Anda di halaman 1dari 18

Saifullah Abdul Rasyid

H041171319
Flagellata (dalam bahasa latin diambil dari kata “flagellI” yang berarti cambuk atau Mastigophora
(dari bahasa Yunani, “mastig” yang berarti cambuk, dan “phora” yang berarti gerakan), dalam taksonomi
kuno flagellata merupakan salah satu kelas dalam filum protozoa atau protista yang mirip hewan, namun
dalam taksonomi modern menjadi superkelas yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu fitoflagelata dan
zooflagelata. Flagellata (Mastigophora) merupakan zooplankton yang termasuk dalam filum protozoa yang
bergerak menggunakan bulu cambuk (flagel). Istilah flagellata dalam bahasa latin berasal dari kata flagel
yaitu cambuk. Sedangkan Matigophora dalam bahasa Yunani terdiri dari kata mastig yang berarti cambuk,
dan phoros yang berarti gerakan.
Beberapa organel flagelata menyerupai struktur amuba, namun dengan tambahan struktur lain yang
unik. Flagelata memiliki 1 inti atau lebih dari 1 inti dan alat pergerakan (alat neuromotor) yang terdiri dari
kinetoplas dan flagel. Kinetoplas terdiri dari blefaroplas, kadang-kadang ada benda parabasal. Aksonema
merupakan bagian flagel yang terdapat di dalam badan parasit. Kadang-kadang ada struktur yang nampak
sebagai satu garis mulai dari anterior sampai ke posterior yang disebut aksostil. Di samping badan parasit
terdapat membran bergelombang dan kosta yang merupakan dasarnya. Beberapa spesies flagelata
mempunyai sitostoma.
Berdasarkan struktur morfologinya flagellata dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu
fitoflagellata dan zooflagellata. Fitoflagellata merupakan kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti
tumbuhan, sedangkan zooflagellata merupakan kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti hewan.
Khusus yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai fitoflagellata. Fitoflagelata adalah flagellata
yang mirip dengan tumbuhan karena memiliki plastida, sehingga dapat melakukan fotosintesis. Berdasarkan
ciri-ciri morfologinya, Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi 8 ordo, yaitu: Kriptomonadida, Euglenoida,
Dinoflagellata, Krisomonadida, Prymnesiida, Volvocida, Prasinomonadida, dan Silicoflagellida.

Gambar : Fitoflagellata
1. Ordo Chrysomonadale
 Karakteristik Umum
Ciri-ciri umum :
1. Selnya mempunyai klorofil dan karotin.
2. Berflagel dua yang heterokon dengan rambut-rambut mengkilap.
3. Memiliki dua sista dalam plasma yang berkersik dan terdiri atas dua bagian yang tidak sama besar.
4. Yang besar berbentuk mangkok dan yang kecil seperti tutupnya.
5. Hasil asilmilasi sel berupa minyak lemak dan leukosin.
 Klasifikasi
1. Syncrypta, sel-selnya merupakan koloni yang berbentuk peluru.
2. Dinobryon, hidup di dalam air tawar, sel-selnya dikelilingi oleh benda berbentuk seperti piala yang
terdiri atas selulosa.
3. Coccolithinae, hidup di dalam air laut dan mempunyai selaput dari kapur. Contohnya, Calyptrosphera
insignis.
4. Silicoflagellata, hidup di dalam air laut dan dinding selnya berkersik. Contohnya : Distephanus
speculum.
 Siklus Hidup
Siklus hidup dan reproduksi pada Chrysomonadales yaitu dilakukan dengan dua cara antara lain
secara aseksual (Vegetatif) dan seksual (Generatif). Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan
zoospora multinukleat berukuran besar yang mempunyai banyak flagella. Zoospora dianggap sebagai
struktur menjemuk yang terdiri dari kumpulan zoospora kecil yang berflagella dua yang masing-masing
tidak memisahkan diri. Setelah zoospora ini dilepaskan, kemudian bergerak dengan flagellanya ke tempat
baru setelah menetap, flagella dilepaskan dan berkecamba membentuk vaucheria baru. Selain pembentukan
zoospora, ada juga spesies chrysphyta yang reproduksi aseksualnya dengan cara membelah diri seperti pada
ochromonas (Haelewaters, D, dkk., 2019).
Adapun reproduksi secara seksual (Generatif) yaitu reproduksi ini dengan cara oogami dengan
membentuk oogomia (pembentukan gamet betina) dan anteridia (pembentukan gamet jantan) pada filament
yang sama. Sel telur yang dihasilkan yaitu berukuran besar dengan satu inti yan mengandung klorofil.
Sperma yang dihasilkan anteridia mempunyai flagella yang kecil. Setelah terjadi pembuahan akan
terbentukan zigot dan setelah itu dilepaskan dari induknya, zigot setiap tumbuh membentuk fillamen baru
(Haelewaters, D, dkk., 2019).
Pada siklus hidupnya, yaitu fotoautotrof dan memiliki satu atau dua kloroplas. Sejumlah ganggang
emas bersifat mixotrophic. Ada dapat menggunakan karbon organik dalam bentuk terlarut dan karbon
anorganik melalui fotosintesis. Sebagai contoh, spesies Ochromonasgranularis dapat hidup sepenuhnya
tanpa cahaya dalam larutan sukrosa (Kasrina, dkk., 2012).
Ada juga spesies yang hidup secara fagotropis. Mereka aktif menyerap karbon dan zat organik
lainnya dalam bentuk partikel yang lebih besar hingga bakteri hidup kecil dengan bantuan pseudopoda dan
juga dapat dilakukan tanpa fotosintesis. Spesies lain sepenuhnya heterotrofik dan tidak memiliki kloroplas,
sehingga fotosintesis tidak mungkin (Kasrina, dkk., 2012).
Produk cadangan khas alga keemasan adalah chrysolaminarin, glukan 1,3-terkait (polisakarida).
Tetesan lemak yang disimpan dalam vakuola sering berfungsi sebagai zat cadangan. Alga keemasan
terjadi terutama di air tawar (terutama di air dingin dan ringan), lebih jarang di air payau atau garam. Di
lautan, mereka cenderung memainkan peran penting sebagai produsen utama nanoplankton. Juga dalam
kompetisi makanan di danau, ganggang emas phagotrophic sangat penting karena mereka dapat
menggunakan bakteri sebagai sumber makanan (Kasrina, dkk., 2012).
 Habitat
Habitat pada Chrysomonadales yaitu biasanya hidup pada sebagian besarnya hidup di air tawar, diatas
permukaan tanah yang lembab. Meskipun beberapa jenis ada yang hidup diair laut. Alga kelompok ini
mempunyai makanan yang disimpan sebagai laminaria, yaitu suatu polisakarida sebagai simpan makanan
pada aalga ini. Adapun juga beberapa yang hidup didarat sering ditemui sebagai selaput seperti beludru
ditepi kolam, di tepi perairan atau ditanah yang lembab serta merupakan komponen penting dalam
pembentukan minyak bumi (Liona, L, dkk., 2020).
Meskipun sejumlah organisme ditemukan di perairan laut, sebagian besar juga menempati
lingkungan air tawar. Organisme sangat penting bagi ekosistem daerah air tawar karena mereka bertindak
sebagai sumber makanan utama bagi zooplankton melimpah yang menghuni badan-badan air. Zooplankton
tersebut kemudian dikonsumsi oleh organisme yang lebih besar sebagai linkungan penting dalam rantai
makanan ekosistem (Liona, L, dkk., 2020).
 Peranan
Sel-selnya mempunyai klorofil dan karotin, flagella 2, heterokon, yang panjang dengan rambut-rambut
yang mengkilap. Padanya sering ditemukan dua sista dalam plasma yang berkersik dan terdiri atas dua
bagian yang tidak sama besar. Yang besar berbentuk mangkuk, yang kecil seperti tutupnya. Hasil asimilasi
dan zat makanan cadangan berupa minyak lemak dan leukosin. Bebrapa marga antaranya ialah:
- Syncrypta, sel-selnya merupakan koloni yang berbentuk peluru.
- Dinobryon, hidup dalam air tawar, sel-selnya dikelilingi oleh benda berbentuk piala dan terdiri atas
selulosa.
Dari yang hidup dalam air laut, diantaranya :
- Coccolithinae, mempunyai selaput dari kapur.
- Silicoflagellata, yang dinding selnya berkresik.

Gambar : Distephanus speculum


2. Ordo Dinoflagellatae
Kromatofora banyak, berwarna kuning coklat, mengandung karotenoid dan klorofil. Hasil asimilasi
berupa tepung atau minyak. Flagelnya dua, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran.
Dimana yang satu menunjuk kebelakang dan yang lain berbentuk spiral dalam saluran yang melintang
(Tjitrosoepomo. G, 2016).
 Karakteristik Umum
- Dinoflagellata bertatahkan dengan piring yang terbuat dari bahan seperti selulosa dan silica.
- Sebagian dinoflagellata mengandung pigmen klorofil –a, klorofil-c dan karotenoid yang memungkinkan
mereka untuk menjalani proses fotosintesis untuk menghasilkan energi.
- Beberapa spesies dinoflagellata mengeluarkan racun ke dalam air, ledakan populasi organisme ini dapat
menyebabkan daerah yang mereka tempati di laut untuk menerima warna merah dan umumnya disebut “
Red Tide ( pasang merah ) ”, selama pasang merah ikan kerang dan ikan lainnya dianggap beracun bagi
manusia dan tidak boleh dikonsumsi.
- Dinoflagellata dasarnya memiliki dua alat reproduksi, selama kondisi normal mereka mereproduksi seperti
sel apapun dengan pembagian vegetatif. Ini berarti bahwa dinoflagellata baru putus dari dinoflagellatatua
dan tumbuha menjadi organisme terpisah. Tetapi dibawah kondisi stress tertentu seperti dingin, kelaparan
dan kekurangan cahaya mereka menjalani proses yang berbeda untuk mereproduksi.
- Dinoflagellata akan bergabung bersama dalam proses yang disebut fusion, mereka akan tinggal bersama-
sama melalui masa stress dalam keadaan semi-aktif. Sekali lagi kondisi yang menguntungkan mereka putus
menjadi potongan-potongan kecil yang sebut kista dan tumbuh menjadi organisme baru berukuran penuh.
- Kromatofora banyak, berwarna kuning coklat, mengandung karotenoid dan klorofil. Hasil asimilasi berupa
tepung atau minyak. Flagel dua, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Yang satu
menunjuk ke belakang, yang lain berbentuk spiral dalam saluran yang melintang.
 Klasifikasi
Klasifikasi pada Dinoflagellatae yaitu, Organisme yang termasuk kedalam ordo Dinoflagellata
banyak ditemukan di air tawar maupun air laut, dan merupakan sumber makanan penting bagi organisme
kecil lainnya. Kelompok Dinoflagellata ini memiliki ciri-ciri: bentuk selnya biconical (seperti katup),
memiliki alur spiral yang disebut cingulum dan celah longitudinal yang disebut sulkus, dan memiliki bentuk
plastid yang bulat memanjang (Roger, 1988).
Memiliki 2 flagela. Kedua flagella muncul dari satu lubang pada persimpangan antara cingulum dan
sulcus. Dinoflagellata mampu bereproduksi secara aseksual dan seksual. Secara Aseksual biasanya melalui
pembelahan mitosis khususnya pada Dinoflagellata oseanik. Secara seksual melalui meiosis atau bila
kondisi lingkungan memburuk akan berkembang menjadi kista istirahat dengan dinding sel yang tebal.
Adapun Contoh dari Dinoflagellatae antara lain yaitu Noctilucamiliaris dan Gymnodiniumbreve.
Gymnodiniumbreve memiliki bentuk mirip seperti kunci gembok. Tubuhnya organisme ini dikelilingi oleh
selulosa. Noctilucamiliaris kebanyakan hidup di air laut. Noctilucamiliaris dapat memancarkan sinar
(bioluminense) apabila tubuhnya terkena rangsangan mekanik (Irfani, 2011).
Dinoflagellata memiliki bentuk tubuh yang bervariasi tetapi kebanyakan lonjong dengan warna yang
kecokelatan dan kekuningan. Dinoflagellata merupakan penyusun plankton laut. Walaupun sebagian besar
dari habitat di laut, ada juga yang hidup di air tawar. Dinoflagellata bersimbiosis di terumbu karang, ubur-
ubur, anemopn, dan invertebrata lainnya. Flagelanya terletak di cekungan transversal yang mengelilingi
tubuh. Banyak spesies Dinoflagellata kehilangan flagelanya dan tumbuh sebagai fase vegetatif yang non-
motil. Contoh anggota Dinoflagellata antara lain. Ceratilum, Noctilucamilliaris, dan Gymnodinium.
Noctilucamilliaris kebanyakan hidup diair laut (Kasrina, dkk., 2012).
Adapun ciri-ciri umum dari Dinoflagellatae antara lain sebagai berikut :
• Memiliki dua flagela yaitu satu panjang dan yang satunya pendek
• Melakukan simbiosis dengan jenis alga tertentu
• Tubuhnya dapat memancarkan sinar yang terkena rangsangan mekanis.
Kita dapat melihatnya pada waktu malam, ketika ombak memecah karang atau dayung memukul air
laut, akan timbul cahaya yang berkilauan yang dihasilkan oleh Noctiluca. Karena dinoflagellata dapat dilihat
baik sebagai seperti tanaman dan seperti hewan, klasifikasi mereka telah diperdebatkan dikalangan ahli
botani zoolagi dan paleotologi. Yang paling banyak diterima skema klasifikasi ialah bahwa semua
dinoflagellata ialah anggota kerajaa Protista divisi Dinophyta dan kelas Dinophyceae. Dinoflagellata
kemudian diklasifikasikan ke dalam banyak ordo genus dan spesies berdasarjan karakteristik seperti perilaku
makan, komposisi plat luar mereka anatomi dan fisiologi keseluruhan (Kasrina, dkk., 2012).
Klasifikasi pada Dinoflagellatae
Kingdom : Dinoflagellates
Class : Dinoflagellata, Dinophyceae
Phylum : Dinophyta
Ordo : Gonyaulacales
Species : Gonyaulax balechii
Gambar : Gonyaulax balechii
Gonyaulax menyebabkan kerusakan pada industri utama. Gonyaulax merupakan salah satu
dinoflagellata bertanggung jawab untuk munculnya pasang merah. Selama pasang merah, banyak ikan, ikan
paus, manatee, dan pantai burung telah mati dalam jumlah besar karena kondisi anoxic dihasilkan oleh
dinoflagellata mekar. Gonyaulax racun dari hewan laut juga dapat langsung beracun di bagian atas piramida
makanan. Gonyaulax merupakan produsen utama dalam jaringan makanan Dinoflagellata adalah salah satu
unsur utama dari komunitas plankton laut, yang bertanggung jawab untuk sebagian besar fiksasi karbon
fotosintesis di laut. Sebagai produsen utama mereka mendukung kehidupan semua organisme laut utama.
Kista Gonyaulax mungkin menunjukkan cadangan minyak bumi. Mereka telah berguna bagi industri bahan
bakar fosil. Plankton mati jatuh ke dasar laut telah dikonversi menjadi senyawa minyak bumi selama jutaan
tahun, akibat peningkatan tekanan lapisan sedimen. kista dinoflagellata Jadi fosil diharapkan untuk
menunjukkan lokasi cadangan minyak bumi. Toksin Gonyaulax memiliki aplikasi medis. Paradoksnya,
racun Gonyaulax dapat bermanfaat (Harmoko, dkk., 2018).
