Anda di halaman 1dari 13

DASAR-DASAR HUMAS

KOMUNIKASI EFEKTIF DAN SYARAT MENJADI PUBLIC RELATIONS

Dosen Pengampu:
Yovita Sitepu, S.Sos, M.Si.

Disusun oleh:
Natasia Fergina (170904057)
Tasya Nandita (170904065)
Steffie Oktavia (170904091)
Jose Kristian (170904072)
M. Hidayat Sikmbang (170904099)
Juanda E. E. Siahaan (170904107)
Star Munthe (170904110)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan semesta alam kami haturkan terlebih dahulu karena berkatnya kami mampu
menyelesaikan tugas yang berjudul “Komunikasi Efektif dan Syarat-syarat Menjadi Public
Relations”. Selanjutnya kami juga berterima kasih kepada Dosen Pengampu, bu Yovita
Sitepu yang telah mempercayakan kami sebagai penguji pada materi “Komunikasi Efektif
dan Syarat-syarat menjadi Public Relations” sehingga kami dapat memahami tentang materi
tersebut.

Besar harapan kami sebagai kelompok yang menyiapkan materi dari “Komunikasi Efektif
dan Syarat-syarat Menjadi Public Relations” mampu memberikan manfaat serta menambah
wawasan dan pengetahan pembaca, pendengar, maupun pemerhati.

Terakhir kami tentu sadar bahwa makalah yang bersikan materi “Komunikasi Efektif dan
Syarat-syarat menjadi Pblic Relations” masih belum mencapai kata sempurna. Maka dari itu
kritik dan saran adalah hal yang positif ntuk membangun dan memperbaiki demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 6 Maret 2020

Penulis,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................................


Daftar Isi ................................................................................................................................
Komunikasi Efektif ...............................................................................................................
Komunikasi dalam Public Relations ....................................................................................
Syarat-syarat menjadi praktisi Public Relations yang baik ...............................................
Contoh Kasus…………………………………………………………………………………
Kesimpulan ..............................................................................................................................
Daftar Pustaka .........................................................................................................................
PEMBAHASAN

