalam ekologi, meningkatkan
kemampuan dalam membaca, menulis, menganalisis, berpikir kreatif dan berpikir kritis. Serta
menguatkan referensi yang berkaitan dengan matakuliah Ekologi Dasar.

I.3. Manfaat CJR


Tugas CJR tentu saja sangat bermanfaat bagi kami selaku mahasiswa yang haus akan ilmu, dari
tugas ini kami mendapat banyak hal antara lain, meningkatkan kemampuan dalam membaca,
menulis, menganalisis, berpikir kreatif dan berpikir kritis. Selain itu kami juga memperoleh
banyak pengetahuan baru perihal Ekologi Dasar terlebih mengenai suksesi didalam pembelajaran
ekologi.

1.3. Identitas Jurnal


Jurnal 1
Judul Jurnal : Memahami Suksesi dari Sudut Pandang yang Berbeda: “Studi Kasus
pada Rumah Kosong”
Jurnal : Jurnal Pendidikan Biologi
Nama Penulis : Iin Uswatun Hasanah, Adif Fatus Syarofah, Dita Sulistiani, Aik
Zatunni’mah
Tahun Terbit : 2020
Nomor :2
Volume :1
Kota Terbit : Kudus
ISSN : pISSN: 2745-4460, eISSN: 2745-4452

Jurnal 2
Judul Jurnal : Analisis Vegetasi Di Sekitar Area Bunker Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi
Jurnal : Jurnal Bioma
Nama Penulis : Nadia Alima, Edo Cahyo Nugroho, Elsa Wahyu Rizki, Afifah Intan dan
Elisa Feby Ifani
Tahun Terbit : 2020
Volume : 22
Nomor :2
Kota Terbit : Yogyakarta
ISSN : p ISSN: 1410-8801, e ISSN: 2598-2370
BAB II
RINGKASAN JURNAL

Jurnal 1
Suksesi merupakan aspek berharga dalam ilmu ekologi dan restorasi (Raeval et al. 2012;
Afrianto, Hikmat & Widyatmoko, 2016). Suksesi terbentuk lantaran adanya suatu modifikasi
fisik pada komunitas (Maknun, Djohar, 2017). Proses suksesi merupakan proses alami dari
perubahan komposisi tumbuhan yang sifatnya komulatif, berjalan searah dalam jangka waktu
tertentu dan daerah tertentu untuk menuju kondisi yang stabil (Yuniasih, 2010). Proses suksesi
pada suatu tanaman dikendalikan oleh hukum alam dan akan berakhir pada kondisi puncak atau
disebut stadia klimaks yang secara dinamis sudah seimbang dengan lingkungannya (Anonim,
1992; Jinarto, 2019). Suksesi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu suksesi primer dan suksesi
sekunder. Suksesi primer terjadi karena komunitas asal terganggu, yang mana komunitas tersebut
dapat hilang secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan
tersebut dapat terjadi secara alami seperti gunung melutus, tanah longsor dan lain sebagainya.
Gangguan tersebut juga dapat terjadi karena perbuatan manusia seperti penambangan batubara,
minyak bumi dan timah (Maknun, Djohar, 2017: 114). Suksesi sekunder juga terjadi karena
adanya gangguan, namun tidak merusak secara total tempat tumbuh organisme sehingga dalam
komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.
Penelitian pada jurnal ini bertujuan memberikan pemahaman tentang suksesi dari sundut
pandang yang berbeda melalui studi kasus pada rumah kosong. Metode yang digunakan pada
penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
observasi, wawancara dan dokumentasi pada objek penelitian serta didukung dengan kajian
pustaka terhadap sumber-sumber referensi yang relefan. Objek penelitian yang digunakan oleh
peneliti yaitu 2 buah rumah kosong. Satu rumah kosong milik Bapak Wagiman yang terletak
pada Desa Trikoyo, Dukuh Gendolo Kec. Jaken, Kab. Pati. Rumah ini ditinggal oleh pemiliknya
kurang lebih selama 17 tahun yang lalu. Objek penelitian kedua, pada rumah kosong milik Bapak
Yasir yang ditinggal selama kurang lebih 10 tahun yang lalu. Rumah tersebut terletak pada Desa
Trikoyo, Dusun Karangkawis, Kec. Jaken, Kab. Pati.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada rumah
kosong yang telah ditinggal oleh penghuninya dalam kurun waktu yang cukup lama terbentuklah
sebuah suksesi. Hal ini ditandai dengan munculnya komunitas perintis, paku-pakuan, rerumputan
dan tumbuhan perdu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman mengenai suksesi
tidak hanya sebatas “munculnya komunitas baru pada lahan pasca bencana”, namun suksesi juga
dapat terbentuk pada suatu daerah di lingkungan sekitar kita seperti pada rumah kosong.

