Disusun oleh:
Dr. Ir. Yahya, MP
Ir. Sri Dayuti, MS
Eko Waluyo, S.Pi, M.Sc
Hefti Salis Yufidasari, S.Pi, MP
Bayu Kusuma, S.Pi, M.Sc
Angga Wira Perdana, S.Pi, MP
Retno Tri Astuti, S.Si, M.Si
Praktikan:
Puji syukur selalu tercurah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunianya laporan praktikum Penanganan Hasil Perikanan ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa ucapan terima kasih
juga kami ucapkan pada pihak-pihak yang turut andil dalam terselesaikannya
sebelumnya dengan harapan dapat bermanfaat bagi kami sendiri khususnya dan
bagi berbagai pihak yang membutuhkan. Selain itu, kami membuka kesempatan
sebesar-besarnya bagi pihak yang ingin memberikan kritikan dan saran yang
mungkin akan memperbaiki laporan praktikum ini menjadi lebih sempurna lagi.
Penulis
DAFTAR IS
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
v
DAFTAR ISTILAH
Black spot bintik hitam yang terdapat pada tubuh udang (dari
luar cangkang menembus pada daging) akibat
respon sistim imun (menunjukkan penurunan
kualitas).
Broken kerusakan (patah, memar, dsb.) yang terjadi pada
tubuh ikan, udang dan komoditas perikanan lainnya
(menunjukkan penurunan kualitas).
Candling proses pemeriksaan adanya kontaminan
(parasit/kotoran) pada daging ikan menggunakan
cahaya.
Deveining proses pembuangan saluran pencernaan
(punggung) udang.
Drawn bentuk ikan dimana saluran pencernaan ikan
dibuang.
Dressed bentuk ikan dimana ekor, kepala, saluran
pencernaan dan sirip dibuang.
Evisceration/Gutted proses pembuangan saluran pencernaan pada ikan.
Fillet bentuk ikan dimana daging ikan dipotong
menyamping tanpa meninggalkan sisa duri.
Flaking rusaknya sruktur daging ikan ketika dimasak (pecah-
pecah).
Grading proses memisahkan ikan berdasarkan kriteria
kualitas yang diminta (berat, kualitas, dsb.).
Heading/Headless proses pemisahan kepala ikan dan udang.
Molting proses pengelupasan cangkang pada crustacean.
Peeling proses pengupasan cangkang udang dan kepala
udang.
Picking proses pengambilan daging ikan (kepiting, heading
dan peeling
udang).
Red perubahan warna pada tubuh udang menjadi
merah akibat dekomposisi bakteri (menunjukkan
penurunan kualitas).
Scaling proses pengupasan sisik ikan.
Soft shell lembeknya daging dan cangkang udang akibat
proses moulting. Shucking proses pemisahan antara daging dengan
cangkang (tiram, kerang,
dsb.).
Skinning proses pengupasan kulit pada ikan (biasanya
digunakan untuk istilah pada ikan tanpa sisik,
seperti ikan kembung).
Sorting proses memisahkan dan mengumpulkan ikan
dengan kriteria yang sama (spesies, undersize,
dsb.).
Steaks bentuk ikan dimana hasil fillet dipotong-potong
menjadi beberapa bagian dengan bentuk dan berat
yang hampir sama.
Stick bentuk ikan dimana fillet dipotong-potong menjadi
beberapa bagian dengan bentuk dan berat yang
sama.
vii
Stunning proses mematikan ikan secara cepat yang dapat
dilakukan dengan memukul bagian kepala.
Undersize ikan yang ukurannya dibawah ukuran konsumsi.
Washing proses membersihkan tubuh ikan dari berbagai kotoran
yang menempel pada permukaan tubuh ikan.
White spot bintik putih yang terdapat pada tubuh udang (dari luar
cangkang menembus pada daging) akibat serangan virus
pada komoditas udang (menunjukkan penurunan
kualitas).
Whole bentuk ikan secara utuh setelah ditangkap/dipanen.
Yield merupakan istilah lain dari rendemen guna menunjukkan
efisiensi berat suatu proses.
LAPORAN PRAKTIKUM PENANGANAN
HASIL PERIKANAN
MATERI 1
Crustacean Handling
dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2019 pukul 13.00 WIB sampai selesai.
pembentukan udang
7. Sarung tangan plastik dan lateks, untuk pelindung tangan agar tidak bau
dan kontaminasi
Dihitung waktu
Dibuat EZ peel
Headless yaitu proses pemisahan kepala udang dan kaki berjalan dari badan
menjadi 2 sub kelompok (A dan B). Masing masing sub kelompok mendapatkan
250 gram sebagai berat awal (A). Udang ditimbang mengggunakan timabga
nampan sebagai alas untuk menimbang. Tekan tombol zero agar berat nampan
tidak ikut tergitung. Letakkan udang diatas nampan dan catat hasilnya. Cuci
bersih udang sebelum diberi perlakuan. Pisahkan kepala udang secara perlahan
agar gelambir tidak ikut terpisah dari badan udang. Hal ini dapat berpengaruh
kontaminasi yang dapat menyebabkan mutu udang menurun. Ukur waktu yang
rumus rendemen.