1.1 Komunikasi Efektif

Metode komunikasi digunakan agar komunikasi antar manusia terjalin secara efektif.
Pengertian metode adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu hal. Dengan
adanya teknik ini diharapkan setiap orang dapat secara efektif melakukan komunikasi satu
sama lain dan secara tepat menggunakannya (Mulyana, 2005). Effendy (2006) metode
komunikasi terdiri atas :
1. Komunikasi informative (informative communication), suatu pesan yang
disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya.
2. Komunikasi persuasif (persuasive communication), proses mempengaruhi sikap,
pandangan, atau perilaku seseorang dalam bentuk kegiatan membujuk dan mengajak,
sehingga ia melakukan dengan kesadaran sendiri.
3. Komunikasi instruktif/koersif (instructive/coercive communication), komunikasi
yang mengandung ancaman, sangsi, dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-
orang yang dijadikan sasaran melakukan sesuatu secara terpaksa, karena takut akibatnya.
Hal seperti ini pasti dipengaruhi oleh pengalaman. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan perbedaan pengalaman antara satu dengan lainnya; antara lain sebagai berikut:
Faktor usia, jenis kelamin, ekonomi, lokasi, pendidikan, organisasi, serta pekerjaan (Mulyo,
2001 : 5) Setyosari (2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu
metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah nyata, sebagai konteks
bagi peserta didik untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah dan
memperoleh pengetahuan.
Berikut diberikan lima contoh model pembelajaran yang memiliki kecenderungan
berlandaskan paradigma konstruktivistik, yaitu: model reasoning and problem solving, model
inquiry training, model problembased instruction, model pembelajaran perubahan konseptual,
dan model group investigation.(Santyasa, 2007) Strategi Komunikasi Efektif Menurut
Effendy (2008) komunikasi dikatakan tidak efektif apabila seperti beberapa indikator berikut:
1. Perbedaan Persepsi
2. Reaksi emosional
3. Ketidak-konsistenan komunikasi verbal dan nonverbal
4. Kecurigaan
5. Tidak adanya timbal balik (feedback) Komunikasi efektif berkaitan dengan
kemampuan (ability) komunikator dan komunikannya. Kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan kitaberusaha dengan diri sendiri (Moeliono, 2005:
707).
Menurut Soelaiman (2007:112) kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau
dipelajari yangmemungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik
secara mental ataupun fisik. Aspek-aspek yang paling penting dalam kemampuan komunikasi
secara efektif terdiri dari komunikator, komunikan, media yaitu alat untuk menyampaikan
danpesan sesuatu satu kepada kemampuan/kecakapan yang lain Dalam komunikasi yang
efektif, terdapat lima hal yang perlu diperhatikan:
1. Respect, jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan
penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Sebuah penghargaan
yang tulus kepada lawan bicara,dapat membedakan antara perlakuan yang tulus dan
tidak tulus.
2. Emphaty, perlu saling memahami dan mengerti keberadaan, perilaku, dan
keinginan dari lawan bicara. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau
mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon
penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada
halangan psikologi atau penolakan dari penerima.
3. Audible, dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik, berarti pesan yang kita
sampaikan bisa diterima dengan baik oleh penerima pesan.
4. Clarity, perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau
disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima
pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya
akan menurunkan semangat dan antusiasme dalam proses belajar-mengajar.
5. Humble, dengan menghargai orang lain, mau mendengar, menerima kritik, tidak
sombong, dan tidak memandang rendah orang lain
Hambatan dalam Komunikasi Pendidikan Hambatan komunikasi bisa dimaknai
dengan ganguan (noise) dalam proses komunikasi. Hambatan dalam komunikasi pendidikan
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap efektifitasnya. Terdapat hambatan semantik
dan hambatan saluran.
1. Gangguan saluran (channel noise). Berkaitan dengan kendala atau hambatan yang
berhubungan dengan fisik penyampaian pesan. Terjadi antara komunikator dan komunikan
yang menggunakan saluran berupa media.
2. Gangguan semantik. Sedangkan ganguan semantik merupakan ganguan yang berhubungan
demgan tata kebahasaan dimana ganguan ini sering terjadi karena kesenjangan atau
ketidaksesuaian antara pesan yang disampakan komunikator kepada komunikannya. Sumber
gangguan semantik sebagai berikut:
a. Kata-kata terlalu sukar , masalahnya terlalu sukar dimengerti oleh penerima.
b. Perbedaan dalam memberikan arti denotatif pada kata-kata yang digunakan antara
pengirim dan penerima pesan, yakni penerima pesan berpikir bahwa kata yang
dimaksud menunjukkan pada sesuatu yang berbeda dengan yang dimaksud oleh
pengirimnya.
c. Pola kalimat yang membingungkan penerima pesan.
d. Perbedaan budaya antara pengirim dan penerima pesan, yakni intonasi, gerak mata,
tangan, atau bagian badan lainnya.

Hambatan komunikasi terutama dalam dunia pendidikan antara lain sebagai berikut:
1. Hambatan dari proses komunikasi
a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas
bagi dirinya atau pengirim pesan. Hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi
emosional, sehingga mempengaruhi motivasi yaitu mendorong seseorang untuk
bertindak sesuai dengan keinginan, kebutuhan, atau kepentingan.
b. Hambatan dalam penyandian atau symbol, hal ini dapat terjadi karena bahasa yang
dipergunakan tidak jelas sehingga memiliki arti lebih dari satu, symbol yang
dipergunakan antara si pengirim dengan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media
komunikasi.
d. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
atau mendengarkan pesan, atau tidak mencari informasi lebih lanjut.
e. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak
menggambarkan apa adanya, akan tetapi interpretatif, tidak tepat waktu, atau tidak
jelas, dan sebagainya.
2. Hambatan fisik Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, misalnya:
a. Gangguan kesehatan
b. Gangguan pada alat-alat komunikasi dan jaringan listrik
3. Hambatan semantik Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi kadang-kadang
mempunyai arti mendua yag berbeda, tidak jelas, atau berbelit-belit antara pemberi pesan
dengan penerima pesan.
4. Hambatan psikologis Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu
komunikasi. Dalam musibah, misalkan, menimbulkan trauma yang sangat tinggi pada
korbannya, sehingga pada saat diajak komunikasi menjadi tidak nyambung.
Selain itu juga karena masalah prasangka, yang merupakan penilaian sejak awal
dalam diri komunikan terhadap komunikator. Biasanya prasangka ini terlalu besar dan
negatif, sehingga menjadi hambatan berat dalam komunikasi.
1.2 Komunikasi dalam Public Relations
Komunikasi dalam realisasinya dapat terpapar dalam kegiatan public relations. Ciri
khas dari public relations adalah komunikasi dua arah. Public relations sangat peduli
terhadap feed back yang disampaikan publik. Citra positif suatu organisasi tidak lepas dari
bagaimana organisasi tersebut mampu berkomunikasi dengan baik kepada publiknya
termasuk memberi respon yang baik kepada publik. Menurut Ruslan (1997), kegiatan public
relations pada hakikatnya merupakan bagian dari teknik kegiatan berkomunikasi dengan ciri
khas komunikasi dua arah antara lembaga atau organisasi yang diwakilinya dengan publik
atau sebaliknya. Dipertega lagi oleh Mukarom dan Muhibudin Wijaya Laksana (2015) dalam
kapasitasnya, humas paling banyak menggunakan teori komunikasi sebagai dasar
berpijaknya. Bahkan dapat dikatakan tidak ada teori komunikasi yang tidak dibutuhkan
humas.
Menurut Morrisan (Mukarom dan Muhibudin Wijaya Laksana 2015: 91-101), untuk
mengimplementasikan strategi komunikasi, praktisi public relations atau humas harus
berkomunikasi dan melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Membingkai pesan
Strategi dalam memilih, menonjolkan dan menghubungkan fakta ke dalam bentuk
pesan agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat.
2. Memiliki nilai berita
Praktisi humas dituntut untuk lebih memahami dan mengetahui nilai pesan yang ingin
disampaikannya ketika berkomunikasi. Terlebih jika pesan itu dikirimkan ke media
massa.
3. Semiotika
Praktisi humas dituntut untuk mampu memilih dan mengirimkan kata-kata atau
kebijakan kepada berbagai kalangan yang berbeda-beda sehingga katakata atau
kebijakan itu dapat dipahami oleh penerima.
4. Menggunakan simbol
Berbagai perusahaan baik yang bertujuan profit dan non profit menggunakan simbol
untuk menciptakan citra atau persepsi di kalangan khalayak.

5. Stereotip

Komunikasi sering mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan muncul


dalam berbagai bentuk mulai dari hambatan sosial, umur, bahasa, perbendaharaan kata,
politik dan ekonomi.
Pesan yang disampaikan kepada publik sedapat mungkin didesain dengan format yang
menarik dan lebih mudah diingat publik termasuk dalam hal mengemukakan fakta yang ada
dalam suatu organisasi. Informasi berdasar fakta tersebut tidak hanya dipublikasikan secara
sederhana tetapi memiliki nilai berita sehingga publik tertarik untuk memperhatikan pesan
yang disampaikan terutama pesan yang dipublikasikan di media cetak maupun media
elektronik. Publik akan tertarik untuk memfokuskan dirinya pada berita yang menarik dan
berbeda dengan publikasi lainnya. Praktisi humas atau public relations dituntut untuk mampu
merangkai kata demi kata secara lugas dan menarik.

