Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Kondisi politik yang terjadi pada tahun 2014 cukup menguras emosi masyarakat Indonesia,
mulai dari kasus Mercusuar di perbatasan Kalbar dan Malaysia hingga kasus penyadapan yang
dilakuakn oleh Australia yang tidak tuntas dalam penyelesaian masalah. Terlebih lagi pada tahun
tersebut akan dilaksanakan pesta demokrasi yaitu Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Hal
ini dijadikan tema dalam Konferensi Guru Besar Indonesia yang diadakan sebulan sebelum
PILPRES sebagai sarana dalam menyumbangkan pemikiran kritis terhadap kodisi dan situasi
yang dialami bangsa Indonesia. Pada Bab 6 ini ditampilkan dua makalah yang berisi tentang
kondisi bangsa Indonesia yang begitu memprihatinkan dalam upaya pembangunan Indonesia
yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian dengan segala kendala dan kemacetan yang
dihadapi. Bangsa Indonesia sebenarnya memiliki banyak potensi kekayaan alam namun karena
belum mandirinya pengelolaan yang ada mengakibatkan potensi yang ada tidak digunakan secara
bijak dan cenderung merugikan bangsa Indonesia.

Kata kunci : Kekayaan Alam, Berdaulat, Mandiri


RINGKASAN

Konferensi Guru Besar Indonesia VI pada tahun 2014 di Denpasar, Bali diapaprkan
secara jelas pada Bab 6. Konferensi ini dilaksanakan sebulan sebelum PILPRES 2014. Penulis
memaparlkan dalam konferensi ini peserta dan narasumber lebih sedikit dari pada tahun
sebelumnya dikarenakan adanya partisipasi dalam pemilihan sebagai Tim Sukses masing-masing
CAPRES. Peserta dan narasumber yang hadir menyumbangkan pemikiran dan pendapatnya
mengenai krisis yang dihadapi masyarakat terutama krisis kepemimpinan bangsa ini.

Pembahasan dalam Konferensi ini ditampilkan dua makalah dari pembicara utama yang
tidak dapat hadir. Dalam kedua makalah ini menggambarkan kondisi bangsa terutama dalam hal
demokrasi, supremasi hukum, moralitas dan pendidikan. Dalam penyelesaiannya terdapat
hubungan landasan kebangsaan dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Makalah pertama yang ditulis oleh Prof. Dr. Sofian Effendi masih optimis terhadap
penataan kembali demokrasi dan supremasi hukum yang ada di Indonesia dengan
memaksimalkan fungsi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Namun penulis
makalah pertama ini begiitu prihatin terhadap kondisi bangsa yang mengarah pada kemacetan
yang disebabkan oleh kepemimpinan yang lebih mementingkan diri sendiri dan golongan.

Makalah kedua ditulis oleh Prof. Dr. Suroso Imam Zazuli yang menitik beratkan pada
bidang ekonomi sebagai upaya penggalangan keutuhan dan kedaulatan bangsa. Menurutnya
Indonesia memiliki berbagai kelebihan dalam berbagai bidang perekonomian seperti dalam
bidang perkebunan, Indonesia memiliki lahan yang luas dan subur. Bidang perikanan, kehutanan
dan pertambangan bangsa kita memiliki potensi kekayaan alam yang tidak terbilang, seharusnya
dapat menciptakan kemakmuran, kesejahteraan dan meningkatkan harga diri bangsa kita. Namun
dalam implementasinya belum ada aksi nyata dalam pengolahan potensi tersebut.

Berbagai komoditas impor yang didatangkan untuk memenuhi kebutuhan rakyat


nyatanya membunuh usaha kecil milik masyarakat dan memperlemah neraca perdagangan
Indonesia. Hal ini menyebabkan kurangnya daya tawar Indonesia di kancah internasional
sehingga berkurangnya pula disegai bangsa kita oleh bangsa lain. Ketidakmandirian dan
kurangnya kepercayaan bangsa Indonesia dalam membangun dan mengelola sumber daya yang
akan akan semakin memperburuk kondisi yang kita alami saat ini.
TANGGAPAN

