Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI DASAR DALAM PSIKOLOGI SOSIAL

Disusun Oleh :

Nama : LOISA YESYAN

Nim : 148720517017

Prodi : PKN

Semester : VII (Tujuh)

Dosen Pengampu : JUSMIN, S.Sos., M.Ec. Dev

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SORONG

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan rahmat yang diberikan
kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang
berjudul “Psikologi Sosial” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah“Psikologi” . 
Mengingat keterbatasan penulis oleh karena itu penulis selaku penyusun mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari segenap pembaca sekalian. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amiin.

Sorong, 23 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.................................................................... 3
B. Psikologi Sosial.......................................................................................................... 5
C. Teori-teori Psikologi Sosial....................................................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................ 11
B. Saran.......................................................................................................................... 11
D.

iii
BAB I
(PENDAHULUAN)

A.  Latar Belakang
Bidang Psikologi Sosial sepertinya telah memasuki hampir seluruh sendi-sendi
kehidupan kita. Aplikasi bidang Psikologi Sosial telah banyak kita terapakan dalam berbagai
bidang kehidupan. Karena pada dasarnya Psikologi Sosial memang menekankan bidangnya
pada permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan dan mengaitkannya pada
konsep-konsep psikologi bagi masing-masing individu. Meskipun pada kenyataannya bidang
Psikologi Sosial terbilang cukup muda dalam disiplin ilmu Psikologi.
Terdapat berbagai aplikasi Psikologi Sosial dalam kehidupan kita.Seperti halnya pada
bidang politik, kesehatan, hukum dan hak asasi manusia (HAM), ekonomi, komunikasi dan
hubungan masyarakat, serta isu-isu kontemporer yang terjadi saat ini. Teori-teori dalam
Psikologi Sosial banyak diterapkan dalam bidang tersebut seperti teori psikologi lingkungan,
teori belajar sosial, teori peran, teori konflik peran, dan ssebagainya. Penerapan teori-teori
Psikologi Sosial ini secara tidak sadar sebenarnya kita terapkan dalam bidang tersebut dan
secara tidak langsung memberikan manfaat terhadap pelaksanaannya.
Salah satu bidang yang cukup menarik untuk dikaji ialah bidang komunikasi dan
hubungan masyarakat (public relation). Bidang ini cukup familiar di tengah-tengah
kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di bagian perkantoran dan media publik seperti
media elektronik dan media cetak. Selain itu, bidang komunikasi dan hubungan masyarakat
juga bisa dibilang sangat sering berinteraksi dengan manusia. Secara tidak sadar, dalam
melakukan tugasnya seperti mengelola informasi antara individu atau organisasi dan
masyarakat, terdapat teori-teori Psikologi Sosial yang dipraktikkannya.
Komunikasi dan hubungan masyarakat merupakan salah satu elemen penting dari
sebuah lembaga organisasi maupun perusahaan. HUMAS(Public Relation) juga
merupakanfungsi manajemen untuk mencapai target tertentu yang sebelumnya harus
mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan,
mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya.
Komunikasi dan HUMAS (public relation) juga merupakan bidang baru yang ada
khususnya di Indonesia, tetapi sangat dibutuhkan untuk menciptakan kerja sama
karena public relation orang-orangnya bergerak di berbagai bidang. Menurut Frank Jefkins
(1992), HUMAS (public relation) sebenarnya terdiri dari  semua bentuk komunikasi yang

1
terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontak
dengannya.
Hal ini sangat menarik untuk diketahui lebih lanjut dalam kaitan antara HUMAS dan
Psikologi Sosial karena bidang HUMAS dan Psikologi Sosial sama-sama mempunyai
kegiatan yang berhubungan dengan kontak antara individu. Untuk itu penulis akan mengkaji
lebih dalam aplikasi apa saja yang dapat di berlakukan dalam menjalankan fungsi
Komunikasi dan HUMAS.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dari laporan ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat (Public Relation)?

C.   Tujuan Penulisan 
Adapun tujuan penulisan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang Komunikasi dan
Hubungan Masyarakat (Public Relation).

