Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


GANGGUAN KEBUTUHAN TERMOREGULASI
PADA PASIEN BACTERIAL INFECTION
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan I Mahasiswa
Prodi Diploma Tiga Keperawatan

Disusun oleh :

1. Rahma Nur Annisa ( P07120119001 )


2. Arina Achya Salsabila ( P07120119003 )
3. Risky Mery Amalia ( P07120119005 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2020 / 2021

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta i


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan
Inayah-Nya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas keIslaman
sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu mulia yang
telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.

Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun laporan yang


berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA GANGGUAN KEBUTUHAN TERMOREGULASI PADA PASIEN
BACTERIAL INFECTION”. Kami ucapkan banyak terimakasih kepada Dosen
Pengampu serta CI RSU Queen Latifa yang telah membimbing dalam setiap langkah
pembuatan laporan ini, tidak lupa teman-teman yang senantiasa kami banggakan,
semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.

Kami menyadari tentunya laporan ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami
mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya kami
mengucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih terdapat
kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.

Yogyakarta, November 2020

Penyusun

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta ii


LEMBAR PENGESAHAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


GANGGUAN KEBUTUHAN TERMOREGULASI
PADA PASIEN BACTERIAL INFECTION ”

Disusun Oleh :

1. Rahma Nur Annisa ( P07120119001 )


2. Arina Achya Salsabila ( P07120119002 )
3. Risky Mery Amalia ( P07120119005 )

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal November 2020

Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

Yustiana Olfah SPP, M.Kes Zulkifli Al-Ma’ruf, S. Kep., Ns


NIP. NIP.

DAFTAR ISI

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta iii


Kata Pengantar.....................................................................................ii
Lembar Pengesahan............................................................................iii
Daftar Isi...............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian...................................................................................1
B. Penyebeb.....................................................................................1
C. Tanda Dan Gejala.......................................................................3
D. Patofisiologi................................................................................3
E. Komplikasi..................................................................................6
F. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................7
G. Penatalaksanaan..........................................................................7
H. Pengkajian...................................................................................8
I. Diagnosa keperawatan..............................................................13
J. Intervensi Keperawatan............................................................13
K. Implementasi Keperawatan......................................................16
L. Evaluasi.....................................................................................17
BAB II PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian.................................................................................18
B. Analisis Data.............................................................................27
C. Diagnosa Keperawatan.............................................................28
D. Intervensi..................................................................................29
E. Catatan Perkembangan ............................................................32
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................41
B. Saran ........................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................43

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta iv


BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Termoregulasi merupakan pengatur fisiologis tubuh manusia


mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga
suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh
diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap
konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi
panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan regulasi
melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu diatur
oleh hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontrol produksi panas.
Gangguan termoregulasi yang paling banyak didapat adalah
kondisi hipertermia. Kondisi hipertermia adalah kondisi suhu tubuh yang
melebihi suhu normal yaitu diatas 37,5°C. Hal ini adalah respon dari
adanya kondisi dehidrasi, inflamasi dan sebagian besar merupakan tanda-
tanda adanya infeksi. (Potter dan Perry, 2010).

B. ETIOLOGI
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan
produksi panas terjadi secara konstan, pengeluaran panas
secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
a. Radiasi
Adalah Perpindahan panas dari permukaan suatu objek
kepermukaan suatu objek lain tanpa keduanya bersentuhan.
Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran
darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke
pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 1


permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi
yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap
objek yang lebih dingin di sekelilingnya. Penyebaran meningkat
bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat.

b. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek
lain dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek
yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua objek sama,
kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui
bendapadat, gas, cair.
c. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas
dikonduksi pertama kali pada molekul udara secara langsung
dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat.
Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas
konvektif meningkat.
d. Evaporasi
Adalah perpindahan energy panas ketika cairan berubah
menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang
untuk setiap gram air yang menguap. Ketika suhu tubuh
meningkat, hipotalamus anterior memberi signal kelenjar
keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan
stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara
untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui
peningkatan laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat
menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung dan faring
kering.
e. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas.
Kelenjar keringat berada dibawah dermis kulit. Kelenjar

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2


mensekresi keringat, larutan berair yang mengandung natrium dan
klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit.
Kelenjar di kontrol oleh system saraf simpatis. Bila suhu t u b u h
meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat,
y a n g menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan
panas.

C. TANDA DAN GEJALA

Gejala hipertermia berbeda-beda, tergantung pada kondisi dan jenis


hipertermia yang dialami. Meskipun demikian, ada beberapa gejala umum
hipertermia yang mirip satu sama lain terlepas dari penyebabnya, yaitu:

1. Suhu tubuh lebih dari 38,5oC


2. Rasa gerah, haus, dan lelah
3. Pusing
4. Lemah
5. Mual
6. Sakit kepala

D. PATOFISIOLOGI
Fungsi termoregulasi mengalami perubahan selama dilakukan
tindakan anestesi dan mekanisme control terhadap temperature setelah
dilakukan   tindakan anestesi baik umum maupun regional akan hilang.
Seorang anesthesiologist harus mengetahui management control
termoregulasi pasien. Tindakan anestesi menyebabkan gangguan fungsi
termoregulator yang ditandai dengan peningkatan ambang respon
derhadap panas dan penurunan ambang respon terhadap dingin.
  Hampir semua obat‐obat anestesi mengganggu respon
termoregulasi. Temperatur inti pada anestesi umum akan mengalami
penurunan antara 1,0‐1,50 C selam asatu jam pertama anestesi yang diukur