Jurnal 2
Merapi terletak 25 - 30 km utara dari wilayah Yogyakarta dan sekitarnya adalah rumah
bagi sekitar 1,6 juta orang (Afrianto, 2010). Salah satu gunung api paling aktif di Indonesia
adalah gunung api Merapi. Aktivitas gunung api Merapi dicirikan dengan periode letusan yang
pendek dengan tipe letusan yang khas yaitu tipe merapi (Brontowiyono, 2011). Gunung Merapi
merupakan kawasan Taman Nasional yang juga terdapat sebuah hutan konservasi (Butterfield,
2009).
Kawasan gunung seringkali memiliki vegetasi – vegetasi tertentu yang unik dan menarik
untuk di teliti. Ada vegetasi yang hanya terdapat di suatu ketinggian tertentu dan juga ada
vegetasi yang berada hampir di seluruh ketinggian yang ada (Marsono, 1977).
Pada 26 Oktober 2010 hingga awal November 2010 telah terjadi bencana erupsi Gunung
Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi DI Yogyakarta dengan Provinsi Jateng (Handziko,
2015). Salah satu efek dari letusan Gunung Merapi adalah kerusakan pada ekosistem, memaksa
mereka untuk memulai kembali dengan suksesi primer (Haryadi, 2019).
Proses suksesi vegetasi merupakan perubahan utama yang mempengaruhi perkembangan
kondisi lahan dan suhu permukaan. Suksesi vegetasi merupakan kondisi pertumbuhan vegetasi
yang serentak pasca terjadinya fenomena alam maupun buatan yang berpengaruh besar terhadap
perubahan lingkungan (Mukhtar, 2012). Prinsip dasar dalam suksesi adalah adanya serangkaian
perubahan komunitas tumbuhan bersamaan dengan perubahan tempat tumbuh. Perubahan ini
terjadi secara berangsur - angsur dan melalui beberapa tahap dari komunitas tumbuhan sederhana
sampai klimaks. Selanjutnya dinyatakan bahwa umumnya suksesi hutan akan bertambah
keanekaragamannya seiring dengan waktu(Natalia, 2013). Perubahan komposisi flora yang
terjadi selama berlangsungnya proses suksesi adalah perubahan pada komposisi penyusun
vegetasi tersebut. Asumsinya berdasarkan pada perubahan komunitas tumbuhan yang
mendominasi di suatu area suksesi. Perkiraan urutan komunitas tumbuhan selama
berlangsungnya proses suksesi adalah lumut – herba – semak – tegakan pohon (Nehwall, 2000).
Tujuan penelitian ini selain untuk mengetahui INP (Indeks Nilai Penting) juga untuk
mengetahui komposisi, struktur, dan tingkat vegetasi di kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi. Ukuran petak yang ditentukan adalah sebesar 6x6m2 yang berjumlah 2 plot.
Keanekaragaman hutan di Taman Nasional Gunung Merapi ditentukan dengan menggunakan
rumus indeks keanekaragaman Shannon. Hasil menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman
jenis dari habitus lumut - lichen dan habitus tegakan bernilai 0, yang berarti kedua habitus ini
tidak memiliki keragaman. Kedua habitus ini hanya memiliki satu spesies yang tumbuh di area
penelitian. sedangkan indeks keanekaragaman jenis pada habitus semak adalah 0,426673041.
Habitus yang memiliki indeks keanekaragaman jenis paling besar adalah habitus herba yaitu
sebesar 0,734014356. Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 12 spesies yang terdiri dari satu
spesies habitus lumut – lichen, 7 spesies habitus herba, 3 spesies semak, dan satu spesies habitus
tegakan. Indeks nilai penting tertinggi untuk habitus lumut – lichen adalah Diphasiastrum sp.
(300%), Viburnum sp. untuk habitus herba (100,96%), Carex sp. untuk habitus semak (132,63
%), dan Acacia sp. untuk habitus tegakan (300 %). Dari data tersebut menunjukkan bahwa
tingkat vegetasi cukup rendah dan ketahanan ekosistemnya kurang baik.
BAB III
PEMBAHASAN ISI JURNAL

