Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BBLR

Dosen : H.MUHDAR,S.ST.,M.KES

KELOMPOK 2

NURANA SAHARUDDIN ( 192431539 )

KARTIKA YUNI PUTRI ( 192431536 )

FARAMITHA ( 192431537 )

ANNISA MUTMAINNA ( 192431538 )

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA


KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya,serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata
kuliah “Keperawatan Anak” ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu
berpegang teguh pada sunnahnya. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah
wawasan khususnya mengenai “Asuhan keperawatan pada Bblr” dan ada pun metode yang
penulis ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber
informasi dari berbagai karya tulis yang berkompeten dengan tema makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbang sipemikiran khususnya untuk
para pembaca dan tidak lupa penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.Penulis
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi kebaikan untuk kedepannya.

Kolaka,9 Maret 2021

Penulis
Contents
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN..........................................................................................................................5
B. KLASIFIKASI..........................................................................................................................6
C. ETIOLOGI................................................................................................................................8
D. PATOFISIOLOGI.....................................................................................................................9
E. PATHWAYS...........................................................................................................................10
F. MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................................10
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................................11
I. PENATALAKSANAAN.........................................................................................................11
J. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................12
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................................................16
A. Simpulan..................................................................................................................................16
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

BBLR merupakan salah satu penyebab kematian pada bulan pertama kelahiran
seorang bayi. Kejadian BBLR menyebabkan berbagai dampak kesehatan masyarakat baik
dimasa bayi dilahirkan maupun dimasa perkembangannya di waktu yang akan datang
(Jayant, 2011). BBLR akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi,
BBLR merupakan individu manusia yang karena berat badan, usia kehamilan dan faktor
penyebab kelahirannya kurang dari standar kelahiran bayi normal (Maryuni, 2013).
Data World Health Organisation WHO) Angka kematian bayi (AKB) di dunia 34
per 1.000 kelahiran hidup, AKB di negara berkembang 37 per 1.000 kelahiran hidup, dan
AKB di negara maju 5 per 1.000 kelahiran hidup, Asia Tenggara 24 per 1.000 kelahiran
hidup, Asia Selatan 43 per 1.000 kelahiran hidup dan Asia Barat 21 per 1.000 kelahiran
hidup.Penyebab utama kematian bayi adalah bayi berat badan lahir rendah BBLR,
asfiksia dan infeksi (WHO 2014).
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013 secara nasional angka BBLR sekitar 10,2%. Angka ini lebih rendah dari hasil riset
kesehatan dasar tahun 2010 yaitu sebesar 11,1%. Sekitar 57% kematian bayi terjadi pada
bayi umur dibawah
bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah.
Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan
berat badan rendah. (Kemenkes RI, 2016).
AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara seperti Malaysia dan
Singapura yang sudah mencapai dibawah 10 per 1.000 kelahiran hidup.Kematian bayi
merupakan salah satu indikator sensitiv untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara
dan bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Tingginya angka kematian
bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas sektor kesehatan di negara tersebut. AKB
dengan penyebab terbesar di Indonesia antara lain BBLR 29%, Sepsis dan Pneumonia 25
%, Asfiksia dan Trauma 23 %. (Depkes RI,2014 ). Pemerintah mentargetkan untuk angka
kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup yang status awal 32/1.000 kelahiran hidup
(2012-2013) menjadi
24/1.000 kelahiran hidup(2019) dan menurunkan presentasi BBLR dari 10,2% menjadi
8%. (Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019). Prevalensi BBLR di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2015 adalah 5,32%. Angka ini lebih rendah dari
prevalensi BBLR tingkat Nasional yang mencapai 8,8%. Angka kejadian BBLR tertinggi
di DIY adalah di Kabupaten Gunung Kidul 7,33%, Kabupaten Kulon Progo 6,95 %, Kota
Yogyakarta 6,45 %. Kabupaten Sleman 4,81 % dan Kabupaten Bantul 3,62 % (Dinkes
DIY ,2016). Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan terdapat 18 Puskesmas.Untuk
jumlah kasus BBLR tertinggi dua tahun terakhir terdapat di Puskesmas Umbulharjo I
Yogyakarta.Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 26 November 2019
didapatkan bahwa pada tahun 2018 didapat 29 kasus BBLR dari 466 kelahiran hidup dan
pada tahun 2019 didapat 19 kasus BBLR dari 465 kelahiran hidup’dengan kematian bayi
karena BBLR 1.
2. Rumusan Masalah
Prevalensi BBLR di Kota Yogyakarta tahun 2015 6,45% lebih tinggi dibandingkan
dengan DIY yang 5,32%, dan ditahun 2018 kasus BBLR di Puskesmas Umbulharjo I
terdapat 29 dan tahun 2019 ada 19 kasus BBLR dengan kematian bayi 1 karena BBLR.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah ’Bagaimana Gambaran Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah
Kerja Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019