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 3


pada membran timpani. Sedangkan pada anestesi spinal dan epidural
menurunkan ambang vasokonstriksi dan menggigil pada tingkatan yang
berbeda, akan tetapi ukurannya kurang dari 0,60 C dibandingkan anestesi
umum dimana pengukuran dilakukan di atas ketinggian blok.
Pemberian obat local anestesi untuk sentral neuraxis tidak langsung
berinteraksi dengan pusat kontrol yang ada di hipotalamus dan pemberian
local anestesi intravena pada dosis ekuivalen plasma level setelah anestesi
regional tidak berpengaruh terhadap termoregulasi. Mekanisme gangguan
pada termoregulasi selama anestesi regional tidak diketahui dengan jelas,
tapi diduga perubahan system termoregulasi ini disebabkan pengaruh
blokade regional pada jalur informasi termal aferen.
Ambang termoregulator pada manusia yang teranestesi. Pada
anestesi spinal akan menurunkan ambang menggigil sampai dan pada inti
hipotermi pada jam pertama atau setelah dilakukan anestesi spinal akan
menurun sekitar 1– 2 0 C, hal ini berhubungan dengan redistribusi panas
tubuh dari kompartermen inti ke perifer dimana spinal menyebabkan
vasodilatasi.
Pada anestesi spinal terjadi menggigil di atas blockade dari local
anestesi disebabkan karena ketidakmampuan kompensasi otot di bawah
ketinggian blockade untuk terjadinya menggigil. Sama seperti pada
anestesi umum, hipotermia terjadi pada jam pertama anestesi, atau setelah
dilakukan tindakan anestesi spinal. Hal ini terjadi karena proses
redistribusi panas inti tubuh keperifer oleh vasodilatasi yang disebabkan
blockade anestesi spinal.
Terjadinya hipotermia tidak hanya murni karena faktor blokade
spinal itu sendiri tapi juga karena faktor lain seperti cairan infuse atau
cairan irigasi yang dingin, temperature ruangan operasi dan tindakan
pembedahan. Pasien akan mengalami penurunan temperature tubuh oleh
karena terjadi redistribusi panas di bawah ketinggian blok ditambah
pemberian cairan dengan suhu yang rendah akan memberikan implikasi
yang tidak baik pada pasien yang menjalani pembedahan   terutama pasien

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 4


dengan usia tua karena kemampuan untuk mempertahankan temperature
tubuh pada keadaan stress sudah menurun.
Pemberian obat local anestesi yang dingin seperti es, akan
meningkatkan kejadian menggigil dibandingkan bila obat dihangatkan
sebelumnya pada suhu 300 C, tetapi penghangatan ini  tidak berlaku pada
pasien yang tidak hamil karena tidak ada perbedaan jika diberikan dalam
keadaan dingin atau hangat. Menggigil selama anestesi regional anestesi
dapat dicegah dengan mempertahankan suhu ruangan yang optimal,
pemberian selimut dan lampu penghangat atau dengan pemberian obat
yang efektifitasnya sama untuk mengatasi menggigil paska anestesi
umum.
Terjadinya hipotermia selama regional anestesi tidak dipicu oleh
sensasi terhadap dingin. Hal ini menggambarkan suatu kenyataan bahwa
persepsi dingin secara subjektif tergantung pada input aferensuhu pada
kulit dan vasodilatasi perifer yang disebabkan oleh regional anestesi.
Setelah terjadi redistribusi panas tubuh keperifer pada induksi anestesi
umum dan regional, hipotermia selanjutnya tergantung pada keseimbangan
antara pelepasan panas pada kulit dan metabolism panas yang akan
melepas panas tubuh. Selama anestesi spinal terdapat dua faktor yang akan
mempercepat pelepasan panas dan mencegah timbulnya perubahan
temperatur inti yang terlihat setelah anestesi :pertama, dengan menurunkan
ambang vasokonstriksi yang digabungkan dengan vasodilatasi pada
tungkai bawah selama blokt erjadi. Oleh Karena itu kehilangan panas terus
berlangsung selama anestesi spinal meskipun mekanisme aktivitas efektor
berlangsung di atas ketinggian blok. Hal ini terlihat khususnya pada
kombinasi antara anestesi umum dan epidural. Kedua, anestesi spinal
menurunkan ambang vasokonstriksi selama tindakan anestesi dan
meningkatkan rata‐rata sensasi dingin bila dibandingkan hanya dengan
anestesi umum saja karena vasokonstriksi yang secara kuantitatif
terpenting pada ekstremitas bawah dihambat oleh blockade itu sendiri.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 5


Menggigil merupakan mekanisme pertahanan terakhir yang timbul
bila mekanisme kompensasi yang lain tidak mampu mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal. Rangsangan dinginakan diterima afektor
diteruskan ke hipothalamus anterior dan memerintahkan bagian efektor
untuk merespon berupa kontraksi otot tonik dan klonik secara teratur dan
bersifat involunter serta dapat menghasilkan panas sampai dengan 600%
diatas basal. Mekanisme ini akan dihambat oleh tindakan anestesia dan
pemaparan pada lingkungan yang dingin dan dapat meningkat pada saat
penghentian anestesia.
Penurunan laju metabolisme yang disebabkan oleh hipotermia
dapat memperpanjang efek anestesi sedangkan menggigil yang
menyertainya akan meningkatkan konsumsi oksigen 100% ‐ 600%2,4 ,
dan meningkatkan resiko angina dan aritmia pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler. Morbiditas yang mungkin terjadi dan telah dilaporkan
cukup bermakna adalah peningkatan kebutuhan metabolik (hal ini dapat
membahayakan pada pasien dengan cadangan hidup yang terbatas dan
yang berada pada resiko kejadian koroner), menimbulkan nyeri pada luka,
meningkatkan produksi CO2, denyut jantung, memicu vasokonstriksi dan
dengan demikian meningkatkan resistensi vaskular, tekanan darah, dan
volume jantung sekuncup sehingga terjadi peningkatan tekanan intra
okuler dan intra kranial. Sebagai tambahan, resiko perdarahan dan infeksi
luka bedah akan meningkat. Karena alasan‐alasan itulah, mempertahankan
pasien pada suhu normal merupakan baku perawatan.