D.  Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a.    Manfaat Teoritis
a)    Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penulisan laporan  selanjutnya yang relevan dengan
topik.
b)   Pengembangan pengetahuan, khususnya yang berkenaan dengan penerapan aplikasi teori-
teori psikologi sosial di bidang hubungan masyarakat.
b.    Manfaat Praktis
Bagi penulis dan masyarakat, memberikan pengetahuan praktis mengenai
pengaplikasian teori-teori psikologi sosial yang digunakan dalam bidang hubungan
masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Komunikasi dan Hubungan Masyarakat


a.    Komunikasi
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, setiap individu mengalami interaksi sosial
dengan individu lain dalam menghadapi situasi sosial. Melalui interaksi ini, individu tentu
mengadakan komunikasi dengan individu yang lain, baik melalui bahasa secara verbal
maupun gerakan tubuh.
Frank Dance mengemukakan tiga poin dari perbedaan konseptual yang penting dalam
membentuk dimensi dasar komunikasi. Tiga dimensi dasar tersebut adalah: tingkat
pengamatan atau keringkasan, tujuan, dan penilaian normatif. Dalam mendefinisikan
komunikasi sendiri, terdapat banyak pendapat dalam mendefinisikannya. Ada yang
mendefinisikannya sangat luas atau bebas dan ada pula yang mendefinisikannya terbatas.
Secara luas, komunikasi ialah sebuah sistem dalam menyampaikan informasi atau
perintah. Berdasarkan dimensi pertama yaitu “tingkat pengamatan”, komunikasi adalah
proses yang menghubungkan bagian-bagian yang terputus. Jika ditinjau dari dimensi yang
kedua yaitu tujuan, komunikasi merupakan sebuah proses yang menyamakan dua atau
beberapa hal mengenai kekuasaan terhadap seseorang atau beberapa orang. Sedangkan
berdasarkan dimensi yang ketiga yaitu penilaian normatif, komunikasi didefinisikan sebagai
pertukaran sebuah pemikiran atau gagasan. Asumsi dalam definisi ini secara tidak langsung
menyatakan bahwa komunikasi itu berhasil jika pemikiran atau gagasan berhasil ditukarkan.
Namun disisi lain, terdapat definisi yang tidak menilai apakah hasilnya berhasil atau tidak
sehingga hanya mendefinisikan komunikasi ialah penyampaian informasi.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman
dan penerimaan berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga dipahami
apa yang dimaksud. Saat ini, komunikasi sudah menjadi salah satu disiplin ilmu di Perguruan
Tinggi, yaitu Ilmu Komunikasi. Ilmu Komunikasi ialah ilmu yang mempelajari mengenai
bagaimana cara mentransfer atau menyampaikan informasi atau ide-ide dari satu individu ke
individu lain atau kelompok ke kelompok lain yang bisa dilakukan melalui media lisan,
tertulis, ataupun sosial.

3
Dalam penerapannya, Ilmu Komunikasi memiliki tiga pembagian khusus, yaitu:
·       Penyiaran (broadcasting)
·       Periklanan (advertising)
·       Hubungan Masyarakat (public relation)

b.    Hubungan Masyarakat (Public Relation)