Berat Awal
melakukannya jangan sampai glambir ikut terbuang. Hal ini karena, dapat
pell. Teknik EZ pell adalah teknik membuang karapas udang dan hanya
menyisakan satu ruas karapas dekat ekor. Teknik ini bertujuan untuk membuang
udang menggunakan jari dan kupas cangkang secara perlahan agar tidak ada
daging yang ikut terbuang. Ukur waktu yang diperlukan untuk teknik headless
bersih. Kemudian timbang untuk mengetahui berat akhir dan dicatat hasilnnya.
Berat Awal
Pengupasan udang dilakukan secara cepat dan hati hati agar udang tidak
melepas tubuh udang. Hal ini sesuai dengan yang ada di lapangan pengupasan
kulit udang dilakukan dengan cepat,cermat, dan teliti oleh setiap karyawan
membuang isi perut dengan cara membelah punggung udang. Hal ini dilakukan
karena, isi perut merupakan sumber kontaminan yang dapat menurunkan mutu
udang. Caranya adalah dengan membelah punggung udang sampai terlihat isi
perut berupa garis hitam. Belah secara perlahan punggung udang sampai
mendekati ekor menggunakan pisau yang tajam. Pisau yang tumpul dapat
Berat Awal
adalah udang PND (peeled deveined and tail off). Dimana bagian kepalanya
usus. Udang direndam dengan rasio bahan dan larutan perendam (kombinasi
sebesar 27 rpm. Perendaman dilanjutkan selama 18 jam pada suhu kurang dari
5°C.
karapas ekor. Cara yang digunakan yaitu dengan melepaskan karapas bagian
ekor. Ukur waktu yang diperlukan untuk teknik headless dengan menyalakan
Berat Awal
yang digunakan adalah udang yang telah melalui beberapa proses pencucian
soaking, kondisi udang sebelum perendaman dalm keadaan rantai dingin yang
dipertahan suhunya dengan direndam air dinginpada penelitian ini jumlah bahan
yang digunakan sebesar 3,33 kg per blong. Setelah proses pembuatan larutan
dibawah 10°C.
0:08:38
Devaining
0:05:46 Tail Off
0:02:53
0:00:00
4 9 14 19 24
Kelompok Ke-
Berikut ini adalah analisa hasil rendemen pada materi perlakuan udang vanname
(Litopenaeus vannamei)
oleh kelompok 4 sebesar 78,05 % dan kelompok 9 sebesar 48,76 %. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh berat awal udang tiap bagian, skill dalam memotong,
peel, nilai rendeman tertinggi dan terendah diperoleh oleh kelompok 4 sebesar
70,16 % dan kelompok 9 sebesar 42,64 %. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berat
awal daging, skill dalam melepas karapas, serta banyaknya daging yang
Hal ini dapat dipengaruhi oleh berat awal daging, skill dalam membelah daging
Sedangkan pada bentukan tail off, nilai rendeman tertinggi dan terendah
Hal ini dapat dipengaruhi oleh berat awal daging, skill pengupasan dan
headless sebesar 65,80 % dan nilai rendemen terkecil oleh bentukan tail off,
sebesar 54,57 %. Hal ini dapat terjadi karena bentukan headless masih dalam
bentukan tail off merupakan tahapan bentukan terakhir yang telah mendapatkan
banyak perlakuan dan sisa. Dari grafik tersebut diperoleh standar deviasi
tertinggi pada bentukan headless sebesar 7,97 % dan terendah pada bentukan
tail off sebesar 6,21 %. Semakin tinggi standar deviasi, maka semakin beragam
data yang kita miliki. Sebaliknya, jika standar deviasi semakin rendah maka data
daging dengan berat ikan utuh. Perhitungan rendemen ikan digunakan untuk
dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya skill, kecekatan dalam bekerja dan
keseriusan. Pada bentukan EZ peel, waktu tercepat adalah 00.10.24 dan waktu
ada, dan tidak cekatan. Pada bentukan deveined, waktu tercepat adalah
00.09.40 dan waktu terlama adalah 00.23.37. Pada bentukan deveined diperoleh
cara kerjanya. Pada bentukan tail off, waktu tercepat adalah 00.05.20 dan waktu
terlama adalah 00.17.41. Pada bentukan tail off diperoleh rata-rata waktu
HASIL PERIKANAN
MATERI 2
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
MATERI 2
Praktikum mata kuliah Penanganan Hasil Perikanan materi seawater finfish icing
(ikan kembung) dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2019 pukul 13.00 WIB
Brawijaya.
