OLEH:
KELOMPOK 6
1. Ayu Susilawati,S.Kep. 131613143008
2. Sri Rezeki Amanda,S.Kep. 131613143009
3. Alfita Nadziir,S.Kep. 131613143016
4. Muhammad Syaltut,S.Kep. 131613143047
5. Indah Nur Rahmawati,S.Kep. 131613143048
Menyetujui
Mengetahui
Adi Sukrisno,S.Kep.,Ns.
NIP.197410061996031001
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................2
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................49
4.1 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Pasien dengan Peritonitis. .49
4.2 Nyeri pada Klien dengan Peritonitis........................................................50
4.3 Kerusakan Integritas Kulit pada Pasien dengan Peritonitis.....................51
BAB V PENUTUP................................................................................................52
5.1 Kesimpulan..............................................................................................52
5.2 Saran.........................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan medikal bedah pada klien dengan
diagnosa medis peritonitis.
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Tanda dan gejala yang terjadi sangat bervariasi bergantung pada luas
peritonitis, beratnya peritonitis, dan jenis organisme penyebab. Gejala yang
terjadi biasanya adalah demam, leukositosis, nyeri abdomen (biasanya terus
menerus), muntah; dan abdomen yang tegang, kaku, nyeri tekan lepas, dan
tanpa bunyi. Pada peritonitis kronis ditemukan sedikit atau tidak ada nyeri
tekan lepas. Demam dan leukositosis merupakan gejala khas penyakit ini.
Prognosis penyakit ini baik pada peritonitis local dan ringan, sedangkan
prognosisnya buruk (mematikan) pada peritonitis generalisata yang
disebabkan oleh organism virulen (Price, 2005).
Prinsip umum pengobatan adalah dengan pemberian antibiotik yang
sesuai, dekompresi saluran gastrointestinal dengan penyedotan intestinal
atau nasogastrik, penggantian cairan dan elektrolit yang hilang secara
intravena, tirah baring dalam posisi Fowler, pembuangan fokus septik
(apendiks, dsb.) atau penyebab inflamasi lainya (bila mungkin), dan
tindakan untuk menghilangkan nyeri (Schwartz, 2004).
Adanya kondisi peritonitis pada pasien memberikan berbagai
manifestasi keperawatan pada pasien yamg diberikan perawat dalam konsep
asuhan keperawatan pada pasien peritonitis. Pada pasien dengan keadaan
infeksi yang cukup parah hingga sepsis akan menyebabkan terjadinya SIRS
(sistemik inflamatory respon syndrom) dimana sindrom ini ditandai dengan
terjadinya
a. Hiprtermia > 380 C atao hipotermia < 360C
b. Takikardia > 90x/menit
c. Takipnea >20x/menit atau PaCO2 <4,3kPa
d. Neutrofilia >12x10-91-1atau neutropenia < 4 x 10-91-1
Dimana akhir dari terjadinya SIRS adalah MODs (Multiple Organ
Disfungtion Syndrom) yang mana merupakan keadaan kacaunya fisiologi
sehingga fungsi organ tidak dapat menjaga hemoustasisnya. Keadaan akhir
setelah terjadinya disfungsi organ adalah vasodilatasi, kebocoran kapiler,
koagulasi intravaskular, dan aktivasi sel endotel (Grace, 2006).
9
Tanda dan gejala yang muncul pada peritonitis tergantung luas dan
beratnya radang, serta jenis organisme yang bertanggungjawab (Price,
1995). Gejala yang umunya timbul diantaranya:
a. Demam
Demam terjadi akibat proses inflamasi yang terjadi akibat
peradangan pada peritoneum.
b. Nyeri
Nyeri peritonitis lebih terlokalisir karenan peritoneum parietalis
kaya akan persarafan sensoris (Patrick, 2006). Tipe nyeri menyebar yang
menjadi konstan, setempat lebih hebat, dekat dengan proses inflamasi,
nyeri akan lebih buruk jika bergerak (Baugman, DC, 2000). Nyeri
subjektif berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan, bernafas,
batuk, atau mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti
palpasi, nyeri tekan lepas, atau tes lainnya.