Hubungan Masyarakat (Public Relation) merupakan salah satu elemen penting dalam
suatu organisasi ataupun perusahaan. Sebenarnya HUMAS ini merupakan bagian dari Ilmu
Komunikasi. Menurut kamus besar Institute of Public Relation  (IPR) yang terbit pada bulan
November 1987 menyatakan bahwa Hubungan Masyarakat (HUMAS) adalah keseluruhan
upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
segenap khalayaknya.
Saat ini, HUMAS telah menjadi suatu profesi dalam suatu organisasi ataupun
perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, HUMAS bertanggung jawab dalam memberikan
informasi kepada masyarakat ataupun organisasi lain yang menjalin hubungan dengannya,
mendidik, meyakinkan, meningkatkan ketertarikan masyarakat, serta memberikan penjelasan
kepada khalayak mengenai sesuatu ataupun keadaan tertentu.
Jika dilihat peranannya dalam suatu perusahaan ataupun lembaga, public
relation  sangat menunjang efektivitas suatu perusahaan. Hubungan Masyarakat sangat
berperan penting dalam suatu organisasi atau lembaga perusahaan. Beberapa tugas dari
HUMAS ialah:
·       Expert Pereciber Communication (Ahli Komunikasi)
Petugas HUMAS bertugas menasehati pimpinan perusahaan/organisasi. Selain itu, HUMAS
juga bertanggung jawab dalam melayani masyarakat atau organisasi yang menjalin relasi
dengan instansinya seperti memberikan penjelasan tentang sesuatu serta mendidik dan
meningkatkan ketertarikan masyarakat.
·       Problem solving process facilitator (Fasilitator dalam Pemecahan Masalah)
Petugas HUMAS bertugas melibatkan dirinya atau dilibatkan dalam setiap masalah
ataupun krisis. Merka bisa menjadi anggota tim atau menjadi leader dalam penanganan krisis
manajemen.
·       Communicatoin Facilitator  (Fasilitator Komunikasi)
Pelaksana HUMAS sebagai fasilitator atau jembatan komunikasi antara publik dengan
perusahaan sebagai media atau bisa juga menjadi penengah bila terjadi miss communication.
4
·       Technician Communication (Pelaksana Teknis Komunikasi)
Petugas HUMAS bertugas sebagai pelaksana teknis komunikasi yang menyediakan layanan
di bidang humas.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya di atas, HUMAS juga ditunjang oleh beberapa
media atau perangkat yang membantunya. Salah satunya ialah media sosial. Media
sosial (sosial media) mempunyai peranan yang cukup penting dalam bidang HUMAS. Media
sosial dianggap membuat komunikasi menjadi lebih mudah dengan client atau masyarakat di
sekitar. Namun tentu, tidak semua hal dapat dikomunikasikan atau diinformasikan melalui
media sosial. Terdapat juga hal-hal yang memang harus dinyatakan secara langsung.
Saat ini, peran HUMAS dalam suatu perusahaan semakin disibukkan dengan
perkembangan beberapa program positif, salah satunya ialah program CSR (Corporate
Social Responsibility), yang merupakan suatu program dimana suatu perusahaan dapat
diterima dan diakui di lingkungannya.
Jika diteliti dengan cermat, tugas HUMAS memang terbilang cukup berat. Dibutuhkan
profesionalisme yang tinggi di bidang dan keselarasan antara peranan dan sikap maupun
perilaku para pelaku HUMAS ini agar tercipta hasil kerja yang sukses. Beberapa kriteria
dalam bidang HUMAS antara lain tingkat intelektual, kode etik, diri yang mampu mengatur
organisasi, dan juga pelaksananya. Standar profesionalisme dalam bidang Hubungan
Masyarakat sebaiknya dilihat melalui konteks bagaimana memelihara suatu stabilitas
organisasi dan harmoni seiring dengan perubahan lingkungan sosial. Ini sangat perlu
diperhatikan bagi para pelaksana HUMAS dalam meningkatkan kualitas kerjanya.

B.   Psikologi Sosial
Secara umum, Psikologi Sosial merupakan salah satu cabang dari disiplin ilmu
Psikologi. Dalam mendefinisikan mengenai Psikologi Sosial, beberapa ahli ternyata memiliki
pendapat yang berbeda. Seperti Hartley (dalam Walgito, 1990) menyatakan bahwa Social
Psychology is that branch of the social science which seek to understand individual behavior
in the context of social interaction. Sedangkan Sherif (1956) mengemukakan bahwa, social
psychology is the scientific study of the experience and behavior of the individual in relation
to social stimulus situation.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
Psikologi Sosial ialah ilmu yang mempelajari mengenai perilaku manusia dalam lingkup
sosialnya. Sebenarnya, ilmu Psikologi Sosial ini terbilang cukup baru karena baru muncul

5
kurang dari seratus tahun yang lalu. Sebelumnya, gejala-gejala seperti ini dipelajari dalam
bidang Sosiologi dan Antropologi.
Dalam mempelajari Psikologi Sosial, terdapat tiga kajian yaitu :
·       Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, seperti persepsi, motivasi, proses
belajar,  dan sifat (attitude).
·       Studi tentang proses individual bersama seperti bahasa, sikap sosial, dan sebagainya.
·       Studi tentang interaksi antar kelompok seperti kepemimpinan, komunikasi, hubungan
kekuasaan, konformitas, persaingan, kerja sama dan sebagainya.

C.   Teori-teori Psikologi Sosial


a.    Teori Lapangan (Field Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Kurt Lewin yang beranggapan bahwa pribadi itu tidak
dapat dipisahkan dari lingkungannya karena pribadi itu terdapat dalam lingkungannya.
Pribadi dan lingkungan ini secara bersama-sama membentuk ruang hidup (life space). Life
space merupakan sekumpulan fakta atau kejadian yang memengaruhi tingkah laku yang
meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
b.    Teori Peran (Role Theory)
Teori peran (role theory) merupakan teori yang menyatakan bahwa perilaku individu
tersebut dibentuk oleh peranan-peranan yang disematkan atau diberikan masyarakat
kepadanya. Peranan tersebut memang tidak secara langsung memengaruhi perilakunya.
Namun seiring waktu yang berlalu, seseorang secara tidak langsung terpengaruh oleh
peranannya.
c.    Konflik Peran (Role Conflict)
Konflik merupakan salah satu esensi kehidupan dan perkembangan manusia yang
mempunyai karekteristik yang beragam. Selruh individu yang berada di bumi ini memiliki
berbagai macam jenis perbedaan. Seperti perbedaan suku budaya, ras, agama, latar belakang
pendidikan, dsb. Perbedaan inilah yang cenderung menimbulkan konflik di antara
masyarakat. Selama masih terdapat perbedaan di muka bumi ini, konflik masih akan terus
terjadi dan tidak bisa dihindari.
Ada berbagai macam konflik. Salah satunya ialah konflik peran (role conflict). Konflik
peran ialah suatu keadaan dimana terdapat harapan yang sifatnya berlawanan terhadap peran
individu di lingkungannya.
Menurut Mondy, Sharplin dan Premeaux (1990:490), mengemukakan lima tipe
dari role conflict, yaitu:
6
·      Intrasender conflict, merupakan konflik yang terjadi pada individu pemegang peran karena
peran yang diterima oleh individu bertentangan dengan harapan pemegang peran.
·      Intersender Conflict, konflik yang terjadi ketika individu-individu pemegang peran dengan
harapan yang berbeda saling berinterkasi..
·      Interrole Conflict. Merupakan konflik yang terjadi ketika harapan berhubungan dengan
peran berbeda yang akan menimbulkan konflik.
·      Person-role conflict, adalah konflik yang terjadi ketika sikap atau perilaku yang diharapkan
dari pemegang peran melanggar moralatau nilai yang dimiliki individu tersebut.
·      Role Overload, merupakan tipe konflik peran yang lebih kompleks, terjadi ketika harapan
yang dikirimkan pada pemegang peran dapat digabungkan akan tetapi kinerja mereka
melampaui jumlah waktu yang tersedia bagi orang yang melaksanakan aktivitas yang
diharapkan.

d.   Teori Perbandingan Sosial dan Pertukaran Sosial


a)    Teori Perbandingan Sosial(Sosial Comparisons Theory)
Teori  perbandingan sosial berpendapat bahwa dalam interaksi sehari-hari, proses saling
memengaruhi dan perilaku bersaing itu ditimbulkan oleh adanya kecendrungan dalam menilai
diri sendiri (self evaluation) yang dapat dipenuhi dengan membandingkan diri sendiri dengan
orang lain. Proses perbandingan sosial banyak memengaruhi hal-hal dalam kehidupan sosial
kita. Hal yang diperbandingkan biasanya  ialah pendapat (opinion) dan
kemampuan (ability).Teori ini dikemukakan oleh Leon Festinger.
Teori perbandingan sosial ini dapat diringkas menjadi:
·       Setiap orang memiliki hasrat (dorongan) untuk mengevaluasi  opini dan kemampuannya
secara akurat.
·       Karena tidak ada standar fisik secara langsung, orang mengevaluasi dirinya dengan
membandingkan dirinya dengan orang lain.
·       Secara umum, orang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lainyang setarana
atau mirip dengannya.
b)   Teori Pertukaran Sosial (Sosial Exchange Theory)
Teori pertukaran sosial memandang bahwa hubungan interpersonal antar individu itu
layaknya sebagai suatu transaksi dagang. Jadi, teori ini menganggap bahwa seorang individu
melakukan hubungan dengan orang lain disebabkan ingin mendapatkan keuntungan dari
hubungan tersebut. Dalam teori pertukaran sosial, terdapat empat konsep dasar dalam suatu
hubungan, yaitu:
7
·      Ganjaran, merupakan dampak positif yang langsung bisa dirasakan melalui hubungan
interpersonal dengan seseorang atau lebih.
·      Biaya, merupakan istilah yang digunakan yang mengacu pada pengeluaran atau
pengorbanan seseorang dalam menjalin hubungan. Biaya ini tidak selamanya berupa materi,
melainkan dapat berupa tenaga, waktu, usaha, konflik, dsb.
·      Hasil atau Laba merupakan hasil yang bermanfaat dan bisa dirasakan dalam jangka waktu
yang cukup lama melalui jalinan hubungan interpersonal.
·      Tingkat Perbandingan, merupakan suatu acuan atau standarisasi seseorang dalam menilai
suatu hubungan. Ini biasa digunakan seseorang dalam membandingkan hubungan
interpersonalnya dengan orang yang satu dan orang yang lain.

