Anda di halaman 1dari 3

NAMA : KHANIN LAILATUL SALAS

OFFERING : C-27
MATA KULIAH : Pendidikan Kewarganegaraan

ULASAN FILM NGENEST

Judul : Ngenest (2015)

Produksi : Starvision

Produser : Chand Parwez Servia, Fiaz Servia

Sutradara : Ernest Prakasa

Penulis : Ernest Prakasa

Pemain : Ernest Prakasa, Morga Oey, Lala Karmela, Ferry Salim, Olga Lidya

Durasi : 91 menit

Film ini diangkat dari kisah nyata Sang Penulis sendiri, yaitu Ernest Prakasa yang
mengalami perundungan dari kecil hanya dikarenakan dari keturunan Tionghoa, teman-temannya
suka merundungnya dengan kata-kata “China culun, b*bi” dan masih banyak lagi. Hanya Patrick
yang sesame Tionghoa yang berteman dengannya. Ernest sudah mencoba berbagai hal supaya
tidak dirundung, dihina dan disakiti lagi, seperti ia berusaha sama dengan mereka, beradaptasi
dengan mereka, dan masih banyak lagi. Namun semua itu membuktikan bahwa Ernest hanya
perlu menjadi dirinya sendiri dan harus mampu bertahan sebagai minoritas. Suatu saat ia terpikir
ide bahwa ia harus memutus mata rantai keturunan China ini dengan cara menikah dengan orang
pribumi. Dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama ia bertahan dari rundungan, saat
Ernest ujian nasional kelulusan dengan mental yang terguncang, alhasil ia pun mendapatkan nilai
yang buruk sehingga ia tertolak oleh Sekolah Menengah Atas unggulan-unggulan, lalu ia pun
terpaksa menjalani sekolah di SMA Punda Kudus yang isinya anak-anak Chinese semua, maka ia
pun harus menunda cita-citanya untuk mempunyai pacar dan menikah dengan orang pribumi,

Dengan diterimanya ia di SMA ayahnya dulu itu, ia berusaha keras membalas dendam
atas keterpurukan nilai SMP yang lalu, ia pun selalu mendatangkan guru les privat ke rumahnya
untuk lebih mendalami materi di SMA nya itu. Pada akhirnya ia bisa masuk Universitas
Padjajaran di Bandung, jurusan Hubungan Internasional. Patrick yang temannya dari masa kecil
pun juga mengikutinya kuliah di Bandung tetapi iakuliah di salah satu Universitas Swasta disana.
Ernest alam perjalanan studi kuliahnya di Bandung, ia bertemu Meira yang satu les bahasa
mandarin dengannya, yang kebetulan seiman dengannya, Segala cara dilakukan Ernest untuk
mendekati Meira hingga Meira pun jatuh hati padanya. Sayangnya, hubungan mereka harus
menghadapi tantangan ketika ayah Meira (Budi Dalton) tahu bahwa Ernest adalah keturunan
etnis Tionghoa. Ayah Meira memiliki masa lalu buruk dengan etnis ini sehingga melarang Meira
berhubungan dengan Ernest.

Setelah melalui berbagai lika liku perjuangan, Meira dan Ernest akhirnya direstui dan
mereka pun menikah. Meski telah menikah, keresahan Ernest masih belum mereda. Ia khawatir
anak yang kini dikandung Meira bisa saja terlahir mirip dengan dirinya. Ia pun meminta saran
pada sahabatnya, Patrick. Kekhawatiran akan perundungan pada anaknya bila mirip dengannya
membuat Ernest menunda-nunda keinginan memiliki anak. Hal itu memicu pertengkaran dengan
Meira, karena orangtua Meira mendesaknya untuk segera memiliki anak. Setelah pertengkaran
hebat, Ernest pun mengalah karena takut kehilangan Meira. Akhirnya setelah 2 tahun Meira
hamil. Semakin membesar perut Meira, semakin besar rasa takut yang menghantui Ernest.
Puncaknya ketika Meira sudah mendekati tenggat melahirkan, tekanan semakin tinggi, Ernest
pun stres sehingga melakukan kesalahan besar di kantor yang membuatnya dimaki oleh
bosnya.Tidak kuat menghadapi tekanan bertubi-tubi, Ernest melarikan diri ke tempat di mana ia
dan Patrick biasa bersembunyi selagi mereka kecil. Akhirnya Patrick menemukan Ernest di sana,
dan menyadarkan Ernest untuk segera ke rumah sakit. Dengan terbirit-birit, Ernest berangkat ke
RS dan menemani Meira melahirkan. Meira pun melahirkan seorang bayi perempuan bermata
sipit. Meski anaknya tampak sangat Cina seperti ayahnya, tapi Ernest sangat bahagia. Kehadiran
anaknya telah memberinya begitu banyak kehangatan yang membawa keberanian untuk
menghadapi hidup, apa pun tantangannya.

Nah, kisah diatas sangat menguras emosi, apalagi bagi yang mengalami masalah yang
sama pula. Amanat yang sudah didiskusikan pada hari ini yang dapat kita ambil dari Film Ernest
ini adalah kita tidak pernah memilih dimana dan dengan siapa kita akan dilahirkan. Kehidupan
adalah anugrah yang semestinya membawa kebahagian, perundungan/bullying terjadi bukan krn
kita salah dilahirkan. “Kita dibully bukan karena kita cina tp karena mereka masih menggap kita
berbeda”, Pendidikan Kewarganegaraan menampilkan karakter bangsa Indonesia yang
seharusnya rukun, gorong-royong, respect antara satu dengan lainnya, Pendidikan
kewarganegaraan menghadapi tantangan terberatnya dari tahun-ke tahun untuk memberikan
kesadaran pada kita semua bahwa kita adalah satu kesatuan dan msalah seperti identitas
kewarganegaraan harusnya sudah tidak relevan lagi.

Demikian ulasan singkat Film Ernest, semoga menjadi bermanfaat dan mengajarkan kita
untuk menjadi manusia yang pantas disebut manusia, yaitu manusia yang memanusiakan
manusia, tidak memandang RAS, etnis, warna kulit, agama dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai