Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN AKUT LIMFOBLASTIK LEUKIMIA

STASE KEPERAWATAN ANAK


PROFESI NERS

OLEH :
NI KADEK WIRATI
2002621046

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang yang ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih secara tidak teratur dan
tidak terkendali dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi
(Permono dan Ugrasena, 2010). Leukimia limfoblastik akut merupakan leukemia
yang berasal dari sel induk limfoid dimana terjadi proliferasi monoklonal dan
ekspansi progresif dari progenitor limfosit B dan T yang imatur dalam sumsum
tulang dan beredar secara sistemik. Proliferasi dan akumulasi dari sel leukemia
menyebabkan penekanan dari hematopoesis normal.

2. EPIDEMIOLOGI
Leukemia limfoblastik akut merupakan keganasan yang paling sering terjadi pada
anak yaitu 25-30% dari seluruh kanker pada anak dan merupakan 78% dari
seluruh leukemia pada anak. Insidens LLA semakin meningkat setiap tahun. Pada
tahun 2011 sampai 2015 didapatkan bahwa LLA merupakan 87% dari seluruh
kasus leukemia yang terdiagnosis di RSUP Sanglah Denpasar.

3. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya leukemia belum diketahui hingga saat ini,namun ada
beberapa faktor risiko yang berperan dalam patogenesisleukemia. Beberapa faktor
risiko tersebut antara lain faktor lingkungan seperti radiasi ion, radiasi non-ion,
hidrokarbon, zat-zat kimia, alkohol,rokok maupun obat-obatan. Faktor lain yang
diduga berperan adalah faktor genetik yaitu riwayat keluarga, kelainangen, dan
translokasi kromosom. Leukemia juga dipengaruhi Human T-cell Leukemia
Virus-1(HTLV-1), etnis, jenis kelamin, usia, usiaibu saat melahirkan, serta
karakteristik saatlahir seperti berat lahir dan urutan lahir. Pemakaian insektisida
selama periode kehamilan dan masa anak-anak, pestisida, fungisida serta sampo
insektisida juga merupakan faktor risiko terjadinya LLA. Gangguan regulasi sitem
imun sebagai respon dari infeksi saat beberapa bulan pertama kehidupan juga
dapat menginduksi terjadinya LLA pada masa anak-anak. Beberapa faktor lain
yang juga memengaruhi terjadinya leukemia yaitu medan magnet, pemakaian
marijuana, dan diet.
4. PATOFISIOLOGI
Pada leukemia terjadi kelainan pada gugus sel (klonal), kelainan proliferasi,
kelainan sitogenetik, kelainan morfologi dan kegagalan diferensiasi.Sebagian
besar LLA mempunyai homogenitas pada fenotip permukaan sel blas dari setiap
pasien. Hal ini memberi dugaan bahwa populasi sel leukemia itu berasal dari sel
tunggal yang berproliferasi hingga mencapai jumlah populasi sel yang dapat
terdeteksi. Etiologi leukemia pada manusia belum diketahui, namunpada
penelitian mengenai proses leukemiogenesis pada binatang percobaan ditemukan
bahwa penyebabnya mempunyai kemampuan melakukan modifikasi nukleus
DNA. Kemampuan ini meningkat bila terdapat suatu kondisi atau suatu kelainan
genetik tertentu seperti translokasi, amplifikasi dan mutasi onkogen seluler. Hal
ini menguatkan anggapan bahwa leukemia dimulai dari suatu mutasi somatikyang
mengakibatkan terbentuknya suatu klonal yang abnormal (Permono dan
Ugrasena,2010) Populasi sel leukima yang semakin lama semakin banyak akan
menyebabkan dampak buruk bagi produksi sel normal dan mengganggu fungsi
organ tubuh akibat infiltasi sel leukemia. Kegagalan hematopoiesis normal
merupakan akibat yang sering terjadi padaleukemia akut.Pansitopenia pada pasien
leukemiaterjadi akibat desakan populasi sel leukemia.Pada sebagian kasus LLA
juga dapat ditemukangambaran sumsum tulang yang hiposeluler.Kematian pada
leukemia akut umumnya terjadi akibat penekanan sumsum tulang atau akibat
infiltasi sel leukemia ke organ tubuh pasien (Permono dan Ugrasena, 2010;
Lanzcowsky, 2011).
PATWAY

Virus Genetik
Sinar Radioaktif
(Enzym,Retrovirus)

Kelainan Kromosom 21
(Syndrome Down)
Invasi Ke sumsum tlang Perubahan ionisasi Sumsum
belakang tukang belakang

Leukemia Limfoblastik Akut

Proliferasi Sel darah putih Hematopiosis eritrosit,


Kemoterapi
immatur neutrophil & trombosit

Asam Lambung Immunosupresan sumsum Eritropenia Neutropeni Trombositopenia


Ketidaktahuan
(Hcl) tulang
Efek
Samping
Hemoglobin Pertahanan Pendarahan
obat
Mual dan Gangguan rasa nyaman : Imunitas
Nyeri menurun
muntah Resiko Syok
Kecemasan Sirkulasi O2
dalam darah Hipovolemik
Anoreksia Resiko infeksi
menurun

Resiko
gangguan Intoleransi Aktivitas Kelelahan
nutrisi
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologi blas pada hapusan sumsum tulang,
French-American-British (FAB) membedakan LLA menjadi(Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzcowsky, 2011):
a. L1 : terdiri dari sel-sel limfoblast kecil serupa, dengan kromatin homogen, anak inti umumnya tidak tampak dan sitoplasma
sempit
b. L2 : terdiri dari sel-sel limfoblas yang lebih besar tetapi ukurannya bervariasi, kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih
anak inti.
c. L3 : terdiri dari sel limfoblas besar, homogendengan kromatin berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang
basofilik dan bervakuolisasi.Sebanyak 90% kasus dapat didiagnosis dengan cara tersebut, namum sebagian kasus memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut yaitu imunologi,sitokimia, sitogenetika ataupun biologi molekuler (Permono dan Ugrasena,
2010).Pemeriksaan imunologiatau sering disebut dengan imunophenotypingdigunakan untuk identifikasi dan kuantifikasi
antigen seluler. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel darah perifer dan sumsum tulang untuk membedakan
leukemia sel T atau sel B(Rowan dkk., 1994; Lanzcowsky, 2011; Gupta dkk., 2015)
6. GEJALA KLINIS
Gambaran klinis pada LLA bervariasi. Awitan biasanya mendadak dan progresif seperti penderita merasa lemah, pucat, sesak,pusing
hingga gagal jantung akibat anemia. Pada LLA sering terjadi neutropenia yang menyebabkan infeksi dan demam.Trombositopenia
dapat menyebabkan perdarahan seperti ptekie,ekimosis atau manifestasi perdarahan lainnya. Keluhan pada sistemsaraf pusat (SSP)
ditimbulkan oleh infiltrasisel leukemia dengan gejala sakit kepala, kejang, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
adanya limfadenopati, hepatomegali,dan atau splenomegaly. Gejala leukemia disebabkan oleh anemia, neutropenia dan
trombositopeniakerusakan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Gejalanya meliputi demam, malaise, anoreksia, keletihan,
nyeri tulang, memar dan perdarahan. Klien juga akan mengalami anemia, pembesaran nodus limfe, berkeringat malam, sesak napas,
penurunan berat badan, nyeri tekan pada sternum dan limpa dan keterlibatan liver. Tanda dan gejala lainnya dapat meliputi anoreksia,
iritabilitas, keletihan, letargi, sakit kepala, demam, pucat, nyeri tulang, memar dan perdarahan. Triad neutropenia, anemia dan
trombositopenia tampak pada hitung sel darah lengkap (complete blood cell count, CBC).
7. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran composmentis sampai koma, Tekanan darah hipotensi, Nadi takikardi, Suhu tubuh tinggi dan Pernapasan takipnea,
sesak napas.
2. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang, ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening
3. Mata
Biasanya pada pasien dengan leukemia konjungtiva anemis dan adanya perdarahan retina.
4. Hidung
Biasanya pada hidung terjadi epistaksis.
5. Mulut
Biasanya pada wajah klien leukemia sering terjadi perdarahan pada gusi
6. Thorax
Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura.
7. Abdomen
Biasanya pasien mengalami hepatomegali, spenomegali, limfadenopati, nyeri abdomen
8. Kulit
Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie pada tubuh akibat perdarahan.
9. Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas terasa nyeri terutama pada persendian apabila digerakkan
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan head toe toe, yang biasanya ditemukan hasil mata tampak anemi, hati dan
limfa tidak teraba.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan darah tepi.
- Kadar Hb menunjukkan penurunan ringan hingga berat dengan morfologi normokromik normositer. Kadar Hb yang rendah
menunjukkan durasi leukemia yang lebih panjang, sedangkan kadar Hb yang tinggi menunjukkan leukemia dengan proliferasi
yang lebih cepat (Permono dan Ugrasena, 2010 )
- Sel darah putih dapat normal, menurun atau meningkat (Lanzkowsky, 2011).
- Sebanyak 92% dengankadar trombosit dibawah normal (Lanzkowsky, 2011).
- Pada hapusan darah tepi dapat ditemukan adanya sel blas. Sel blas pada pasien dengan leukopenia umumnya hanya sedikit
atau bahkan tidak tampak. Sel blas banyak ditemukan pada pasien dengan jumlah leukosit lebih dari 10 x 103/μL(Permono
dan Ugrasena, 2010; Lanzkowsky, 2011).
b. Sumsum tulang Jumlah normal sel blas pada sumsum tulang adalah kurang dari 5%. Sediaan hapusan sumsum tulang pada LLA
menunjukkan peningkatan kepadatan sel dengan trombopoesis, eritropoesis dan granulopoesis yang tertekan, disertaijumlah sel
blas >25%. Berdasarkan morfologi blas pada hapusan sumsum tulang,
French-American-British (FAB) membedakan LLA menjadi(Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzcowsky, 2011):
d. L1 : terdiri dari sel-sel limfoblast kecil serupa, dengan kromatin homogen, anak inti umumnya tidak tampak dan sitoplasma
sempit
e. L2 : terdiri dari sel-sel limfoblas yang lebih besar tetapi ukurannya bervariasi, kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih
anak inti.
f. L3 : terdiri dari sel limfoblas besar, homogendengan kromatin berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang
basofilik dan bervakuolisasi.Sebanyak 90% kasus dapat didiagnosis dengan cara tersebut, namum sebagian kasus memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut yaitu imunologi,sitokimia, sitogenetika ataupun biologi molekuler (Permono dan Ugrasena,
2010).Pemeriksaan imunologiatau sering disebut dengan imunophenotypingdigunakan untuk identifikasi dan kuantifikasi
antigen seluler. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel darah perifer dan sumsum tulang untuk membedakan
leukemia sel T atau sel B(Rowan dkk., 1994; Lanzcowsky, 2011; Gupta dkk., 2015)
9. KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis ALL dapat ditegakkan dengan pasti pada 90% kasus dengan pemeriksaan meliputi :
a. Manifestasi klinis
b. Darah tepi, yang terdiri atas :
- Hemoglobin : menurun sedang sampai nyata :anemia normositik normokromik
- Angka leukosit : rendah, normal atau meningkat
- Blast sangat sedikit sampai tidak ada pada individu leukopenia. Bila angka leukosit di atas 10.000/mm3, Blast pada umumnya
sangat banyak
- Trombosit : 92 % pasien mempunyai angka trombosit di bawah normal. Perdarahan serius (gastrointestinal atau intracranial)
terjadi bila angka trombosit di bawah 25.000/mm3
c. Sumsum tulang diperlukan untuk diagnosis. Diagnosis didasarkan atas limfoblas pada sumsum tulang, menurut perjanjian jumlah
lomfoblas sumsum tulang adalah 25% atau 30%. Sumsum tulang umumnya diganti oleh 80-100% blast. Megakariosist pada
umumnya tidak ada. Leukemia harus dicurigai bila sumsum tulang mengandung blast lebih dari 5%
d. Radiologis dada : mungkin ditemukan massa mediastinal pada ALL sel-T
e. Survey tulang rangka
f. Kimia darah : elektronik, urea darah, asam urat, tes fungsi hati, dan kadar Ig
g. Cairan serebrospinal : Sel dan kimiawi

