Dosen : H.MUHDAR,S.ST.,M.KES
KELOMPOK 2
FARAMITHA ( 192431537 )
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya,serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata
kuliah “Keperawatan Anak” ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu
berpegang teguh pada sunnahnya. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah
wawasan khususnya mengenai “Asuhan keperawatan pada Bblr” dan ada pun metode yang
penulis ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber
informasi dari berbagai karya tulis yang berkompeten dengan tema makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbang sipemikiran khususnya untuk
para pembaca dan tidak lupa penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.Penulis
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi kebaikan untuk kedepannya.
Penulis
Contents
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN..........................................................................................................................5
B. KLASIFIKASI..........................................................................................................................6
C. ETIOLOGI................................................................................................................................8
D. PATOFISIOLOGI.....................................................................................................................9
E. PATHWAYS...........................................................................................................................10
F. MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................................10
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................................11
I. PENATALAKSANAAN.........................................................................................................11
J. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................12
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................................................16
A. Simpulan..................................................................................................................................16
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
BBLR merupakan salah satu penyebab kematian pada bulan pertama kelahiran
seorang bayi. Kejadian BBLR menyebabkan berbagai dampak kesehatan masyarakat baik
dimasa bayi dilahirkan maupun dimasa perkembangannya di waktu yang akan datang
(Jayant, 2011). BBLR akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi,
BBLR merupakan individu manusia yang karena berat badan, usia kehamilan dan faktor
penyebab kelahirannya kurang dari standar kelahiran bayi normal (Maryuni, 2013).
Data World Health Organisation WHO) Angka kematian bayi (AKB) di dunia 34
per 1.000 kelahiran hidup, AKB di negara berkembang 37 per 1.000 kelahiran hidup, dan
AKB di negara maju 5 per 1.000 kelahiran hidup, Asia Tenggara 24 per 1.000 kelahiran
hidup, Asia Selatan 43 per 1.000 kelahiran hidup dan Asia Barat 21 per 1.000 kelahiran
hidup.Penyebab utama kematian bayi adalah bayi berat badan lahir rendah BBLR,
asfiksia dan infeksi (WHO 2014).
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013 secara nasional angka BBLR sekitar 10,2%. Angka ini lebih rendah dari hasil riset
kesehatan dasar tahun 2010 yaitu sebesar 11,1%. Sekitar 57% kematian bayi terjadi pada
bayi umur dibawah
bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah.
Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan
berat badan rendah. (Kemenkes RI, 2016).
AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara seperti Malaysia dan
Singapura yang sudah mencapai dibawah 10 per 1.000 kelahiran hidup.Kematian bayi
merupakan salah satu indikator sensitiv untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara
dan bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Tingginya angka kematian
bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas sektor kesehatan di negara tersebut. AKB
dengan penyebab terbesar di Indonesia antara lain BBLR 29%, Sepsis dan Pneumonia 25
%, Asfiksia dan Trauma 23 %. (Depkes RI,2014 ). Pemerintah mentargetkan untuk angka
kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup yang status awal 32/1.000 kelahiran hidup
(2012-2013) menjadi
24/1.000 kelahiran hidup(2019) dan menurunkan presentasi BBLR dari 10,2% menjadi
8%. (Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019). Prevalensi BBLR di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2015 adalah 5,32%. Angka ini lebih rendah dari
prevalensi BBLR tingkat Nasional yang mencapai 8,8%. Angka kejadian BBLR tertinggi
di DIY adalah di Kabupaten Gunung Kidul 7,33%, Kabupaten Kulon Progo 6,95 %, Kota
Yogyakarta 6,45 %. Kabupaten Sleman 4,81 % dan Kabupaten Bantul 3,62 % (Dinkes
DIY ,2016). Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan terdapat 18 Puskesmas.Untuk
jumlah kasus BBLR tertinggi dua tahun terakhir terdapat di Puskesmas Umbulharjo I
Yogyakarta.Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 26 November 2019
didapatkan bahwa pada tahun 2018 didapat 29 kasus BBLR dari 466 kelahiran hidup dan
pada tahun 2019 didapat 19 kasus BBLR dari 465 kelahiran hidup’dengan kematian bayi
karena BBLR 1.
2. Rumusan Masalah
Prevalensi BBLR di Kota Yogyakarta tahun 2015 6,45% lebih tinggi dibandingkan
dengan DIY yang 5,32%, dan ditahun 2018 kasus BBLR di Puskesmas Umbulharjo I
terdapat 29 dan tahun 2019 ada 19 kasus BBLR dengan kematian bayi 1 karena BBLR.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah ’Bagaimana Gambaran Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah
Kerja Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019
3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019.