10. Timbangan, untuk menimbang dan mengetahui berat daging ikan serta es
15
yang dibutuhkan
12. Botol vial, untuk menyimpan sampel ikan yang telah dihaluskan dan dicampur
14. Sarung tangan dan lateks, untuk melindungi tangan dan menghindari
kontaminasi
1. Plastik 1 kg, untuk menaruh ikan kembung yang telah di icing dan di wrap
7. Etanol 90%, sebagai aseptis yang berperan mensterilkan cawan conway agar
tidak terkontaminasi
10. Larutan formaldehida 1 ml, sebagai pengikat senyawa amin dan turunannya,
kecuali TMA
Dimatikan
Ditimbang
Di-icing ikan : es = 1 : 4
Pengujian 5 hari
17
2.2.2 Skema preparasi sample uji TMA dan TVBN
5 gram sampel
Dihaluskan
Daging diambil 5 gr
Ditambahkan 10 ml TCA 4%
Disaring
Cawan Conway
Ditutup
Total N = A x (B-C) x 14
Total TMA = total N x 100
A adalah molaritas HCl; B adalah volume titrasi HCl (mL); C adalah volume titrasi HCl
19
blanko (mL)
2.3 Analisa Prosedur Ikan Kembung
tanggal 17 Februari 2020 dilakukan uji TMA dan TVBN. Persiapan yang
dilakukan adalah preparasi whole ikan kembung. Pertama yang dilakukan adalah
ikan kembung dimatikan dengan cara dipukul pada bagian kepala ikan kembung
karena pada bagian kepala ikan kembung terdapat saraf yang menunjang
kehidupan ikan kembung. Akan tetapi, pada saat praktikum sampel ikan
kembung sudah dalam keadaan mati, sehingga tidak perlu mematikan terlebih
dahulu. Cuci ikan kembung hingga bersih dengan air mengalir untuk
menghilangkan darah dan kotoran yang ada pada ikan kembung. Kemudian ikan
timbangan disiapkan terlebih dahulu dan pastikan bahwa angka pada timbangan
adalah 0. Setelah pertimbangan sudah tetap pada angka nol baru ikan ditaruh
diatas timbangan hingga angka yang berubah menjadi tetap dan angka yang
keluar dapat dijadikan berat awal dari ikan kembung. Pada saat praktikum
didapatkan berat awal ikan kembung yaitu 8,15 gram. Setelah itu, ikan kembung
dimasukkan ke dalam plastic (di sealed), agar kembunghan es batu pada proses
icing tidak masuk ke dalam daging ikan kembung. Timbang es batu dengan
perbandingan 4:1 berat ikan atau sama dengan 4 kali berat ikan kembung, lalu
masukkan ke dalam plastik yang lain. Jadi es batu yang dibutuhkan yaitu 32,60
gram. Masukkan plastik berisi ikan kembung ditengah plastik berisi es. Tujuannya
agar suhu dingin menyebar secara merata. Kemudian diukur suhu, sebagai suhu
sebelum icing. Setelah itu, tutup rapat plastiknya dengan cara dipress dan diberi
label menggunakan kertas label bertuliskan nama kelompok agar tidak tertukar
dengan kelompok lain. Masukkan ikan kembung tersebut ke dalam box untuk di
21
icing selama 24 jam agar hasilnya maksimal.
aluminium voil, corong, spatula, kertas saring whatman no.1, botol kaca, tissue,
mortal dan alu. Kemudian, ambil sampel daging ikan kembung sebanyak 5 gram
yang telah di icing tujuannya agar praktikum TMA dan TVBN dapat diketahui
lebih jelas. Selanjutnya, sampel daging dihaluskan menggunakan mortal dan alu.
Setelah itu, sampel diletakkan dalam beaker glass dan tambahkan sebanyak 10
ml TCA 4%, dan homogenkan dengan spatula hingga tercampur rata. TCA 4%
berfungsi untuk mengikat senyawa amin dan turunannya. Setelah itu, tutup
dengan aluminium foil dan inkubasi selama 30 menit, pada baskom yang berisi
yang di bagian atas telah diberi kertas saring (whatman no.1). Alasan
sehingga residu tidak mudah lolos. Filtrat yang sudah ada didalam botol
digunakan yaitu sebanyak 15 ml. Hal ini dikarenakan TCA 4 % ini mudah sekali
jam. Sebelum itu bersihkan cawan conway dimulai dari bagian dalam yang
dapat mengganggu proses reaksi dengan searah. Setelah itu, bagian tutup dan
mulut yang buram dari cawan conway diberi vaselin untuk merapatkan keduanya
agar larutan yang ada didalamnya tidak tumpah saat diberi perlakuan. Cawan
ditempatkan pada kemiringan 10° dengan posisi yang bersekat berada dibawah
agar larutan K2CO3 tidak tercampur dengan larutan sampel. Pertama, masukkan
dalam cawan conway. Larutan innering ini berfungsi untuk menangkap senyawa
amin dan turunannya. Setelah itu, tutup cawan conway dan homogenkan dengan
2 jam pada suhu ruang. Setelah diinkubasi titrasi dengan menggunakan larutan
HCL 0,02 M yang berfungsi untuk menetralkan larutan basa. Proses uji TVBN
tidak jauh berbeda dengan uji TMA hanya saja pada uji TVBN tidak ditambahkan
larutan formaldehyde. Hal tersebut karena uji TVBN dapat digunakan untuk
menguji ikan air laut dan air tawar sementara uji TMA hanya dapat digunakan
pada ikan. Trimetil amin (TMA) terbentuk dari reduksi TMAO oleh bakteri
(fishy) dari ikan. TMA juga merupakan bagian dari TVB, oleh sebab itu
kandungan TMA selalu lebih rendah dari TVB. Nilai TMA pada ikan beloso
waktu penyimpanan. Perubahan kadar TVB dan TMA pada lizardfish selama
penyimpanan. Nilai TMA ikan beloso pada awal penyimpanan dengan perlakuan
penyiangan yaitu 3,42 mgN/100 g, sedangkan nilai TMA ikan beloso dengan
23
perlakuan tanpa penyiangan yaitu 5,59 mgN/100 g. Nilai TMA tersebut
menunjukkan bahwa ikan beloso pada awal penyimpanan tidak melebihi batas
hingga 15 mgN/100 g dan pada akhir penyimpanan (22 minggu) nilai TMA
Menurut Wally, et al., (2015), sebelum melakukan uji TVBN pertma daging
dari dalam cawan tersebut. Sampel yang didiamkan tadi disaring dengan kertas
Asam Borat (H3BO2), dan 2 tetes larutan indikator dipipetkan ke dalam cawan
bagian luar (outer chamber), kemudian cawan ditutup dengan sedikit terbuka.
dalam cawan bagian luar di sisi yang bersebrangan dengan ekstrak daging
larutan ekstraksi daging ikan dipakai 1 ml larutan TCA 7,5 %. Kemudian disimpan
dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 80 menit atau didalam suhu kamar
selama 24 jam. Pada saat tersebut terjadi penguraian ekstrak daging yang
melepaskan basa-basa menguap oleh Potassium Karbonat. Basa-basa tersebut
kemudian diserap oleh Asam Borat. Pada waktu reaksi itu terjadi, pH larutan
akan meningkat dan berubah menjadi basa dan di tandai oleh warna hijau. Asam
Asam Klorida encer (0,02 N HCL). Titik akhir titrasi adalah pada waktu Asam
Borat kembali warna merah muda atau ketingkat pH awal dari larutan. Hal ini
terikat pada Asam Borat. Nilai TVB-N meningkat seiring dengan peningkatan
tanggal 17 Februari 2020 dilakukan uji TMA dan TVBN. Persiapan yang
dilakukan adalah preparasi stick ikan kembung. Pertama yang dilakukan adalah
ikan kembung dimatikan dengan cara dipukul pada bagian kepala ikan kembung
karena pada bagian kepala ikan kembung terdapat saraf yang menunjang
kehidupan ikan kembung. Akan tetapi, pada saat praktikum sampel ikan
kembung sudah dalam keadaan mati, sehingga tidak perlu mematikan terlebih
dahulu. Cuci ikan kembung hingga bersih dengan air mengalir untuk
menghilangkan darah dan kotoran yang ada pada ikan kembung. Kemudian ikan
kembung di fillet lalu dipotong dengan bentuk dan berat yang sama. Selanjutnya
bahwa angka pada timbangan adalah 0. Setelah pertimbangan sudah tetap pada
angka nol baru ikan ditaruh diatas timbangan hingga angka yang berubah
menjadi tetap dan angka yang keluar dapat dijadikan berat awal dari ikan
25
kembung. Setelah itu, ikan kembung dimasukkan ke dalam plastik (di sealed),
agar es batu pada proses icing tidak masuk ke dalam daging ikan kembung.
Timbang es batu dengan perbandingan 4:1 berat ikan atau sama dengan 4 kali
berat ikan kembung, lalu masukkan ke dalam plastik yang lain. Masukkan plastik
berisi ikan kembung ditengah plastik berisi es. Tujuannya agar suhu dingin
menyebar secara merata. Kemudian diukur suhu, sebagai suhu sebelum icing.