c. Distensi abdomen
Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi
penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang dapat
menimbulkan nyeri. Ketika dilakukan penekanan pada area abdomen
yang sakit, biasanya diikuti oleh kekakuan otot abdomen sehingga
dinding abdomen menegang.
d. Diare
e. Bising usus melemah
Peristaltik usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan
sementara usus akibatnya pasien tidak bisa BAB atau kentut. Pada
awalnya mungkin masih ada peristaltik usus tetapi biasanya akan hilang
sejalan dengan berkembangnya penyakit dan suara usus menghilang
akibat kelumpuhan sementara usus.
f. Tanda-tanda syok
Tanda- tanda syok terjadi akibat peritonitis tidak mendapatkan
penanganan sehingga pasien mengalami syok hipovolemik dan disertai
dengan ketidakseimbangan elektrolit.
10
b. USG
b. Penanganan Operatif
Terapi primer dari peritonitis adalah tindakan operasi. Operasi
biasanya dilakukan untuk mengontrol sumber dari kontaminasi
peritoneum. Tindakan ini berupa penutupan perforasi usus, reseksi usus
dengan anstomosis primer atau dengan exteriorasi.
1) Kontrol Sepsis
Tujuan dari penanganan operatif pada peritonitis adalah untuk
menghilangkan semua material-material yang terinfeksi, mengkoreksi
penyebab utama peritonitis dan mencegah komplikasi lanjut. Kecuali
pada peritonitis yang terlokalisasi, insisi midline merupakan teknik
operasi yang terbaik. Jika didapatkan jaringan yang terkontaminasi
dan menjadi fibroltik atau nekrosis, jaringan tersebut harus dibuang.
Radikal debridement yang rutin dari seluruh permukaan peritoneum
dan organ dalam tidak meningkatkan tingkat bertahan hidup. Penyakit
primer lalu diobati, dan mungkin memerlukan tindakan reseksi (ruptur
apendik atau kandung empedu), perbaikan (ulkus perforata) atau
drainase (pankreatitis akut). Pemeriksaan kultur cairan dan jaringan
yang terinfeksi baik aerob maupun anaerob segera dilakukan setelah
memasuki kavum peritoneum (Doherty, 2006).
2) Peritoneal Lavage
Pada peritonitis difus, lavage dengan cairan kristaloid isotonik
(> 3 liter) dapat menghilangkan material-material seperti darah,
gumpalan fibrin, serta bakteri. Penambahan antiseptik atau antibiotik
pada cairan irigasi tidak berguna bahkan berbahaya karena dapat
memicu adhesi (misal: tetrasiklin, povidone-iodine). Antibiotik yang
diberikan cecara parenteral akan mencapai level bakterisidal pada
cairan peritoneum dan tidak ada efek tambahan pada pemberian
bersama lavage. Terlebih lagi, lavage dengan menggunakan
aminoglikosida dapat menyebabkan depresi nafas dan komplikasi
anestesi karena kelompok obat ini menghambat kerja dari
neuromuscular junction. Setelah dilakukan lavage, semua cairan di
kavum peritoneum harus diaspirasi karena dapat menghambat
14
Respon Sistemik
Invasi kuman ke lapisan peritonium oleh
berbagai kelainan pada sistem
gasstrointestinal dan penyebaran infeksi Keberadaan benda asing
dari organ di dalam abdomen/perforasi
organ pasca trauma abdomen
Fagositosi oleh leukosit
Peritonitis
Perubahan suhu
MK:
Mk: Risiko infeksi Takipnea Ketidakefektifan
pola nafas
BAB III
RESUME KASUS
3.1 Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 78 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Ngoro, Mojokerto
Tanggal Masuk : 12 November 2016
Tanggal Pengkajian : 14 November 2016
No. Register : 12546xxx
Diagnosa Medis : Peritonitis generalisata + Perforasi Gaster
KELUHAN UTAMA
Keluha Utama : Pasien mengeluh nyeri di seluruh permukaan perut
seperti ditusuk-tusuk
17
18
5. Lain-Lain : -
Keterangan : Perempuan
Laki-Laki
Pasien
Serumah
- Jumlah Cairan :-
- Undulasi :-
- Tekanan :-
k. Tracheostomi : Ya Tidak
l. Lain-lain :-
3. Sistem Kardiovaskuler
a. TD : 130/80 mmHg Masalah Keperawatan :
b. N : 80X/Menit Tidak ditemukan masalah
c. HR :
d. Keluhan Nyeri Dada : Ya Tidak
e. Irama jantung : reguler ireguler
f. Suara jantung : normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain
g. Ictus Cordis :
h. CRT : 2 detik
i. Akral : Hangat Kering Merah Basah Pucat
Panas Dingin
j. Sirkulasi Perifer : Normal Menurun
k. JVP :-
l. CVP :-
m. CTR : -
n. EKG & Interpretasinya : Irama sinus Takikardi 110X/Menit. CXR : Cor bentuk
dan ukuran normal.