E. KOMPLIKASI
Bila tidak segera tertangani, hipertermia dapat mengakibatkan
kerusakan organ penting dalam tubuh, seperti otak. Pada kondisi lanjut
tanpa penanganan yang baik, hipertermia juga dapat berujung pada
kematian.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 6


F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Darah Lengkap : Mengidentifikasi kemungkinan


pelaksanaan biaya infeksi
b. Pemeriksaan air seni
c. Uji widal : Suatu reaksi oglufinasi antara antigen disebuah
antibodi untuk pasien typoid
d. Pemeriksaan Elektrolit : Na, K C15
e. Uji turnikuet

G. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik,
obat obatan maupun kombinasi keduanya.
a. Secara fisik
1) Anak demamditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
4) Memberikan kompres
b. Obat-obatan
Pemberian obat anti piretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik
terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivate para-aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam
susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mg/kgBB/kali tiap 4
jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mg/kgBB/hari. Turunan
asam propionate seperti ibu profen juga analgetik dan anti inflamasi. Dosis

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 7


terapeutik yaitu 5-10 mg/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam. Metamizole
(antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai
efek anti piretik, analgetik dan anti inflamasi. Dosis terapeutik
10mg/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang dari
6 bulan. Pemberiannya secara per oral, intramuscular atau intravena. Asam
mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai anti piretik. Dosis pemberiannya 20
mg/kgBB/haridibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh
diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.

H. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi dan
dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan bersinambungan
(Kozier, 2010). Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan data dasar
tentang kesehatan klien baik fisik, psikososial, maupun emosional. Data
dasar ini digunakan untuk menetapkan status kesehatan klien, menemukan
masalah aktual ataupun potensial serta sebagai acuan dalam memberikan
edukasi pada klien (Debora, 2013)
1. Identitas
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan
Hipertermia adalah:

a. Biodata/ Identitas pasien


Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Sedangkan
biodata orang tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak
meliputi nama, umur, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat.
b. Keluhan utama
Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien, biasanya
keluhan yang dialami pasien Gangguan Termoregulasi adalah anak
mengalami Kenaikan suhu diatas > 37,5.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 8


2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan
utama yang berisi tentang riwayat perjalanan pasien selama
mengalami keluhan secara lengkap. Pada kasus ini, riwayat
penyakit sekarang pasien adalah: pasien mulai terasa nyeri pada
bagian sendi.
b. Riwayat penyakit dahulu

Sebelum penderita mengalami Gangguan termoregulasi ini


ditanyakan apakah penderita pemah mengalaminya sebelumnya,
umur berapa saat itu terjadi untuk pertama kalinya. Apakah ada
riwayat trauma kepala, radang selaput otak, OMA dan lain-lain.

c. Riwayat penyakit keluarga


Adakah keluarga yang memiliki penyakit seperti pasien.
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit saraf atau
lainnya. Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan
terjadinya penyakit tersebut.
3. Riwayat sosial

Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya


perlu dikaji siapakah yang mengasuh anak. Bagaimana hubungan
dengan anggota keluarga dan teman sebayanya.

1) Pola persepsi dan tatalaksanaan hidupsehat

Gaya hidup yang berkaitan denga kesehatan, pengetahuan tentang


kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan
tindakan medis, Bagaimana pandangan tehadap penyakit yang diderita,
pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila anggota
keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 9


2) Pola nutrisi

Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak, ditanyakan


bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh
anak, makanan apa saja yang disukai dan yang tidak, bagaimana selera
makan anak, berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari.
3) Pola eliminasi

BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis


ditanyakan bagaimana warna, bau, dan terdapat darah, serta ditanyakan
apakah disertai nyeri saat anak kencing.

BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak, bagaimana


konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir.

4) Pola aktivitas dan latihan

Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman


sebayanya, berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam, aktivitas
apa yang disukai.

5) Pola tidur/istirahat

Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa. Bangun tidur
jam berapa, kebiasaan sebelum tidur, serta bagaimana dengan tidur
siang.

4. Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran,
tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu.
5. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai


ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 10


objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat
penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi
pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut. (Potter & Perry, 2010)

a. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makro sepali, adakah
disperse bentuk kepala, apakah tanda-tanda kenaikan tekanan
intrakranial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan
ubun-ubun besar menutup atau belum.
b. Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain
rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai
rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah
dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
c. Muka/Wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang
paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah
tertarik kesisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus,
trimus, apakah ada gangguan nervus cranial.
d. Mata
Paralisisfasialismenyebabkanasimetriwajah; sisi yang
paresis tertinggalbilaanakmenangisatautertawa,
sehinggawajahtertarikkesisisehat. Adakahtandarhisus sardonicus,
opistotonus, trimus, apakahadagangguan nervus cranial.
e. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang
telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
f. Hidung

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 11


Adakah ada pemafasan cuping hidung, polip yang
menyumbat jalan nafas, apakah keluar sekret, bagaimana
konsistensinya Jumlahnya.
g. Mulut
Adakahtanda-tanda sardonicus, bagaimana keadaan lidah,
adakah stomatitis, berapa jumlah gigi yang tumbah, apakah ada
carries gigi.
h. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil, adakah tanda tanda
infeksi faring.
i. Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembasaran kelenjar
tyroid, adakah pembesaran vena jugularis.
j. Thorax
Pada infeksi amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernafasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi dada.
Pada auskultasi adakah suara nafas tambahan.
k. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung sertai iramanya,
adakah bunyi tambahan, adakah bradicardi atau tachycardia.
l. Abdomen
Adakah distensi abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen, bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus, adakah tanda
meteorismus, adakah pembesaran lien dan hepar.
m. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
wamanya, apakah terdapat oedema, hemangioma, bagaimana
keadaan turgor kulit.
n. Ekstremitas
bagaimana kebersihan maupun warna kulitnya, apakah
terdapat edema, hemangioma, bagaimana keadaan turgor kulit.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 12


o. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari
vagina, tanda-tanda infeksi
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada kasus Bacterial
Infection, adalah hipertermia, yang berhubungan dengan proses terjadinya
penyakit (SDKI, 2016).
b. Diagnosa lain yang bisa ditegakkan dari kasus ini adalah berkaitan dengan
gangguan kebutuhan rasa nyaman.
c. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh
d. Resiko Ketidakseimbangan cairan

