Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FISIKA TENTANG

PEMANASAN GLOBAL AKIBAT LIMBAH KOTORAN SAPI

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

NAMA KELOMPOK :

1. DEWI PURWANTININGSIH (07)


2. LAILA RIFKA ANNISA (12)
3. NUR INDAH UTAMI (19)
4. ZAHRA ARIFAH (29)
(XI MIPA 4)

SMA N 2 BANTUL
Jl. R.A. KARTINI, BANTUL, YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah fisika ini. Dan tak lupa kami haturkan shalawat
serta salam kepada baginda nabi, nabi muhammad saw yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan hingga ke zaman terang benderang ini.

         Makalah ini memuat tentang pemanasan global. Dengan adanya makalah ini saya berharap
kita semua dapat lebih mengetahui tentang bagaimana pemanasan global itu. Semoga dengan
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas lagi kepada kita semua. Dalam
penulisan makalah ini mungkin masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu saya berharap pembaca dapat memberikan kritikan dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umunnya.
A. Latar Belakang
Pemanasan global atau global warming adalah kondisi peningkatan permukaan
suhu rata-rata permukaan bumi akibat konsentrasi gas rumah kaca yang berlebih.
Pemanasan global saat ini memang menjadi isu lingkungan yang sedang hangat
diperbincangkan. Hal ini dikarenakan banyak dampak yang ditimbulkan dan bahkan ada
yang mengancam kehidupan manusia. Global warming disebabkan oleh berbagai hal
seperti, pemakaian pendingin ruangan yang tidak ramah lingkungan, polusi udara dari
industri dan bahan bakar kendaraan memiliki bagian yang besar meningkatnya suhu rata-
rata di permukaan bumi. Selain dikarenakan oleh beberapa hal tersebut, pemanasan
global bisa juga disebabkan oleh kotoran sapi.
Tercatat dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock’s Long Shadow:
Enviromental Issues and Options,PBB mencatat bahwa industry peternakan
menghasilkan emisi gas rumah kaca yang paling tinggi yakni sebesar 18%. Jumlah ini
bahkan melebihi gabungan dari transportasi di seluruh dunia yang menghasilkan emisi
gas 13%. Lebih lanjut PBB mengungkapkan bahwa peternakan melepaskan
karbondioksida sebanyak 19% dan gas metana sebanyak 37%. Padahal metana ini 23 kali
lipat lebih berbahaya daipada karbondioksida.
Gas metana menjadi penyebab efek rumah kaca karena akan menahan radiasi
yang masuk ke bumi dan menahannya hingga tak bisa dibebaskan ke luar angkasa. Dalam
hal ini dibutuhkan beberapa cara untuk menyelesaikan permasalahan pemanasan global
terkait limbah kotoran sapi ini. Kita sebagai makhluk yang hidup di bumi, sudah
semestinya untuk menjaga kondisi bumi ini agar selalu baik terlepas dari takdir Tuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa limbah kotoran sapi dapat menjadi penyebab terjadinya pemanasan
global?
2. Bagaimana dampak pemanasan global akibat limbah kotoran sapi?
3. Bagaimana cara menanggulangi pemanasan global akibat limbah kotoran sapi?
C. Pembahasan
1. Hewan ternak yang biasanya menjadi hewan yang berguna bagi manusia
justru akan menjadi agen pertama kehancuran bagi dunia. Hewan-hewan
ternak ini menghasilkan emisi GRK berasal dari kotoran, sistem pernafasan,
pembukaan lahan untuk beternak, pengelolaan dan mengiriman produk
dagingnya.
Bahaya hewan ternak bukan pada dagingnya maupun bagian tubuh lainnya
tetapi pada beberapa gas yang dihasilkan selama dia hidup. Gas-gas tersebut
adalah CH4 (metana), N2O (dinitro oksida) dan CO2 (karbondioksida).
Gas-gas ternak ruminansia (sapi, domba, dan lainnya) menghasilkan CH4
lebih banyak daripada ternak nonruminansia (babi, kuda, dan lainnya) tetapi
menghasilkan gas CO2 dan N2O lebih banyak (Maryono, 2010). 1 molekul
CH4 =23 molekul CO2, bahkan 1 molekul N2O = 300 CO2. Berdasarkan
data tersebut,gas CH4 dan N2O yang dihasilkan industri peternakan akan
lebih berbahaya dari pembakaran bahan bakar fosil.
Kalau untuk beberapa hewan ternak saja, gas-gas tersebut tidaklah
berbahaya karena masih dapat dinetralisir oleh tumbuhan, tetapi akan lain
ceritanya jika ada milyaran hewan ternak yang hidup di bumi ini dan
ironisnya lagi banyak hutan dibabat untuk lahanberternak. “hal ini seperti
kita memperbanyak jumlah penghasil polusi dan mengurangu jumlah
penrtal polusi demi memperbanyak jumlah penghasil polusi”.
Limbah kotoran sapi mengahasilkan gas yang disebut metana. Metana
mempunyai rumus kimia (CH4) yang termasuk dalam golongan alkana pada
senyawa-senyawa organik. Metana mempunyai wujud gas dan merupakan
gas yang mudah terbakar sehingga bisa digunakan sebagai sumber bahan
bakar. Gas metana terdapat secara alami nemun sekarang metana banyak
dihasilkan oleh hewan-hewan ternak yang menurut FAO sebanyak 37%.
Efek pemanasan metanadi atmosfer jauh lebih kuat daripada CO2 tetapi
umur paruhnya di atmosfer hanya sekitar 8 tahun, dibandingkan dengan
CO2 setidaknya selama 100 tahun (Goodland & Anhang, 2009)
Hewan-hewan yang paling banyak menghasilkan gas CH4, adalah sapi dan
kerbau. Hal ini ditunjukkan pada tabel berikut:

No Jenis Ternak Faktor emisi metana


. (kg/ekor/tahun)
1. Sapi pedaging 47
2. Sapi perah 61
3. Kerbau 55
4. Domba 5
5. Kambing 5
6. Babi 1
7. Kuda 18
Sumber : IPCC 2006

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat kalau sapi perah, kerbau, dan sapi
pedaging yang menempati tiga teratas penghasil metana untuk hewan
ternak. Sayangnya sekarang, hewan-hewan ternak tersebut justru
mempunyai populasi yang sangat besar. Menurut laporan FAO dalam
Goodland & Anhang (2009) disebutkan bahwa jumlah hewan ternak di
dunia sebanyak 21,7 miliar, sementara menurut organisasi non-pemerintah
ada 50 miliar hewan ternak yang dipelihara di dunia setiap tahunnya di awal
200-an. Jika melihat jumlah tersebut bisa dibayangkan berapa jumlah emisi
GRK yang dihasilkan.
Industri perternakan menghasilkan 64% dari semua amonia (NH3) di dunia,
yang dampaknya dapat menghasilkan hujan asam dan hidrogen sulfida
(H2S) yang merupakan gas yang berbahaya (Natural Resource Defense
Councill, 2011). Satu perternakan di Amerika Serikat menghasilkan lebih
banyak limbah dan polusi dibanding seluruh limbah kota Houston, Texas,
Amerika Serikat (Shaplay, 2008).
Pada tahun 1996, industri sapi, babi dan ayam di Amerika Serikat
menghasilkan 1,4 miliar ton limbah ternak atau 130 kali lebih banyak dari
seluruh limbah kotoran manusia (Human Farming Association, 2010).
Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan, meliputi bahan bakar
misalnya satu potong daging sapi panggang seberat 6 ons memerlukan 16
kali energi bahan bakar fosil lebih banyak daripada satu hidangan vegan
berisi tiga jenis sayuran dan nasi. Satu kg daging sapi setara dengan
berkendara sejauh 250 km dan menyalakan lampu 100 Watt selama 20 hari
tanpa henti (NYTimes, 2005). Makanan : saat ini 80% anak-anak kelaparan
tinggal di negara yang mengekspor hasil pertanian untuk memberi makan
ternak. Memproduksi 1 kg daging sapi memerlukan 7 kg biji-bijian untuk
makanannya, yang bisa juga dikonsumsi untuk manusia (Rifkin, 2011).
2. Dampak yang ditimbulkan dari industri peternakan benar-benar sangat
mengkhawatirkan. Berikut merupakan beberapa dampak yang ditimbulkan
dari merajalelanya industri peternakan di dunia:
 Penggundulan Hutan
- Sejak 1990-an, sekitar 90% penggunaan hutan Amazon di Brazil dibabat
untuk tempat merumput sapi dan untuk menanam pakan ternak (Margulis,
2004)
- Di Queensland Australia sekitar 91% hutan dibabat untuk tempat
merumput peternakan selama periode 20 tahun (SLATS report, 2009)
 Penggunaan Air Berlebih
- Memerlukan lebih dari 20.000 liter air untuk memproduksi 1 kg daging
sapi, tapi hanya perlu 2.000 liter air untuk memproduksi 1 kg kedelai, 900
liter air untuk memproduksi gandum, dan 650 liter air untuk memproduksi
jagung (Primentel et al, 2004)
- Satu orang menggunakan lebih dari 15.000 liter air perharinya untuk orang
yang memakan daging, ini lebih banyak dari orang yang vegetarian
(Rijsberman, 2008)
 Penggunaan Tanah
- produksi peternakan menggunakan 70% dari seluruh tanah pertanian di
dunia dan 30% tanah tanpa es di planet ini ( Livestock's Long Shadow, UN,
FAO, 2006)