 Aspek Fisiologi
a. Cara Memperoleh Nutrisi
Mayoritas dari dinoflagellata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang
berada di air segar. Dinoflagelata adalah komponen yang penting dari plankton, khususnya pada kondisi
hangat sebagai penambahan, beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik,
dinoflagellata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari ragenututropik ke bentuk heterotropik yang mana
terdapat juga intevertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain. Dinoflagelata yang memiliki
sistem fotosintesis dan membutuhkan vitamin disebut autotropi dan yang membutuhkan energi disebut
heterotrop. Pertumbuhan yang cepat dari plankton dinoflagelata mungkin akan menghasilkan warna coklat
atau merah perubahan wama air disebut redtides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan
muara. Beberapa dinoflagelata menghasilkan redtides adalah luminescentSpesics lain mungkin mengandung
racun yang dapat dilepaskan ke dalam air atau terakumulasi dalam rantai makanan. Dalam beberapa kasus,
racun dapat menyebabkan kematian ikan atau menyeliabkan keracunan manusia yang makan makanan yang
terkontaminasi oleh moluska atau ikan (Vila dkk., 2001).
b. Mobilitas (Pergerakan)
Zigot akan mempunyai dinding setelah mengalami waktu istirahat lalu mengadakan pembelahan,
reduksi mengeluarkan sel kembara yang telanjang, yang masing-masing akan menjadi individu baru yang
membentuk panser pula. Dalam keadaan yang buruk, protoplas dalam penser itu mengecil (kontraksi) yang
membentuk sista yang berkulit, yang kemudian tumbuh membentuk sel-sel kembara yang telanjang,
kebanyakaan Dinoflagellata hidup dalam air laut dan bersama dengan Coccolithinae dan Diatomeae
merupakan penyusun fitoplankton yang utama. Dari golongan ini dapat kita sebut yaitu (Tjitrosoepomo. G,
2016) :
- Suku Gymnodiniaceae, sel-sel telanjang, tanpa perubahan bentuk yang ada kaitannya dengan metabolisme.
Kadang-kadang mempunyai kulit tipis yang terdiri atas selulosa.
- Suku Peridiniaseae, mempunyai panser selulosa, yang tersusun atas papan-papan segi banyak yang tumbuh
di tengah. Papan-papan itu penuh dengan pori-pori, yang menjadi jalan untuk keluarnya plasma. Pada papan
juga terdapat bagian-bagian yaitu seperti, sayap yang memudahkan organisme melayang dalam air.
c. Siklus Hidup
Zigot mempunyai dinding. Setelah mengalami waktu istirahat, lalu mengadakan pembelahan reduksi,
mengeluarkan sel kembara yang telanjang, yang masing-masing akan menjadi individu baru yang
membentuk panser pula. Dalam keadaan yang buruk, protoplas dalam panser itu mengecil (kontraksi) lalu
membentuk sista yang berkulit, yang kemudian tumbuh dengan membentuk sel-sel kembara yang telanjang.
Kebanyakan Dinoflagellata hidup dalam air laut dan bersama dengan Coccolititinae dan Diatomeae
merupakan penyusun fitoplankton yang utama. Kebanyakan dinoflagellata memperlihatkan reproduksi
secara aseksual atau pembelahan sel mitosis. Proses ini membagi organisme menjadi kembaran identik,
theca mereka mungkin pecah, terbagi pada tiap-tiap kembarannya, jadi tiap kembaran menerima separuh dan
meregenerasi separuhnya. Beberapa genera tumbuh sebagai filament ketika sel mereka tidak terpisah setelah
pembelahan. Dinoflgellata dewasa bersifat haploid, jadi ketika reproduksi seksual dimulai, gamet
mengalami mitosis, mungkin tumbuh dengan atau tanpa dinding, terlihat sebagai individu tua dalam versi
kecil. Gamet jantan dan betina tidak jelas dibedakan, tetapi dapat berenang bebas. Setelah penggabungan
dua gamet, lalu menjadi zigot yang aktif berenang, pada kondisi yang tidak menguntungkan, sel akan
membentuk hystrichosphere, ini adalah dorman kapsul yang melindungi dinoflagelata sampai keadaan
menguntungkan kembali (Vila dkk., 2001).
Cara bereproduksi atau berkembang biak pada Dinoflagellata yaitu dengan cara vegetatif dan seksual
dimana dengan cara vegetatif yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel mempunyai panser, maka
selubung itu pecah. Dapat juga protoplas membelah membujur, lalu keluarlah buah sel telanjang yang dapat
mengembara, yang masing-masing lalu membuat panser lagi. Adapun secara seksual yaitu dalam sel
terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat mengadakan perkawinan dengan isogamet dari individu
lain (Tjitrosoepomo. G, 2016).
Pada Alexandriumsp, cara perkembangbiakannya yaitu :
Kista-kista tidur dalam dasar laut, tertimbun oleh sedimen. Jika tak terganggu oleh kekuatan fisik
atau alam, mereka dapat berada di dasar laut dalam kondisi tertidur untuk waktu bertahun-tahun. Jika
terdapat kandungan oksigen dan kondisi memungkinkan, mereka daapt melakukan proses
perkecambahan.Jika suhu hangat dan banyak cahaya yang merangsang perkecambahan ini, kista akan pecah
dan mengeluarkan sel yang dapat berenang. Sel ini direproduksi oleh pembelahan sederhana dalam beberapa
hari pengeraman.
Jika kondisi tetap optimal, sel akan terus membelah diri secara berlipat, dari dua menjadi empat,
empat menjadi delapan, dan seterusnya. Setiap satu sel dapat menghasilkan beberapa ratus sel dalam se
minggu. Pada saat nutrisi telah habis, pertumbuhan sel berhenti dan terbentuklah sel-sel gamet. Setiap dua
sel gamet yang berbeda bersatu membentuk satu sel baru yang berkembang menjadi sebuah zigot dan
akhirnya menjadi kista. Kista ini lalu jatuh ke dasar laut dan dapat berbiak pada tahun berikutnya (Liona, L,
dkk., 2020).
d. Reproduksi
Perkembang biakan Dinoflagellata :
a) Vegetatif, dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel mempunyai panser, maka selubung itu pecah.
Dapat juga protoplas membelah membujur, lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara, yang
masing-masing lalu membuat panser lagi.
b) Seksual, dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat mengadakan perkawinan dengan
isogamer dari individu lain.
 Habitat
Organisme yang termasuk kedalam ordo Dinoflagellata banyak ditemukan di air tawar maupun air
laut, dan merupakan sumber makanan penting bagi organisme kecil lainnya. Kelompok Dinoflagellata ini
memiliki ciri-ciri: bentuk selnya biconical (seperti katup), memiliki alur spiral yang disebut cingulum dan
celah longitudinal yang disebut sulkus, dan memiliki bentuk plastid yang bulat memanjang (Roger, 1988).
 Persebaran
Penyebab dari berkembangnya dinoflagelata dan umunya berhubungan dengan kondisi lokal. Walau
bagaimanapun, beberapa pola umum tetap terjadi konsentrasi yang tinggi dari sel yang menghasilkan
redtides kadang-kadang diikuti pengkayaan dari air dengan adanya upwelling atau runoff. Sekuen yang khas
untuk redtide. Populasi dari peningkatan sel dengan reproduksi aseksual. Akumulasi sel dekat permukaan
sebagai hasil dari phototaxis positif. Konsentrasi sel mungkin terjadi sebagai hasil dari pergerakan air
(dihasilkan oleh onshorewindtidedll) Reproduksi seksual terjadi dan zigot menjadi cysts, menjaga cadangan
pada fase dorman pada dasamya (Harmoko, dkk., 2018).
Pertumbuhan yang cepat dari pyrophyta akan menghasilkan gamet coklat atau merah pada air
sehingga disebut redtides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara, bebraparapyrrophyta
yang mengakibatkan redtides adalah luminescen. jumlah fitoplankton berlebih di sebuah perairan berpotensi
membunuh berbagai jenis biota laut secara massal. Pasalnya, keberadaan fitoplankton mengurangi jumlah
oksigen terlarut."Kemungkinan lain, insang- insang ikan penuh dengan fitoplankton. Akibatnya, lendir
pembersihnya menggumpal karena fitoplanktonnya berlebih dan ikan pun sulit bernapas (Harmoko, dkk.,
2018).
Padahal, mereka terus bergerak," Dugaan di atas diperkuat dengan terjadinya peristiwa pada sore
hingga malam hari. Saat itulah fitoplankton membutuhkan oksigen sehingga terjadilah perebutan oksigen.
Siang hari, oksigen terlarut justru berlebih karena proses fotosintesis, Misalnya pada perairan teluk, karena
perairan ini terkenal memiliki nutrien tinggi seiring tingginya limbah organik yang dibawa sungai ke laut
(Suwartimah, K, dkk., 2011).
Selain itu, ikan-ikan yang berada di Laut senantiasa tercukupi kebutuhan makanannya. Namun di sisi
lain, kelebihan fitoplankton mengganggu estetika perairan untuk wisata bahari. Red Tide spesies
fitoplankton pyrrophyta itu terjadi, menurut Said Mustafa disebabkan empat faktor. Pertama, pengayaan
unsur hara dalam dasar laut atau eutrofikasi; Kedua, perubahan hidro-meteorologi dalam sekala besar;
Ketiga, adanya gejala upwelling yaitu pengangkatan massa air yang kaya akan unsur hara ke permukaan,
dan; Keempat, akibat hujan dan masuknya air tawar ke laut dalam jumlah besar. “Banjir bandang, misalnya,
bisa juga membuat air laut pantai terkena redtide” .Keempat faktor itu, menurutnya, merupakan faktor
penyebab terjadinya redtide spesies fitoplanktonpyrrophyta berwarna merah. Spesies ini akan hilang dengan
sendirinya, bila ekosistem dalam air kembali seimbang, yaitu kembali pada kondisi normalnya. Perubahan
warna air laut terjadi, jika warna merah karena dominasinya spesies alga merah (Dinoplagelata) yang mekar
dan tumbuh dari dasar laut melampui batas normalnya (Kasrina, dkk., 2012).
Red tide kadang-kadang bermula dari estuaries dan kemudian berkembang ke pesisir pentai. Dampak
dari redtide pada komrnitas lautan bergantung pada spesies tersebut Oksigen mungkin dihabiskan oleh
proses respirasi dari dinoflagelata pada saat malam dan dengan dekomposisi sel ketika
masa perkembangan berakhir. Beberapa efek mungkin akan dihasilkan ketika tumpukan spesies
mengandung racun terkumpul (Kasrina, dkk., 2012).
 Peranan
Peranan Pyrrophyta atau Dinoflagellata terhadap lingkungan
 Dinoflagellata sering menyebabkan suatu fenomena menarik di laut, yaitu dapat menghasilkan warna
laut yang tiba-tiba memerah. Fenomena ini sering disebut pasang/gelombang merah atau “redtides”.
Kondisi seperti ini mengandung suatu racun yang dihasilkan Dinoflagellata tertentu dan dapat
meracuni ikan, kerang, dan kadang-kadang manusia.
 Pasang merah beracun biasanya dapat terjadi setelah kepadatan populasi Dinoflagellata tertentu
meningkat tajam (blooming). Jenis Dinoflagellata yang dapat menghasilkan pasang merah beracun,
di antaranya Gymnodinium dan ProtoGonyaulax. Toksin atau racun yang dihasilkan spesies-spesies
tersebut biasanya bersifat racun saraf atau neurotoksin, atau dapat menyebabkan pecahnya sel darah
merah.
 Ketika terjadi gelombang merah, ribuan ikan mati lemas akibat insang mereka tersumbat atau
kekurangan oksigen oleh miliaran Dinoflagellata yang mati dan membusuk. Akan tetapi, tiram dan
remis “berpesta” dengan menyaring jutaan makanan mereka di air. Dalam proses ini, tubuh mereka
akan mengumpulkan racun saraf yang diproduksi Dinoflagellata dalam jumlah yang cukup besar.
 Pada keadaan ini, racun Dinoflagellata dapat terkumpul pada tubuh tiram atau remis tanpa
menyebabkan kematian hewan tersebut. Namun, jika moluska tersebut termakan oleh manusia, dapat
terjadi keracunan pada manusia yang memakannya. Oleh karena itu, dalam mengkonsumsi kerang-
kerangan sering dihindari pada saat musim panas, yaitu musim ketika populasi Dinoflagellata
jumlahnya meningkat tajam.
3. Ordo Euglenales
 Karakteristik Umum
Hidup dalam air tawar, sel-selnya telanjang, bentuk bulat memanjang. Pada bagian muka terdapat
satu bulu cambuk dengan rambut-rambut mengkilat pada satu sisi aja. Kromatofora berwarna hijau,
ngandung klorofil-a dan klorofil-b, dan sebagai hasil asimilasi terdapat paramilon yang menyerupai zat
tepung. Euglenales hidup dalam air tawar, dalam kolam atau tempat-tempat yang berlumpur. Contoh jenis
termasuk di dalamnya ialah Euglena viridis dan Euglena gracilis. Bagian tubuh euglena terdiri dari stigma,
vakuola kontraktil, dan cambuk atau flagela. Stigma adalah bagian pada tubuh Euglena yang berupa titik,
bagian ini biasanya disebut dengan istilah titik mata. Euglena dapat berubah bentuk menjadi memanjang, hal
ini terjadi karena dinding selnya tidak "berdinding kaku". Euglena memiliki ukuran sangat kecil yaitu
panjangnya 0,05mm. Euglenophyta ini berwarna hijau karena mengandung klorofil dan dapat berfotosintesis
sehingga di masukan kedalam kelompok makhluk hidup yang menyerupai tumbuhan.Akan tetapi
Euglenophyta juga mempunyai ciri-ciri yang menyerupai hewan seperti bergerak aktif, serta mempunyai
bintik mata sehingga Euglenophyta merupakan makhluk hidup yang menyerupai tumbuhan sekaligus
menyerupai hewan (Suwartimah, K, dkk., 2011).
Adapun ciri-ciri pada Euglenales
a) Berwarna hijau karena mengandung klorofil
b) Sel berbentuk oval memanjang,
c) Di salah satu ujungnya terdapat mulut sel,
d) Dari mulutnya muncul satu flagela (cambuk) yang berfungsi sebagai alat gerak, dan
e) Mempunyai bintik mata yang terletak di dekat mulut sel yang berfungsi untuk membedakan antara gelap
dan terang.
Berikut, merupakan cirri-ciri secara umum pada Euglenales :
 Merupakan organisme yang bersel tunggal dengan susunan sel eukariota. Selnya tidak dibungkus
oleh dinding selulosa, melainkan oleh parikel berprotein, yang berada di dalam plasmalema. Yang
pada kebanyakan Euglenophyta, perikel itu bersifat lentur yang sehingga memungkinkan perubahan
bentuk sel, akan tetapi pada beberapa jenis, parikel ini kaku yang sehingga sel memiliki bentuk yang
tetap. Yang pada ujung depan sel Euglenophyta melekuk ke dalam yang membentuk saluran yang
ujung dalamnya meluas menjadi sebuah rongga membulat yang membentuk reservoar. Saluran dan
reservoar itu dianggap sebagai terusan tempat partikel makanan padat yang masuk ke dalam sebuah
sel.
 Pada ujung anteriornya terdapat celah yang sempit yang memanjang ke arah posterior. Yang pada
bagian posterior, celah sempit ini melabar dan membentuk kantong cadangan atau reservoir. Pada
bulu cambuknya “flagel” terbentuk di sisi reservoir yang disisi lain dari flagel terdapat bintik mata
yang sangat peka terhadap rangsangan sinar matahari.
 Pada dasarnya Euglenophyta memiliki 2 buah flagel tipe cambuk yang berjumbai, dengan tonjolan
lateral yang berupa bulu yang terletak pada satu barisan sepanjang flagel. Tubuh Euglenophyta
terlindung oleh selaput pelikel, yang sehingga bentuk tubuhnya tetap. Yang sebelah dalam selaput
pelikel terdapat sitoplasma. Yang di dalam sitoplasmanya terdapat berbagai organel seperti plastida,
kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil dan vakuola nonkontraktil.
 Euglenophyta dapat hidup secara autotrof maupun secara heterotrof, karena secara umum,
Euglenophyta memiliki cara hidup yang lengkap yakni dapat bersifat saprofit “heterotrof pada
hewan yang sudah mati yang mengandung bahan organik”, holozoik “menyerap bahan makanan”,
maupun fototrofik. Karena dapat bersifat heterotrof maupun autotrof, maka Euglenophyta disebut
bersifat miksotrof
 Pada saat sinar matahari mencukupi, Euglenophyta melakukan fotosintesis, tetapi bila tidak terdapat
sinar matahari, Euglenophyta mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya. Untuk pengambilan
zat organik dilakukan oleh Euglenophyta dengan cara absorbsi melalui membran sel, yang
selanjutnya zat makanan itu disecna secara enzimatis di dalam sitoplasma.
 Klasifikasi
Ciri-ciri organisme yang termasuk ordo ini adalah memiliki bentuk tubuh menggelendong dengan
ujung berbentuk meruncing, tubuhnya dilapisi dengan pelikel, memiliki dua buah atau lebih flagel (satu bulu
cambuk panjang dan satu bulu cambuk pendek) yang muncul dari bagian lubang apikal, plastida berbentuk
pipih dan seperti pita, dan memiliki stigma yang tampak jelas (bintik mata berwarna merah) yang berfungsi
untuk membedakan antara gelap dan terang (Roger, 1988). Beberapa contoh dari ordo Euglenoida yaitu
Euglenagracilis, Euglenaacus, dan Euglenaviridis.