Neraca perdagangan atau trade balance yang disinggung oleh penulis pada bagian
terakhir bab ini adalah selisih nilai total ekspor suatu negara dengan nilai total impornya.
Menurut penulis, Indonesia mengelami pelemahan dalam neraca perdagangan. Saya setuju
dengan penulis yang menyatakan hal tersebut karena bangsa kita sendiri mengalami pelemahan
dalam nilai tukar mata uang dengan mata uang negara lain dan harga produk-produk yang
diimpor dari mancanegara menjadi lebih mahal dibanding produk-produk yang diekspor. Hal
tersebut merupakan dampak dari melemahnya neraca perdagangan di Indonesia. Jika tidak segera
ditangani permasalahan ini akan berdampak pada jumlah impor yang semakin tinggi, kemudian
kekayaan negara terus tergerogoti karena harus membayar lebih banyak kepada pihak lain,
sementara pendapatan yang dihasilkan semakin minim dan matinya usaha yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia.
SISTEM POLITIK INDONESIA

Abstrak, Ringkasan dan Tanggapan

Buku Ketidakadilan, Kemiskinan, Keterpurukan dan Terorisme

Bab 6

NAMA : PRATIWI ARDI LESTARI

NPP : 29.1193

KELAS : E2

ABSEN 22

PRODI : MSDM SEKTOR PUBLIK

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PUBLIK


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS KALIMANTAN BARAT
TAHUN AJARAN 2019/2020
ABSTRAK

Rezim represif yang berlaku di Indonesia selama 30 tahun telah menyababkan banyaknya
penindasan terhadap rakyat dan banyaknya ketidakadilan dalam penegakan hukum. Tatanan
dalam rezim represif yang memberikan otoritas penuh terhadap penguasa membuat penguasa
bertindak sewenang-wenang dan tidak ada lagi kepedulian terhadap rakyatnya, oleh karena itu
segala kemungkinan kembalinya rezim tersebut haruslah ditutup.
Bab 7 ini membongkar kasus-kasus yang banyak terabaikan, pemerintah bagaikan tutup mata
dan telinga terhadap permasalahan yang terjadi pada bangsa kita. Selain itu moralitas korup,
pembohongan publik dan penghancuran sistem semakin merajalela akibat kurangnya
pengahayaatan nilai-nilai Pancasila. Tindakan yang jelas-jelas menetang nilai dalam Pancasila
harus segera ditumpas terhadap segala kalangan masyarakat untuk menyelamatkan masa depan
generasi Indonesia.

Kata kunci : Rezim represif, Moralitas korup, Nilai Pancasila


RINGKASAN

Reformasi birokrasi yang dibangun setelah terpuruknya bangsa Indonesia dalam rezim
represif selama 30 tahun harusya tidak hanya pada perombakan individu dan struktur formal.
Dalam reformasi ini harus adanya penyusunan kembali sruktur, sistem hingga karakter dan
moralitas manusia birokrasi agar tercapainya reformasi birokrasi yang menghasilkan keadilan,
kemanusiaan terhadap rakyat kecil yang terpinggirkan.

Pembelengguan kebebasan, pragmatisme, mentalitas korup, pembohongan publik dan


ketidakadilan yang pernah terjadi pada rezim represif cukup membuat bangsa ini jatuh dalam
keterpurukan. Penegakan hukum yang kurang tegas dan akademisi yang kurang mampu
mengungkap realitas mengakibatkan meningkatnya penghancuran sistem bangsa Indonesia.
Beruntunglah masih ada kerja keras KPK dengan dukungan penuh dari rakyat dalam
memberantas tindakan korupsi.

Eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam yang ada di daerah-daerah telah
menciptakan kemiskinan serta penghancuran lingkungan, terlebih ekploitasi ini dilakukan tanpa
izin resmi dari pemerintah dan cenderung bagaikan “perampokan”.Kongkalikong antar
pengusaha dalam negeri dan luar negeri yang ingin menguntungkan dirinnya sendiri dengan
memanfaatkan oknum pejabat menambah kesemrawutan yang dialami oleh bangsa ini.

Bab ini menegemukakn pendapat Prof. Cipta dan Prof. Emiritus mengenai Pancasila yang
semakin hari semakin hilang eksistensinya dalam masyarakat perlu ditangani segera. Menurut
Prof. Emiritus saat era orde baru Pancasila tidak hanya dijadikan sebagai “jargon politik” saat
pemilu saja, melainkan pelaksanaan secara murni dan konsekuen. Bahkan saat itu jika ada
sebuah dalih “tidak Pancasilais” siapa pun itu akan menjadi korban penembakan misterius
(Petrus) atau penculikan.