Setelah itu, tutup rapat plastiknya dengan cara dipress dan diberi label
menggunakan kertas label bertuliskan nama kelompok agar tidak tertukar dengan
kelompok lain. Masukkan ikan kembung tersebut ke dalam box untuk di icing
Proses preparasi sampel ikan kembung stick yang telah di icing selama
nampan, talenan, timbangan digital, beaker glass, cawan conway, aluminium foil,
corong, spatula, kertas saring whatman no.1, botol kaca, tissue, mortal dan alu.
Kemudian, ambil sampel daging ikan kembung sebanyak 5 gram yang telah di
icing tujuannya agar praktikum TMA dan TVBN dapat diketahui lebih jelas.
Selanjutnya, sampel daging dihaluskan menggunakan mortal dan alu. Setelah itu,
sampel diletakkan dalam beaker glass dan tambahkan sebanyak 10ml TCA 4%,
untuk mengikat senyawa amin dan turunannya. Setelah itu, tutup dengan
aluminium foil dan inkubasi selama 30 menit, pada baskom yang berisi es batu.
reaksi dari TCA 4% dengan sampel. Setelah proses inkubasi, larutan dimasukkan
ke dalam botol kaca dengan disaring menggunakan corong yang di bagian atas
telah diberi kertas saring (whatman no.1). Alasan menggunakan kertas saring
whatman no.1 karena kerapatannya paling tinggi, sehingga residu tidak mudah
lolos. Filtrat yang sudah ada didalam botol ditambahkan lagi dengan TCA 4%
hingga mencapai 3x volume sampel yang digunakan yaitu sebanyak 15ml. Hal ini
dikarenakan TCA 4 % ini mudah sekali menguap. Uji TMA dilakukan setelah
proses inkubasi sampel selama 2 jam. Sebelum itu cawan conway dibersihkan
mulai dari bagian dalam yang berbentuk lingkaran lalu dilanjutkan ke bagian luar
Setelah itu, bagian tutup dan mulut yang buram dari cawan conway diberi vaselin
untuk merapatkan keduanya agar larutan yang ada didalamnya tidak tumpah
saat diberi perlakuan. Cawan ditempatkan pada kemiringan 10° dengan posisi
yang bersekat berada dibawah agar larutan K2CO3 tidak tercampur dengan
bagian kiri sekat juga. Lalu, tambahkan 1 ml K2CO3 dibagian kanan sekat yang
1 ml larutan innering kedalam cawan conway. Larutan innering ini berfungsi untuk
menangkap senyawa amin dan turunannya. Setelah itu, tutup cawan conway dan
inkubasi kembali selama 2 jam pada suhu ruang. Setelah diinkubasi titrasi
larutan basa. Proses uji TVBN tidak jauh berbeda dengan uji TMA hanya saja
pada uji TVBN tidak ditambahkan larutan formaldehyde. Hal tersebut karena uji
TVBN dapat digunakan untuk menguji ikan air laut dan air tawar sementara uji
TMA hanya dapat digunakan untuk menguji tingkat kesegaran ikan air laut.
pada ikan. Trimetil amin (TMA) terbentuk dari reduksi TMAO oleh bakteri
27
pembusuk. TMA merupakan senyawa yang memberikan karakteristik bau amis
(fishy) dari ikan. TMA juga merupakan bagian dari TVB, oleh sebab itu
kandungan TMA selalu lebih rendah dari TVB. Nilai TMA pada ikan beloso
waktu penyimpanan. Perubahan kadar TVB dan TMA pada lizardfish selama
penyimpanan. Nilai TMA ikan beloso pada awal penyimpanan dengan perlakuan
penyiangan yaitu 3,42 mgN/100 g, sedangkan nilai TMA ikan beloso dengan
menunjukkan bahwa ikan beloso pada awal penyimpanan tidak melebihi batas
hingga 15 mgN/100 g dan pada akhir penyimpanan (22 minggu) nilai TMA
al., (2019), kadar TMA secara umum digunakan untuk menentukan mikroba
(TMA) terbentuk dari reduksi TMAO oleh bakteri pembusuk. TMA merupakan
senyawa yang memberikan karakteristik bau amis (fishy) dari ikan. TMA juga
merupakan bagian dari TVB, oleh sebab itu kandungan TMA selalu lebih rendah
dari TVB. Nilai TMA pada ikan beloso selama pembekuan cenderung mengalami
dengan lamanya waktu penyimpanan. Nilai TMA ikan beloso pada awal
nilai TMA ikan beloso dengan perlakuan tanpa penyiangan yaitu 5,59 mgN/100 g.