3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019.
2. Tujuan Khusus
a) Diketahuinya distribusi kejadian BBLR berdasarkan wilayah (kelurahan) di
Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019.
b) Diketahuinya distribusi BBLR berdasarkan usia ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019.
c) Diketahuinya distribusi BBLR berdasarkan paritas di Wilayah Kerja Puskesmas
Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019.
d) Diketahuinya distribusi BBLR berdasarkan usia kehamilan di Wilayah Kerja
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019.
e) Diketahuinya distribusi BBLR berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018- 2019
f) Diketahuinya distribusi BBLR berdasarkan kadar hemoglobin di Wilayah Kerja
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2018-2019 dengan kematian bayi 1
karena BBLR. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah ’Bagaimana Gambaran Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun
2018-2019?”
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500
gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat saat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir. Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada
pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut bayi berat
lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram diukur pada
saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelahlahir. (Putra, 2012)

Klasifikasi BBLR Menurut Berat Lahir yaitu:


a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat 1500 – 2499 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000 – 1499 gram.
c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) dengan berat lahir <1000 gram.
Klasifikasi BBLR Menurut Masa Kehamilan yaitu:
a) Prematuritas Murni atau Sesuai Masa Kehamilan /SMK Bayi yang lahir dengan
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan masa
kehamilan. Kepala relatif lebih besar dari badannya , kulit tipis
transparan,subkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang.
b) Dismaturitas atau Kurang Masa Kehamilan / KMK Bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Hal tersebut
menunjukkan bayi mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (Rukmono,2013).

B. TANDA DAN GEJALA

Tanda-tanda BBLR dibagi menjadi 2 yaitu tanda-tanda bayi


pada kurang bulan dan tanda-tanda bayi pada bayi kecil untuk masa
kehamilan (KMK).
a) Tanda-tanda bayi Kurang Bulan
Tanda-tanda bayi kurang bulan meliputi : kulit tipis dan mengkilap, tulang rawan telinga
sangat lunak karena belum terbentuk sempurna, lanugo masih banyak ditemukan terutama
pada bagian punggung, jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik, pada
bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora, pada laki-laki skrotum
belum banyak lipatan, testis kadang belum turun, rajah telapak kaki kurang dari 1/3
bagian atau belum terbentuk, kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur, aktifitas
dan tangisnya lemah, serta tidak teratur, aktifitas dan tangisnya lemah, serta reflek
menghisapdan menelan tidak efektif/ lemah (berdasarkan data dari Depkes RI, 2015).
b) Tanda-tanda Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan meliputi: umur bayi cukup, kurang atau
lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2.500 gram, gerakannya cukup aktif, tangisnya
cukup kuat,
kulit keriput, lemak bawah kulit tipis, payudara dan putting sesuai masa kehamilan, bayi
perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora, bayi laki-laki testis
mungkintelah turun, rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian, serta menghisap cukup kuat.
(berdasarkan data dari Depkes RI, 2015).Epidemiologi Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Prevalensi berat bati lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3- 38% dan lebih sering terjadi di negara
berkembang atau sosial ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi
antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9 – 30%. Secara Nasional
berdasarkan analisis lanjut SDK I angka BBLR sekitar 7,5% kelahiran bayi dengan
BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi dengan presentase tahun 2014 11,1% (SDKI,
2015).

C. ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

A. Faktor ibu
a) Penyakit Malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b) Komplikasi pada kehamilan. Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum,pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c) Usia Ibu dan paritas Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 15 Tahun atau > 40 tahun
d) Faktor kebiasaan ibu Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
B. Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
C. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang tampak pada bayi berat lahir rendah yaitu: 12
 Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram

 Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm

 Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm

 Lingkar badan sama dengan atau kurang dari 30 cm

 Jaringan lemak sub kutan tipis atau kurang

• Tulang rawan daun telinga belum tumbuh sempurna

• Tumit mengkilap, telapak kaki halus

• Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rogue pada skrotum kurang.

• Testis belum turun dalam skrotum. Untuk perempuan klitoris menojol labia minora belum
tertutup oleh labia mayora

• Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan gerakan lemah.
• Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatakan reflek isap, menelan dan
batuk masih lemah.atau tidak efektif, dan tangisanya lemah.

• Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang

• Vernik kaseosa tidak ada atau sedikit

D. PATOFISIOLOGI

Pada umumnya BBLR terjadi pada kelahiran prematur, selain itu juga dapat
disebabkan karena dismaturitas. Dismaturitas adalah bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badan lahirnya kecil dari masa kehamilan (<2500 gram). BBLR dapat terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan saat dikandungan. Hal tersebut antara lain disebabkan
oleh penyakit ibu, kelainan plasenta, keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan dari ibu ke bayi berkurang

E. PATWAY

F. MENIFESTASI KLINIK

1. Sebelum bayi lahir


a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir
mati.
b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c) Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya .
e) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia
gravidarum atau perdarahan ante partum.

2. Setelah bayi lahir


a) Berat lahir < 2500 gram
b) Panjang badan < 45 cm
c) Lingkaran dada < 30 cm
d) Lingkaran kepala < 33 cm
e) Umur kehamilan < 37 minggu
f) Kepala relatif lebih besar dari badannya
g) Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
h) Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
i) Tangisnya lemah dan jarang
j) Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea
k) Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
l) Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan kepala mengarah ke
satu sisi.
m) . Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif
n) Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan
o) Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
p) Kulit mengkilat, licin, pitting edema
q) Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.

G. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta menemukan


gangguan perttumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.
b) Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.
c) Pemerioksaan hematokrit.
d) Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK
e) Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium
H. Penatalaksanaan BBLR
Penatalaksaanaan bayi berat lahir rendah hampir sama dengan bayi normal, akan tetap
harus khusus diperhatikan dalam pengauran suhu lingkungan, pemberian makanan,
pencegahan infeksi dan dalam pemberian oksigen. Hal ini disebabkan karena belu
sempurnanya kerja dari alat-alat tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus. 12 Berikut ini
penatalaksaan pada bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu :

a) Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat mudah dan cepat sekali menderita hipotermi
bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi
yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah
kulit, dan kekurangan brown fat. Untuk mencegah hipotermi perlu diusahakan lingkungan yang
hangat untuk bayi. Bila bayi diletakkan di dalam inkubator, suhu inkubator untuk berat badan
lahir kurang dari 2000 gram adalah 35 oC dan untuk bayi dengan berat badan lahir antara 2000
gram sampai 2500 gram adalah 34oC, supaya bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar
37oC. Suhu inkubator dapat diturunkan 1 oC tiap minggu untuk bayi dengan berat badan lahir
2000 gram dan secara berangsur-angsur bayi dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan
suhu lingkungan 27-24oC. Bayi dalam inkubator harus dalam keadaan telanjang untuk
memudahkan observasi terhadap pernapasan, warna kulit sehingga apabila ada komplikasi dapat
segera ditangani.
b) Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi

Pada bayi prematur reflek isap, menelan, dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung
masih sedikit, daya enzym pencernaan terutama lipase masih kurang. Pada bayi berat lahir rendah
yang cukup bulan refleks-refleks tersebut cukup baik, dan enzym pencernaan lebih aktif, akan
tetapi cadangan glikogen dalam hati sangat sedikit sehingga bayi mudah menderita hipoglikemi.
Prinsip pemberian nutrisi adalah early feeding yaitu minum sesudah bayi berumur 2 jam untuk
mencegah turunnya berat badan yang lebih dari 10%, hipoglikemi, dan hiperbilirubinaemia.
Pemberian minum dilakukan melalui botol dengan dot, sendok, pipet, atau kateter. Banyaknya
cairan yang diberikan adalah 60ml/kg berat badan sehari dan setiap hari dinaikan sampai 200
ml/kg berat badan sehari pada akhir minggu kedua. Air susu yang paling baik adalah Air Susu
Ibu (ASI) dan bila bayi belum dapat menyusu sebaiknya air susu ibu dipompa dan dimasukkan
dalam botol steril. Bila tidak memungkinkan untuk diberi ASI, sebaiknya bayi diberi air susu
yang mengandung lemak yang mudah dicerna (air susu dengan lemak dari middle chain
triglycerides atau MCT).12 Kapasitas lambung BBLR sangat kecil, sehingga pemberian minum
harus sering diberikan tiap jam. Perlu memperhatikan selama pemberian minum apakah
pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi perut, atau perut membesar/kembung.

c) Pencegahan Infeksi

Bayi dengan berat badan lahir rendah memiiki risiko kerentanan terhadap infeksi
dikarenakan kadar immunoglobulin serum pada BBLR masih rendah sehingga BBLR
tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Prosedur pencegahan
infeksi pada BBLR yaitu mencuci tangan sesuai langkah yang benar sebelum dan sesudah
penanganan bayi, menghindari kepenuhsesakan atau overcrowding, tidak diperbolehkan
orang yang terinfeksi masuk kedalam ruang perawatan. Namun risiko infeksi harus
diseimbangkan dengan kerugian akibat keterbatasan kontak bayi dengan keluarganya
yang mungkin merugikan perkembangan bayi.29
d) Penimbangan berat badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi dan erat kaitannya dengan daya
tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e) Pemberian oksigen

Pemberian oksigen bertujuan untuk mengurangi risiko jejas hipoksia dan insufiensi sirkulasi
harus diseimbangkan terhadap risiko hiperoksia pada mata (retinopati prematuris) dan jejas
oksigen pada paru. Bila mungkin, oksigen harus diberikan melalui kerudung kepala, alat
penghasil tekanan jalan napas positif yang terus-menerus, atau pipa endotrakea untuk
mempertahankan kadar oksigen inspirasi yang stabil dan aman

I. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a) Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.
b) Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi
bokong.
Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan
abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan
cuping hidung,
c) Makanan/ cairan

Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil untuk
usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi
infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum
sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150ml/kg BB/ hari.
d) Berat badan

Kurang dari 2500 gram


e) Suhu

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan.
f) Integumen

Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan Pola Nafas
b) Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas
c) . Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e) Ketidakefektifan pola minum bayi
f) Hipotermi
g) Resiko infeksi