10. THERAPHY
Penanganan leukemia meliputi terapi kuratif dan suportif.
a. Penanganan suportif meliputi pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia dankomplikasi yang menyertai leukemia seperti
pemberian transfusi darah, pemberian antibiotik, obat anti jamur, pendekatan nutrisi yang baik dan terapipsikososial.
b. Terapi kuratif bertujuan untuk membunuh sel-sel leukemia melalui kemoterapi dengan menggunakan kombinasi beberapa obat
sitostatiska. Prinsip kerjanya adalah melalui efek sitostatik obat kemoterapi dengan cara memengaruhi sintesis atau fungsi
DNAsel leukemia (Permono dan Ugrasena, 2010). Berdasarkan risiko relapsnya pengobatan LLA dibagi menjadi 2 yaitu
pengobatan untuk risiko standar dan risiko tinggi. Pasien digolongkan kedalam risiko standar apabila terdiagnosis saat berusia 1-
10tahun dengan jumlah leukosit <50 x 103/μLsedangkan digolongkan risiko tinggi apabila berusia >10tahun,jumlah leukosit >50
x 103/μL,terdapat massa di mediastinum, terdapat keterlibatan SSPdan testis ataujumlah limfoblast absolut pada sirkulasi
1000/mm3.Klasifikasi risiko standar dan risiko tinggi menentukan protokol kemoterapi yang dipergunakan (Permono dan
Ugrasena, 2010).Protokol kemoterapi yang digunakan di Bagian Hemato-onkologi SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah
Denpasar adalah protokol Indonesia 2006. Protokol ini terdiri atas 2 macam yaitu protokol kemoterapi risiko standar dan protokol
kemoterapi risiko tinggi. Protokol kemoterapi risiko standar terdiri atas fase induksi yang berlangsung selama 6 minggu dan fase
konsolidasi yang berlangsung selama 5 minggu, kemudian dilanjutkan ke fase pemeliharaan. Sedangkan protokol kemoterapi
risiko tinggi terdiri darifase induksi selama 6 minggu, fase konsolidasi selama 6 minggu danfase reinduksi selama 4 minggu,
kemudian dilanjutkan ke fase pemeliharaan.Pada protokol risiko tinggi, jenis obat sitostatiska yang dipergunakan lebih banyak
denganfase kemoterapi lebih lama (Permono dan Ugrasena, 2010).Leukemia limfoblastik akut pada anak usia <1 tahun disebut
dengan infant leukemiayang memiliki karakteristik biologis limfoblas yang berbeda sehinggamemberikan respon pada protokol
kemoterapi yang berbeda dibandingkan anak dengan usia yang lebih tua. Leukemia dengan morfologi L3 digolongkan sebagai
Burkitt limfoma. Leukemia ini dapat menginfiltrasi sum-sum tulang dan memiliki kecepatan proliferasi limfoblas yang tinggi
sehingga memberikan respon pada protokol kemoterapiyang berbeda.
11. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi apabila pasien dengan ALL tidak tertangani adalah gagal sumsum tulang, infeksi, hepatomegali,
splenomegali dan limfadenopati
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN (DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF)
a. Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Biasanya leukemia banyak diderita oleh anak yang berusia 2 sampai 5 tahun, diamana
penderita laki – laki lebih banyak dibandingkan penderita perempuan.
b. Keluhan Utama
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan anak demam, nafas sesak, anak tampak bernafas cepat, terdapat petekie pada tubuh
anak, anak tampak letih. Anak meneguluh nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, penurunan selera makan,
sakit kepala dan perasaan tidak enak badan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu juga mencakup riwayat kesehatan keluarga yaitu keluarga juga mengalami leukemia.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil adanya pemaparan sinarX saat hamil muda, riwayat keluarga dengan Sindrom down karena
kelainan kromosom salah satu penyebab terjadinya leukemia.
4. Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena keletihan, nyeri pada ekstremitas, anak mudah
terserang infeksi.
5. Riwayat psikososial dan perkembangan
Kelainan juga dapat membuat anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan karena
aktivitas bermain anak dibatasi.
c. Pemeriksaan Fisik
10. Keadaan umum
Kesadaran composmentis sampai koma, Tekanan darah hipotensi, Nadi takikardi, Suhu tubuh tinggi dan Pernapasan takipnea,
sesak napas.
11. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang, ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening
12. Mata
Biasanya pada pasien dengan leukemia konjungtiva anemis dan adanya perdarahan retina.
13. Hidung
Biasanya pada hidung terjadi epistaksis.
14. Mulut
Biasanya pada wajah klien leukemia sering terjadi perdarahan pada gusi
15. Thorax
Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura.
16. Abdomen
Biasanya pasien mengalami hepatomegali, spenomegali, limfadenopati, nyeri abdomen
17. Kulit
Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie pada tubuh akibat perdarahan.
18. Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas terasa nyeri terutama pada persendian apabila digerakkan