2. Tujuan Khusus
a) Diketahuinya distribusi kejadian BBLR berdasarkan wilayah (kelurahan) di
Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019.
b) Diketahuinya distribusi BBLR berdasarkan usia ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019.
c) Diketahuinya distribusi BBLR berdasarkan paritas di Wilayah Kerja Puskesmas
Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019.
d) Diketahuinya distribusi BBLR berdasarkan usia kehamilan di Wilayah Kerja
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019.
e) Diketahuinya distribusi BBLR berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018- 2019
f) Diketahuinya distribusi BBLR berdasarkan kadar hemoglobin di Wilayah Kerja
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019 dengan kematian bayi 1
karena BBLR. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah ’Bagaimana Gambaran Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun
2018-2019?”
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500
gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat saat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir. Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada
pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut bayi berat
lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram diukur pada
saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelahlahir. (Putra, 2012)
C. ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
A. Faktor ibu
a) Penyakit Malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b) Komplikasi pada kehamilan. Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum,pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c) Usia Ibu dan paritas Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 15 Tahun atau > 40 tahun
d) Faktor kebiasaan ibu Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
B. Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
C. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang tampak pada bayi berat lahir rendah yaitu: 12
Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
• Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rogue pada skrotum kurang.
• Testis belum turun dalam skrotum. Untuk perempuan klitoris menojol labia minora belum
tertutup oleh labia mayora
• Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan gerakan lemah.
• Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatakan reflek isap, menelan dan
batuk masih lemah.atau tidak efektif, dan tangisanya lemah.
• Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang
D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya BBLR terjadi pada kelahiran prematur, selain itu juga dapat
disebabkan karena dismaturitas. Dismaturitas adalah bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badan lahirnya kecil dari masa kehamilan (<2500 gram). BBLR dapat terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan saat dikandungan. Hal tersebut antara lain disebabkan
oleh penyakit ibu, kelainan plasenta, keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan dari ibu ke bayi berkurang
E. PATWAY
F. MENIFESTASI KLINIK
G. Pemeriksaan Penunjang
Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat mudah dan cepat sekali menderita hipotermi
bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi
yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah
kulit, dan kekurangan brown fat. Untuk mencegah hipotermi perlu diusahakan lingkungan yang
hangat untuk bayi. Bila bayi diletakkan di dalam inkubator, suhu inkubator untuk berat badan
lahir kurang dari 2000 gram adalah 35 oC dan untuk bayi dengan berat badan lahir antara 2000
gram sampai 2500 gram adalah 34oC, supaya bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar
37oC. Suhu inkubator dapat diturunkan 1 oC tiap minggu untuk bayi dengan berat badan lahir
2000 gram dan secara berangsur-angsur bayi dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan
suhu lingkungan 27-24oC. Bayi dalam inkubator harus dalam keadaan telanjang untuk
memudahkan observasi terhadap pernapasan, warna kulit sehingga apabila ada komplikasi dapat
segera ditangani.
b) Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pada bayi prematur reflek isap, menelan, dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung
masih sedikit, daya enzym pencernaan terutama lipase masih kurang. Pada bayi berat lahir rendah
yang cukup bulan refleks-refleks tersebut cukup baik, dan enzym pencernaan lebih aktif, akan
tetapi cadangan glikogen dalam hati sangat sedikit sehingga bayi mudah menderita hipoglikemi.
Prinsip pemberian nutrisi adalah early feeding yaitu minum sesudah bayi berumur 2 jam untuk
mencegah turunnya berat badan yang lebih dari 10%, hipoglikemi, dan hiperbilirubinaemia.
Pemberian minum dilakukan melalui botol dengan dot, sendok, pipet, atau kateter. Banyaknya
cairan yang diberikan adalah 60ml/kg berat badan sehari dan setiap hari dinaikan sampai 200
ml/kg berat badan sehari pada akhir minggu kedua. Air susu yang paling baik adalah Air Susu
Ibu (ASI) dan bila bayi belum dapat menyusu sebaiknya air susu ibu dipompa dan dimasukkan
dalam botol steril. Bila tidak memungkinkan untuk diberi ASI, sebaiknya bayi diberi air susu
yang mengandung lemak yang mudah dicerna (air susu dengan lemak dari middle chain
triglycerides atau MCT).12 Kapasitas lambung BBLR sangat kecil, sehingga pemberian minum
harus sering diberikan tiap jam. Perlu memperhatikan selama pemberian minum apakah
pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi perut, atau perut membesar/kembung.