Menurut Verda (2010), Euglenaviridis dapat bersifat holofitrik dan holozoik. Bersifat holofitrik
karena memiliki kloroplas yang mengandung klorofil, sehingga dapat membuat makanannya sendiri dengan
cara melakukan fotosintesis. Bersifat holozoik yaitu dengan cara memasukkan makanannnya yang berupa
organisme berukuran lebih kecil melalui sitofaring menuju vakuola dan ditempat inilah makanan dicerna.
Klasifikasi pada Euglenales Kingdom : Excavata Phylum : Euglenozoa Class : Euglenoidea Ordo :
Euglenaceae Genus : Euglena
 Aspek Fisiologi
a. Cara Memperoleh Nutrisi
Euglenaviridis dapat menghasilkan makanan atau memperoleh nutrisi sendiri (holofilik) dan
mencerna organisme lain (holozoik). Euglena dapat menghasilkan makanan sendiri karena pada lapisan
entoplasma terdapat kloroplas yang mengandung klorofil a dan b. Pada keadaan lingkungan cukup cahaya,
terjadi fotosintesis yang menghasilkan zat tepung (amilum). Amilum ini disimpan didalam sitoplasma dalam
bentuk butir-butir paramilum (Suwartimah, K, dkk., 2011).
Organisme ini melakukan fotosintesis dalam kloroplas dan bersifat autotrofik fakultatif. Sebagian
besar organisme ini mampu mengasimilasi substansi organik selama fotosintesis. Bahkan, beberapa jenis
Euglena dapat menelan makanan berbentuk partikel melalui lubanglubang sementara yang berdekatan
dengan kerongkongan (Roger, 1988). Sebagai organisme yang menyerupai tumbuhan, Euglena dapat
membuat makanan sendiri dengan melakukan fotosintesis. Dengan bantuan cahaya matahari, makhluk hidup
ini dapat mengubah klorofil menjadi energi. Selain berfotosintesis, makhluk hidup ini dapat pula
memasukkan bahan makanan melalui mulut sel yang dimilikinya sehingga Euglena dapat disebut sebagai
organisme fotoautotrof dan organisme heterotrof (Suwartimah, K, dkk., 2011)
b. Mobilitas (Pergerakan)
Salah satu spesies Fitoflagellata yang mudah ditemukan dan diamati morfologinya yaitu
Euglenaviridis. Euglena viridis berbentuk seperti gelendong dengan bagian anterior tubuh tumpul dan
bagian posterior meruncing. Struktur tubuh Euglena viridis terlindungi oleh pelikel dan dilengkapi dengan
satu flagel yang terletak dibagian anterior. Flagel berfungsi sebagai alat gerak untuk berpindah tempat dan
berfungsi untuk mengumpulkan makanan (Tjitrosoepomo. G, 2016).
Euglenophyta adalah sejenis alga bersel tunggal yang berbentuk lonjong dengan ujung anterior
(depan) tumpul dan meruncing pada ujung posterior (belakang). Setiap sel Euglenophyta dilengkapi dengan
sebuah bulu cambuk (flagel) yang tumbuh pada ujung anterior sebagai alat gerak. Pada ujung anterior ini
juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior. Pada bagian posterior, celah ini melebar dan
membentuk kantong cadangan atau reservoir. Flagel terbentuk di sisi reservoir. Di sisi lain dari flagel
terdapat bintik mata yang sangat peka terhadap rangsangan sinar matahari. Euglenophyta dilengkapi dengan
sebuah bulu cambuk (flagel) yang tumbuh pada ujung anterior sebagai alat gerak. Pada ujung anterior ini
juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior. Pada bagian posterior, celah ini melebar dan
membentukkantong cadangan atau reservoir. Flagel terbentuk di sisi reservoir. Di sisi lain dari flagel
terdapat bintik mata yang sangat peka terhadap rangsangan sinar matahari (Suwartimah, K, dkk., 2011).
c. Siklus Hidup dan Reproduksi
Pada dasarnya siklus hidup atau perkembang biakan Euglena sama dengan Protozoa, yaitu secara
aseksual. Pada umumnya golongan ini berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner
membujur. Pada mulanya membelah menurut poros bujur. Selnya yang mempunyai 2 bulu cambuk dan
kloroplas yang berbentuk piala serta mengandung pirenoid. Sebelum membelah, pirenoid melebar melintang
dan kedua bulu cambuknya saling berjauhan. Pirenoid dan kloroplas lalu mengadakan lekukan dan selnya
akan membelah menjadi dua individu baru yang masing-masing dengan satu bulu cambuk disertai dengan
pembentukan stigma (Tjitrosoepomo. G, 2016).
Reproduksi pada Euglenales dilakukan dengan membelah diri. Dari pembelahan ini akan dihasilkan
dua sel anak. Setiap sel anak mempunyai inti sel, membran sel, dan sitoplasma. berkembangbiak secara
vegetatif yakni dengan pembelahan biner yang secara membujur. Pembelahan ini dimulai dengan
membelahnya nukleus menjadi 2. Selanjutnya flagel dan sitoplasma serta selaput sel juga terbagi menjadi 2,
akhirnya terbentuklah 2 sel euglena baru. Euglenophyta bereproduksi dengan melakukan pembelahan biner,
yakni suatu pembelahan sederhana sebuah organisme utuh menjadi 2 bagian yang sama yang lalu tumbuh
dan membentuk individu baru. Pembelahan sel dapat terjadi juga ketika sel bergerak, yang merupakan
pembelahan longitudinal dan dimulai pada ujung anterior (Suwartimah, K, dkk., 2011).
 Habitat
` Makhluk hidup Euglena biasanya hidup pada air tawar atau air payau yang mengandung banyak
bahan organik. Jenis Euglena yang memiliki zat warna bijau dan merah banyak berkembang di kawasan
kolam atau danau. Euglena dapat tumbuh dengan baik dnegan bantuan sinar matahari, air, karbondioksida
dan pupuk. Euglena dapat bertahan dan tetap tumbuh pada konsentrasi karbondioksidaang tinggi, bahkan
dalam konsentrasi 1000 kali dari udara normal (Suwartimah, K, dkk., 2011).
 Peranan
Adapun peranan Euglena yaitu :
 Ganggang merupakan fitoplankton yang berfungsi sebagai makanan ikan.
 Dalam ekosistem perairan, ganggang merupakan produsen primer, yaitu sebagai penyedia bahan
organik dan oksigen bagi hewan-hewan air seperti ikan, udang dan serangga air.
 Euglena sering digunakan menjadi objek karena ganggang ini mudah di dapat dan biakkan dan
sebagai indikator adanya pencemaran organik.
Adapun dampak kerugian pada Euglena yaitu :
 Penimbun endapan tanah pada kolam atau laut
 Mencemari sumber air
Gambar : Euglena sp.
4. Ordo Volvocales
 Karakteristik Umum
Warna hijau, klorofil-a dan klorofil-b, 2-8 bulu cambuk yang isokon, apikal, jarang di samping, dan
hamper selalu mempunyai rambut-rambut mengkilat pada bulu cambuknya. Kloroplas pada bagian belakang
sel berbentuk piala atau pot dengan pirenoid yang mengandung tepung. Dinding sel terdiri atas selulosa dan
bergantung pada macam dan tinkat perkembangannya kadang-kadang tercampur dengan hemiselulosa,
pentosan, dan pektin (Tjitrosoepomo. G, 2016).
 Klasifikasi
Dalam Volvocales termasuk antara lain :
- Suku Polyblepharidaceae, sel-selnya telanjang, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan
membujur sel-selnya, misalnya pada Polyblepharides. Yang lebih tinggi tingkatan perkembangannya dapat
berkembang biak seara seksual. Sel-sel yang vegetatif berubah menjadi sel kelamin atau pecah menjadi
sejumlah gamet yang mempunyai bulu cambuk, yang lalu berpasang-pasangan dan bersatu menjadi zigot.
Zigot pada waktu perkecambahan membelah lagi menjadi 4 sel kembar yang haploid.
