Inflasi (inflation) merupakan salah satu bahasan utama dalam kajian ekonomi. Besaran
inflasi sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi (economic growth) suatu negara.
Inflasi sering digunakan sebagai alasan atas tidak tercapainya target pertumbuhan
ekonomi.
Tak jarang juga inflasi dimanfaatkan sebagai alat kampanye bagi calon pemimpin untuk
merebut suara para pemilih, dengan janji-janji untuk mengendalikannya.
Bahkan di 1974, presiden Amerika Serikat saat itu, Gerald R. Ford, menyatakan bahwa
inflasi merupakan musuh nomor satu Amerika Serikat.
Untuk itu, dalam tulisan ini kita akan belajar tentang hakikat inflasi, faktor yang
menyebabkan inflasi, serta kebijakan ekonomi untuk mengendalikan inflasi.
Blanchard menyatakan bahwa inflasi adalah ‘a sustained rise in the general level of
prices’ (Blanchard, Olivier, Macroeconomics, 4th edition, 2006).
Angka inflasi diukur dalam satuan persen (rate). Salah satu metode pengukuran
inflasi adalah dengan mengetahui besarnya indeks harga konsumen
(IHK) atau consumer price index (CPI).
Misalnya: angka CPI di tahun dasar adalah 100, sementara tahun ini penghitungan CPI
mencapai 105, maka tingkat inflasi (inflation rate) pada tahun ini adalah sebesar 5%
((105/100) - (100/100))x 100%).
Sebenarnya tidak ada patokan tertentu terkait tingkat inflasi yang dianggap wajar,
namun demikian ada kisaran (range) yang bisa membantu pengambil kebijakan ekonomi
dalam menentukan tingkat inflasi yang ditargetkan dalam satu tahun ekonomi, yakni:
angka inflasi 0% - 2.5%, artinya perekonomian dalam kondisi stabil.
angka inflasi 2.5% - 5%, mengindikasikan tingkat inflasi moderat/sedang.
angka inflasi 5% - 8%, termasuk kategori inflasi tinggi.
tingkat inflasi diatas 8%, artinya perekonomian memasuki fase inflasi
berbahaya, dengan dampak lanjutan berupa hiperinflasi.
(Hellerstein, Rebecca, The Impact of Inflation, Federal Reserve Bank of Boston, 1997).
Pembahasan lebih lengkap terkait Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index) dan
penghitungan tingkat inflasi bisa dibaca di artikel Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga
Produsen, dan Penentuan Tingkat Inflasi.
Dengan banyaknya faktor pemicu inflasi, pengambil kebijakan ekonomi harus berhati-
hati dalam setiap pengambilan kebijakan fiskal, moneter, maupun dalam menjaga
keseimbangan demand dan supply.
Jika terjadi inflasi yang tidak diharapkan, kebijakan tertentu bisa diterapkan,
misalnya bank sentral melakukan contractionary policy, yakni dengan menaikkan
tingkat suku bunga acuan, sehingga bisa menekan permintaan (sebagian pelaku
ekonomi akan menahan uang mereka dan tidak menggunakannya untuk konsumsi).
Selain itu, bank sentral juga bisa memperketat aturan untuk memperoleh kredit
(pinjaman). Pada umumnya kebijakan seperti ini dalam jangka pendek bisa berdampak
negatif pada perekonomian, misalnya pada sektor perumahan.
Bisa disimpulkan bahwa mengelola laju inflasi agar tetap stabil merupakan langkah
terbaik, sebab jika inflasi sudah tidak terkendali, maka ongkos yang harus dikeluarkan
menjadi sangat mahal.
Pada saat itu, kebijakan yang diambil pada umumnya berupa penambahan subsidi
dan/atau pengurangan anggaran negara di sektor tertentu untuk meminimalisir dampak
inflasi.
Demikian uraian terkait konsep dasar inflasi, faktor pemicu inflasi, serta kebijakan
ekonomi untuk menanggulanginya. **
ARTIKEL TERKAIT :
Kartel, Struktur Pasar Monopolistik, dan Inefisiensi Ekonomi
Memahami Makna Economic Bubbles (Gelembung Ekonomi)
Arti dan Fungsi Indeks Keyakinan Konsumen (Consumer Confidence Index) dalam
Perekonomian
Konsep Purchasing Power Parity dan Pemanfaatannya dalam Perdagangan dan Pasar
Uang
Share25