Data Objektif Data Subjektif


1. Pucat 1. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening,
2. Lemah 2. Mata menonjol
3. anak rewel 3. Kejang sampai penurunan kesadaran, Perdarahan kulit
4. nafsu makan menurun (petekie, hematom) dan atau perdarahan spontan (epistaksis)
5. Demam tanpa sebab yang jelas 4. perdarahan gusi) Pucat ·Epitaksis/petekie/ekimosis
·Pembesaran kelenjar getah bening
5. Hepatomegali
6. Splenomegali

d. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit rendah, trombosit rendah.
2. Pemeriksaan sumsum tulang
Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal dan sistem hemopoitik normal terdesak. Aspirasi sumsum
tulang (BMP) didapatkan hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
3. Lumbal punksi
Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi
4. Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES,
granulosit.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
b. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulasi inheren
c. Nyeri kronis berhubungan dengan pasca trauma karena gangguan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan dengan kurang asupan makanan
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi
h. Hipertermi berhubungan dengan sepsis
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
j. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosis Outcome Intervensi Rasional


1 Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan Kontrol infeksi Tujuan dilakukannya
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 1. Bersihkan lingkungan dengan intervensi resiko terjadinya
dengan jam diharapkan pasien baik setelah digunakan setiap infeksi adalah untuk
imunosupresi terhindari dari terjadinya pasien mencegah terjadinya infeksi
resiko infeksi dengan kriteria 2. Batasi pengunjung virus, kuman ataupun bakteri
hasil : 3. Tempatkan isolasi sesuai yang dapat memperparah
Status imunitas tindakan pencegahan yang sesuai penyakit pasien.
1. Fungsi gastrointestinal 4. Ajarkan cara cuci tangan bagi
2. Fungsi respirasi tenaga kesehatan
3. Suhu tubuh 5. Anjurjan pasien dan pengunjung
4. Integritas kulit untuk mencuci tangan
5. Jumlah sel darah putih 6. Jaga lingkungan aseptik yang
absolut Jumlah sel optimal
darah putih diferensial 7. Tingkatkan intake nutrisi
Respon pengobatan 8. Berikan terapi antibiotik yang
1. Perubahan gejala yang sesuai
diharapkan 9. Ajarkan pasien dan anggota
2. Pemeliharaan kadar keluarga mengenai bagaiman
darah yang diharapkan menghindari infeksi
3. Respon perilaku yang Manajemen nutrisi
diharapkan 1. Identifikasi adanya alergi atau
4. Reaksi alergi intoleransi makanan yang
5. Interaksi pengobatan dimilki pasien
Status nutrisi 2. Instruksikan pasien mengenai
1. Asupan gizi kebutuhan nutrisi
2. Asupan makanan 3. Ciptakan lingkungan yang
3. Asupan cairan optimal pada saat
4. Energi mengkonsumsi makanan
5. Rasio tinggi badan/ Monitor tanda-tanda vital
berat badan 1. Monitor tekanan darah, nadi,
6. hidrasi suhu, dan status pernapasan
2. Pemantauan suhu tubuh secara
terus – menerus dengan tepat
3. Monitor dan laporkan tanda dan
gejala hipertermia

