Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA TERPADU PADA


SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Disusun Oleh :
KESY ZHULFA KASI
2010069P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CIITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Penanggulangan
Bencana Terpadu Pada Sistem Pelayanan Kesehatan” ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada
program studi ilmu keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu, selaku dosen yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Sempan, 15 Maret 2020

Kesy Zhulfa Kasi


DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................................5
A. Struktur Operasi Tanggap Darurat...........................................................................5
B. Sistem Manajemen Bencana Nasional........................................................................6
C. Standar Sistem Manajemen Keadaan Darurat.........................................................7
D. Manajemen Bencana Berbasis Komunitas...............................................................8
E. Manajemen Bencana yang Sesuai untuk Indonesia...............................................9
BAB III : PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian gawat darurat tentunya tidak bisa kita prediksi, kapanpun dan dimanapun
seseorang dapat mengalami kejadian kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera. Keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat kecacatan fisik atau bahkan sampai
kematian. Banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian gawat darurat, antara lain
kecelakaan, tindakan anarkis yang membahayakan orang lain, kebakaran, penyakit dan
bencana alam yang terjadi di Indonesia. Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 19 tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang bertujuan meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kegawatdaruratan dan mempercepat waktu penanganan (respon time) korban/ pasien gawat
darurat serta menurunkan angka kematian dan kecacatan. SPGDT berpedoman pada respon
cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh
masyarakat, tenaga kesehatan, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.

Di Indonesia SPGDT atau yang di negara lain disebut EMS (Emergency Medical
Services) belum menunjukkan hasil maksimal, sehingga banyak dikeluhkan oleh masyarakat
ketika mereka membutuhkan pelayanan kesehatan. Keberhasilan penanganan korban/pasien
gawat darurat ini tergantung pada beberapa komponen, yaitu pada penyelenggaraan SPGDT
yang terdiri atas sistem komunikasi gawat darurat, sistem penanganan korban/ pasien gawat
darurat dan sistem transportasi gawat darurat yang harus saling terintegrasi satu sama lain.

B. Rumusan Masalah
1. Struktur Operasi Tanggap Darurat
2. Sistem Manajemen Bencana Nasional
3. Standar Sistem Manajemen Keadaan Darurat
4. Manajemen Bencana Berbasis Komunita
5. Manajemen Bencana yang Sesuai Untuk Indonesia

C. Tujuan
Untuk mendeskripsikan sistem penanggulangan bencana terpadu pada sistem
pelayanan kesehatan saat ini. Agar kita mengetahui apa saja yang akan kita lakukan jika
dalam melakukan penanggulangan bencana gawat darurat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Operasi Tanggap Darurat


1. Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
2. Penyelenggaraan Penanggulanggan Bencana
Penyelenggaraan penanggulanggan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan becana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
3. Tanggap Darurat Bencana
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
4. Korban Bencana
Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal
dunia akibat bencana.
5. Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana
Sistem komando tanggap darurat bencana adalah suatu sistem penanganan darurat
bencana yang digunakan oleh semua instansi/lembaga dengan mengintegrasikan
pemanfaatan sumberdaya manusia, peralatan dan anggaran.
6. Tim Reaksi Cepat BNPB/BPBD
Tim reaksi cepat BNPB/BPBD adalah tim yang ditugaskan oleh Kepala BNPB/BPBD
sesuai dengan kewenangannya untuk melakukan kegiatan kaji cepat bencana dan
dampak bencana, serta memberikan dukungan pendampingan dalam rangka
penanganan darurat bencana.
7. Komando Tanggap Darurat Bencana
Komando tanggap darurat bencana adalah organisasi penanganan tanggap darurat
bencana yang dipimpin oleh seorang Komandan Tanggap Darurat Bencana dan
dibantu oleh Staf Komando dan Staf Umum, memiliki struktur organisasi standar
yang menganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas dan
memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan
instansi/lembaga/organisasi terkait untuk pengerahan sumberdaya.
8. Staf Komando
Staf komando adalah pembantu Komandan Tanggap Darura tencana dalam
menjalankan urusan sekretariat, hubungan masyarakat, perwakilan instansi/lembaga
serta keselamatan dan keamanan.
9. Staf Umum
Staf umum adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam
menjalankan fungsi utama komando untuk bidang operasi, bidang perencanaan,
bidang logistik dan peralatan serta bidang administrasi keuangan untuk penanganan
tanggap darurat bencana yang terjadi.
10. Fasilitas Komando Tanggap Darurat Bencana
Fasilitas komando tanggap darurat bencana adalah personil,sarana dan prasarana
pendukung penyelenggaraan penanganan tanggap darurat bencana yang dapat terdiri
dari Pusat Komando, Personil Komando, gudang, sarana dan prasarana transportasi,
peralatan, sarana dan prasarana komunikasi serta informasi.

B. Sistem Manajemen Bencana Nasional


Sistem manajemen bencana adalah identifikasi dan penilaian risiko bencana. Risiko
bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan
kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Pengurangan risiko bencana dilakukan melalui kegiatan:
a. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
b. perencanaan partisipatif penanggulang bencana;
c. pengembangan budaya sadar bencana;
d. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan
e. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin


terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat
dari ancaman, risiko, dan dampak bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana
meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana.
 Tahap prabencana dapat dibagi menjadi kegiatan mitigasi dan preparedness
(kesiapsiagaan). Selanjutnya, pada tahap tanggap darurat adalah respon sesaat setelah
terjadi bencana. Pada tahap pascabencana, manajemen yang digunakan adalah
rehabilitasi dan rekonstruksi. Tahap prabencana meliputi mitigasi dan kesiapsiagaan.
Upaya tersebut sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana
sebagai persiapan menghadapi bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian.
 Tahap tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.
Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada tahap
tanggap darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana antara lain:
a. Menyelamatkan diri dan orang terdekat.
b. Jangan panik.
c. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.
d. Lari/menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang apa pun.
e. Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri.
 Tahap pascabencana meliputi usaha rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai upaya
mengembalikan keadaan masyarakat pada situasi yang kondusif, sehat, dan layak sehingga
masyarakat dapat hidup seperti sedia kala sebelum bencana terjadi, baik secara fisik dan
psikologis.

C. Standar Sistem Manajemen Keadaan Darurat


Manajemen bencana adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan
bencana dan keadaan darurat, sekaligus memberikan kerangka kerja untuk menolong
masyarakat dalam keadaan beresiko tinggi agar dapat menghindari ataupun pulih dari
dampak bencana. Skala dan status bencana menurut UU nomor 24 tahun 2007, ditentukan
oleh presiden. Penentuan skala dan status bencana ditentukan berdasarkan kriteria jumlah
korban dan material yang dibawa oleh bencana, infrastruktur yang rusak, luas area yang
terkena, sarana umum yang tidak berfungsi, pengaruh terhadap sosial ekonomi dan
kemampuan sumber daya lokal untuk mengatasinya. Tujuan dari manajemen bencana:
 Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang
dialami oleh perorangan, masyarakat negara.
 Mengurangi penderitaan korban bencana dan mempercepat pemulihan.
 Memberikan perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat
ketika kehidupannya terancam.

1. Manajemen Risiko Bencana


Manajemen Risiko Bencana adalah pengaturan/manejemen bencana dengan
penekanan pada faktor-faktor yang bertujuan mengurangi risiko saat sebelum
terjadinya bencana. Manajemen risiko ini dilakukan dalam bentuk :
 Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
 Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
 Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna. Kesiapsiagaan ini sebenarnya masuk manajemen darurat, namun letaknya di pra
bencana. Dalam fase ini juga terdapat peringatan dini yaitu serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
2. Manajemen Kedaruratan
Manajemen kedaruratan adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan
penekanan pada faktor-faktor pengurangan jumlah kerugian dan korban serta
penanganan pengungsi saat terjadinya bencana dengan fase nya yaitu :
 Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana.
3. Manajemen Pemulihan
Manajemen pemulihan adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan
penekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan
lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh
setelah terjadinya bencana dengan fase-fasenya nya yaitu :
 Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
 Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pascabencana.
4. Manajemen Logistik
Manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana menganut pola
penyelenggaraan suatu sistem yang melibatkan beberapa lembaga atau sistem
kelembagaan dalam berbagai tingkatan teritorial wilayah, mulai dari: Tingkat
Nasional, Tingkat Provinsi, Tingkat Kabupaten/Kota.
Dengan melibatkan banyak kelembagaan ini berbagai konsekuensi akan terjadi
termasuk di dalamnya adalah sistem manajemen yang mengikuti fungsinya, sistem
komando, sistem operasi, sistem perencanaan, system administrasi dan keuangan,
sistem komunikasi dan sistem transportasi.
Masing-masing tingkat kelembagaan dalam melaksanakan manajemen logistik dan
peralatan penanggulangan bencana menggunakan pedoman delapan tahapan
manajemen logistik dan peralatan, yang pada masingmasing tingkat lembaga
penyelenggara memiliki ciri-ciri khusus sebagai konsekuensi sesuai dengan tingkat
kewenangannya.

