Anda di halaman 1dari 4

LEARNING OBJECTIVE TUTORIAL 1.

MODUL SPORT AND WELLNESS

Oleh :

Kholifatul Hasanah

1910301147

Dosen Pengampu :

Muhammad Ali Jafar, S.Ftr

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2021
1. Asupan gizi atlet berdasarkan kelompok usia!
Jawab :
Usia remaja (4-18 tahun) :
- Karbohidrat : 45% hingga 65% dari total asupan kalori. Sumber karbohidrat yang
baik termasuk serealia utuh, sayuran, buah-buahan, susu dan yogurt. Pada atlet remaja
paling tidak harus mendapatkan 50 hingga 55% dari total kalori mereka dalam bentuk
karbohidrat, atau sekitar 2,7 gram per pon berat badan. Seorang atlet remaja yang
membutuhkan 2.500 kalori per hari perlu makan setidaknya 313 hingga 343 gram
karbohidrat per hari (ada 4 kalori dalam 1 gram karbohidrat)
- Protein : Rekomendasi standar untuk atlet remaja yang sedang tumbuh adalah untuk
mengonsumsi 0,6 hingga 0,9 Gram protein per pon berat badan setiap harinya.
Sebagai contoh, seorang atlet dengan berat 150 pound harus mengkonsumsi antara
105 dan 135 Gram protein per hari. Seorang atlet remaja yang memiliki frekuensi
latihan 3-4 hari perminggu memerlukan paling tidak 1,0 gram / kg / hari. Untuk atlet
yang memiliki intensitas tinggi dan untuk meningkatkan volume otot paling tidak
memerlukan protein yang lebih tinggi yaitu 1,7 gram / kg / hari.
- Lemak : 20% hingga 25% dari total asupan energy. Lemak jenuh harus terdiri tidak
lebih dari 10% dari total asupan energy.
-

Secara konservatif sebagai asupan cairan per jam yang dibutuhkan sebesar 13 mL / kg
(6 mL / lb) berat badan 4 mL / kg (2 mL / lb] untuk setiap jam latihan) untuk
menghindari dehidrasi. Atau paling tidak Minumlah sekitar 2 gelas atau 480 mililiter
air 2 jam sebelum latihan. Pada saat berolahraga, minumlah sekitar 1/2 hingga 1 gelas
(120 hingga 240 mililiter) cairan setiap 15 hingga 20 menit.

Sebelum latihan/bertanding, Makan sebelum berolahraga paling tidak mengandung


sekitar 10-25% kalori dari protein, atlet remaja harus mengonsumsi makanan normal
(400 kkal) sekitar 3-4 jam sebelum berolahraga atau makanan ringan (200 kkal)
sekitar 1-2 jam sebelum berolahraga.
Selama latihan/bertanding. Untuk latihan atau pertandingan yang berlangsung
kurang dari 60 menit, bahan bakar selama latihan seringkali tidak diperlukan. Saat
latihan atau pertandingan yang berlangsung lebih lama dari 60 menit konsumsi
asupan sebaiknya berasal dari minuman olahraga, yang mengandung karbohidrat dan
elektrolit dengan kadar 6-8% gula, sehingga cepat diserap dan digunakan untuk
energi. Soda dan jus buah 100% harus dihindari selama berolahraga, karena kadar
gula dan kafein yang tinggi dapat menyebabkan sakit perut.
Setelah latihan/bertanding. Makanan yang dikonsumsi 3 jam setelah latihan perlu
mengandung karbohidrat tinggi, tetapi rendah lemak dan serat, sehingga gula di
dalamnya akan dengan remajah dengan cepat mengalir dalam darah dan
menggantikan simpanan glikogen

Dewasa/professional 18-23 tahun


Rekomendasi minimum asupan protein untuk atlet sekitar 1,2 g/ kg untuk atlet yang
berlatih ketahanan, dan kurang dari 2 g/ kg untuk atlet yang berlatih kekuatan . Untuk
semua jenis atlet direkomendasikan 1,2 g/kg untuk penyembuhan serta perbaikan
jaringan. Sedangkan untuk lemak tidak ada rekomendasi berdasarkan berat badan,
namun berdasarkan AMDR asupan protein yang terpenting terpenuhi sekitar 25
sampai 30 % dari energi yang dibutuhkan. Karbohidrat dibutuhkan oleh tubuh sekitar
50-60% dari energi output, protein dibutuhkan oleh tubuh sekitar 10-20 % dari energi
output, sedangkan lemak dibutuhkan oleh tubuh sekitar 20-25 % dari energi output.
Sumber :
- Zahra Syarifah, Muhlisin. 2020. Nutrisi Bagi Atlet Remaja. Sampangan. Pendidikan
Jasmani kesehatan & Rekreasi, FKIP, Universitas Wahid Hasyim. JTIKOR (Jurnal
Terapan Ilmu Keolahragaan). Volume 5 Mei, 2020 (81-93) doi:
10.17509/jtikor.v5i1.25097
- Tirtayasa Ketut, Surya Nata Wayan. 2019. Gambaran Asupan Nutrisi Atlet Cabang
Atletik, Kempo, Dan Tarung Derajat Yang Telah Melakukan Latihan Intensif Dalam
Mempersiapkan Perlombaan Pra-Pon Bali Pada Tahun 2015. Bali. Program Studi
Pendidikan Dokter, Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.12,DESEMBER,2019 ISSN: 2597-
8012
1. Bagaimana cara melakukan screening anatomi ?
Jawab :
Kualitas biometrik atau pengukuran antropometri dan somatotype, ukuran tinggi badan,
berat badan, panjang tungkai dan panjang lengan. Susunan anatomis, proporsi dan postur
tubuh perlu diperhatikan, terutama keharmonisan proporsi tubuh secara keseluruhan
sesuai dengan tuntutan setiap cabang olahraga.
Sumber :
Budiwanto Setyo. 2012. Metodologi Latihan Olahraga. Uniersitas Negeri Malang
http://fik.um.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/BUKU-METODOLOGI-
KEPELATIHAN-OLAHRAGA.pdf.

Anda mungkin juga menyukai