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan atau rencana keperawatan yang akan
dilakukan untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi prioritas diagnose keperawatan diatas setelah dilakukannya
tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan panas pasien turun
(suhu tubuh menjadi normal) dengan criteria hasil tidak ada perubahan
warna kulit, suhu tubuh dalam rentang normal (36°-37°C), kulit tidak
teraba panas. Rencana keperawatan yang akandilakukan adalah pantau
tanda vital pasien rasionalnya apabila terjadi peningkatan suhu tubuh
hingga 38,9°C hingga 41,1°C menunjukan proses penyakit infeksius aktif,
pantau hidrasi rasionalnya hipertermi menyebabkan peningkatan haluaran
cairan melalui kulit (evaporasi) dan keringat.
Cairan juga penting dalam mempertahankan regulasi suhu tubuh,
anjurkan asupan cairan oral rasionalnya kebutuhan cairan meningkat
secara fisiologis ketika beraktivitas dan pada suhu tinggi, ajarkan keluarga
kompres air hangat rasionalnya dapat membantu mengurangi demam
(catatan apabila penggunaan air es/alcohol mungkin menyebabkan
kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu, alcohol dapat
mengeringkan kulit), gunakan selimut pendingin rasioanlnya digunakan

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 13


untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5°-40°C,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun panas atau
antipiretik (paracetamol satu sendok teh tiap empat jam) rasionalnya
digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan meningkatkan auto destruksi dari sel-sel
yang terinfeksi (Wilkinson, 2006).

a. Batasan karakteristik
Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal, serangan atau
konvulsi (kejang), kulit memerah, pertambahan respirasi, takikardia, saat
di sentuh tangan terasa hanga

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam rentang


normal
2. NOC : Termoregulation
Kriteri Hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan respirasi dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing

b. Definsi gangguan rasa nyaman :Gangguan rasa nyaman adalah


perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan emosional (SDKI PPNI, 2016).

Gejala dan tanda minor Subjektif:


1) Mengeluh sulit tidur dan mengeluh lelah
2) Tidak mampu rileks
3) Mengeluh kedinginan/kepanasan
4) Merasa gatal
5) Mengeluh mual

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 14


Objektif:
1) Menunjukkan gejala distres
2) Tampak merintih/menangis
3) Pola eleminasi berubah
4) Postur tubuh berubah
5) Iritabilitas

c. Definisi : Berisiko mengalami kegagalan mempertahankan suhu tubuh


dalam kisaran normal.
Faktor Risiko :
- Perubahan laju metabolisme
- Dehidrasi
- Pemajanan suhu lingkungan yang ekstrem
- Usia ekstrem
- Berat badan ekstrem
- Penyakit yang mempengaruhi regulasi suhu
- Tidak beraktivitas
- Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
- Obat yang menyebabkan vasokonstruksi
- Obat yang menyebabkan vasodilatasi
- Sedasi
- Trauma yang mempengaruhi pengaturan suhu
- Aktivitas yang berlebihan

c. Defenisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau


intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan pada natrium.
Batasan karakteristik :
- Perubahan status mental
- Perubahan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 15


- Penurunan volume nadi
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan turgor lidah
- Penurunan haluaran urine
- Penurunan pengisian vena
- Membran mukosa kering
- Kulit kering
- Peningkatan hematokrit
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Peningkatan konsentrasi urin
- Penurunan berat badan tiba-tiba (kecuali pada ruang ketiga)
- Haus

Kelemahan Faktor yang berhubungan :


- Kehilangan cairan aktif
- Kegagalan mekanisme regulasi.

K. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan


intervensi keperawatan. Berdasarkan terminilogi NIC, implementasi terdiri
dari melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melakukan intervensi
(atau programkeperawatan). Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan
tersebut(Kozier, 2010)

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 16


L. EVALUASI
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien
menuju pencapaian tujuan / hasil dan keefektifan rencana asuhan
keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena
kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi
keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.(Kozier, 2010)

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 17


BAB II

PROSES KEPERAWATAN

Hari / Tanggal : Senin, 16 November 2020

Jam : 14.00

Tempat : Ruang Mawar Melati

Oleh : Rahma Nur Annisa

Arina Achya Salsabila

Risky Mery Amalia

Sumber Data : Pasien, Orang tua pasien, dan Rekam medis pasien

Metode : Wawancara dan Studi dokumen

A. PENGKAJIAN
I. INDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : An. A
b. Tempat Tanggal Lahir: 01 Agustus 2011
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan :-
g. Status Perkawinan :-
h. Suku/Bangsa : Jawa
i. Alamat : Kradenan 04/17, Banyuraden, Gamping,
Sleman
j. Diagnosa Medis : Bacterial Infection
k. No. Rekam Medis : 10005482
l. Tanggal Masuk : 16 November 2020

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 18


II. IDENTITAS PENANGGGUNG JAWAB/ KELUARGA
a. Nama : Ny.P
b. Umur : 32 Th
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
m. Alamat : Kradenan 04/17, Banyuraden, Gamping,
Sleman
e. Hubungan dg pasien : Keluarga / Ibu
f. Status Perkawinan : Istri

III. RIWAYAT KESEHATAN


a. Kesehatan pasien
1) Keluhan umum saat pengkajian
- Pasien mengatakan sudah demam selama 7 hari ini
- Pasien mengatakan nyeri sendi tangan dan kaki
- Pasien memperlihatkan ada kebiruan di bagian telapak
tangan
- Nafsu makan dan minum menurun

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


a) Alasan Masuk RS.
Alasan pasien masuk rumah sakit yaitu terdapat
sakit yang menyerang sendi, pembengkakan di kaki,
dan ada bintik-bintik di kaki.
b) Riwayat Kesehatan Pasien
Pasien pernah mimisan 1 kali saat di rumah sakit,
pasien mengeluh tidak nyaman dan sendi nyeri saat
dibuat jalan, pasien juga tampak gelisan saat itu.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 19


3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki Penyakit Asma
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Diabetes dari kakak ibunya

IV. KESEHATAN FUNGSIONAL


a. Aspek Fisik- Biologis
1) Nutrisi
a) Sebelum sakit
Sebelum sakit pasien makan sehari 3x .
b) Selamasakit
Selama sakit pasien makan sehari hanya 1 – 2 kali dan nafsu
makan pasien menurun.