Nilai TMA tersebut menunjukkan bahwa ikan beloso pada awal penyimpanan
menguap dari dalam cawan tersebut. Sampel yang didiamkan tadi disaring
daging ke dalam cawan bagian luar (outer chamber), kemudian cawan ditutup
Jenuh (K2CO3) ke dalam cawan bagian luar di sisi yang bersebrangan dengan
mana sebagai pengganti larutan ekstraksi daging ikan dipakai 1 ml larutan TCA
7,5 %. Kemudian disimpan dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 80 menit
atau didalam suhu kamar selama 24 jam. Pada saat tersebut terjadi penguraian
Basa-basa tersebut kemudian diserap oleh Asam Borat. Pada waktu reaksi itu
terjadi, pH larutan akan meningkat dan berubah menjadi basa dan di tandai oleh
warna hijau. Asam Borat yang mengandung basa-basa menguap segera dititrasi
29
dengan larutan Asam Klorida encer (0,02 N HCL). Titik akhir titrasi adalah pada
waktu Asam Borat kembali warna merah muda atau ketingkat pH awal dari
larutan. Hal ini berarti titrasi hanya ditujukan untuk pengambilan basa-basa
menguap yang terikat pada Asam Borat. Nilai TVB-N meningkat seiring dengan
dikonsumsi.
TVB
40 N
30
20
10
0
31
STDEV 0,093166518 9,316651759
` Tabel 6 TMA ICING STICK
50
Hasil (mg/100g)
40 TVBN
TMA
30
20
10
Gambar 5
GRAFIK ICING STICK
sebagai berikut.
dilaksanakan analisa hasil TMA TVBN ikan Kembung pada jam ke 24. Bentukan
whole nilai tertinggi dari TVBN adalah 109,2 pada kelompok 8, dan nilai terendah
TVBN adalah 5,6 pada kelompok 5. Jika nilai TVBN tinggi maka mutu kesegaran
ikan menurun atau tidak layak makan kenaikan kadar TVBN terutama disebabkan
oleh reaksi bakteri sedangkan data TVBN dengan nilai terendah justru kesegaran
ikan masih baik untuk nilai TMA tertinggi diperoleh kelompok 8 sebesar 28
mg/100g. Apabila data yang memiliki nilai TMA tertinggi melebihi TVBN
dinyatakan tidak layak makan. Sedangkan pada sampel ikan Kembung kedua
untuk dikonsumsi.
Berdasarkan data grafik ikan kembung analisis TMA dan TVBN jam ke-
deviasi TMA TVBN sebesar 38,5. Hasil tersebut tidak layak dikonsumsi karena
nilai TMAnya melewati deviasi hal ini terjadi karena akibat bakteri yang ada
Pada analisa bentukan World ikan lele ini menurut Malik et al (2015),
senyawa yang mudah menguap memberi kesan ikan telah menjadi buruk
sehingga senyawa ini dipakai sebagai indeks laboratorium yang disebut dengan
pelarutan kadar TVBN semakin tinggi kandungan TVBN dan TMA dalam iklan
dilaksanakan analisa hasil TMA TVBN ikan Kembung pada jam ke 24. Bentukan
stick nilai tertinggi dari TVBN adalah 112 pada kelompok 8, dan nilai terendah
TVBN adalah 8,4 pada kelompok 1. Jika nilai TVBN tinggi maka mutu kesegaran
33
ikan menurun atau tidak layak makan kenaikan kadar TVBN terutama disebabkan
oleh reaksi bakteri sedangkan data TVBN dengan nilai terendah justru kesegaran
ikan masih baik untuk nilai TMA tertinggi diperoleh kelompok 8 sebesar 30,8
mg/100g. Apabila data yang memiliki nilai TMA tertinggi melebihi TVBN
dinyatakan tidak layak makan. Sedangkan pada sampel ikan Kembung kedua
untuk dikonsumsi.
Berdasarkan data grafik ikan kembung analisis TMA dan TVBN jam ke-
deviasi TMA TVBN sebesar38,68 dan 9,3 . Hasil tersebut tidak layak dikonsumsi
karena nilai TMAnya melewati deviasi hal ini terjadi karena akibat bakteri yang
Pada analisa bentukan World ikan lele ini menurut Malik et al (2015),
senyawa yang mudah menguap memberi kesan ikan telah menjadi buruk
sehingga senyawa ini dipakai sebagai indeks laboratorium yang disebut dengan
pelarutan kadar TVBN semakin tinggi kandungan TVBN dan TMA dalam iklan
HASIL PERIKANAN
MATERI 3
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Genus : Homorus
Spesies : H. Amerecanus
Gambar 6 Lobster
Lobster (Rephepidae) merupakan clusteran yang dapat hidup di air tawar maupun air
laut. Adapun banyak jenis dari lobster antara lain lobster air tawar, lobster air laut, dan
lain-lain. Dalam prosedur kerja handling lobster pertama kali yang harus dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan yaitu pisau, mangkok kecil,
panci, dan talenan. Pisau untuk memotong lobster, panci untuk memanaskan lobster
atau merebus lobster sebentar saja, mangkok kecil sebagai wadah dan talenan sebagai
alas pemotongan lobster. Bahan yang digunakan adalah es batu dan lobster serta air.