1.3 Syarat-syarat menjadi praktisi Public Relations yang baik

Permintaan akan jasa konsultasi PR dan menajer PR (PR Manager) yang handal
sangatlah tinggi. Tapi tentu saja sehabat dan sepandai apapun, mereka tidak mungkin mampu
mengerjakan semua hal dengan sempurna. Lagipula, bidang PR memang demikian luas.
Konsekuensinya, seorag pejabat PR senantiasa dituntut untuk belajar. Ia haruslah rendah hati,
tekun, serta cepat menyesuaikan diri. Kemampuan dan kemauan untuk mempelajari hal baru
mutlak diperlukan. Berikut ini adalah kriteria yang merangkum keahlian seorang praktisi PR
yang baik, terlepas dari latar-belakang pribadinya:

 Mampu menghadapi semua orang yang memiliki aneka ragam karakter dengan baik.
Itu berarti ia harus mampu dan mau berusaha untuk memahami serta terkadang
bersikap toleran kepada setiap orang yang dihadapinya tanpa harus menjadi seorang
penakut.
 Mampu berkomunikasi dengan baik (Ability to Communicate). Artinya, ia mampu
menjelaskan segala sesuatu dengan jernih, jelas dan lugas, baik itu secara lisan
maupun tertulis, atau bahkan secara visual ( misalnya melalui gambar atau foto ).
 Pandai mengorganisasikan segala sesuatu (Ability to Oganize). Hal ini tentunya
menuntut suatu kemampuan perencanaan yang prima. Kemampuan
mengorganisasikan dapat diartikan sebagai kemampuan manajerial, yang dapat
mengelola program PR mulai dari fact finding(pengumpulan data),
planning(perencanaan), communicating(mengkomunikasikan program) dan
evaluating(evaluasi program).
 Memiliki integritas personal / berkepribadian utuh atau jujur, baik di dalam profesi
maupun di dalam kehidupan pibadinya. Kejujuran harus tetap melandasi seseorang
yang menjadi profesi apa pun, termasuk public relations (PR), karena aspek ini yang
dapat membentuk kredibilitas (kepercayaan) orang lain terhadap PRO maupun
perusahaan tempat PRO itu bekerja. Banyak kasus yang mengakhiri kredibilitas
seseorang dalam berbagai profesi, termasuk profesi PR, karena melupakan kejujuran.
Kejujuran ini pula yang dapat membentuk kepribadian yang utuh bagi seorang PRO.
 Memiliki imajinasi. Artinya, daya keatifnya cukup baik sehingga ia mampu membuat
jurnal internal, menulis naskah untuk film dan video, menyusun rencana kampanye
PR yang rinci dan jelas, serta mampu mencari dan menemukan cara-cara yang semula
tak terbayangkan guna memecahkan berbagai masalah. Profesi PR haruslah seseorang
yang penuh dengan gagasan atau ide-ide, mampu menyusun rencana yang orisinil dan
dapat mengembangkan imajinasi untuk melahirkan kreatifitas kerjanya.
 Kemampuan mencari tahu. Seorang praktisi PR dituntut untuk memiliki akses
informasi yang seluas-luasnya. Dalam hal ini, ia memang dituntut untuk menjadi
seorang yang serba tahu.
 Mampu melakukan penelitian dan mengevaluasi hasil-hasil dari suatu kampanye PR,
serta belajar dari hasil-hasil tersebut.
 Kemapuan bergaul atau membina relasi ( ability to get on with people ). Kemampuan
ini dapat diartikan sebagai kemampuan menciptakan networking (jaringan) dengan
berbagi pihak yang berkaitan dengan organisasi atau perusahaan atau kegiatan PR itu
sendiridalam membina relasi ini pun tentunya terjalin take and give antara keduanya
dan terjadi hubungan yang sinergi antara PR dan berbagai unsur publik ini, yang tetap
berlandaskan intergritas profesi. Misalnya, untuk publik pers, seorang PRO mengenal
lebih akrab tidak hanya wartawan, kalau perlu redaktur atau pemimpin redaksinya.
Begitupun dengan publik lain seperti penjabat tinggi pemerintah, tokoh masyarakat,
penjabat legislatif, petinggi partai politik, tokoh lembaga swadaya masyarakat, dan
relasi lainnya, yang dapat memberikan dukungan terhadap kegiatan PR. Kemapuan ini
tentunya memerlukan keluwesan dalam bergaul dan selalu mencerminkan simpatik
orang lain, sehingga orang lain itu sangat well come ketika dihubungi maupun diajak
kerja sama.
 Memiliki wawasan yang luas di bidang manajemen
 Memiliki pertimbangan yang matang untuk dapat mengambil keputusan secara
matang
 Memahami dunia bisnis secara utuh
 Memiliki Personal Integrity (Berkepribadian utuh/jujur). Kejujuran harus tetap
melandasi seseorang yang menjadi profesi apapun, termasuk Public Relations, karena
aspek ini yang dapat membentuk kredibilitas (kepercayaan) orang lain terhadap PRO
atau Perusahaan tempat di mana PRO itu bekerja.
 Memahami para stakeholder
1.4 Contoh Kasus