Kesimpulan : CRI kelas II Risk of MACE 0,9%
o. Lain-lain : -
4. Sistem Persyarafan
a. S : 37,5 0C
b. GCS : 456 Masalah Keperawatan :
c. Refleks Fisiologis : Patella Tricep Bicep
Tidak ditemukan
d. Refleks Patologis : Babinsky Brudzinsky Kernig
e. Keluhan Pusing : Ya Tidak masalah
f. Pemeriksaan Saraf Kranial
N1 : Normal Tidak Ket :tidak ditemukan masalah
N2 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
N3 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
N4 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
N5 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
N6 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
N7 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
N8 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
N9 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
N10 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
N11 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
N12 : Normal Tidak Ket : tidak ditemukan masalah
g. Pupil : Anisokor Isokor
h. Sclera : Anikterus Ikterus
i. Konjunctiva : Ananemis Anemis
j. Istirahat/Tidur : 8 Jam/Hari Gangguan Tidur : tidak ditemukan masalah
k. IVD : -
l. EVD : -
m. ICP :-
20
n. Lain-lain :
5. Sistem Perkemihan
a. Kebersihan Genital : Bersih Kotor Masalah Keperawatan :
b. Sekret : Ada Tidak Tidak ditemukan
c. Ulkus : Ada Tidak masalah
d. Kebersihan Meatus Uretra : Bersih Kotor
e. Keluhan Kencing : Ada Tidak
Bila ada, jelaskan -
f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan :
Jenis : kateter
Ukuran :
Hari Ke- :3
g. Produksi Urine :360 ml/12jm
Warna :kuning
Bau :khas urine
h. Kandung kemih membesar : Ya Tidak
i. Nyeri Tekan : Ya Tidak
j. Intake Cairan : Oral : Parenteral : 2000 cc/hari
k. Balance Cairan : Input :Infus = 1500cc ouput: Urin = 1050cc
Obat = 500cc NGT = 400cc
Total = 2000cc IWL = 500
Total = 1950
Exces = 50CC
l. Lain-lain:-
6. Sistem Pencernaan
a. TB : 165cm BB : 50Kg Masalah Keperawatan :
b. IMT : 18,36 Interpretasi : BB Kurang 1. Nyeri Akut
c. Mulut : Bersih Kotor Berbau 2. Nutri kurang dari
d. Membran Mukosa : Lembab Kering Stomatitis
kebutuahan tubuh
e. Tenggorokan :
Sakit Menelan Kesulitan Menelan 3. Kerusakan integritas
Pembesaran Tonsil Nyeri Tekan kulit
f. Abdomen : Tegang Kembung Asites
g. Nyeri Tekan : Ya Tidak
P : nyeri akibat peritonitis
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : seluruh permukaan abdomen
S : skala 6
T : terus menerus
h. Luka Operasi : Ada Tidak
Tanggal Operasi : 13 November 2016
Jenis operasi : Laparotomy Explorasi Repair Gaster
Lokasi : Midline supra umbilicus
Keadaan : luas luka + 20cm , kondisi luka baik tidak ada tanda-tanda
infeksi
Drain : Ada Tidak
i. Peristaltik : 20 x/menit
j. BAB : 1 x/hari Terakhir Tanggal : 14 November 2016
k. Konsistensi : Keras Lunak Cair Lendir/Darah
l. Diit : Padat Lunak Cair