e.    Teori Belajar Sosial (Sosial Learing Theory)


Belajar merupakan salah satu hal terpenting bagi setiap individu. Karena melalui proses
belajar inilah, perilaku dapat dibentuk, dimodifikasi, maupun diperbaiki. Terdapat dua proses
belajar, yaitu proses belajar secara fisik dan secara psikis. Salah satu proses belajar secara
psikis ialah belajar sosial (sosial learning). Pada pembelajaran sosial, seseorang mempelajari
dan mengamati perannya dan peran orang lain melalui interaksi maupun kontak sosial yang
terjadi di lingkungannya.
Dalam teori belajar sosial, terdapat dua teori mengenai tingkah laku, yaitu teori John
Dollard & Neal E. Miller (1941) dan Albert Bandura (1963).
a)    Teori Belajar Sosial Dollard dan Miller
Teori Dollard dan Miller sebenarnya merupakan pengembangan dari teori Hull.
Pandangan dasar mereka ialah perilaku manusia itu dapat dipelajari. Dalam menjelaskan
teorinya, mereka menggunakan empat prinsip dalam proses belajar, yaitu:
·       Dorongan (drive) merupakan suatu rangsangan yang mendorong organisme untuk
bertingkah laku. Terdapat dua jenis dorongan, yaitu dorongan primer (primary drive) dan
dorongan sekunder (secondary drive). Dorongan primer meliputi dorongan-dorongan yang
bersifat bawaan (innate) yang sifatnya biologis seperti rasa lapar, haus, dan dorongan
seksual. Sedangkan dorongan sekunder meliputi akibat yang ditimbulkan dari adanya
dorongan primer tersebut seperti rasa cemas, gelisah, takut, dsb.
·       Isyarat (cue) merupakan suatu stimulus dari luar yang memberikan petunjuk kapan dan
bagaimana tingkah laku dapat dilakukan.
·       Tingkah Laku Balas (response) merupakan respon yang dilakukan individu sebagai
dampak dari isyarat.
8
·       Penguat (reinforcement) ialah penguat yang akan menentukan apakah tingkah balas akan
diulang atau tidak pada kesempatan yang lain.
b)   Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori belajar sosial dari Bandura didasarkan pada tiga konsepnya yaitu:
·       Determinis Resiprokal (Reciprocal Determinism), yaitu konsep pendekatan yang
menyatakan bahwa tingkah laku manusia itu hasil dari interaksi timbal balik antara
determinan kognitif, behavioris (tingkah laku), dan lingkungan.
·       Tanpa Penguat (Beyond Reinforcement). Bandura berpendapat bahwa reinforcement bukan
satu-satunya pembentuk tinkah laku. Orang juga dapat belajar walau tanpa
ada reinforcement (penguat), yaitu melalui observasi (observational lerning).
·       Kognisi dan Regulasi Diri (Self Regulation and Cognition). Konsep Bandura yang
menyatakan bahwa setiap individu itu memliki kemampuan dalam mengatur tingkah lakunya,
membentuk perilaku dengan cara memodifikasi lingkungan dan menciptakan dukungan
kognitif serta konsekuensi atas tingkah lakunya sendiri.