(gelambir). Lalu ambil telur-telur yang ada di kepala lobster lalu letakkan pada
mangkok kecil yang sudah tersedia, beri dan campurkan sedikit garam pada telur-telur
tersebut. Setelah itu, rebus lobster menggunakan panci yang sudah berisi air mendidih
tunggu hingga beberapa menit. Setelah itu, angkat lobster dan masukkan ke dalam air
es tujuannya agar menetralisir suhu lobster dan agar mudah dibelah lalu diambil
dagingnya. Kemudian di bagian tengah perut dibelah menggunakan pisau. Lalu cucilah
dengan air mengalir setelah keringkan dengan kain. Setelah itu masukkan ke dalam
Hasil dari hendling lobster yaitu lobster utuh dengan dagingnya saja. Karapas
dan kotoran lobster telah dibuang sehingga yang tersisa hanya daging lobster.
Pengambilan daging dilakukan secara hati-hati agar kondisinya tetap baik. Hasil dari
Pada hendling lobster menurut Wijaya et al., (2017), loker di belah sesaat
setelah mendarat dengan memotong karapas dan mengambil lambungnya. Hal ini
daging lobster dengan air selanjutnya keringkan. daging menggunakan kain bersih
PENUTUP
2.1.1 Kesimpulan
kelompok 4 sebesar 78,05 % dan kelompok 9 sebesar 48,76 %. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh berat awal udang tiap bagian, skill dalam memotong,
kelompok 4 sebesar 70,16 % dan kelompok 9 sebesar 42,64 %. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh berat awal daging, skill dalam melepas karapas, serta
kelompok 4 sebesar 67,81 % dan kelompok 9 sebesar 41,76 %. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh berat awal daging, skill dalam membelah daging dan
4. Data rendeman tertinggi dan terendah bentukan tail off diperoleh oleh
kelompok 4 sebesar 62,50 % dan kelompok 9 sebesar 39,24 %. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh berat awal daging, skill pengupasan dan pemotongan, kadar
5. Data grafik nilai rendemen terbesar oleh bentukan headless sebesar 65,80
%. Data grafik nilai rendemen terkecil oleh bentukan tail off, sebesar 54,57
%. Hal ini dapat terjadi karena bentukan headless masih dalam keadaan
2
tail off merupakan tahapan bentukan terakhir yang telah mendapatkan
2.1.2 Saran
alat dan bahan air tidak memancar ke segala telah berjalan dengan lancar.
Untuk kedepannya, diharapkan dari praktikan dapat lebih kondusif lagi dalam
yang telah disediakan agar tidak salah dalam melakukan prosedur. Untuk
agar mengerti apa yang akan dilakukan. Ketika ditanya praktikan dan asisten
4
LAMPIRAN
Kelompok 4 Kelompok 4
SAMPEL A SAMPEL B
Rendemen = Berat Akhir x 100% Rendemen = Berat Akhir x 100%
Berat Awal Berat Awal
Headless Headless
Rendemen = 199,8 x 100 % : 256 Rendemen = 182,1 x 100 % : 254
= 78,05 = 71.69
Peeled Peeled
Rendemen = 179,6 x 100 % :256 Rendemen = 163,5x 100 % :254
= 70,16 = 64,37
Deveined Deveined
Rendemen = 173,6 x 100 % :256 Rendemen = 163,4x 100 % :254
= 67,81 = 64,33
Tail off Tail off
Rendemen = 160x 100 % :256 Rendemen = 153x 100 % :254
Kelompok 9
= 62,50 Kelompok 9= 60,24
SAMPEL A
SAMPEL B
Rendemen = Berat Akhir x 100%
Rendemen = Berat Akhir x 100%
Berat Awal
Berat Awal
Headless
Headless
Rendemen = 183,7 x 100 % : 250
Rendemen = 121,9x 100 % : 250
= 73,48
Peeled = 48,76
Rendemen = 143,7 x 100 % :250 Peeled
= 57,48 Rendemen = 106,6x 100 % :250
Deveined = 42,64
Rendemen = 142,2x 100 % :250 Deveined
= 56,88 Rendemen = 104,4x 100 % :250
Tail off = 41,76
Rendemen = 134,8x 100 % :250 Tail off
= 53,92 Rendemen = 98,1x 100 % :250
= 39,24
5
Kelompok 14 Kelompok 14
SAMPEL A SAMPEL A
Rendemen = Berat Akhir x 100% Rendemen = Berat Akhir x 100%
Berat Awal Berat Awal
Headless Headless
Rendemen = 168,67 x 100 % : 251,7 Rendemen = 168,67 x 100 % : 251,7
= 67,01 = 67,01
Peeled Peeled
Rendemen = 158,68 x 100 % :251,7 Rendemen = 158,68 x 100 % :251,7
= 63,04 = 63,04
Deveined Deveined
Rendemen = 141 x 100 % :251,7 Rendemen = 141 x 100 % :251,7
= 56,02 = 56,02
Tail off Tail off
Rendemen = 144,2 x 100 % :251,7 Rendemen = 144,2 x 100 % :251,7
= 57,29 = 57,29
Kelompok 19 Kelompok 19
SAMPEL A SAMPEL B
Rendemen = Berat Akhir x 100% Rendemen = Berat Akhir x 100%
Berat Awal Berat Awal
Headless Headless
Rendemen = 145x 100 % : 235 Rendemen = 159x 100 % : 257
=61,70 = 61,87
Peeled Peeled
Rendemen = 133 x 100 % :235 Rendemen =145 x 100 % :257
= 56,60 = 56,42
Deveined Deveined
Rendemen = 132 x 100 % :235 Rendemen = 144x 100 % :257
= 56,17 = 56,03
Tail off Tail off
Rendemen = 125x 100 % :235 Rendemen = 136x 100 % :257
= 53,19 = 52,92
Kelompok 24 Kelompok 24
SAMPEL A SAMPEL B
Rendemen = Berat Akhir x 100% Rendemen = Berat Akhir x 100%
Berat Awal Berat Awal
Headless Headless
Rendemen = 163x 100 % : 251 Rendemen = 132x 100 % : 206
= 64,94 = 64,08
Peeled Peeled
Rendemen = 148 x 100 % :251 Rendemen = 129x 100 % :206
= 58,96 = 62,62
Deveined Deveined
Rendemen = 146x 100 % :251 Rendemen = 121x 100 % :206
= 58,17 = 58,74
Tail off Tail off
Rendemen = 140x 100 % :251 Rendemen = 112x 100 % :206
= 55,78 = 54,37s
6
a. Icing Whole
b. Icing Stick
c. Pengujian TVBN TMA
Lampiran 2. Perhitungan TMA dan TVBN Jam Ke-24
Kelompok 1 Kelompok 2
N TVBN : N TVBN :
=0,02 x ( 0,5 – 0 ) x 14 = 0,14 = 0,02 x (1 – 0) x 14 = 0,28
TVBN : = 0,14 x 100 = 14 mg/100gr TVBN : = 0,28 x 100 = 28 mg/100gr
N TMA : N TMA :
= 0,02 x ( 0,2 – 0) x 14 = 0,056 = 0,02 x(0,3– 0) x 14 =0,084
TVBN : = 0,056 x 100 = 5,6 mg/100gr TVBN : =0,084 x 100 = 8,4 mg/100gr
Kelompok 3 Kelompok 4
N TVBN : N TVBN :
= 0,02 x (2– 0) x 14 = 0,56 = 0,02 x (3,5– 0) x 14 = 0,98
TVBN : = 0,56 x 100 = 56 mg/100gr TVBN : = 0,98 x 100 = 98 mg/100gr
N TMA : N TMA :
= 0,02 x(0,4 – 0) x 14 = 0,112 = 0,02 x(0,7– 0) x 14 = 0,196
TVBN : =0,112 x100 = 11,2mg/100gr TVBN : =0,196 x 100 = 19,6 mg/100gr
Kelompok 5 Kelompok 6
N TVBN : N TVBN :
= 0,02 x (0,2– 0) x 14 = 0,056 = 0,02 x (0,8– 0) x 14 = 0,224
TVBN : =0,056 x100 = 5,6mg/100gr TVBN : = 0,224x 100 = 22,4 mg/100gr
N TMA : N TMA :
= 0,02 x(0,2– 0) x 14 = 0,056 = 0,02 x(0,1– 0) x 14 = 0,028
TVBN : =0,056x 100 =5,6 mg/100gr TVBN : =0,028x 100 = 2,8 mg/100gr
Kelompok 7 Kelompok 8
N TVBN : N TVBN :
= 0,02 x (2– 0) x 14 = 0,56 = 0,02 x (3,9– 0) x 14 = 1,092
TVBN : = 0,56 x 100 = 56mg/100gr TVBN : =1,092 x 100 =109,2mg/100gr
7
N TMA : N TMA :
= 0,02 x(0,5– 0) x 14 = 0,14 = 0,02 x(1– 0) x 14 = 0,28
TVBN : =0,14x 100 = 14mg/100gr TVBN : =0,28x 100 =28 mg/100gr