 Penyebaran Penyakit
- Lebih dari 65% penyakit menular manusia diketahui ditularkan melalui
hewan ternak. Flu babi dan flu burung terjadi karena kondisi kandang yang
kotor dan penjagalan yang tidak sesuai prosedur dari pabrik peternakan
menjadi pusat bakteri dan virus yang mematikan (Kathy Freston, 2010)
- Penyakit lainnya yang berhubungan dengan daging seperti TBC, listeria,
penyakit Chrohn, sapi gila, campylobacter, Staphylococus aureus, radang
paru-paru 2009 yang berjangkit di China.
- Antiboiotik yang dipakai teratur dalam peternakan menyebabkan bakteri
bermutasi, menjadi penyakit yang kebal obat (Kohanski, 2010)
 Emisi Gas Rumah Kaca
- Peternakan dan produknya bertanggungjawab terhadap 51% emisi gas
rumah kaca (Goodland & Anhang, 2009)
- Emisi CH4 yang dihasilkan hewan ternak 23 kali lebih berbahaya dari
emisi CO2 yang dihasilkan mode transportasi berbahan bakar fosil
(Goodland & Anhang, 2009)
- Emisi N2O yang dihasilkan hewan ternak 300 kali lebih panas dari emisi
CO2, dan 65% emisi N2O di dunia dihasilkan dari industri peternakan
(Goodland & Anhang, 2009).
3. Solusi dari permasalahan:
 Kurangi konsumsi daging
Penelitian yang dilakukan oleh Professor Gidon Eshel dan Pamela
Martin dari Universitas Chicago menyimpulkan bahwa mengganti pola
makan daging dengan pola makan vegetarian akan memberikan 50% lebih
efektif mencegah pemanasan global daripada mengganti sebuah mobil
SUV dengan mobil hibrida. Begitu juga dengan seorang vegetarian dengan
standar diet orang Amerika akan menghemat 1,5 ton emisi rumah kaca
setiap tahunnya. Dengan mengurangi konsumsi daging maka secara
otomatis produsen hewab ternak juga akan mengurangi jumlah hewan
ternaknya. Jadi kita mulai dari diri kita sendiri untuk menyelamatkan
dunia.
D. Kesimpulan
Hewan-hewan ternak ini menghasilkan emisi GRK berasal dari kotoran, sistem
pernafasan, pembukaan lahan untuk beternak, pengelolaan dan mengiriman produk
dagingnya. Bahaya hewan ternak bukan pada dagingnya maupun bagian tubuh lainnya
tetapi pada beberapa gas yang dihasilkan selama dia hidup. Kalau untuk beberapa hewan
ternak saja, gas-gas tersebut tidaklah berbahaya karena masih dapat dinetralisir oleh
tumbuhan, tetapi akan lain ceritanya jika ada milyaran hewan ternak yang hidup di bumi
ini dan ironisnya lagi banyak hutan dibabat untuk lahanberternak. “hal ini seperti kita
memperbanyak jumlah penghasil polusi dan mengurangu jumlah penrtal polusi demi
memperbanyak jumlah penghasil polusi”. Dampak yang ditimbulkan dari industri
peternakan benar-benar sangat mengkhawatirkan. Misalnya penggunaan air berlebih,
penggundulan hutan, penggunaan tanah, dansebagainya. Solusi untuk permasalahan
tersebut mungkin terselesaikan dalam bidang pengelolaan daginya, contohnya
mengurangi konsumsi daging.

E. Daftar Pustaka
http://www.slideshare.net/mobile/TisnaDwija/ancaman-pemanasan-global-oleh-
hewan-ternak

Henning Steinfeld, Pierre Gerber, Tom Wassenaar, Vincent Castel, Mauricio


Rosales, Cees de Haan, 2006, Livestock's Long Shadow, Food and Agriculture
Organization of the United Nations

https://www.hfa.org/

Anda mungkin juga menyukai