Jurnal pertama pada bagian pendahuluan memabahas tentang pengertian suksesi yang
merupakan aspek berharga dalam ilmu ekologi dan restorasi (Raeval et al. 2012; Afrianto,
Hikmat & Widyatmoko, 2016). Suksesi terbentuk lantaran adanya suatu modifikasi fisik pada
komunitas (Maknun, Djohar, 2017). Kemudian, pada jurnal pertama membedakan suksesi
menjadi dua, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Sedangkan, pada jurnal kedua
menjelaskan di bagian pendahuluan yang salah satu efek dari letusan Gunung Merapi adalah
kerusakan pada ekosistem, memaksa mereka untuk memulai kembali dengan suksesi primer
(Haryadi, 2019). Dan jurnal kedua menjelaskan bahwa proses suksesi vegetasi merupakan
perubahan utama yang mempengaruhi perkembangan kondisi lahan dan suhu permukaan.
Suksesi vegetasi merupakan kondisi pertumbuhan vegetasi yang serentak pasca terjadinya
fenomena alam maupun buatan yang berpengaruh besar terhadap perubahan lingkungan
(Mukhtar, 2012).
Kedua jurnal yang direview sama-sama menjelaskan bahwa suksesi akan berakhir pada
klimaks atau kondisi puncak. Dimana jurnal pertama menjelaskan bahwa proses suksesi pada
suatu tanaman dikendalikan oleh hukum alam dan akan berakhir pada kondisi puncak atau
disebut stadia klimaks yang secara dinamis sudah seimbang dengan lingkungannya (Anonim,
1992; Jinarto, 2019). Dan pada jurnal kedua menjelaskan bahwa prinsip dasar dalam suksesi
adalah adanya serangkaian perubahan komunitas tumbuhan bersamaan dengan perubahan tempat
tumbuh. Perubahan ini terjadi secara berangsur - angsur dan melalui beberapa tahap dari
komunitas tumbuhan sederhana sampai klimaks.
Penelitian pada jurnal pertama bertujuan memberikan pemahaman tentang suksesi dari
sundut pandang yang berbeda melalui studi kasus pada rumah kosong. Sedangkan, pada jurnal
tujuan penelitiannya selain untuk mengetahui INP (Indeks Nilai Penting) juga untuk mengetahui
komposisi, struktur, dan tingkat vegetasi di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.
Pada jurnal pertama diperoleh hasil bahwa pada rumah kosong yang telah ditinggal oleh
penghuninya dalam kurun waktu yang cukup lama terbentuklah sebuah suksesi. Hal ini ditandai
dengan munculnya komunitas perintis, paku-pakuan, rerumputan dan tumbuhan perdu. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman mengenai suksesi tidak hanya sebatas “munculnya
komunitas baru pada lahan pasca bencana”, namun suksesi juga dapat terbentuk pada suatu
daerah di lingkungan sekitar kita seperti pada rumah kosong. Sedangkan, pada jurnal kedua
diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman jenis dari habitus lumut -
lichen dan habitus tegakan bernilai 0, yang berarti kedua habitus ini tidak memiliki keragaman.
Kedua habitus ini hanya memiliki satu spesies yang tumbuh di area penelitian. sedangkan indeks
keanekaragaman jenis pada habitus semak adalah 0,426673041. Habitus yang memiliki indeks
keanekaragaman jenis paling besar adalah habitus herba yaitu sebesar 0,734014356.
BAB IV
KESIMPULAN

Pada jurnal pertama (Memahami Suksesi dari Sudut Pandang yang Berbeda: “Studi
Kasus pada Rumah Kosong”) dan jurnal kedua (Analisis Vegetasi Di Sekitar Area Bunker
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi) yang dilihat dari judul saja sudah berbeda dan obyek
yang diteliti juga berbeda, yang di jurnal pertama meneliti suksesi pada rumah kosong,
sedangkan pada jurnal kedua meneliti suksesi pada gunung merapi. Namun, disamping
perbedaan itu dapat ditarik kesimpulan bahwa suksesi tidak hanya memuat satu sudut pandang
yang mengatakan bahwa suksesi hanya terjadi setelah bencana alam, tetapi suksesi juga dapat
dilihat dari sudut pandang yang berbeda melalui hasil studi kasus yang dilakukan pada rumah
kosong dapat juga terjadi suksesi.
Kesamaan kedua jurnal yang direview yang menjelaskan bahwa suksesi akan berakhir
pada klimaks atau kondisi puncak. Dimana jurnal pertama menjelaskan bahwa proses suksesi
pada suatu tanaman dikendalikan oleh hukum alam dan akan berakhir pada kondisi puncak atau
disebut stadia klimaks yang secara dinamis sudah seimbang dengan lingkungannya (Anonim,
1992; Jinarto, 2019). Dan pada jurnal kedua menjelaskan bahwa prinsip dasar dalam suksesi
adalah adanya serangkaian perubahan komunitas tumbuhan bersamaan dengan perubahan tempat
tumbuh. Perubahan ini terjadi secara berangsur - angsur dan melalui beberapa tahap dari
komunitas tumbuhan sederhana sampai klimaks.
Daftar Pustaka

Iin Uswatun Hasanah, Adif Fatus Syarofah, Dita Sulistiani, A. Z. (2020). Memahami Suksesi
dari Sudut Pandang yang Berbeda: “Studi Kasus pada Rumah Kosong.” Jurnal Pendidikan
Biologi, 1(2), 29–34.

Nadia Alima, Edo Cahyo Nugroho, Elsa Wahyu Rizki, A. I. dan E. F. I. (2020). Analisis
Vegetasi Di Sekitar Area Bunker Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Jurnal Bioma,
22(2), 110–114.

Anda mungkin juga menyukai