3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATA
(NANDA ) (NOC) N
(NIC)
1. Ketidakefektifan Pola nafas NOC : NIC :
Definisi : Pertukaran udara 1. Respiratory status : Airway
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak Ventilation Management
adekuat 2. Respiratory status : 1. Buka jalan
Batasan karakteristik : Airway patency. nafas, guanakan
 Penurunan tekanan 3. Vital sign Status teknik chin lift
inspirasi/ ekspirasi. atau jaw thrust bila
 Penurunan pertukaran Kriteria Hasil : perlu
udara per menit Mendemonstrasika 2. Posisikan pasien
 Menggunakan otot n batuk efektif dan untuk
pernafasan tambahan suara nafas yang bersih, memaksimalkan
 Nasal flaring tidak ada sianosis dan ventilasi
 Dyspnea dyspneu (mampu 3. Identifikasi
 Orthopnea mengeluarkan sputum, pasien perlunya
mampu bernafas pemasangan alat
 Perubahan
dengan mudah, tidak jalan nafas buatan
penyimpangan dada
ada pursed lips). 4. Pasang mayo
 Nafas pendek
Menunjukkan jalan bila perlu
 Pernafasan pursed-lip nafas yang paten (klien 5. Lakukan
 Tahap ekspirasi tidak merasa tercekik, fisioterapi dada
berlangsung sangat lama irama nafas, frekuensi jika perlu
 Peningkatan diameter pernafasan dalam 6. Keluarkan
anterior-posterior rentang normal, tidak sekret dengan
 Pernapasan rata- ada suara nafas batuk atau suction
rata/minimal abnormal). 7. Auskultasi suara
Tanda Tanda vital nafas, catat adanya
Bayi : < 25 atau > 60 dalam rentang normal suara tambahan
Usia 1-4 : < 20 atau > 30 (tekanan darah, nadi, 8. Lakukan suction
Usia 5-14 : < 14 atau > 25 pernafasan). pada mayo
Usia > 14 : < 11 atau > 24 9. Berikan
 Kedalaman pernafasan bronkodilator bila
 Dewasa volume tidalnya perlu
500 ml saat istirahat 10. Berikan
 Bayi volume tidalnya 6- pelembab udara
8 ml/Kg Kassa basah NaCl
 Timing rasio Lembab
 Penurunan kapasitas 11. Atur intake
vital untuk cairan
mengoptimalkan
Faktor yang berhubungan : keseimbangan.
 Hiperventilasi 12. Monitor
 Deformitas tulang respirasi dan status
 Kelainan bentuk dinding O2
dada
 Penurunan Oxygen Therapy
energi/kelelahan 13. Bersihkan
 Perusakan/pelemahan mulut, hidung dan
muskulo-skeletal secret trakea
 Obesitas 14. Pertahankan
 Posisi tubuh jalan nafas yang
 Kelelahan otot paten
pernafasan 15. Atur peralatan
oksigenasi
 Hipoventilasi sindrom
16. Monitor aliran
 Nyeri
oksigen
 Kecemasan 17. Pertahankan
 Disfungsi posisi pasien
Neuromuskuler 18. Onservasi
 Kerusakan adanya tanda tanda
persepsi/kognitif hipoventilasi
 Perlukaan pada jaringan
syaraf tulang belakang 19. Monitor
 Imaturitas Neurologis adanya kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi

Vital sign
Monitoring
20. Monitor TD,
nadi, suhu, dan RR
21. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
22. Monitor VS
saat pasien
berbaring, duduk,
atau berdiri
23. Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
24. Monitor TD,
nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
25. Monitor
kualitas dari nadi
26. Monitor
frekuensi dan
irama pernapasan
27. Monitor suara
paru
28. Monitor pola
pernapasan
abnormal
29. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
30. Monitor
sianosis perifer
31. Monitor
adanya cushing
triad (tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
32. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign.

2. Ketidakefektifan Bersihan jalan NOC : NIC :


nafas. 1. Respiratory status : Airway Suction
Definisi : Ketidakmampuan Ventilation 1. Auskultasi suara
untuk membersihkan sekresi 2. Respiratory status : nafas sebelum dan
atau obstruksi dari saluran Airway patency sesudah
pernafasan untuk 3. Aspiration Control suctioning.
mempertahankan kebersihan 2. Informasikan
jalan nafas. Kriteria Hasil : pada klien dan
Batasan Karakteristik Mendemonstrasika keluarga tentang
n batuk efektif dan suctioning
suara nafas yang bersih, 3. Minta klien
- Dispneu, Penurunan suara tidak ada sianosis dan nafas dalam
nafas dyspneu (mampu sebelum suction
- Orthopneu dilakukan
- Cyanosis mengeluarkan sputum,
- Kelainan suara nafas (rales, mampu bernafas 4. Berikan O2
wheezing) dengan mudah, tidak dengan
- Kesulitan berbicara ada pursed lips) menggunakan
- Batuk, tidak efekotif atau tidak Menunjukkan jalan nasal untuk
ada nafas yang paten (klien memfasilitasi
- Mata melebar tidak merasa tercekik, suksion
- Produksi sputum irama nafas, frekuensi nasotrakeal
- Gelisah pernafasan dalam 5. Gunakan alat
- Perubahan frekuensi dan irama rentang normal, tidak yang steril sitiap
nafas ada suara nafas melakukan
abnormal) tindakan
Faktor-faktor yang Mampu 6. Anjurkan pasien
berhubungan: mengidentifikasikan untuk istirahat dan
 Lingkungan : merokok, dan mencegah factor napas dalam
menghirup asap rokok, yang dapat setelah kateter
perokok pasif-POK, menghambat jalan dikeluarkan dari
infeksi nafas nasotrakeal
 Fisiologis : disfungsi 7. Monitor status
neuromuskular, oksigen pasien
hiperplasia dinding 8. Ajarkan
bronkus, alergi jalan keluarga
nafas, asma. bagaimana cara
 Obstruksi jalan nafas : melakukan suksion
spasme jalan nafas, 9. Hentikan
sekresi tertahan, suksion dan
banyaknya mukus, berikan oksigen
adanya jalan nafas apabila pasien
buatan, sekresi bronkus, menunjukkan
adanya eksudat di bradikardi,
alveolus, adanya benda peningkatan
asing di jalan nafas saturasi O2, dll.

Airway
Management
10. Buka jalan
nafas, guanakan
teknik chin lift
atau jaw thrust bila
perlu
11. Posisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
12. Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
13. Pasang mayo
bila perlu
14. Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
15. Keluarkan
sekret dengan
batuk atau suction
16. Auskultasi
suara nafas, catat
adanya suara
tambahan
17. Lakukan
suction pada mayo
18. Kolaborasikan
pemberian
bronkodilator bila
perlu
19. Berikan
pelembab udara
kassa basah NaCl
Lembab
20. Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan

3. Risiko ketidakseimbangan NOC : NIC :


temperatur tubuh 1. Hydration Temperature
Definisi : Risiko kegagalan 2. Adherence Behavior Regulation
mempertahankan suhu tubuh 3. Immune Status (pengaturan suhu)
dalam batas normal. 4. Infection status 1. Monitor suhu
Faktor factor resiko: 5. Risk control minimal tiap 2 jam
Perubahan metabolisme dasar 6. Risk detection 2. Rencanakan
Penyakit atau trauma yang monitoring suhu
mempengaruhi pengaturan secara kontinyu
suhu 3. Monitor TD, nadi,
Pengobatan pengobatan yang dan RR
menyebabkan vasokonstriksi 4. Monitor warna
dan vasodilatasi dan suhu kulit
Pakaian yang tidak sesuai 5. Monitor tanda-
dengan suhu lingkungan tanda hipertermi dan
Ketidakaktifan atau aktivitas berat hipotermi
Dehidrasi 6. Tingkatkan intake
Pemberian obat penenang
cairan dan nutrisi
Paparan dingin atau
7. Selimuti pasien
hangat/lingkungan yang panas
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
9. Diskusikan
tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya keletihan
dan penanganan
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. Berikan anti
piretik jika perlu

4. Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan tubuh 1. Nutritional Status Nutrition
Definisi : Intake nutrisi tidak 2. Nutritional Status : Management
cukup untuk keperluan food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
metabolisme tubuh. 3. Nutritional Status : makanan
Batasan karakteristik : nutrient Intake 2. Kolaborasi
- Berat badan 20 % atau lebih 4. Weight control dengan ahli gizi
di bawah ideal Kriteria Hasil : untuk menentukan
- Dilaporkan adanya intake Adanya jumlah kalori dan
makanan yang kurang dari peningkatan berat badan nutrisi yang
RDA (Recomended Daily sesuai dengan tujuan dibutuhkan
Allowance) Berat badan ideal
- Membran mukosa dan sesuai dengan tinggi pasien.
konjungtiva pucat badan 3. Anjurkan pasien
- Kelemahan otot yang  untuk meningkatkan
digunakan untuk Menunjukkan intake Fe
menelan/mengunyah peningkatan fungsi 4. Anjurkan pasien
- Luka, inflamasi pada rongga pengecapan dari untuk meningkatkan
mulut menelan protein dan vitamin
- Mudah merasa kenyang, Tidak terjadi C
sesaat setelah mengunyah penurunan berat badan 5. Berikan substansi
makanan yang berarti gula
- Dilaporkan atau fakta adanya 6. Yakinkan diet
kekurangan makanan yang dimakan
- Dilaporkan adanya mengandung tinggi
perubahan sensasi rasa serat untuk
- Perasaan ketidakmampuan mencegah konstipasi
untuk mengunyah makanan 7. Berikan makanan
- Miskonsepsi yang terpilih ( sudah
- Kehilangan BB dengan dikonsultasikan
makanan cukup dengan ahli gizi)
- Keengganan untuk makan 8. Ajarkan pasien
- Kram pada abdomen bagaimana membuat
- Tonus otot jelek catatan makanan
- Nyeri abdominal dengan harian.
atau tanpa patologi 9. Monitor jumlah
- Kurang berminat terhadap nutrisi dan
makanan kandungan kalori
- Pembuluh darah kapiler 10. Berikan
mulai rapuh informasi tentang
- Diare dan atau steatorrhea kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan
- Kehilangan rambut yang pasien untuk
cukup banyak (rontok) mendapatkan nutrisi
- Suara usus hiperaktif yang dibutuhkan
- Kurangnya informasi,
misinformasi Nutrition
Monitoring
Faktor-faktor yang 12. BB pasien dalam
berhubungan : batas normal
Ketidakmampuan pemasukan 13. Monitor adanya
atau mencerna makanan atau penurunan berat
mengabsorpsi zat-zat gizi badan
berhubungan dengan faktor 14. Monitor tipe dan
biologis, psikologis atau jumlah aktivitas
ekonomi yang biasa
dilakukan
15. Monitor
interaksi anak atau
orangtua selama
makan
16. Monitor
lingkungan selama
makan
17. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
18. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
19. Monitor turgor
kulit
20. Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
21. Monitor mual
dan muntah

22. Monitor kadar


albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
23. Monitor
makanan kesukaan
24. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
25. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
26. Monitor kalori
dan intake nuntrisi
27. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
5. Ketidakefektifan pola NOC : NIC :
minum bayi 1. Breastfeeding
Breastfeeding
Estabilshment : infant assistance
2. Knowledge :
1. Fasilitasi kontak
breastfeeding ibu dengan bayi
3. Breastfeeding
sawal mungkin
Maintenance (maksimal 2 jam
setelah lahir )
 2. Monitor
Memverbalisasikan kemampuan bayi
tehnik untk mengatasi untuk menghisap
masalah menyusui 3. Dorong orang tua
Ibu menunjukkan untuk meminta
harga diri yang positif perawat untuk
dengan menyusui menemani saat
menyusui sebanyak
8-10 kali/hari
4. Sediakan
kenyamanan dan
privasi selama
menyusui
5. Monitor
kemampuan bayi
untuk menggapai
putting
6. Dorong ibu untuk
tidak membatasi
bayi menyusu
7. Monitor integritas
kulit sekitar putting
8. Instruksikan
perawatan putting
untuk mencegah
lecet.
9. Diskusikan
penggunaan pompa
ASI kalau bayi
tidakmampu
menyusu

10. Monitor
peningkatan
pengisian ASI
11. Jelaskan
penggunaan susu
formula hanya jika
diperlukan
12. Instruksikan ibu
untuk makan
makanan bergizi
selama menyusui
13. Dorong ibu
untuk minum jika
sudah merasa haus
14. Dorong ibu
untuk menghindari
penggunaan rokok
danPil KB selama
menyusui
15. Anjurkan ibu
untuk memakai Bra
yang nyaman,
terbuat dari cootn
dan menyokong
payudara
16. Dorong ibu
untukmelanjutkan
laktasi setelah
pulang
bekerja/sekolah

7. Hipotermi NOC : NIC :


Definisi : temperatur suhu 1. Thermoregulation Temperature
dibawah rentang normal. 2. Thermoregulation : Regulation
Batasan karateristik : neonate 1. Monitor suhu
- Penurunan suhu tubuh minimal tiap 2 jam
dibawah rentang normal. 2. Rencanakan
- Pucat monitoring suhu
- Kulit dingin secara kontinyu
- Kuku sianosis 3. Monitor TD, nadi,
dan RR
4. Monitor warna
dan suhu kulit
5. Monitor tanda-
tanda hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
9. Diskusikan
tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya keletihan
dan penanganan
emergency yang

diperlukan
11. Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. Berikan anti
piretik jika perlu

Vital sign
Monitoring
13. Monitor TD,
nadi, suhu, dan RR
14. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
15. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
16. Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
17. Monitor TD,
nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
18. Monitor kualitas
dari nadi
19. Monitor
frekuensi dan irama
pernapasan
20. Monitor suara
paru
21. Monitor pola
pernapasan
abnormal
22. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
23. Monitor sianosis
perifer
24. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
25. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign

Resiko infeksi NOC : NIC :


Definisi : Peningkatan resiko 1. Immune Status Infection Control
masuknya organisme 2. Knowledge : Infection (Kontrol infeksi)
patogen control 1. Bersihkan
Faktor-faktor resiko : 3. Risk control lingkungan setelah
- Prosedur Invasif dipakai pasien lain
- Ketidakcukupan 2. Pertahankan
pengetahuan untuk teknik isolasi
3. Batasi pengunjung
menghindari paparan bila perlu
patogen 4. Instruksikan pada
- Trauma pengunjung untuk
- Kerusakan jaringan dan mencuci
peningkatan paparan
lingkungan tangan saat
- Ruptur membran amnion berkunjung dan
- Agen farmasi setelah berkunjung
(imunosupresan) meninggalkan pasien
- Malnutrisi 5. Gunakan sabun
- Peningkatan paparan antimikrobia untuk
lingkungan patogen cuci tangan
- Imonusupresi 6. Cuci tangan setiap
- Ketidakadekuatan imum sebelum dan sesudah
buatan tindakan kperawtan
- Tidak adekuat pertahanan 7. Gunakan baju,
sekunder (penurunan Hb, sarung tangan
Leukopenia, penekanan sebagai alat
respon inflamasi) pelindung
- Tidak adekuat pertahanan 8. Pertahankan
tubuh primer (kulit tidak lingkungan aseptik
utuh, trauma jaringan, selama pemasangan
penurunan kerja silia, cairan alat
tubuh statis, perubahan 9. Ganti letak IV
sekresi pH, perubahan perifer dan line
peristaltik). central dan dressing
- Penyakit kronik sesuai dengan
petunjuk umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection
Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
13. Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
14. Monitor hitung
granulosit, WBC
15. Monitor
kerentanan terhadap
infeksi
16. Batasi
pengunjung
17. Saring
pengunjung terhadap
penyakit menular
18. Partahankan
teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
19. Pertahankan
teknik isolasi k/p
20. Berikan
perawatan kuliat
pada area epidema
21. Inspeksi kulit
dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
22. Ispeksi kondisi
luka / insisi bedah
23. Dorong
masukkan nutrisi
yang cukup

24. Dorong masukan


cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan
pasien untuk minum
antibiotik sesuai
resep
27. Ajarkan pasien
dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
28. Ajarkan cara
menghindari infeksi
29. Laporkan
kecurigaan infeksi
30. Laporkan kultur
positif
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
BBLR dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang, karena dapat memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga berpengaruh terhadap penurunan kecerdasan. Bayi
dengan berat lahir rendah cenderung mengalami perkembangan kognitif yang lambat, kelemahan saraf
dan mempunyai performa yang buruk pada proses pendidikannya. Berdasarkan penelitian ini mengenai
hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Ketuban Pecah Dini (KPD), maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Angka kejadian bayi berat lahir rendah periode 1 Januari 2015 hingga 31 Desember 2015 adalah 31
kasus (9,7%) dari 319 sampel

2. Angka kejadian ketuban pecah dini periode 1 Januari 2015 hingga 31 Desember 2015 adalah 24 kasus
(7,5%) dari 319 sampel.

3. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara Bayi Berat Lahir


DAFTAR PUSTAKA

Jtpunimus-gdl-nuniekwula-6520-3-babii(-).pdf
Chapter2.pdf.pdf
Asuhan_keperawatan_pada_klien_dengan_bbl.pdf
AL MA’IDATUL LATIF 141210002.pdf
BAB 6.pdf

Anda mungkin juga menyukai