Dalam sesi lain, Prof. Cipta menanggapi kondisi pelakasanaan Pancasila yang
menurutnya telah lama masuk kedalam tong sampah dikarenakan banyaknya penyimpangan
dalam nilai Pancasila. Menurutnya Pancasila tidak perlu diajarkan pada sekolah-sekolah maupun
perguruan tinggi sebelum dapat memperbaiki bobroknya masyarakat Indonesia. Perbaikan ini
dapat dimulai dengan pendidikan yang demokratis, jujur, disiplin dan kerja keras. Sehingga
Pancasila tidak hanya ada dalam pembicaraan dan teori dalam tulisan namun terwujud dalam
tindakan yang nyata.
TANGGAPAN

Pada bagian terakhir buku ini terdapat sebuah pernyataan penulis mengenai sebagian guru
besar Indonesia tidak mengizinkan mahasiswanya mencantumkan Pancasila dalam tulisan
mereka, selama tindakan dan perilaku mereka masih bertentangan dengan nilai-nilai dalam
Pancasila. Saya setuju dengan pernyataan ini, karena seharusnya Pancasila tidak hanya dijadikan
landasan bangsa atau bahkan hanya sebagai landasan teori dalam sebuah jurnal. Namun
Pancasila yang ada tertuang dalam kehidupan sehari-hari dan terimplementasi dalam setiap sendi
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Dengan adanya penerapan nilai Pancasila ini
karakter dan moralitas bangsa akan kembali sehingga pembangunan bangsa akan selaras dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
SISTEM POLITIK INDONESIA

Abstrak, Ringkasan dan Tanggapan

Buku Ketidakadilan, Kemiskinan, Keterpurukan dan Terorisme

Bab 7

NAMA : PRATIWI ARDI LESTARI

NPP : 29.1193

KELAS : E2

ABSEN 22

PRODI : MSDM SEKTOR PUBLIK

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PUBLIK


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS KALIMANTAN BARAT
TAHUN AJARAN 2019/2020
ABSTRAK
Desain masa depan bangsa Indonesia yang selama ini diidam-idamkan dan menjadi janji manis
para pemimpin bangsa hingga saat ini belum terlihat realisasi dan usaha dalam mewujudkannya.
Rencana hanya sebatas wacana yang tak kunjung jadi nyata, pengisian kemerdekaan bagaikan
isapan jempol belaka yang hanya memikirkan tujuan diri sendiri serta kepentingan individu
maupun golongan.
Dalam Bab 8 ini berisi makalah dari Prof. Swasono yang mengungkapkan bagaimana upaya
dalam mendesain masa depan bangsa dengan menghubungkan antara kearifan lokal,
profesionalisme serta peran kepemipian nasional yang akan menggiring bangsa Indonesia
kedalam kancah internasional. Pluralisme yang menjadi ajang perpecahan dan pertikaian bangsa
harus diubah menjadi sebuah ikatan erat dengan kebersamaan serta semangat nasinalisme dan
patriotisme. Dalam mencapai tujuan nasional terdapat doktrin yang harus tertanam dalam diri
seorang pemimpin yaitu doktrin kebangsaan, kerakyataan dan kemanusiaa sehingga dapat
menjadi seorang pemimpin yang kuat, keras dan disegani. Dengan diterapkannya doktrin tersebut
pemimpin diharapkan tidak berbuat sewenang-wenang dan mengurangi dampak kesenjangan
pembangunan yang terjadi di daerah-daerah perbatasan Indonesia.

Kata kunci : Kearifan lokal, Pluralisme, Doktrin, Nasionalisme,Patrotisme


RINGKASAN

Para pemimpin mulai dari akhir 1960-an hingga era reformasi hanya memperdulikan
eksistensi dan status quo sistem politik yang saling mendominasi untuk kepentingan individu,
kelompok politik dan partai ketimbang kepentingan rakyat dan bekerja secara profesionalisme.
Dalam makalahnya Prof. Swarno menyatakan jika pemimpin negeri ini belum benar-benar ingin
mandiri dan belum sepenuhnya menjalankan kearifan lokal atau budaya, sebagian besar kearifan
tersebut dilanggar diberbagai tempat dan disalah gunakan.

Konflik dan permusuhan antar etnis, agama dan ideologi yang kerap terjadi di negeri ini
salah satu penyebabnya adalah penyimpangan terhadap kearifan lokal, kehancuran lingkungan
dan ketidakadilan pembangunan di daerah-daerah. Selain itu trend korupsi berjamaah,
pembohongan publik serta penghancuran sistem pendidikan dan hukum menambah parah konflik
yang ada.

Menurutnya untuk menjadi bangsa besar dan disegani perlu adanya sesosok pemimpin
yang memiliki keberanian, kejujuran dan kerja keras dalam upaya melaksanakan tujuan
kemerdekaan bangsa. Oleh karena itu, Prof. Swarsono menyatakan untuk menjadi seorang
pemimpin yang disegani, seorang pemimpin wajib memahami dan melaksanakan doktrin-doktrin
yaitu : doktrin kebangsaan dan doktrin kerakyatan.

Doktrin pertama yakni kebangsaan, erat kalitannya dengan keberagaman yang ada sejak
awal berdirinya bangsa ini. Multikulturalisme yang melekat dalam masyarakat disatukan oleh
rasa kebersamaan, semangat nasioalisme dan patriotisme. Selain itu dengan adanya keberagaman
yang ada seorang pemimpin dituntut untuk dapat bekerja profesional dengan bekerja sepenuh
jiwa raga tanpa menerima bayaran diluar dari keahlian, profesi dan pelayanan yang ia berikan.

Doktrin kedua, kerakyatan yang berintikan mengenai keutaamaan kepentingan rakyat


dalam semua sendi kehidupan. Dalam demokrasi kedaulatan berada ditangan rakyat dan untuk
rakyat, kerenanya pembangunan haruslah tepat sasaran dengan mampu menggusur kemiskinan
tanpa adanya perbedaan-perbedaan antar rakyat.

Teori pembangunan yang telah diajarkan ialah pembangunan yang berdasarkan dengan
kepentingan rakyat dan keberpihakan kepada rakyat kecil. Pelaksanaan pembangunan harus
selalu diawasi agar tidak adanya pihak berwenang yang sering melupakan rakyat di daerah
pedalaman dan perbatasan sehingga terjadinya sebuah kesenjangan yang amat parah.
TANGGAPAN

Pembangunan yang tidak merata, bobroknya birokrasi dan kesenjangan yang begitu
kontras seperti yang dipaparkan oleh penulis dalam Bab 8 ini memang benar adanya. Dalam Bab
ini di berikan beberapa kasus kesenjangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia di daerah
perbatasasan maupun pedalaman. Kesenjangan dalam bidang sosial ekonomi, pendidikan, sarana
dan prasaran, transportasi serta kesehatan yang dialami oleh rakyat diperbatasan sangatlah
memprihatinkan, hal tersebut telah terjadi begitu lama setelah lebih dari 70 tahun bangsa
Indonesia merdeka. Kurangnya kesadaran dan kepedulian para pemimpin bangsa semakin
memperburuk kondisi saudara kita yang mengalami kesenjangan tersebut.

Selain itu terdapat kasus Mercusuar yang didirikan di Pulau Tanjung Datok yakni
pebatasan Kalimantan dan Malaysia, kasus ini bagaikan angin lalu bagi pemerintah dan tidak
adanya tindakan tegas mengenai permmasalahan ini. Dengan menilai kasus ini pemerintah
bagaikan tidak peduli lagi terhadap daerah perbatasan sehingga menyebabkan masyarakat
bereaksi spontan dengan membiarkan masalah tersebut untuk melihatkan betapa buruknya
Pemerintah Pusat dalam menangani permasalahan di wilayah perbatasan.
SISTEM POLITIK INDONESIA

Abstrak, Ringkasan dan Tanggapan

Buku Ketidakadilan, Kemiskinan, Keterpurukan dan Terorisme

Bab 8

NAMA : PRATIWI ARDI LESTARI

NPP : 29.1193

KELAS : E2

ABSEN 22

PRODI : MSDM SEKTOR PUBLIK

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PUBLIK


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS KALIMANTAN BARAT
TAHUN AJARAN 2019/2020
ABSTRAK

Mewujudkan masa depan bangsa adalah dengan cara sadar dengan cita-cita yang sejak dulu
dirumuskan dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan secara spontan bekerja keras
dalam mewujudkannya. Pengahayatan dan pengamalan terhadap Bhineka Tunggal Ika dan
Pancasila untuk mempersatukan dan memperkokoh kehidupan bangsa serta membangun manusia
seutuhnya.
Bab 9 dari buku Ketidakadilan, Kemiskinan, Keterpurukan dan Terorime mengungkap mengenai
harapan yang tak kunjung terwujud terhadap cita-cita bangsa dikarekan gagalnya persatuan
bangsa, kurangnya kebersamaan dan toleransi dalam kehidupan bernegara serta pembangunan
manusia yang tidak kunjung memperlihatkan hasil nyata. Selain itu munculnya etnosentris
diberbagai daerah menambah regangnya kesatuan yang ada dalam NKRI, istilah “putra daerah”
menjadi momok bagi orang luar daerah untuk menyalurkan kemapuan dan kerampilannya dalam
membangun daerah.