- Suku Clamydomonadaceae, mempunyai dinding sel yang terdiri atas selulosa. Perkembangbiakan vegetatif
dengan sel-sel kembara. Protoplas sel induk membelah membujur berulang-ulang sampai menjadi 2-16,
misalnya Chlamydomonas angulosa. Pada Chlamydomonas seriata, pembelahan mulamula miring, tetapi
dengan pergeseran tempat kedua bagian itu lalu kelihatan seakan-akan pembelahannya melintang.
 Aspek Fisiologi
a. Cara Memperoleh Nutrisi
Aspek fisiologi pada Volvocales yaitu, memperoleh makanan dengan cara flagella dari alga ini
membantu menemukan nutrisi mineral yaitu seperti fosfat dan nitrat di lingkungan sekitarnya (kolam
dan/atau danau) Volvocales menyerap nutrisi yang mempromosikan pertumbuhan dan reproduksi,
Volvocales mengkonsumsi protista lain yang ukurannya lebih kecil, bakteri dan bahan organik lainnya.
Volvocales ini juga mempersiapkan makanan mereka dengan bantuan potosintesis (Haelewaters, D, dkk.,
2019).
b. Mobilitas (Pergerakan)
Adapun mobilitas pada Volvocales yaitu, dapat terdiri dari ribuan sel dan diselubungi oleh
membrane selulosa. Salah satu spesies Fitoflagellata yang mudah ditemukan dan diamati morfologinya yaitu
Euglenaviridis. Euglena viridis berbentuk seperti gelendong dengan bagian anterior tubuh tumpul dan
bagian posterior meruncing. Struktur tubuh Euglena viridis terlindungi oleh pelikel dan dilengkapi dengan
satu flagel yang terletak dibagian anterior. Flagel berfungsi sebagai alat gerak untuk berpindah tempat dan
berfungsi untuk mengumpulkan makanan (Harmoko, dkk., 2018).
c. Siklus Hidup
Volvox secara fakultatif seksual dan dapat bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual.
Dalam reproduksi seksual dua jenis gamet diproduksi. Spesies Volvox bisa berumah satu atau dioecious.
Koloni jantan melepaskan banyak paket sperma, sedangkan pada koloni wanita sel tunggal membesar
menjadi oogametes, atau telur. Dari beberapa sumber, kemanfaatan dari Vglobator atara lain sebagai protista
yang diteliti oleh para ahli untuk dipelajari, karena pergerakan mereka yang menarik dan memiliki kutub
masuk bumi Protista ini juga sebagai makanan bagi parasit yang memang memakan protista ini yaitu roales.
Pada spesies berumah satu, seperti Volvox globator, antheridia dan oogonia terbentuk pada coenobium yang
sama tetapi pada spesies dioecious seperti pada Volvox aureus, antheridia dan oogonia terbentuk pada
coenobium yang berbeda. Pada spesies monoecious, antheridia berkembang lebih dulu dan pembuahan
terjadi antara antherozoid dan ovum tanaman lain.
Reproduksi seksual Volovx adalah tipe oogami.Coenobium mungkin homothallic atau heterothallic
berdasarkan spesies. Setengah posterior coenobium membentuk beberapa sel yang membesar atau
gametangia yang dapat berupa organ seks wanita (oogonia) atau organ seks pria (antheridia). Mereka
diproduksi lebih sedikit jumlahnya. Selama perkembangan gametangia (oogonia atau antheridia), sel
menjadi bulat dan membesar dan membuang flagela tetapi mereka tetap terhubung dengan sel lain melalui
benang protoplasma halus. Dalam hal ini organ kelamin jantan atau gametangium disebut antheridium dan
organ kelamin betina atau gametangium disebut oogonium.
Zigot mencadangkan bahan makanan yang cukup dengan inklusi lain. Dua lapisan luar zigot terbelah
dan menjadi gelatin. Lapisan luar dikenal sebagai exospore yang mungkin halus di Volvox globator atau
berduri di Volvox speematospaera. Lapisan tengah dikenal sebagai mesopori sedangkan lapisan dalam
adalah endospora. Setelah melepaskan dari coenobium dengan menghancurkan matriks agar-agar, zigot
mengendap di dasar badan air dan dapat tetap utuh selama beberapa tahun.
d. Reproduksi
Volvox berkembang biak dengan cara:
- Aseksual: suatu sel dalam kelompok membelah-belah, yang mula-mula merupakan kumpulan yang
mendatar, kemudian berbentuk mangkuk dan akhirnya berbentuk peluru dan baru dapat keluar dari
induknya, jika induk peluru itu telah pecah.
- Seksual dengan oogami: telur bewarna hijau dan terjadi dari sel vegetatif yang membesar. Spermatozoid
berasal dari sel-sel vegetatif yang membesar. Zigot membentuk dinding, mengalami waktu istirahat, lalu
berkecambah setalah mengadakan pembelahan reduksi. Sel-sel lainnya dari suatu koloni yang tidak berguna
untuk perkembang-biakan lalu binasa.
 Habitat
Setiap ganggang mendeteksi dan bergerak menuju cahaya dengan bantuan tempat mata kecil dan
merah. Pada musim panas, volvox sangat mudah dijumpai bahkan bisa dilihat dengan mata telanjang hal ini
karena air pada musim panas lebih jelas. Mengamati kelompok koloni di bawah mikroskop cahaya adalah
pemandangan yang menakjubkan. Jika Anda meninggalkan cukup ruang di bawah kaca penutup (dengan
bantuan bintik Vaseline di bawah sudut) bola akan berenang perlahan menuju cahaya mikroskop, (gunakan
iluminasi bidang gelap).
Volvox dapat ditemukan dengan relatif mudah. Mereka membutuhkan air kaya nutrisi yang cukup
bersih (Eutrofik) dan harus hangat sehingga musim panas adalah waktu dalam setahun untuk tangkapan
Volvox yang baik. Hal terbaik untuk dilakukan adalah menggunakan jaring plankton tetapi jika beruntung
Anda juga dapat menemukannya dengan meremas sampah kolam. Di dalam kendi berisi air kolam mereka
akan berenang menuju cahaya sehingga sering kali mudah ditemukan di dekat permukaan.
 Peranan
Diantara Flagellata yang tidak bewarna misalnya Protomonadinae termasuk Trypanosoma yang
hidup dalam darah serta usus manusia dan hewan dan menimbulkan penyakit tidur.

Gambar : Volvox globator


B. DIATOMEAE
Bacillariophyta (diatomeae) adalah alga bersifat uniseluler atau berbentuk koloni, pola
persebarannya tersebar di air tawar dan air asin. Kebanyakan spesies berenang-renang bebas, tetapi beberapa
menempel pada tumbuhan atau benda-benda lain. Dinding sel terdiri dari dua lapisan, atau katup, yang
saling menutupi. Bentuk umum sel itu persegi panjang sampai bulat. Jumlah diatom sangat banyak,
diperkirakan mencapai 16.000 Jenis. Karena jumlahnya yang banyak, diatom yang berperan sebagai salah
satu fitoplankton menjadi komponen produsen penting di perairan laut.
Diatom ada yang hidup sendiri dan ada yang berkoloni membentuk filamen. Sebagian hidup bebas di
permukaan air, beberapa jenis yang lain hidup menempel pada substrat. Bacillariophyta memiliki makanan
yang disimpan sebagai leukosin yang berupa tetes-tetes minyak dan memiliki pigmen fotosintetik, yaitu
klorofil a, klorofil c, xantofil, dan karoten. Diatom termasuk Alga uniseluler yang merupakan penyusun
fitoplankton baik di perairam tawar maupun di lautan. Bentuk Diatom sangat khas dengan dinding tubuhnya
terdiri atas kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka). Antara tutup dan kotak tersebut terdapat celah yang disebut
rafe. Ganggang ini dikenal sebagai diatoma atau ganggang kersik karena dinding sel tubuhnya mengandung
zat kersik. Kersik merupakan komponen penting dalam plankton. Dinding sel diatom bagian dalam
mengandung pectin dan bagian luarnya mengandung silikat.