f.     Psikologi Lingkungan
a)    Teori Tekanan Lingkungan (The Environmental Stress Approach)
Teori yang menyatakan bahwa reaksi tingkah laku dari masing-masing individu
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang bersifat mengganggu atau yang biasa disebut
dengan stressor. Stressor itu dapat berupa suara bising, cuaca yang panas, polusi udara,
kepadatan penduduk, dsb. Stressor ini dapat menimbulkan reaksi pada tingkah laku individu
berupa stress jika individu tidak mampu menanganinya.
b)   Teori Kelebihan Beban (Environmental Load Theory)
Pada teori kelebihan beban, Cohen mengemukakan empat asumsi dasarnya, yaitu:
·       Manusia memiliki keterbatasan dalam mengelola stimulus dari lingkungannya.
·       Jika stimulus lebih besar dibanding kemampuan individu dalam mengelola informasi, maka
terjadilah kelebihan beban. Akibatnya, sejumlah stimulus harus diabaikan agar dapat
memusatkan perhatian pada stimulus tertentu saja.
·       Individu akan beradaptasi segera dengan lingkungannya setelah stimulus muncul.
·       Jika kapasitas masih terlalu besar, maka individu tidak mampu lagi menganganinya.
c)    Teori Kekurangan Beban (Understimulation Theory)
Teori ini mengatakan bahwa manusia juga tidak senang jika ia tidak  mendapat cukup
rangasangan. Ini merupakan kebalikan dari teori kelebihan beban. Jika individu kurang

9
mendapat stimulus dari lingkungannya, maka ini dapat menimbulkan perasaan kosong,
cemas, sepi, hingga kebosanan atau kejenuhan.
d)   Teori Tingkat Adaptasi (Adaptation Level Theory)
Pada teori tingkat adaptasi, dijelaskan bahwa setiap individu mampu menyesuaikan
responnya terhadap stimulus yang datang dari luar.Terapat dua jenis penyesuaian,
yaitu adaptation (penyesuaian respon terhadap stimulus) dan adjustment (penyesuaian
stimulus terhadap kondisi individu).
e)    Teori Kendala Tingkah Laku (The Behavior Constraint Theory)
Setiap individu pada hakikatnya ingin mempunyai kebebasan dalam menentukan
sendiri perilakunya. J. Brehm (dalam Sarwono, 1992) menyatakan bahwa jika individu
mendapat hambatan terhadap kebebasnnya untuk melakukan sesuatu, maka ia akan berusaha
untuk memperoleh kebebasannya kembali.

g.      Kognisi Sosial
Kognisi sosial merupakan proses berpikir seseorang dalam mengamati dan memahami
lingkungan di sekitarnya sehingga dapar beradaptasi di dalamnya. Jadi, kognisi sosial ini
mengarah pada struktur dan proses kognitif pada masing-masing diri individu dalam
membentuk pemahamannya pada situasi sosial dan menyesuaikan tingkah lakunya terhadap
itu. Dalam kognisi sosial, kita dituntut untuk memahami lingkungan di sekitar kita, seperi
memahami keadaan atau situasi yang sedang terjadi serta orang lain dan diri kita sendiri.
Proses dalam kognisi soial meliputi melakukan interpretasi (penafsiran), menganalisa,
mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial yang dialami.
Proses kognisi sosial pada setiap individu memang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
masing-masing individu memiliki tingkat kepekaan sosial yang berbeda-beda serta
kemampuan pada setiap aspek kognisi sosial. Adapun aspek-aspek yang memengaruhi proses
kognisi sosial seseorang adalah
·      Skema, merupakan kerangka pikiran yang mampu mengorganisasi sejumlah informasi yang
berpengaruh pada proses berpikir sosial.
·      Perhatian (attention), ialah proses dimana individu pertama kalinya memerhatikan gejala-
gejala sosial yang terjadi di lingkungannya.
·      Pengkodean (enconding) merupakan proses dimana individu memasukkan informasi dalam
ingatannya.
·      Mengingat kembali (retrieval) ialah proses dimana individu berusaha mengingat kembali
informasi yang tekah disimpannya dalam ingatannya.
10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
Keempat teori dasar psikologi sosial digunakan bagi para pelaksana HUMAS dalam
meningkatkan kualitas kerjanya. Dalam peranannya, HUMAS memang menggunakan
beberapa prinsip-prinsip ilmu sosial lainnya selain Psikologi, seperti Sosiologi, Ekonomi,
Politik, dsb. Kedudukan HUMAS sangat penting bagi suatu instansi, baik pemerintahan
maupun swasta. Karena segala kebijakan HUMAS akan menentukan efektivitas suatu
perusahaan, baik secara internal maupun eksternal.

B.   Saran
Dengan berakhirnya laporan ini, penulis berharap agar laporan ini bisa menjadi
penambah pengetahuan, khususnya di bidang Psikologi Sosial dan dapat pula dijadikan
referensi bagi mahasiswa selanjutnya yang akan membuat laporan.

11

Anda mungkin juga menyukai