c) Pencegahan Infeksi
Bayi dengan berat badan lahir rendah memiiki risiko kerentanan terhadap infeksi
dikarenakan kadar immunoglobulin serum pada BBLR masih rendah sehingga BBLR
tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Prosedur pencegahan
infeksi pada BBLR yaitu mencuci tangan sesuai langkah yang benar sebelum dan sesudah
penanganan bayi, menghindari kepenuhsesakan atau overcrowding, tidak diperbolehkan
orang yang terinfeksi masuk kedalam ruang perawatan. Namun risiko infeksi harus
diseimbangkan dengan kerugian akibat keterbatasan kontak bayi dengan keluarganya
yang mungkin merugikan perkembangan bayi.29
d) Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi dan erat kaitannya dengan daya
tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e) Pemberian oksigen
Pemberian oksigen bertujuan untuk mengurangi risiko jejas hipoksia dan insufiensi sirkulasi
harus diseimbangkan terhadap risiko hiperoksia pada mata (retinopati prematuris) dan jejas
oksigen pada paru. Bila mungkin, oksigen harus diberikan melalui kerudung kepala, alat
penghasil tekanan jalan napas positif yang terus-menerus, atau pipa endotrakea untuk
mempertahankan kadar oksigen inspirasi yang stabil dan aman
I. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.
b) Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi
bokong.
Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan
abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan
cuping hidung,
c) Makanan/ cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil untuk
usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi
infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum
sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150ml/kg BB/ hari.
d) Berat badan
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan.
f) Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan Pola Nafas
b) Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas
c) . Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e) Ketidakefektifan pola minum bayi
f) Hipotermi
g) Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Vital sign
Monitoring
20. Monitor TD,
nadi, suhu, dan RR
21. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
22. Monitor VS
saat pasien
berbaring, duduk,
atau berdiri
23. Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
24. Monitor TD,
nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
25. Monitor
kualitas dari nadi
26. Monitor
frekuensi dan
irama pernapasan
27. Monitor suara
paru
28. Monitor pola
pernapasan
abnormal
29. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
30. Monitor
sianosis perifer
31. Monitor
adanya cushing
triad (tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
32. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign.
Airway
Management
10. Buka jalan
nafas, guanakan
teknik chin lift
atau jaw thrust bila
perlu
11. Posisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
12. Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
13. Pasang mayo
bila perlu
14. Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
15. Keluarkan
sekret dengan
batuk atau suction
16. Auskultasi
suara nafas, catat
adanya suara
tambahan
17. Lakukan
suction pada mayo
18. Kolaborasikan
pemberian
bronkodilator bila
perlu
19. Berikan
pelembab udara
kassa basah NaCl
Lembab
20. Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
10. Monitor
peningkatan
pengisian ASI
11. Jelaskan
penggunaan susu
formula hanya jika
diperlukan
12. Instruksikan ibu
untuk makan
makanan bergizi
selama menyusui
13. Dorong ibu
untuk minum jika
sudah merasa haus
14. Dorong ibu
untuk menghindari
penggunaan rokok
danPil KB selama
menyusui
15. Anjurkan ibu
untuk memakai Bra
yang nyaman,
terbuat dari cootn
dan menyokong
payudara
16. Dorong ibu
untukmelanjutkan
laktasi setelah
pulang
bekerja/sekolah
diperlukan
11. Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. Berikan anti
piretik jika perlu
Vital sign
Monitoring
13. Monitor TD,
nadi, suhu, dan RR
14. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
15. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
16. Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
17. Monitor TD,
nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
18. Monitor kualitas
dari nadi
19. Monitor
frekuensi dan irama
pernapasan
20. Monitor suara
paru
21. Monitor pola
pernapasan
abnormal
22. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
23. Monitor sianosis
perifer
24. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
25. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
Infection
Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
13. Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
14. Monitor hitung
granulosit, WBC
15. Monitor
kerentanan terhadap
infeksi
16. Batasi
pengunjung
17. Saring
pengunjung terhadap
penyakit menular
18. Partahankan
teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
19. Pertahankan
teknik isolasi k/p
20. Berikan
perawatan kuliat
pada area epidema
21. Inspeksi kulit
dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
22. Ispeksi kondisi
luka / insisi bedah
23. Dorong
masukkan nutrisi
yang cukup
A. Kesimpulan
BBLR dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang, karena dapat memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga berpengaruh terhadap penurunan kecerdasan. Bayi
dengan berat lahir rendah cenderung mengalami perkembangan kognitif yang lambat, kelemahan saraf
dan mempunyai performa yang buruk pada proses pendidikannya. Berdasarkan penelitian ini mengenai
hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Ketuban Pecah Dini (KPD), maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Angka kejadian bayi berat lahir rendah periode 1 Januari 2015 hingga 31 Desember 2015 adalah 31
kasus (9,7%) dari 319 sampel
2. Angka kejadian ketuban pecah dini periode 1 Januari 2015 hingga 31 Desember 2015 adalah 24 kasus
(7,5%) dari 319 sampel.
Jtpunimus-gdl-nuniekwula-6520-3-babii(-).pdf
Chapter2.pdf.pdf
Asuhan_keperawatan_pada_klien_dengan_bbl.pdf
AL MA’IDATUL LATIF 141210002.pdf
BAB 6.pdf