Berisi sel tunggal atau rangkaian sel, diatom memiliki bagian luar yang keras yang merupakan
lapisan skeleton-silika (pektin yang berisi silika) yang disebut frustula. Frustula atau dinding sel silika
disusun dari dua katup yaitu katup bagian atas yang disebut epiteka dan katup bagian bawah yang disebut
hipoteka. Kedua katup tersebut cocok satu sama lainnya seperti petridisk dan sering berisi ornamen yang
kompleks. Ada celah sempit pada frustula yang berfungsi mempercepat pergantian nutrien, gas-gas dan
produk metabolik. Frustula diatom dengan lapisan epiteka dan hipoteka Bentuk dan kesimetrisan frustula
membantu para ahli taksonomi dalam mengklasifikasikan diatom. Didasarkan pada penampilan-penampilan
ini dikenal dua kelompok diatom yaitu centris diatom (diatom bulat) yang memiliki bentuk katup bulat atau
berbentuk kubah dan paling banyak berada sebagai planktonik dan pennate diatom (diatom runcing) yang
memiliki katup berbentuk bujur atau bentuk kapal (boat-shape) dan biasa hidup pada daerah dasar perairan
(bentik).
Frustula dari centris diatom memiliki jari-jari simetri (radial simetri) sekitar sumbunya sedangkan
pada pennate diatom memiliki bilateral simetri. Ukuran diatom berkisar dari < 10 μm sampai mendekati 200
μm. Tidak adanya flagel, cilia atau organ pergerakan lain, spesies planktonik bersifat non motil dan
tenggelam pada perairan yang tidak ada turbulensi. Laju penenggelaman diatom dan fitoplankton yang lain
bergantung ukuran dan bentuk sel, ukuran koloni, kondisi fisiologis dan umur. Sel-sel diatom hidup, turun
pada laju 0 sampai 30 m per hari menembus kolom air, tetapi sel-sel mati jatuh lebih cepat melebihi 60 m
per hari dalam kasus yang sama. Daya apung b(uoyancy) menurun dengan umur. Penambahan ukuran sel
atau koloni berkaitan dengan laju tenggelam bergantung luas permukaan per satuan volumenya.
Diatomeae hidup dalam air tawar atau dalam air laut, tetapi juga di atas tanah-tanah yang basah,
terpisah-pisah atau membentuk koloni. Yang hidup di atas tanah tahan kala yang buruk (kekeringan) sampai
beberapa bulan. Diatomeae dibagi dalam dua bangsa, yaitu Centrales dan Pennales.
1. Ordo Centrales
Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton. Panser bulat dengan tonjolan yang
radial atau konsentris. Untuk memudahkan melayang dalam air, terdapat alat-alat melayang, yang berupa
duri atau sayap dengan perantaraan lender. Untuk perkembangbiakan seksual, suatu sel vegetatif
mengadakan pembelahan reduksi sehingga terbentuk 4 inti yang haploid. Tiga di antaranya binasa, sehingga
tinggal satu inti saja yang lalu merupakan inti telur dan seluruhnya sekarang merupakan suatu oogonium.
Pada sel lainnya, ke-4 inti yang haploid itu tetap dan akhir dari satu sel vegetatif terbentuk 4 spermatozoid,
jadi dalam hal ini satu sel vegetatif menjadi suatu anteridium. Setelah tutup sel buka, spermatozoid dapat
bergerak bebas menuju suatu oogonium. Setelah terjadi pembuahan, zigot lalu membentuk kulit dari pektin
(perizonqium), kedua inti sel kelamin bersatu dan akhirnya keluarlah auksospora, tumbuh menjadi besar,
dan melepaskan diri dari selubung oogoniumnya. Perizonium akhirnya pun pecah dan mulai membentuk
wadah dan tutupnya lagi, dan kemudian sel pertama ini dapat membelah- belah seperti biasa pada
Diatomeae. Spermatozoid dapat pula masuk ke dalam sel yang diploid, lalu mengadakan pembelahan
reduksi dan menjadi oogonium, tetapi sementara itu plasma telah bersatu (plasmogami). Beberapa jenis
lainnya membentuk isogamet yang lalu kawin di dalam sel induk itu (autogami), yang kemudian membentuk
zigot dan keluar sebagai auksospora. Juga partenogenesis mungkin terjadi. Pada beberapa jenis Sentral
ditemukan sel-sel kembara dengan 1 atau 2 bulu cambuk yang dinamakan mikrospora, yang biasanya adalah
gamet jantan. Contoh : Melosira dan Cyclotella
 Siklus Hidup dan Reproduksi
Adapun siklus hidup dan reproduksi pada Centales yaitu, untuk perkembang biakan seksual, suatu
sel vegetatif mengadakan pembelahan reduksi sehingga terbentuk empat inti yang haploid. Tiga diantaranya
binasa, sehingga tinggal satu inti saja yang lalu merupakan inti telur dan sel seluruhnya sekarang merupakan
suatu oogonium. Pada sel lainnya, keempat inti yang halpoid itu tetap dan akhirnya dari satu sel vegetatif
terbentuk empat spermatozoid, jadi dalam hal ini satu sel vegetatif menajdi suatu anteridium. Setelah tutup
sel membuka, spermatozoid dapat bergerak bebas menuju ke suatu oogonium. Setelah terjadi pembuahan,
zigot lalu membentuk kulit dari pektim (perizonium), kedua inti sel kelamin bersatu dan akhirnya keluarlah
auksospora, tumbuh menjadi besar, dan melepaskan diri dari selubung ooniumnya (Tjitrosoepomo. G,
2016).
Perizonium akhirnya pun pecah dan mulai membentuk wadah dan tutupnya lagi, dan kemudian sel
pertama ini dapat membelah-belah seperti biasa pada diatomeae. Spermatozoid dapat pula masuk ke dalam
sel yang diploid, yang lalu mengadakan pembelahan reduksi dan menjadi oogonium, tetapi sementara itu
plasma telah bersatu (plasmogami). Beberapa jenis lainnya membentuk isogamet yang lalu kawin di dalam
sel induk itu (autogami), yang kemudian membentuk zigot dan keluar sebagai auksospora. Juga
partenogenesis mungkin terjadi. Pada beberapa jenis centrales ditemukan sel-sel kembar dengan satu atau
dua bulu cambuk yang dinamakan mikrospora, yang biasanya adalah gamet betina (Tjitrosoepomo. G,
2016).
 Habitat
Habitat pada Centrales yaitu, meliputi muara sungai, pantai dan laut pada daerah tropis dan subtropis.
Diatom ini dapat hidup pada kisaran suhu yang tinggi, pada suhu air 400˚C masih dapat bertahan hidup
namun tidak berkembang. Pertumbuhan optimumnya memerlukan suhu pada kisaran antara 25 - 30˚C.
Salinitas optimal untuk pertumbuhan optimal dari Centrales. adalah 17 - 25 ‰ Selanjutnya dikemukakan
bahwa seperti halnya pada umumnya, pertumbuhan dari Centrales. ini juga dipengaruhi oleh intensitas
cahaya. Intensitas cahaya yang optimum untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 500 – 10.000 lux, dan
pertumbuhannya akan menurun jika intensitas cahaya melebihi 10.000 lux (Nurlaelatun, H, dkk., 2018).
Gambar : Cyclotella sp.
2. Ordo Pennales
Sel-sel bentuk jorong memanjang, berbentuk batang, seperti perahu atau seperti pahat, tonjolan-
tonjolan pada panser tersusun menyirip dan di tengah-tengah panser terdapat celah membujur yang
dinamakan rafe. Organisme ini dapat bergerak merayap maju mundur, yang mungkin disebabkan karena
pergeseran antara alas dan arus plasma ekstraselular pada rafe. Pennales tidak mengambil bagian yang
penting sebagai penyusun plankton. Biasanya melekat pada tumbuh-tumbuhan air. Perkembangbiakan
seksual berlangsung dengan isogami. Dua sel vegetatif berdekatan, lalu mengeluarkan zat pektin dan lendir,
masing-masing mengadakan pembelahan reduksi, dan terbentuklah 4 inti haploid. Tetapi dari masing-
masing sel tadi tidak keluar 4 melain- kan hanya 2 gamet, tiap gamet mempunyai 2 inti, yang satu dapat
mengadakan perkawinan, sedang yang lainnya mengalami suatu degenerasi. Dari gamet itu tidak terbentuk
sel telur dan spermatozoid, me- lainkan panser membuka dan salah satu gamet lalu masuk ke dalam sel yang
lain dan mengadakan perkawinan, sedemikian rupa sehingga masing-masing sel induk merupakan suatu
zigot yang diploid. Zigot itu lalu membentuk perizonium yang segera pecah dan keluarlah suatu auksospora.