2) Pola eliminasi
a) Sebelum sakit
Sebelum sakit Pasien BAK secara rutin bisa sampai 4 kali
perhari serta BAB nya juga rutin.
b) Selama sakit
Sealama sakit pasien BAK hari pertama di RS hanya 2 kali
sehari tetapi hari kedua pasien BAK bisa sampai 4x sehari.
Selama di RS pasien belum BAB.

3) Pola aktifitas
a) Sebelum sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari-hari
Aktivitas pasien sehari hari sebelum sakit aktif Bermain
maupun Belajar
(2) Keadaan pernafasan
Keadaan pernafasan pasien sebelum sakit Normal, Penyakit
asma nya juga tidak kambuh

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 20


b) Selama sakit
(1) Keadaana aktivitas sehatri-hari
Hari pertama pasien di rawat di Rumah Sakit, Pasien
terlihat lemas, dan aktifitasnya terganggu karena Demam
pasien tinggi.
(2) Keadaan pernafasan
Di hari kedua pasien di rawat di Rumah Sakit, Penyakit
Asma pasien sempat kambuh, dan di hari selanjutnya
pernafasan pasien kembali normal lagi.
4) Kebutuhan istirahat-tidur
a) Sebelum sakit
Sebelum sakit, pasien sehari bisa tidur 2 x Malam dan siang
b) Selama sakit
Selama sakit, Tidur pasien kadang 2x sehari tetapi ketika suhu
badan pasien naik dan mengeluh kepanasan, pasien sering
terbangun saat tidur.

V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
1) Kesadaran
Kesadaran pasien Komposmentis
2) Status gizi :
TB : 118 cm
BB : 18 Kg
BBI ( Berat Badan Ideal ) anak 6-12 tahun
Rumus Nelson BBI anak :
(usia x 7 – 5) / 2
(9 th x 7 - 5) /2
58/2
29 Kg
Dengan berat badan 18 Kg, pasien termasuk dalam kategori kurus.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 21


3) Tanda vital
Suhu : 37,5 c
Nadi : 101 x/menit
RR : 26 x/menit
4) Skala nyeri
Skala nyeri 2 pada bagian sendi kaki

b. Pemeriksaan secara sistematik (cephalon-caudal)


1) Kulit
Kulit pasien teraba hangat, terdapat sedikit kebiruan di telapak
tangan
2) Kepala
Bentuk kepala normal, tidak ada benjolan atau luka apapun di
bagian kepala pasien.
3) Bibir
Membran mukosa pucat, tidak ada sariawan.
4) Leher
Bagian leher pasien bersih dan teraba hangat.
5) Dada
a) Inspeksi

Bentuk dada simetris, pola pernapasan masih dengan batasan


normal. Tidak ada luka parut atau luka operasi lainnya di
bagian dada pasien.

b) Palpasi
Pergerakan dada simetris, ekspansi dada bilateral normal.
c) Perkusi
Perkusi dada normal tidak ditemukan suara sonor atau pekak.
d) Auskultasi
Suara paru vesikuler tidak ditemukan suara wheezing pada paru
pasien.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 22


6) Punggung
Punggung pasien bersih tidak ada bekas luka apapun, hanya ada
sedikit bekas cacar air yang sudah memudar.
7) Abdomen
a) Inpeksi
Permukaan abdomen pasien datar normal tidak buncit, kulit
pasien bersih dan tidak ada bekas luka apapun.
b) Auskultasi
Hasil auskultasi adalah bising usus pasien adalah 10 kali per
menit. Setiap region abdomen pasien diperiksa selama kurang
lebih 2 menit. Tidak ada suara murmur abdomen.
c) Perkusi

Perkusi dilakukan di keempat kuadran abdomen hasilnya


adalah terdapat suara pekak karena berada di daerah hepar. Dan
suara `timpani pada daerah lambung.

d) Palpasi
Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri ketika kuadran
abdomen ditekan ringan.

8) Ekstremitas
a) Atas
Gerakan sedikit terhambat karena pasien terpasang infus RL 10
tpm.
b) Bawah

Pasien nyeri sendi bagian kaki, jika berjalan berasa ngilu dan
cara berjalan juga pelan-pelan digandeng orang tuanya.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 23


VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Lengkap

Pasien : Anak.A

Tanggal : 16-11-20

Pemeriksaan Hasil Rujukan

Hb 9,8 11,5 – 13,5

Hematokrit 33 40 – 48

Leukosit 14 42 – 89,3

Trombosit 466 150 – 450

Eritrosit 5,63 3,96 5,32

PDW 16,2 9,0 – 13,0

RDW-SD 28,7 0-999

RDW-CV 13,8 11,5 – 15,5

MPV 8,4 11,1 – 72

PCT 0,391

INDEX

MCV 58,9 75 – 87

MCH 17,4 24 – 30

MCHC 29,5 31 – 37

DIFF

Neutrofil 75,3 43 – 76

MID 4,4 3–9

LYM 20,3 20 – 40

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 24


b. Urinalisa

Pasien : Anak. A

Periksa : 17-11-20

Pemeriksaan Hasil Rujukan

Warna Bening Kuning

PH 7 5–7

Berat jenis 1005 1015 – 1025

Leukosit Negatif Negatif

Kekeruhan Jernih Jernih

Eritosit Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Protein Negatif Negatif

Reduksi Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

Urobilinogen Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Sedimen Urin

Leukosit 1–4 0 – 6/Lpb

Eritrosit 0–1 0 – 1/Lpb

Epitel 0-1 / tinggi Negatif

Kristal Amorf Negatif

Silinder Negatif Negatif

Bakteri Positif Negatif

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 25


Yeast Negatif Negatif

c. Rapid test
Setelah dilakukan Rapid Test IgM DAN IgG pasien dinyatakan Non
Reaktif Covid-19.

VII. TERAPI

No Obat Dosis Rute

1 Infuse RL 10 TPM IV

2 Inj. Ceftriaxon 900mg/24 jam IV

3 Praxion 5 gr/8 jam P.O

4 Inj. Methyl Prednisolon 15 MG/24 jam IV

5 Desoksimetason 2 ddve Oles

6 Paracetamol 3x1 IV

7 Vit K 1 Ampul IM

8 Cefixime 2x50mg P.O

9 Metil prednisolon 3 x 4 mg P.O

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 26


B. ANALISIS DATA

Nama pasien : An. A


Ruang : Ruang Melati Anak tiga
Rumah sakit : RSU Queen Latifa
Hari tanggal : 16 November 2020

N DATA PENYEBAB MASALAH


O

1 Data subjektif : Proses penyakit Hipertermia


(Infeksi bakteri)
- Pasien mengatakan sudah
demam selama 7 hari ini

Data Objektif :

1. Pemeriksaan Tanda-tanda vital

S : 37,5

Nadi: 101 x/menit

RR : 26 x/menit

2. Kulit pasien teraba hangat

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 27


Angka leukosit : 14

2 Data Subjektif : Gejala penyakit Gangguan rasa


nyaman
1. Pasien mengeluh tidak nyaman

2. Pasien mengeluh sulit tidur

3. Pasien mengeluh kepanasan

Data Objektif :

1. Pola eliminasi berubah dari rutin


BAB dan BAK menjadi susah BAB
dan BAK mneurun dari 4x sehari
jadi 2x sehari selama di RS

2. Pasien tampak gelisah

3. Pasien terlihat lemas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (bacterial infection)
yang ditandai dengan suhu tubuh diatas batas normal, kulit teraba
hangat dan takikardia.
2. Gangguan rasa nymana berhubungan dengan gejala penyakit yang
ditandai dengan pola eliminasi berubah, pasien terlihat lemas dan pasien
tampak gelisah.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 28


D. INTERVENSI

Nama Pasien : An. A


No. RM : 005482
Ruang : Melati Anak Tiga

Perencanaan
Diagnosa
No. Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan
Kriteria Hasil

1. SDKI : D.0130 Setelah dilakukan SIKI : Manajemen


hlm 284 tindakan selama 3 x Hipertermi :
Manajemen
24 jam diharapkan
Hipertermia Hipertermi,
termoregulasi
berhubungan I.15506
pasien baik dengan
dengan Proses
kriteria hasil : 1.   Monitor
penyakit . 1.   Untuk
suhu tubuh
mengetahui
Data subjektif :
suhu tubuh
a. Termoregulasi
- pasien
(SLKI.09090)
Data Objektif : 2.   Untuk
2.   Monitor
Suhu tubuh dalam mengetahui
1. Pemeriksaan warna kulit
rentang normal adanya
Tanda-tanda vital dan suhu
(36ᵒC-37ᵒC) dengan perubahan
tubuh.
S : 37,5 kriteria hasil: warna kulit

Nadi : 101 x/m 1.    Tidak ada 3.   Untuk

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 29


RR : 26 x/m perubahan warna 3.   Berikan membantu
kulit kompres menurunkan
2. Kulit pasien
dingin pada suhu tubuh
teraba hangat 2.    Suhu tubuh
aksila dan yang panas.
tidak melebihi 37ᵒC
lipatan paha,
seka dengan
air hangat.

4.   Kolaboras 4.   Untuk
i pemberian membantu
antipiretik menurunkan
sesuai suhu tubuh
anjuran dengan teknik
farmakologi

5.   Untuk
membantu
5.   Kolaboras pemenuhan
i pemberian kebutuhan
cairan nutrisi
intravena
6.   Agar
pasien lebih
nyaman dan
6.   Anjurkan
mengurangi
pasien
suhu tubuh
menggunakan
yang panas.
pakaian yang
tipis

2. SDKI : D.0074 Setelah dilakukan SIKI :


hlm 166 tindakan selama 3 x I.08238
24 jam diharapkan
Gangguan Rasa Anjurkan
status kenyamanan

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 30


Nyaman pasien meningkat 1. Anjurkan
Berhubungan dengan kriteria Pasien
1.   Agar
dengan Gejala hasil: menggunakan
pasien lebih
Penyakit pakaian yang
nyaman dan
menyerap
mengurangi
a.Status keringat
suhu tubuh
Data Subjektif : Kenyamanan
2. Kolaborasi yang panas.
(SLKI.08064)
1. Pasien mengeluh pemberian
2. Untuk
tidak nyaman Status Kenyamanan terapi untuk
membantu
pasien dengan demam sesuai
2. Pasien mengeluh pemenuhan
kriteri hasil : dengan
sulit tidur kebutuhan
program
1. Pasien merasa nutrisi
nyaman saat
beraktivitas selama
sakit
Data Objektif :
2. Pasien merasa
1. Pola eliminasi
nyaman saat tidur
berubah dari rutin
BAB dan BAK
menjadi susah
BAB dan BAK
mneurun dari 4x
sehari jadi 2x
sehari selama di RS

2. Pasien tampak
gelisah

3. Pasien terlihat
lemas

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 31


E. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An. A


No. RM : 005482
Ruang : Melati Anak Tiga
Diagnosa Kep : Hipertermia dan gangguan rasa nyaman

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 32


Hari/
Tgl
tgl Dx Pelaksanaan Evaluasi (SOAP)
Teratasi
jam
Senin, Hipertermia Mengobservasi S : - Orang tua pasien Demam
Keadaan Umum / Mengatakan
16 -11-20 Keluhan Teratasi
anaknya mimisan 1x
Kamis

15.00 - keluarga pasien 19-11-20


mengatakan sendi
sakit, ada benjolan
16.00 Melakukan pengukuran
dibagian jidat
Tanda-tanda Vital dan
melakukan kolaborasi Batuk
- Orang tua pasien teratasi
pembeian obat Intra
Musculer vitamin K mengatakan
Kamis
dosis 1 Ampul ekstra
ada lebam biru di 19-11-20
telapak tangan

- pasien mengatakan
20.00 Melakukan kolaborasi
pembeian obat masih batuk
intravena. Injeksi
Fraxion 3x1