Kata kunci : Supremasi Hukum, Etnosentris, Toleransi


RINGKASAN

Dalam Bab 9 ini penulis memaparkan mengenai faktor-faktor tak kunjung tercapainya
cita- cita bangsa. Yang pertama adalah dalam sidang Komisi 3 sebagai narasumber Prof. Dr. I
Wayan Wita dan Prof. Dr. Afrisan menwarkan tiga hal pokok dalam mencapai cita-cita bangsa,
yaitu : (1) Pancasila Pemersatu Bangsa dan Memeperkokoh Kebersamaan, (2) Penegakan
Supremasi Hukum dan Penanggulanagan Upaya Kriminalisasi Intuisi, (3) Pembangunan
Manusia Seutuhnya.

Menurut penulis tujuan dan cita-cita bangsa terancam gagal walaupun adanya lopatan
tekonologi dikarenakan terancam gagalnya persatuan bangsa, kebersamaan dalam kehidupan
berbangsa hingga pembangunan manusia. Selain itu hutang luar negeri yang mengalami
pembengkakan setiap tahun memabah beban yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia seperti
banyaknya perusahaan negeri yang mengalami gulung tikar.

Selanjutnya menurut penulis sikap ketidakpedulian dalam berbagai konteks juga semakin
memberi kesan bahwa bangsa ini hanya peduli pada barang sendiri tidak pada barang milik
negara. Ketidakpedulian ini tidak hanya dalam hal barang milik negara, namun juga dengan
segala hal yang terjadi di sekitar kita. Salah satu contoh ketidakpedulian ini adalah maraknya
kedaulatan bangsa yang dilanggar di daerah perbatsan Indonesia karena sifat tamak dan
keculasan yang kita miliki.

Hasil negatif dari negara reformasi menurut pemaparan penulis adalah sifat etnosentris
(perasaan kesukuan) yang semakin menguat. Hal ini menyebabkan munculnya istilah “putra
daerah” telah menjadi momok bagi dari luar daerah untuk menjadi pegawai, karyawan dan
pejabat daerah lain. Tak hanya hal negative yang muncul akibat etnosentris ini, menurut penulis
dalam masyarakat etnis akan muncul kesadaran dari dalam dan dari luar. Kesadaran dari dalam
mengandung nilai positif yaitu dengan menghargai kelompok lain. Kesadaran dari luar bersifat
positif dengan mendorong pencapaian tinggi dalam pendidikan yang menjadi pencapaian
ekonomi politik kelompok etnis lain. Sebaliknya kesadaran etnis luar membawa dampak negatif
berupa kekerasan dalam meraih status ekonomi politik.
TANGGAPAN

Kesukuan atau etnosentris yang terjadi di daerah-daerah Indonesia seperti yang


dipaparkan oleh penulis yang bersifat kekerasan dan membentuk kelompok-kelompok politik
serta menutup diri, menurut saya tersebut tidak seperti itu lagi. Masyarakat mungkin masih
membentuk kelompok etnis berdasarkan asal kelahiaran, budaya maupun sejarah yang penah
mereka alami. Sering dengan perkembangan zaman, masyarakat etnis dapat berbaur dan
membuka diri terhadap pendatang yang mengadukan nasib di tanah mereka, bahkan banyak
masyarakat pendatang yang terilih menjadi pemimpin di daerah tempat tanggal etnis tersebut.
Meskipun beberapa etnis tertentu masih menutup diri, hal itu semata-mata kerana mereka ingin
tetap menjaga warisan adat dan budaya yang mereka miliki.
SISTEM POLITIK INDONESIA

Abstrak, Ringkasan dan Tanggapan

Buku Ketidakadilan, Kemiskinan, Keterpurukan dan Terorisme

Bab 9

NAMA : PRATIWI ARDI LESTARI

NPP : 29.1193

KELAS : E2

ABSEN 22

PRODI : MSDM SEKTOR PUBLIK

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PUBLIK


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS KALIMANTAN BARAT
TAHUN AJARAN 2019/2020
SISTEM POLITIK INDONESIA

Abstrak, Ringkasan dan Tanggapan

Buku Ketidakadilan, Kemiskinan, Keterpurukan dan Terorisme

Bagian Kedua

NAMA : PRATIWI ARDI LESTARI

NPP : 29.1193

KELAS : E2

ABSEN 22

PRODI : MSDM SEKTOR PUBLIK

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PUBLIK


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS KALIMANTAN BARAT
TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai