Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

(Anatomi dan Fisiologi Neonetus)

Di SUSUN

OLEH:

ST RABIATUL ADAWIAH

PO714251201053

D4 FARMASI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021

0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Anatomi dan Fisiologi Neonetus" ini tepat pada waktunya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen Roymundus Chaliks, selaku dosen ANFISMAN] yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 12 Maret 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................3

C. Tujuan.................................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Neonatus ........................................................................................................................3

B. Perawatan Neonatus.........................................................................................................................8

C. Pencegahan neonatus.......................................................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................................................12

B. Saran.................................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari. Dalam
masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba
bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada
setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam,
3-7 hari dan 8-28 hari (Riskesdas, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak.
Kematian neonatal memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59% di usia 0-28 hari.
Berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN)
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan
hanya menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Neonatus?


2. Bagaimana perawatan neonatus?
3. Bagaimana cara pencegahan infeksi neonatus?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud neonatus


2. Mengetahui cara merawat neonatus
3. Mengetahui cara pencegahan infeksi neonatus

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Neonatus

Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran
serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin
(Nanny, 2014). Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari. Neonatus dini
adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari (Marmi, 2015). Klasifikasi
menurut masa gestasi, yaitu periode sejak konsepsi sampai bayi dilahirkan. Menurut Rochmah dkk
(2011), bayi baru lahir menurut masa gestasinya dibagi menjadi:

a. Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari 259 hari (kurang dari 37 minggu).
b. Bayi cukup bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-42 minggu).
c. Bayi lebih bulan (postterm infant), masa gestasinya 294 hari (lebih dari 42 minggu).

Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan neonatus adalah bayi usia 0 – 28 hari, selama
periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri, bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir
antara 2500 sampai 4000 gram.
Kriteria Neonatus Normal
Ciri-ciri bayi normal menurut Sondakh (2013), antara lain :
a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram
b. Panjang badan bayi 48-50 cm
c. Lingkar dada bayi 32-34 cm
d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun sampai 140-120 kali/menit
pada saat bayi berumur 30 menit.
f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai pernapasan cuping
hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukupterbentuk dan dilapisi verniks
kaseosa.

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik

i. Kuku telah agak panjang dan lemas


j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada
bayi perempuan)
k. Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk
l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.

memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

4
Adaptasi Fisiologis Neonatus Terhadap Kehidupan di Luar Uterus

Adaptasi fisiologis bayi baru lahir di kehidupan ekstrauterin antara lain


sebagai berikut:
a. Adaptasi Pernapasan
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan
tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang
ada di dalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian diabsorpsi.
Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk
yang pertama kali (Marmi, 2015).Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktivitas napas yang
pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paruparu. Setelah beberapa kali napas pertama,
udara dari luar mulai mengisi jalan napas pada trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus
mengembang karena terisi udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat
surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus tidak
kolaps saat akhir napas (Sulistyawati, 2014).
b. Adaptasi Sistem Kardiovaskular
Menurut Rochmah dkk (2012), setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan bersirkulasi ke seluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk
sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua perubahan besar, yaitu:
1) Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah tubuh.
Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan
sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya
sehingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah:
1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun. Aliran darah menuju atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan penurunan
volume dan tekanan pada atrium tersebut. Kedua kejadian ini membantu darah yang miskin oksigen
mengalir ke paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan meningkatkan tekanan atrium
kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan tekanan pada atrium
kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale
secara fungsional akan menutup Menurut Marmi (2015), penutupan foramen ovale secara anatomis
berlangsung lama sekitar 2-3 bulan. Dengan berkembangnya paruparu, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir ke
paru-paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti
dan foramen ovale tertutup.
c. Perubahan Termoregulasi
Bayi baru lahir/neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara, yaitu menggigil, aktivitas
volunter otot, dan termogenesis yang bukan melalui mekanisme menggigil. Mekanisme menggigil saja

5
tidak efisien dan bayi cukup-bulan tidak mampu menghasilkan panas dengan cara ini. Aktivitas otot
dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya terbatas. Termogenesis non-menggigil mengacu pada
penggunaan lemak cokelat untuk produksi panas. Timbunan lemak cokelat terletak pada dan di sekitar
tulang belakang, klavikula, dan sternum, ginjal, serta pembuluh darah utama. Jumlah lemak cokelat
bergantung pada usia kehamilan dan menurun pada bayi baru lahir yang mengalami hambatan
pertumbuhan. Produksi panas melalui penggunaan cadangan lemak cokelat dimulai saat rangsangan
dingin memicu aktivitas hipotalamus (Rochmah dkk, 2012)

d. Adaptasi Gastrointestinal
Menurut Marmi (2015) pada masa neonatus, traktus digestivus mengandung zat-zat yang berwarna
hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolosakarida dan disebut mekonium, yaitu tinja pertama yang
biasanya keluar dalam dua puluh empat jam pertama setelah kelahiran. Dengan adanya pemberian susu,
mekonium mulai digantikan oleh tinja tradisional pada hari ke tiga sampai empat yang berwarna coklat
kehijauan. Pada saat lahir aktivitas mulut sudah berfungsi yaitu menghisap dan menelan. Saat lahir
volume lambung 25-50 ml. Refleks muntah dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik
pada saat lahir. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna mengakibatkan
"gumoh" pada bayi baru lahir dan neonatus. Adapun adaptasi pada saluran pencernaan menurut Marmi
(2015), antara lain:
1) Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.

2) Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat sederhana yaitu monosacarida dan
disacarida.
3) Defisiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya absopsi lemak sehingga kemampuan bayi
untuk mencerna lemak belum matang, maka susu formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir.
4) Kelenjar ludah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak mengeluarkan ludah sampai usia bayi ± 2-
3 bulan.

e. Adaptasi Ginjal

Adaptasi ginjal pada bayi baru lahir menurut Sondakh (2014), yaitu laju filtrasi glomerulus relatif
rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus, meskipun
keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk
berespons terhadap stresor. Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan
kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan. Sebagian
besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari
pertama; setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam. Urin dapat keruh karena lendir dan
garam asam urat; noda kemerahan (debu
batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.
f. Adaptasi Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah
atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami menurut Marmi (2015):

6
1) Perlindungan dari membran mukosa.
2) Fungsi saringan saluran napas.
3) Pembentukan koloni mikroba di kulit dan usus.

4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.


Pada bayi baru lahir hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah
melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta
(lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan
sel plasma serta antibodi gama A, G, dan M (Nanny, 2014).
1) Imunoglobulin C (IgC)

IgC didapat bayi sejak dalam kandungan melalui plasenta dari ibunya. Bayi kurang mendapatkan
bulan IgC lebih sedikit dibandingkan bayi cukup bulan sehingga bayi kurang bulan lebih rentan terhadap
infeksi. Bayi mendapatkan imunitas dari ibunya (imunitas pasif) dalam jumlah yang bervariasi dan akan
hilang sampai usia 4 bulan sesuai dengan kuantitas IgC yang diterimanya. Setelah lahir, bayi akan
membentuk sendiri immunoglobulin C. antibodi IgC melawan virus (rubella, campak, mumps, varicella,
poliomielitis) dan bakteri (difteria, tetanus, dan antibodi stafilokokus).
2) Imunoglobulin M (IgM)
IgM tidak mampu melewati plasenta karena memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan
IgC . bayi akan membentuk sendiri IgM segera setelah lahir (imunitas aktif). IgM dapat ditemukan pada
tali pusat jika ibu mengalami infeksi selama kehamilannya. IgM kemudian dibentuk oleh sistem imun
janin sehingga jika pada tali pusat terdapat IgM menandakan bahwa janin mendapatkan infeksi selama
berada dalam uterus, seperti Toxoplasmosis, Other infection (sifilis), Rubella, Cytomegalovirus infection,
dan Herpes simplex (TORCH).
3) Imunoglobulin A (IgA)
Dalam beberapa minggu setelah lahir, bayi akan memproduksi IgA (imunitas aktif). IgA tidak dapat
ditransfer dari ibu ke janin. IgA terbentuk pada rangsangan terhadap selaput lendir dan berperan dalam
kekebalan terhadap infeksi dalam aliran darah, sekresi saluran pernapasan dan pencernaan akibat
melawan beberapa virus yang menyerang daerah tersebut seperti poliomielitis dan E. coli(Tando, 2016).
g. Adaptasi Neurologis
Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan glukosa yang tetap dan
memadai. Otak yang masih muda rentan terhadap hipoksia, ketidakseimbangan biokimia, infeksi, dan
perdarahan (Rochmah, 2012).Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang
sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang
labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas. Perkembangan neonatus
terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya: kontrol kepala, tersenyum, dan
meraih dengan tujuan) akan berkembang.

B. Perawatan Neonatus
Perawatan bayi baru lahir diberikan segera setelah bayi lahir dan dipastikan tidak ada kelainan atau
kegawatdaruratan. Perawatan yang diberikan 15 harus sesuai standar serta memperhatikan kebersihan

7
untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahir.Menurut Sudarti (2010), asuhan segera bayi baru lahir
normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek penting
dari asuhan segera setelah lahir adalah:
a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.

1) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu
2) Ganti handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan memastikan bahwa
kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit

4) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi

5) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5˚C, segera hangatkan bayi

b. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan ikut ibunya sesegera mungkin

1) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk
kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir dan ikatan batin dan pemberian
ASI
2) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tetap siap dengan menunjukkan rooting reflek.
Jangan paksakan bayi untuk menyusu

3) Jangan pisahkan bayi sedikitnya satu jam setelah persalinan.

c. Menjaga pernafasan

1) Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit

2) Jika tidak bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut: keringkan bayi dengan selimut atau handuk
hangat, gosoklah punggung bayi dengan lembut.
3) Jika belum bernafas setelah 1 menit mulai resusitasi
4) Bila bayi sianosis/kulit biru, atau sukar bernafas/frekuensi pernafasan 30-60 kali/menit, berikan
oksigen dengan kateter nasal.
d. Merawat mata

1) Berikan Eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk pencegahan penyakit mata klamidia, atau
2) Berikan tetes mata perak nitrat atau Neosporin segera setelah lahir

e. Pemeriksaan fisik bayi menurut Sondakh (2013):


1) Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar, adanya caput succedaneum,
cepal hematoma, kraniotabes, dan sebagainya.
2) Mata: pemeriksaan terhdap perdarahan, subkonjungtiva, tandatanda infeksi (pus).
3) Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labio skisis, labiopalatoskisis, dan refleks isap (dinilai
dengan mengamati bayi saat menyusu).
4) Telinga: pemeriksaan terhadap Preaurical tog, kelainan daun/bentuk telinga.

8
5) Leher: pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus, ductus thyroglossalis, hygroma colli.
6) Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada, pernapasan, retraksi intercostal,
subcostal sifoid, merintih, pernapasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (sonor, vesikular, bronkial,
dan lain-lain).
7) Jantung: pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung.
8) Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor aster), schaphoid
(kemungkinan bayi menderita diafragmatika/atresia esophagus tanpa fistula).

9) Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada tali pusat, warna dan besar tali
pusat, hernia di tali pusat atau di selangkangan.
10) Alat kelamin: pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam skrotum, penis berlubang pada
ujung (pada bayi laki-laki), vagina berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora.
11) Lain-lain: mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak, harus waspada terhadap
atresia ani atau obstruksi usus. Selain itu, urin juga harus keluar dalam 24 jam. Kadang pengeluaran urin
tidak diketahui karena pada saat bayi lahir, urin bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak keluar
dalam 24 jam, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih.

C. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi
mikroorganisme selama proses persalinan atau beberapa saat setelah lahir. Beberapa mikroorganisme
harus diwaspadai karena dapat ditularkan melalui percikan darah atau cairan tubuh, misalnya virus HIV,
hepatitis B, dan hepatitis C. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan
melakukan upaya pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi bayi baru lahir menurut Tando
(2016), adalah sebagai berikut.
a. Persiapan diri.
1) Sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi, cuci tangan dengan sabun, kemudian dikeringkan.

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
b. Persiapan alat.
1) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, alat resusitasi, dan
benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau disterilisasi. Gunakan bola karet pengisap
lendir yang baru dan bersih jika melakukan pengisapan lendir dengan alat tersebut. Jangan
menggunakan bola pengisap yang sama pada bayi yang lain.

2) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih
dan hangat.

3) Timbangan dan pita pengukur, termometer, stetoskop, dan benda yang bersentuhan dengan bayi
juga dalam keadaan bersih dan hangat.
4) Dekontaminasi dan cuci alat setelah digunakan.
5) Gunakan ruangan yang hangat dan terang.
6) Siapkan tempat resusitasi yang bersih, kering, hangat, datar, dan cukup keras, misalnya meja atau

9
dipan bayi.
7) Letakkan tempat resusitasi dekat pemancar panas dan tidak berangin. Tutup jendela dan pintu.
8) Gunakan lampu pijar 60 watt dengan jarak 60 cm dari bayi sebagai alternatif jika pemancar panas
tidak tersedia.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari. Dalam
masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba
bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Perawatan bayi baru lahir
diberikan segera setelah bayi lahir dan dipastikan tidak ada kelainan atau kegawatdaruratan. Perawatan
yang diberikan 15 harus sesuai standar serta memperhatikan kebersihan untuk mencegah infeksi pada
bayi baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan atau beberapa saat setelah lahir.

B. Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
tentang pembahasan makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100016/BAB_II_Tinjauan_Pustaka.pdf
http://eprints.ums.ac.id/55164/3/BAB%20I.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai