Anda di halaman 1dari 5

STUDI KASUS PENILAIAN KINERJA

Disusun oleh :

21. SAHRIL RAMADHAN

INSTANSI: BKPSDM KOTA BIMA


STUDI KASUS : PENILAIAN SKP YANG TIDAK MENCAPAI TARGET
Disusun Oleh : Mamat, S.Sos., MM, Widyaiswara Ahli Madya

I. Sinopsis
Seperti kita ketahui bersama bahwa pada saat mengajar SKP di Provinsi
Sumsel ada peserta yang menanyakan bahwa ada pegawai yang masuk kerja
hanya absen pagi jam 08.00 akan tetapi tidak mau bekerja bahkan ada yang
pulang dan kembali ke kantor pada saat jam 16.00 identik dengan sebutan 804,
bahkan kepala BKD Provinsi Sumsel bilang memang benar ada pegawai yang
eks eselon II eselon III yang di Non Jobkan menjadi staf bahkan ditempatkan
dalam satu ruangan. Kepala BKD menanyakan juga kepada saya apakah mereka
wajib membuat SKP, akhirnya saya katakan bahwa SKP wajib dibuat oleh semua
PNS dan CPNS sehingga walaupun yang bersangkutan mantan eselon II, III tidak
ada lagi alasan untuk tidak menyusun SKP karena SKP wajib dibuat bagi semua
pegawai, sehingga saran saya wajib menyusun SKP, beliau menanyakan lagi
lantas bagaimana dengan uraian tugas pokok SKPnya ? saya bilang gampang
buatkan saja uraian tugas pokok yang sesuai dengan atasannya karena mereka
berada di bawah BKD, maka uraian tugas pokoknya melaksanakan tugas-tugas di
BKD jangan absen kemudian pulang absen lagi dengan sebutan 804.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
prestasi kerja PNS disebutkan bahwa setiap Pegawai wajib menyusun SKP di
awal tahun sebagai bukti kontrak kerja antara atasan dengan bawahan sesuai
dengan uraian tugas pokok yang berasal dari rencana kerja tahunan yang
tertuang dalam SOTK masing-masing instansinya.
Rencana kerja tahunan merupakan acuan bagi setiap pegawai untuk
menyusun SKP, uraian tugas pokok harus sesuai dengan atasannya dan
mengacu kepada atasan langsungnya dan harus dibicarakan dengan atasannya
seperti target kuantitas, kualitas, waktu dan biaya, sehingga ada kesepakatan
antara atasan dengan bawahan dalam menyusun SKP, target patokannya dua
tahun kebelakang baik target maupun uraian tugas pokok wajib dibicarakan
dengan atasannya, akan tetapi kenyataan dilapangan masih ada seorang atasan
tidak mau pusing dengan SKP atau tidak mau tau padahal SKP sangat
menentukan baik buruknya pegawai. Seorang atasan seharusnya menanyakan
kepada bawahannya mengenai SKP baru menandatangani SKP di awal tahun
jangan sampai ada seorang atasan hanya menanda tangani tanpa melihat
terlebih dahulu SKP nya seperti apa.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS
dikatakan bahwa sanksi SKP bagi pegawai yang tidak mencapai target akan
dikenakan sanksi SKP. Ada dua sanksi SKP yaitu :
1. Hukuman Disiplin Sedang, apabila pencapaian sasaran kerja pada akhir
tahun hanya mencapai 25% s.d. 50% antara lain : Penundaan kenaikan gaji
berkala selama 1 (satu) tahun, Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)
tahun, Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
2. Hukuman Disiplin berat apabila pencapaian sasaran kerja pegawai pada akhir
tahun kurang dari 25% antara lain : Penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 3 (tiga) tahun, Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah, Pembebasan dari jabatan, Pembehentian dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS, dan Pemberhentian tidak
dengan hormat sebagai PNS.
Jadi jelas bahwa Pegawai yang melanggar akan dikenakan sanksi sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS,
apalagi ada pegawai yang 804, ini harus dikenakan sanksi.
Kaitannya dengan kasus Sdr Agus Permana wajib dikenakan sanksi
hukuman disiplin sesuai dengan hukumannya dan tidak dapat dipertimbangkan
untuk naik pangkatnya apalagi ybs tidak mencapai target SKP karena tidak ada
bukti hasil kerjanya. Tugas seorang atasan wajib memberikan sanksi kepada
bawahannya, karena apabila seorang atasan tidak memberikan sanksi kepada
bawahannya, maka atasannya yang dikenakan sanksi hukuman disiplin, bahkan
tunjangan kinerjanya juga tidak akan diberikan karena tunjangan kinerja diberikan
bagi yang melaksanakan tugas pokok dan ada hasil kerjanya baru akan diberikan
tunjangannya.
Badan Kepegawaian Negara sejak bulan Agustus tahun 2016 sudah
menerapkan SKP bulanan dengan menggunakan sistem aplikasi internet dimana
setiap pegawai wajib melaporkan hasil kerjanya setiap hari dan memasukannya
ke dalam Web Internet untuk diteruskan ke Biro Kepegawaian ini sebagai bukti
bahwa setiap pegawai wajib melaporkan hasil kerjanya selama satu bulan untuk
mengukur sejauhmana hasil kerja setiap pegawai sehingga dapat mengetahui
target yang dicapainya, selain itu juga dapat memantau absensi pegawai untuk
diberikan tunjangan atau tidaknya dari hasil absen dan hasil laporan kinerja
pegawai setiap hari selama satu bulan.

II. Tujuan Pembelajaran


Dalam rangka peserta memahami dan menguasai mengenai permasalahan
dalam study kasus modul I ini yakni Perlakukan terhadap pegawai yang tidak
mencapai target SKP merupakan salah satu aspek penting dalam perbaikan
organisasi dan produktifitas pegawai.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
prestasi kerja PNS disebutkan bahwa setiap Pegawai wajib menyusun SKP di
awal tahun sebagai bukti kontrak kerja antara atasan dengan bawahan sesuai
dengan uraian tugas pokok yang berasal dari rencana kerja tahunan yang
tertuang dalam SOTK masing-masing instansinya. Tertuang juga dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS dikatakan bahwa sanksi
SKP bagi pegawai yang tidak mencapai target akan dikenakan sanksi SKP.

III. Pertanyaan dan diskusi


1. Bagaimana pendapat saudara terhadap kasus tersebut di atas coba
saudara berikan penjelasan ?
Menurut saya, kasus ini memang banyak terjadi apabila di daerah-
daerah. Karena kebanyakan PNS membuat SKP disaat keperluan
pengurusan kenaikan pangkat dan kebutuhan mendesak lainnya. Tingkat
pengetahuan PNS tentang pentingnya SKP masih menjadi faktor utama yang
mendukung terjadinya seperti pada kasus diatas. Selain itu kurangnya
kesadaran dan ketelitian atasan langsung memiliki peran penting sehingga
terjadinya kasus diatas. Kebanyakan atasan langsung hanya langsung
menandatangani apabila disodorkan SKP bawahannya tanpa memeriksa dan
mendiskusikan isi dari SKP tersebut. Dengan adanya penerapan penilaian
prestasi kerja untuk mendukung adanya pemberian tambahan Penghasilan
Pegawai (TPP) atau biasa dikenal tunjangan kinerja (Tukin) akan merubah
perilaku dan pola pikir PNS tentang pentingnya SKP sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan selama satu tahun.
2. Coba saudara berikan solusi/pemecahan masalah agar tidak terjadi
kasus 804 ?
Beberapa solusi untuk pemecahan masalah tidak tercapainya target
SKP seorang PNS yaitu seorang PNS harus menanamkan rasa
tanggungjawab dalam mengemban tugas sebagai peayanan masyarakat.
Segala macam kendala yang berasal dari pribadi PNS itu sendiri seperti rasa
malas, cuek dan kurangnya pemahaman tentang SKP harus mampu diatasi
dengan adanya hubungan yang baik dengan atasan langsung. Atasan
langsung sebagai penilai SKP adalah kunci PNS untuk memperoleh target
nilai baik dalam SKP. Kontrak kerja yang dilakukan PNS dengan atasan
langsung diawal tahun merupakan bentuk kesepakatan bersama sebagai
tolak ukur yang harus di capai oleh PNS selama satu tahun. Untuk
optimalisasi pencapaian kinerja dan sasaran kerja pegawai (SKP) seorang
PNS harus lebih efektif dan efisien dalam melakukan pelayanan dan bekerja
sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai pelayan.

3. Apakah sanksi yang diberikan terhadap pegawai yang tidak mencapai


target SKP ?
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang
Disiplin PNS, dijelaskan bahwa sanksi bagi PNS yang tidak mencapai target
penilaian SKP dalam setahun akan mendapatkan hukuman disiplin sedang
yaitu keadaan dimana pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun hanya
mencapai 25% sampai dengan 50%. Sanksi yang diberikan untuk hukuman
disiplin sedang antara lain penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu)
tahun, penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun, dan penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. Kemudian hukuman
disiplin berat yaitu keadaan dimana pencapaian sasaran kerja pegawai pada
akhir tahun kurang dari 25%. Sanksi yang diberikan untuk hukuman disiplin
berat penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun,
pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah,
pembebasan dari jabatan, pembehentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS, dan pemberhentian tidak dengan hormat
sebagai PNS.

Anda mungkin juga menyukai