O : Keadaan Umum cukup,


Composmentis , makan dan
minum cukup

BAB belum, BAK sudah

S : 37,9 ᵒC

N : 127 x/menit

Spo2 : 98%

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 33


A : Hipertermia Tertasi
sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

- Observasi Keadaan
Umum /Keluhan

- Monitor Tanda-tanda
vital

- Kelola terapi sesuai


advis dokter

- Menganjurkan
minum air putih

- Me ngelola
ceftriaxone

(Risky Mery)
Selasa, Hipertermia Mengobservasi S : keluarga pasien
Keadaan Umum / mengatakan sendi sakit, ada
17-11-20 Keluhan benjolan dibagian jidat, ada
lebambiru di telapak tangan,
anaknya masih demam.
07.00

O : Keadaan Umum cukup,


08.00 Menganjurkan untuk
minum air putih Composmentis, makan

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 34


dan minum cukup, BAB
10.00 Mengukur Tanda-tanda belum, BAK sudah
vital
S: 37,5 ᵒC
11.00 Melakukan kolaborasi
N: 101 x/menit
pemberian obat
Spo2: 92 %
ceftriaxone 900mg/24
jam

A : Hipertermia Tertasi
13.00 Melakukan kolaborasi sebagian
pemberian obat Injeksi .
Intravena terapi
Praxion 3x1 P : Lanjutkan Interversi
- Observasi Keadaan
Umum/Keluhan
16.00 Mengukur Tanda-tanda
vital - Monitor Tanda-tanda vital
17.00 Melakukan kolaborasi - Kelola terapi
pemberian obat
- Menganjurkan banyak
Mengoleskan Desoksi
minum air putih
Metasone
19.00 Melakukan kolaborasi
pemberian obat Injeksi
Intravena Metil
prednisolon
20.00 Melakukan kolaborasi ( Rahma Nur)
pemberian Infus RL 10
tpm
21.00 Melakukan
kolaborasi
pemberian obat
Injeksi Intravena
Fraxion 3x1

Rabu Hipertermia Melakukan kolaborasi S : Pasien mengatakan


pemberian obat topical sudah agak mendingan
18-11-20 desoksi badannya tetapi masih

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 35


08.00 Metasone oles batuk.

O : Keadaan Umum cukup,


11.00 Memonitor TTV dan
Memberikan terapi Composmentis, makan
Ceftriaxone 900mg/24 dan minum cukup , BAB
jam
belum, BAK sudah Akral
Intravena hangat
13.00 Melakukan
kolaborasi S : 37,2 ᵒC
pemberian obat N : 89 x/menit
Injeksi Intravena RR : 24 x/menit
Fraxion 3x1
A : Hipertermia teratasi
sebagian
17.00 Mengukur tanda
tanda vital dan P : Lanjutkan Intervensi
Melakukan - Observasi Keadaan
kolaborasi Umum /Keluhan
pemberian obat
desoksi - Monitor Tanda-tanda vital

Metasone oles - Kelola terapi sesuai advis


dokter
21.00 Melakukan
kolaborasi
pemberian obat
Injeksi Intravena
Fraxion 3x1
( Arina Achya)

Kamis, Hipertermia Melakukan kolaborasi S : Orang tua pasien


pemberian infus RL 10 mengatakan Sudah tidak
19-11-20 tpm demam seperti Kemarin dan
07.00 sudah tidak batuk

08.00 Melakukan O : Keadaan Umum cukup,


kolaborasi
Composmentis, makan
pemberian obat

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 36


desoksi dan minum cukup, BAB

Metasone oles belum , BAK sudah

10.00 Mengukur Tanda Tanda Istirahat cukup


Vital dan menganjurkan
banyak minum air putih S : 36,7
11.00 Melakukan kolaborasi N : 95 x/menit
pemberian obat injeksi Spo2: 97%
Ceftriaxone 900mg/24
jam Intravena
12.00 Menganjur- A : Hipertermia teratasi

Kan makan dan


minum P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi Keadaan
13.00 Melakukan Umum/Keluhan
kolaborasi - Monitor Tanda-tanda vital
pemberian obat
Injeksi Intravena - Kelola terapi sesuai advis
Fraxion 3x1 dokter

16.00 Mengukur tanda-


tanda vital
17.00 Melakukan
kolaborasi
pemberian obat
Desoksi
( Rahma Nur)
Metasone oles
19.00 Melakukan
kolaborasi
pemberian obat
Injeksi Intravena
Methyl prednisolon
21.00 Melakukan
kolaborasi
pemberian obat

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 37


Injeksi intravena
Fraxion 3x1

Senin, Gangguan Mengobservasi S : - Orang tua pasien Nyeri


rasa nyaman Keadaan Umum / Mengatakan sendi
16-11-20 Keluhan teratasi
anaknya mimisan 1x
15.00 Kamis
- keluarga pasien
19-11-20
mengatakan sendi
16.00 Mengukur Tanda-
Tanda Vital dan sakit, ada benjolan
dibagian jidat
mengatur posisi fowler
- Orang tua pasien
mengatakan Sesak
napas
ada lebam biru di teratasi
telapak tangan Kamis,

- pasien mengatakan 19-11-20


masih batuk

O : Keadaan Umum cukup,


Composmentis, makan
dan minum cukup
BAB belum, BAK sudah

S : 37,9 ᵒC

N : 127 x/menit

Spo2 : 98%

A : Gangguan rasa nyaman


teratasi sebagian

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 38


P : Lanjutkan Intervensi

- Observasi Keadaan
Umum /Keluhan

- Monitor Tanda-Tanda
Vital

- Kelola terapi sesuai advis


dokter

- Motivasi banyak minum


air putih

Gangguan
rasa nyaman

( Risky Mery)

S : keluarga pasien
mengatakan sendi sakit, ada
benjolan dibagian jidat, ada
lebambiru di telapak tangan,
anaknya masih demam.