2 Risiko perdarahan Setelah diberikan asuhan Pencegahan perdarahan Tujuan dilakukanmya


berhubungan keperawatan selama 1 x 24 1. Monitor dengan ketat tejadinya pencegahan resiko
dengan koagulasi jam diharapkan pasien perdarahan perdarahan adalah untuk
inheren terhindar dari resiko 2. Monitor tanda dan gejal mencegah terjadinya syok
perdarahan dengan kriteria perdarahan menetap pada pasien
hasil : 3. Monitor komponen koagulasi
Koagulasi darah darah
1. Pembentukan bekuan 4. Monitor tanda – tanda vital
2. hemoglobin 5. Berikan produk – produk
3. hitung platelet/platelet penggantian darah
count 6. Lindungi pasien dari trauma
4. perdarahan yang dapat menyebabkan
5. memar perdarahan
6. petekie 7. Gunakan sikat gigi yang berbulu
7. BAB berdarah lembut untuk perawatan rongga
8. Gusi berdarah mulut
8. Berikan obat-obatan
9. Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan yang
kaya vitamin
Manajemen kemoterapi
1. .Monitor pemeriksaan dan
skrinning sebelum pemberian
kemoterapi
2. Monitor efek samping dan efek
toksik dari pengobatan
3. Berikan informasi kepada pasien
dan keluarga tentang efek obat –
obatan kemoterapi pada sel
kanker
4. Instruksikan pasien dan keluarga
cara – carauntuk mencegah
infeksi Instruksikan pasien agar
segera melaporkan gejala
demam, menggigil, perdarahan
hidung, memar tang sanagt besar,
BAB berdarah
5. Instruksikan pasien dan keluarga
untuk menghindari konsumsi
konsumsi produk yang
mengandung aspirin
6. Lakukan pencegahan terjadinya
neutropenia dan perdarahan 8.
Monitor status nutrisi dan berat
badan
3 Nyeri kronis Setelah diberikan asuhan Pemberian analgesik Tujuan dilakukannya
berhubungan keperawatan selama 1x 30 1. Tentukan lokasi, karakteristik, manajemen nyeri secara
dengan pasca menit diharapkan nyeri yang kualitas dan keparahan nyeri farmakologi dan secara non
trauma karena dirasakan dapa berkurang 2. Cek perintah pengobatan farmakologi adalah untuk
gangguan dengan kriteria hasil : meliputi obat, dosis, dan mengurangi nyeri yang
Pengetahuan manajemen frekuensi obat analgesik yang dirasakan oleh pasien
nyeri diresepkan
1. Tanda dan gejala nyeri 3. Cek adanya alergi obat
2. Strategi untuk mengontrol 4. Monitor tanda – tanda vital
nyeri 5. Berikan analgesik sesuai waktu
3. Strategi untuk mengelola 6. Tentukan analgesik sebelumnya,
nyeri kronis rute pemberian, dan dosis untuk
4. Rejimen obat yang mnecapai hasil pengurangan
diresepkan nyeri optimal
5. Penggunaan yang benar 7. Evaluasi keefektifan analgesik
dari obat yang diresepkan Manajemen nyeri
6. Pembatasan aktivitas 1. Lakukan pengkajian nyeri
7. Tindakan – tindakan komprehensif
pencegahan 2. Gunakan komunikasi terapeutik
8. Teknik relaksasi yang 3. Gali pegetahuan dan kepercayaan
efektif pasien mengenai nyeri
4. Tentukan akibat dari pengalaman
nyeri terhadap kualitas hidup
pasien
5. Berikan informasi mengenai
nyeri
6. Kendalikan faktor
lingkunganyang dapat
mempengaruhi nyeri
7. Ajarkan penggunaan teknik
nofarmakologi
8. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Dijaya, K,A (2016) Pathway Acute Limfoblastik Leukemia. Diakses :


https://www.scribd.com/doc/113460475/Pathway-Acute-Limfoblastik-Leukemia Pada
tanggal 04 Januari 2020
Ningsih, Y, O (2017) Asuhan Keperawatan Pada An.K Dan An.G Dengan Leukemia Di
Ruangan Kronis Irna Kebidanan Dan Anak Rsup Dr. M. Djamil Padang. Prodi D-Iii
Keperawatan Padangpotekkes Kemenkes Padang 2017
Permono, B.,Ugrasena,I,D,W,.(2010) Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di
Indonesi. Surabya : Airlangga University Pres
Soegijanto, S. (2016) Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesi. Surabya :
Airlangga University Pres

Anda mungkin juga menyukai