Tahun 2016 lalu mungkin menjadi tahun yang paling tidak disukai oleh perusahaan
sekelas Sari Roti. Setelah aksi pada 2 Desember 2016 lalu, Sari Roti mungkin menjadi nama
yang paling banyak dicari di laman internet. Terkenalnya Sari Roti disebabkan oleh foto
gerobak Sari Roti yang bertuliskan, “Gratis untuk Mujahid” dalam Aksi Bela Islam 212.
Sontak saja, setelah beredar luasnya foto-foto tersebut, pihak Humas Sari Roti
langsung mengeluarkan press release sebagai bentuk pernyataan mereka. Hanya berselang
sehari, Sari Roti membuat pernyataan resmi secara resmi lewat situsnya, www.sariroti.com,
terkait Aksi 212.

Pengumuman tersebut bertuliskan;


Sehubungan dengan beredarnya informasi mengenai adanya pembagian produk Sari Roti
secara gratis oleh penjual roti keliling (hawker tricycle) pada Aksi Super Damai 212, dengan
ini kami sampaikan bahwa:
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. selaku produsen produk Sari Roti memberikan apresiasi
sebesar-besarnya atas terlaksananya Aksi Super Damai 212 yang berjalan dengan lancar
dan tertib pada tanggal 2 Desember 2016.
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. senantiasa berkomitmen menjaga Nasionalisme,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika dengan
senantiasa berusaha untuk menjadi perusahaan kebanggaan Indonesia.
Dengan tidak mengurangi apresiasi kami atas Aksi Super Damai kemarin, dengan ini kami
sampaikan bahwa PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. tidak terlibat dalam semua kegiatan
politik. Kemunculan informasi mengenai pembagian produk Sari Roti secara gratis oleh
penjual roti keliling (hawker tricycle), merupakan kejadian yang berada diluar kebijakan
dan tanpa seijin PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dengan ini PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.
menyampaikan bahwa:
Produk Sari Roti tersebut adalah produk yang dibeli oleh salah seorang Konsumen melalui
salah satu Agen yang berlokasi di Jakarta.
Pihak Pembeli meminta agar produk tersebut dapat diantarkan ke area pintu masuk Monas
dan dipasangkan tulisan “gratis” tanpa pengetahuan dan perijinan dari pihak PT Nippon
Indosari Corpindo Tbk.
Demikian informasi ini kami sampaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman diberbagai
pihak. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. berkomitmen untuk selalu menjaga Nasionalisme,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika, serta
tidak terlibat dalam semua aktivitas kegiatan politik.”
Inilah yang menjadikan blunder dan nama Sari Roti pun menjadi semakin terombang-
ambing setelah ancaman boikot. Sari Roti membuat pernyataan yang tidak efektif. Padahal
seharusnya Public Relations yang efektif merupakan komunikasi yang efektif karena memang
kegiatan Public Relations merupakan kegiatan komunikasi yang terencana (Oxley, 1987:14).
Terpaan pesan komunikasi tidak lagi dipandang sebagai satu satunya faktor yang
menentukan efektivias komunikasi (Leslly,1995:43). Ada beberapa faktor lain yang
berpengaruh, seperti postur mental khayalak sasaran, tingkat pendidikan masyarakat,
melemahnya komunakasi dua tahap, karena masyarakat kini bisa melihat langsung peristiwa
dan isu melalui media massa yang menyampaikan “realitas ganda” dan “makna.”
Bambang Sumaryanto, Dosen Komunikasi Universitas Indonesia dan London School
of Public Relations (LSPR) Jakarta, menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh pihak Sari
Roti sendiri dengan membuat tulisan kalimat

“PT Nippon Indosari Corpindo Tbk juga senantiasa berkomitmen menjaga nasionalisme,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika” adalah
sebuah hal yang keliru.
Pengumuman yang disampaikan oleh Sari Roti apabila murni untuk tujuan menjaga
netralitas, justru menjadi bumerang tersendiri. Perusahaan memerlukan eksekutif komunikasi
yang mampu memahami perkembangan dan opini publik serta mampu memberikan
pandangan yang berbeda kepada manajemen bilamana manajemen memaksakan untuk
membuat statement publik yang berpeluang menimbulkan kontroversi.
Pengumuman yang dibuat oleh pihak Humas Sari Roti terkait hal ini bukannya
memulihkan nama baik Sari Roti tetapi justru membuat Sari Roti semakin tersudutkan.
Dalam hitungan jam klarifikasi tersebut menjadi sasaran cemooh warganet di media sosial
yaitu tagar #BoikotSariRoti.
KESIMPULAN
Metode komunikasi digunakan agar komunikasi antar manusia terjalin secara efektif.
Pengertian metode adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu hal. Dengan
adanya teknik ini diharapkan setiap orang dapat secara efektif melakukan komunikasi satu
sama lain dan secara tepat menggunakannya. Komunikasi efektif terdiri atas komunikasi
informative, komunikasi persuasif, komunikasi instruktif/koersif.
Praktisi public relations atau humas harus berkomunikasi dan melakukan beberapa
hal sebagai berikut membingkai pesan, memiliki nilai berita, semiotika, menggunakan
symbol, streotip. Publik akan tertarik untuk memfokuskan dirinya pada berita yang menarik
dan berbeda dengan publikasi lainnya. Praktisi humas atau public relations dituntut untuk
mampu merangkai kata demi kata secara lugas dan menarik.
Kriteria yang merangkum keahlian seorang praktisi PR yang baik, mampu menghadapi
semua orang yang memiliki aneka ragam karakter dengan baik, mampu berkomunikasi
dengan baik (Ability to Communicate), pandai mengorganisasikan segala sesuatu (Ability to
Oganize), memiliki integritas personal / berkepribadian utuh atau jujur, baik di dalam profesi
maupun di dalam kehidupan pibadinya, memiliki imajinasi, kemampuan mencari tahu,
mampu melakukan penelitian dan mengevaluasi hasil-hasil dari suatu kampanye PR, serta
belajar dari hasil-hasil tersebut, kemapuan bergaul atau membina relasi (ability to get on with
people).
DAFTAR PUSTAKA

Jefkins,Frank. 2004. Public Relations Fifth Edition. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasi di Indonesia.
Jakarta: Grafiti,

Sumarto, Rumsari, Hadi. 2016. Komnunikasi Dalam Kegiatan Public Relation. Universitas
Negri Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/9650/7699

Roszandi, Dasril, 2016, ” Sari Roti Klarifikasi Bagi-Bagi Roti Gratis di Demo 212”, diakses
pada 30 Januari 2017 15.00 melalui:
https://m.tempo.co/read/news/2016/12/06/090825836/sari-roti-klarifikasi- bagi-bagi-roti-
gratis-di-demo-212

Hadriani, 2016, “Klarifikasi Sari Roti Bikin Masyarakat Bingung”, diakses pada 30 Januari
2017 15.00 melalui: https://gaya.tempo.co/read/news/2016/12/10/060826923/klarifikasi-sari-
roti-bikin-masyarakat-bingung

https://aceh.tribunnews.com/2016/12/09/sari-roti-diboikot-ini-asal-muasalnya?page=all
diakses 15:49 10/12/2018.

https://hallo.id/news/kesalahan-komunikasi-sari-roti-dan-solusi-untuk-memulihkan-citranya
diakses 20:20 10/12/2018.

Wisman, Yossita. 2017. Komunikasi Efektif Dalam Dunia Pendidikan. Universitas Merdeka
Malang. http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/n/article/view/2039

Anda mungkin juga menyukai