O : Keadaan Umum cukup,


Composmentis, makan
dan minum cukup, belum
BAB , sudah BAK

S: 37,5 ᵒC

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 39


N: 101 x/menit
Spo2: 92 %

Selasa, Mengobservasi
Keadaan Umum /
17-11-20 A : Gangguan rasa nyaman
Keluhan
teratasi sebagian
07.00
P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi Keadaan
08.00 Menganjurkan untuk Umum /Keluhan
minum air putih
- Monitor Tanda-Tanda
Vital
10.00 Mengukur Tanda- - Kelola terapi sesuai advis
TandaVital
dokter
16.00 Mengukur Tanda-
TandaVital

( Rahma Nur)

Gangguan
rasa nyaman

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 40


S : Pasien mengatakan
sudah agak mendingan
badannya tetapi masih
batuk,

O : Keadaan Umum cukup,


Composmentis, makan
dan minum cukup, belum
BAB, sudah BAK

Akral hangat

S : 37,2 ᵒC
N : 89 x/menit
RR : 24 x/menit

A : Gangguan rasa nyaman


Teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi Keadaan Umum
Rabu, Mengobservasi /Keluhan
Keadaan Umum /
18-11-20 - Monitor Tanda-Tanda
Keluhan
Vital
08.00
- Kelola terapi sesuai advis
dokter
11.00 Mengukur Tanda-
TandaVital

13.00 Melakukan
kolaborasi
pemberian obat ( Arina Achya)
Injeksi intravena
Fraxion 3x1

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 41


17.00 Mengukur Tanda-
TandaVital dan
Melakukan
kolaborasi
pemberian obat
Desoksi

Metasone oles

Kamis, Gangguan Mengobservasi S : Orang tua pasien


rasa nyaman Keadaan Umum / mengatakan Sudah tidak
19-11-20 Keluhan demam seperti Kemarin dan
07.00 sudah tidak batuk

10.00 Mengukur tanda-tanda O : Keadaan Umum cukup,


vital
Composmentis, makan
dan minum cukup, belum
12.00 Menganjurkan makan BAB , sudah BAK
dan minum cukup
Istirahat cukup

S : 36,7
13.00 Melakukan
N : 95 x/menit
kolaborasi
Spo2: 97%
pemberian obat
Injeksi intravena

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 42


Fraxion 3x1

A : Gangguan rasa nyaman


15.00 Mengobservasi teratasi sebagian
Keadaan Umum /
Keluhan
P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi Keadaan Umum
16.00 Mengukur tanda-tanda /Keluhan
vital
- Monitor Tanda – tanda
21.00 Melakukan kolaborasi
pemberian obat Injeksi vital
Intravena Fraxion 3x1 - Kelola terapi sesuai advis
dokter

( Rahma Nur)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien An.A yang
terdiagnosa Bacterial Infection selama 3 x 24 jam dari tanggal 16
November 2020 sampai dengan tanggal 19 November 2020 dengan
menerapkan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan
evaluasi keperawatan sertamendokumentasikannya dalam setiap proses
keperawatan. Adapun kesimpulannya sebagai berikut :
1. Pengkajian

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 43


Metode yang digunakan dalam pengkajian adalah wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumen. Pada saat melakukan
wawancara orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya demam,
belum BAB selama di RS, sendi bagian kaki juga sakit. Pasien juga
merasakan sesak nafas saat di RS. Data tersebut muncul berdasakan
kondisi pasien saat dilakukannya pengkajian.

2. Diagnosa Keperawatan
Pada pasien An. A dengan diagnosa medis Bacterial Infection
didapatkan 2 diagnosa yang muncul berdasarkan kondisi pasien
diantaranya adalah Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
dan Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan sesuai dengan situasi dan kondisi pasien .Prioritas
masalah berdasarkan teori hierarki maslow, sedangkan penentuan
tujuan, kriteria hasil, dan rencana tindakan keperawatan kasus ini
berpedoman pada SDKI,SLKI, dan SIKI. Dengan menyesuaikan pada
kondisi pasien. Keluarga, dan tim kesehatan lain yang mencakup 4
elemen yaitu Observasi, Tindakan keperawatan (Nursing Treathment),
Edukasi, dan Kolaborasi.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan dari ke-2 diagnosa keperawatan antara lain
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dan Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit. Dapat dilaksanakan
sesuai rencana yang telah disusun dengan adanya kerjasama yang baik
dengan pasien, keluarga pasien, perawat ruangan, dan tim kesehatan
lainnya.

5. Evaluasi Keperawatan

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 44


Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan
selama 3 x 24 jam, dari ke-2 diagnosa keperawatan yang meliputi
Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus dan
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dan efek
samping terapi, kedua diagnosa tersebut dapat teratasi.

B. SARAN

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan


Diabetes Melitus, maka penullis ingin memberikan saran antara lain :
1. Bagi Institusi
a. RSU Queen Latifa
1) Mempertahankan / meningkatkan dalam Menanggapi
keluhan pasien dengan segera untuk dilakukan tindak lanjut.
2) Meningkatkan bimbingan kepada para praktikan yang ada
di RSU Queen Latifa.
b. Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 45


1) Meningkatkan proses bimbingan belajar dalam penyusuna
laporan asuhan keperawatan individu maupun kelompok.
Dengan adanya bimbingan diharapkan target untuk
mencapai tujuan dalam tindakan penyelesaian tugas dapat
tercapai.
2. Bagi penullis
Kedepannya dalam melaksanakan asuhan keperawatan
lebih cermat dalam mencari literatur dalam pembuatan laporan
asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (2005). Laporan pendahuluan pemenuhan kebutuhan


pengaturan suhu tubuh. https://www.coursehero.com/file/52951987/Askep-
termoregulasidocx/ (diakses tanggal 18 november 2020).

Pane, merr dame cristy. (2020). Hipertarmia.


https://www.alodokter.com/hipertermia (diakses tanggal 18 november 2020).

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 46


Santoso, agnes dwiningtyas. (2017). Makalah keperawatan medical bedal
II. https://agnesgallerys.wordpress.com/2017/10/31/asuhan-keperawatan-
hipertermia/ (diakses tanggal 18 november 2020).

Wahyudi& Abd.Wahid. (2016). Konsep kebutuhan dasar.


http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/336/3/6.%20BAB%20II.pdf (diakses tanggal
18 november 2020).

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (Hal 183). Jakarta selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(Hal 123, 110). Jakarta selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (Hal 284, 166). Jakarta selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 47

Anda mungkin juga menyukai