Setelah auksospora mencapai besar yang normal lalu membentuk panser, yang selanjutnya dapat
mengadakan pembelahan seperti biasa. Alga kersik yang memiliki alur ke arah yang menyirip (piunae),
berbentuk batang, seperti perahu atau pahat. Organisme ini bergerak merayap maju mundur, yang mungkin
karena pergeseran anatra alas dan arus plasma ekstrascluler pada rafe. Organisme ini pula biasanya melekat
pada tumbuh-tumbuhan air.
 Sikluks sel:
Dalam hal siklus sel, sel vegetatif adalah diploid dan mengalami mitosis selama pembelahan sel
normal. Secaraberkala, meiosis menghasilkan gamet haploid morfologisidentik (isogametes), yang berfungsi
untuk menghasilkan zigot (kadang-kadang berinti) yang berkembang menjadi auxospore (dari yang ukuran
penuh sel vegetatif diproduksi).
 Siklus Hidup dan Reproduksi
Siklus hidup dan reproduksi pada ordo Pennales yaitu, perkembang biakannya secara seksual
berlangsung dengan isogami. Dua sel vegetative berdekatan, lalu pengeluaran zat pektin dan lendir, masing-
masing mengadakan pembelahan reduksi, dan terbentuklah empat inti haploid. Tetapi dari masing-maisng
sel tadi tidak keluar empat melainkan hanya dua gamet, tiap gamet mempunyai dua inti, yang satu dapat
mengadakan perkawinan, sedangkan yang lainnya mengalami suatu degenerasi.
Dari gamet itu tidak terbentuk sel telur dan spermatozoid, melainkan panser membuka dan salah satu
gamet lalu masuk ke dalam sel yang lain dan mengadakan perkawinan, demikian rupa sehingga masing-
masing sel induk merupakan suatu zigot yang diploid. Zigot itu lalu membentuk perizonium yang segera
pecah dan keluarlah suatu auksospora. Setelah auksospora mencapai besar yang normal lalu membentuk
panser, yang selanjutnya dapat mengadakan pembelahan seperti biasa (Tjitrosoepomo. G, 2016).
Dalam pembiakan secara seksual sering juga terjadi hal-hal yang menyimpang dari yang telah
diuraikan di atas, misalnya dengan dibentuknhya bulu kopulasi, untuk jalannya gamet ada juga yang dari
empat inti hasil pembelahan reduksi itu yang 3 mengalami regenerasi, sehingga induk sel hanya
mengeluarkan satu gamet, dan dari dua sel induk hanya terjadi 1 zigot saja. Ada yang mengadakan autogami
(kedua gamet dalam satu sel induk mengadakan perkawinan sendiri). Ada lagi yang membentuk auksospora
tanpa perkawinan lebih dahulu (Tjitrosoepomo. G, 2016).
Klasifikasi pada Pennales
Kingdom : Plantae
Phylum : Bacillariophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Family : Gomphonemaceae
Genus : Gomphonema
Species : G. Sphaerophorum

Gambar : G. Sphaerophorum
Dalam pembiakan secara seksual sering juga terjadi hal-hal yang menyimpang dari yang telah
diuraikan di atas, misalnya dengan dari 4 dibentuknya buluh kopulasi, untuk jalannya gamet. Ada juga yang
inti hasil pembelahan reduksi itu yang 3 mengalami degenerasi, sehingga induk sel hanya mengeluarkan 1
gamet, dan dari dua sel induk hanya terjadi 1 zigot saja. Ada yang mengadakan autogami (kedua gamet
dalam satu sel induk mengadakan perkawinan sendiri). Ada lagi yang membentuk auksospora tanpa
perkawinan lebih dulu.Untuk menentukan hubungan kekerabatannya, adanya tingkat yang mempunyai bulu-
bulu cambuk sangat penting, karena ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa Flagellata terutama Chrysomona-
dales adalah nenek moyangnya Diatomeae. Diatomeae fosil ditemukan di dalam lapisan-lapisan tanah dari
zaman Kapur, zaman Tersier dan terutama dari zaman Diluvium. Tanah dengan sisa-sisa Diatomeae disebut
terra silicea atau kiezel-guhr (tanah kersik), yang antara lain dipergunakan untuk pembuatan dinamit, dan
saringan air yang bebas kuman.
Habitatnya Biasanya hidup di air tawar, di oligotrophic, perairan dan rawa. Menurut (De, dkk., 2019)
Salah satu spesies dari bangsa pennales yaitu Navicula lanceolata dan Synedra sp.
Aspek Ekologis Diatomeae
 Habitat
Habitatnya terdapat di perairan air tawar dan air laut, maupun di tanah-tanah yang lembab. Jumlah
diatom sangat banyak, diperkirakan mencapai 16.000 jenis. Karena jumlahnya yang banyak, diatom
fitoplankton menjadi komponen produsen penting di perairan laut. Diatom ada yang hidup sendiri dan ada
yang berkoloni membentuk filamen. Sebagian hidup bebas di permukaan air, beberapa jenis yang lain hidup
menempel pada substrat (Purnomo, A, A, dkk., 2015).
 Persebaran
Pola persebarannya tersebar di air tawar dan air asin. Kebanyakan spesies berenang-renang bebas,
tetapi beberapa menempel pada tumbuhan atau benda-benda lain. Dinding sel terdiri dari dua lapisan, atau
katup, yang saling menutupi. Bentuk umum sel itu persegi panjang sampai bulat tetapi banyak variasinya.
Dinding sel terdiri dari lapisan pektin dibagian dalam dan lapisan silika (SiO2) di bagian luar. Silika adalah
mineral yang paling banyak tersebar di muka bumi dan merupakan bagian pokok kaca. Apabila pektin dan
kandungan organik sel itu hancur, maka tersisalah cangkang silika yang tembus cahaya (Saribu, M, H, D,
dkk., 2017).
 Peranan bagi Lingkungan dan Manusia
Peranan bagi lingkungan dan manusia pada Pinnales yaitu, sebagai produsen primer dalam siklus
karbon di rantai makanan eustaria, serta sebagai sumber makanan yang penting bagi hewan-hewan surface
dwellers (merayap di permukaan) dan deposit fider, juga berperan penting dalam stabilisasi sediment
(Suwartimah, K, dkk., 2011).
 Aspek Fisiologi (Cara memperoleh nutrisi)
Aspek fisiologi pada Pennales yaitu, memperoleh nutrisi dengan cara menyerap nutrien terlarut
langsung melalui membran sel dan juga menelan materi organik atau biasa juga partikel makanan dengan
membentuk vasikel intrasitoplasma yaitu yang biasa disebut dengan vakuola makanan. Zat makanannya juga
biasanya disimpan dalam bentuk minyak, dan benda ini acap kali dapat terlihat dalam sel seperti tetesan
bulat yang besar (Saribu, M, H, D, dkk., 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Asem, M. D., Salam, N., Zheng, W., Liao, L. H., Zhang, X. T., Han, M. X., ... & Li, W. J., (2020).
Vitreimonas flagellata gen. nov., sp. nov., a novel member of the family Hyphomonadaceae
isolated from an activated sludge sample. International journal of systematic and evolutionary
microbiology, 70(4), 2632-2639.
Bendre, A.M., dan Kumar, Ashok. A Text Book of Practical Botany-1. New Delhi: Rakesh Kumar Rastogi.
Campbell, A.S., and Moore, R.C., ed., 1954, Treatise on invertebrate paleon-tology, Part D, Protista,
Volume 3. New York: Geological Society ofAmerica, and Lawrence, University of Kansas Press
Gul, S., & Nawaz, M. F. (2014). The dinoflagellate genera Protoperidinium and Podolampas from
Pakistan’s shelf and deep sea vicinity (North Arabian Sea). Turkish Journal of Fisheries and
Aquatic Sciences, 14(1), 91-100.
Tjitrosoepomo, G.. 1989. Taksonomi Tumbuhan: Schyzophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pterydophyta.
Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Yusanti1 I.A.,Widayatsi T., dan Ramadhan, 2018, Keanekaragaman Zooplankton Di Rawa Banjiran Desa
Sedang Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin, Jurnal Biota, 4( 1):7-11

Anda mungkin juga menyukai