D. Manajemen Bencana Berbasis Komunitas


Bencana alam sering terjadi di Indonesia, Kementerian Sosial membuat kebijakan
program kampung siaga bencana dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana membuat
kebijakan program desa/kelurahan tangguh bencana. Keduanya, merupakan kebijakan
pemerintah dalam penanggulangan bencana berbasis komunitas. Sehingga terkesan terjadi
tumpang tindih program. Oleh karena itu penelitian ini membandingkan kebijakan program
kampung siaga bencana dan desa tangguh bencana dilihat dari lembaga pembuat kebijakan,
tujuan, konsep desa/kelurahan dan kampung, organisasi pelaksana, pelaksana, mitra
organisasi, konteks ekologikal, protokol intervensi, populasi target.
Konsep kampung pada kampung siaga bencana cenderung pada merek program bukan
kampung sebagai wilayah sedangkan pada desa/ kelurahan merupakan konsep kewilayahan
desa/kelurahan itu sendiri. Tujuan dari kampung siaga bencana cenderung lebih kompleks
yaitu memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat, membentuk jejaring dan
memperkuat interaksi sosial, mengorganisasikan, menjamin kesinambungan,
mengoptimalkan potensi dan sumber daya sedangkan pada desa/kelurahan tangguh bencana
lebih cenderung sebagai upaya peningkatan penanggulangan berbasis komunitas.
Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan harus ditangani secara serius sejak
terjadinya gempabumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh dan sekitarnya pada 2004.
Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat komprehensif dan multi dimensi.
Menyikapi kebencanaan yang frekuensinya terus meningkat setiap tahun, pemikiran terhadap
penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak. Bencana
adalah urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem nasional
penanggulangan bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara lain:
 Legislasi : Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk hukum di
bawahnya antara lain Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan Kepala
Kepala Badan, serta peraturan daerah.
 Kelembagaan : Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara
formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point
lembaga pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan
bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD). Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional
dan lokal dibentuk untuk memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di
Indonesia. Di tingkat nasional, terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri
unsur masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga
internasional. Pada tingkat lokal, kita mengenal Forum PRB Yogyakarta dan Forum
PRB Nusa Tenggara Timur.
 Pendanaan : Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi
melibatkan internasional. Komunitas internasional mendukung Pemerintah Indonesia
dalam membangun manajemen penanggulangan bencana menjadi lebih baik. Di sisi
lain, kepedulian dan keseriusan Pemerintah Indonesia terhadap masalah bencana
sangat tinggi dengan dibuktikan dengan penganggaran yang signifikan khususnya
untuk pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan. Berikut
beberapa pendanaan yang terkait dengan penanggulangan bencana di Indonesia:
1. Dana DIPA (APBN/APBD)
2. Dana Kontijensi
3. Dana On-call
4. Dana Bantual Sosial Berpola Hibah
5. Dana yang bersumber dari masyarakat
6. Dana dukungan komunitas internasional

E. Manajemen Bencana yang Sesuai untuk Indonesia


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dibagi menjadi 3 tahap yaitu prabencana,
tanggap darurat dan pascabencana. Berikut ini penjelasannya:
1. Prabencana : Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan dalam dua kondisi,
yaitu situasi daat tidak ada bencana dan situasi terdapat potensi bencana. Saat situasi
tidak ada bencana, dilakukan perencanaan, pencegahan, pengurangan risiko,
pendidikan, pelatihan penelitian dan penataan ruang. Saat situasi terdapat potensi
bencana dilakukan mitigasi, peringatan dini, kesiapsiagaan.
2. Saat tanggap darurat : Saat tanggap darurat dilakukan kajian cepat, status keadaan
darurat, penyelamatan dan evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan
pemulihan.
3. Pascabencana : Saat pasca bencana dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya
rehabilitasi dan rekonstruksi meliputi prasarana dan sarana, sosial, ekonomi,
kesehatan, keamanan dan ketertiban hingga lingkungan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejadian gawat darurat tentunya tidak bisa kita prediksi, kapanpun dan dimanapun
seseorang dapat mengalami kejadian kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera. Banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian gawat darurat, antara lain kecelakaan,
tindakan anarkis yang membahayakan orang lain, kebakaran, penyakit dan bencana alam
yang terjadi di Indonesia.
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat. Manajemen bencana adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mengendalikan bencana dan keadaan darurat, sekaligus memberikan kerangka kerja untuk
menolong masyarakat dalam keadaan beresiko tinggi agar dapat menghindari ataupun pulih
dari dampak bencana.
Menyikapi kebencanaan yang frekuensinya terus meningkat setiap tahun, pemikiran
terhadap penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak.
Bencana adalah urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem nasional
penanggulangan bencana.

B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

https://dmc.dompetdhuafa.org/pasca-bencana/

https://bpbd.karanganyarkab.go.id/?p=603#:~:text=Tahap%20prabencana%20meliputi%20mitigasi
%20dan,untuk%20mengantisipasi%20bencana%20melalui%20pengorganisasian

http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Pert_9_10_.pptx

https://www.academia.edu/34118489/MAKALAH_MANAJEMEN_TANGGAP_DARURAT_BENCANA

https://ojs.widyagamahusada.ac.id/index.php/JIK/article/download/87/63

https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/view/69

Anda mungkin juga menyukai