21
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior : Masalah Keperawatan :
OD OS
Visus Tidak ditemukan
masalah
Palpebra
Conjungtiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO
b. Keluhan Nyeri : Ya Tidak
c. Luka Operasi : Ada Tidak
d. Pemeriksaan Penunjang : -
8. Sistem Pendengaran
a. Pengkajian Segmen Anterior Dan Posterior : Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan
OD Auricula OS masalah
MEA
Membran
Tymphani
Rinne
Weber
Swabach
b. Tes Audiometri :
c. Keluhan Nyeri : Ya Tidak
d. Luka Operasi : Ada Tidak
e. Alat Bantu Dengar : tidak ada
22
9. Sistem Muskuloskletal
a. Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
b. Kekuatan Otot : 5 5
Masalah Keperawatan :
5 5 Tidak ditemukan
c. Kelainan Ekstremitas : Ya Tidak masalah keperawatan
d. Kelianan Tulang Belakang : Ya Tidak
- Frankel :-
e. Fraktur : Ya Tidak
- Jenis :
f. Traksi : Ya Tidak
g. Penggunaan Spalk/Gips : Ya Tidak
h. Keluhan Nyeri : Ya Tidak
i. Sirkulasi Perifer :
j. Kompartemen Syndrome : Ya Tidak
k. Kulit : Ikterik Sianosis Kemerahan Hiperpigmentasi
l. Turgor: Baik Kurang Jelek
m. Luka Operasi : Ada Tidak
Tanggal Operasi :
Jenis Operasi :
Lokasi :
Keadaan :
Drain : Ada tidak
Jumlah :
Warna :
Kondisi Area Sekitar Inserasi :
n. ROM : pasif
o. POD : -
p. Cardinal Sign : -
q. Lain-lain :-
d. Eksoriasis : Ya Tidak
e. Psoriasis : Ya Tidak Masalah Keperawatan :
f. Pruritus : Ya Tidak Tidak ditemukan
g. Urtikaria : Ya Tidak masalah keperawatan
h. Lain-Lain :-
11. Sistem Endokrin
a. Pembesaran Thyroid : Ya Tidak
b. Pembesaran Kelenjar Getah Bening : Ya Tidak
c. Hipoglikemia : Ya Tidak
d. Hiperglikemia : Ya Tidak
e. Kondisi Kaki DM:
- Luka Gangren : Ya Tidak
- Infeksi : Ya Tidak
- Riwayat Luka Sebelumnya : Ya Tidak
- Riwayat Ampuatasi Sebelumnya : Ya Tidak
f. ABI :
g. Lain-Lain :-
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit : sering kadang-kadang tidak pernah
- Selama sakit : sering kadang-kadang tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah :
klien jarang melakukan ibadah sholat lima waktu saat sakit juga tidak bisa
melaksanakan sholat namun tetap membaca doa dan dzikir
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan
masalah keperawatan
24
TERAPI
INTERPRETASI MASALAH
DATA (Sesuai dengan KEPERAWATA
patofisiologi) N
DS: operasi besar (eksplorasi Ketidakefektifan
Pasien mengatakan sesak laparotomy) bersihan jalan
saat bernafas nafas
DO: respons inflamasi
- Suara napas : Ronkhi
- RR : 24x/menit refleks batuk menurun
- Tirah baring lama
- Batuk produktif akumulasi sekret
ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
Kontaminasi
peritoneum
Masuk ke dalam
pembuluh darah
mesentrika
Peritonitis
Respon inflamasi
Pengeluaran zat:
Prostaglandin,
Bradikinin,
Histamin,
Leukotrin,
Serotonin,
Nyeri
Mual/munta
h
Pasien takut untuk
mobilisasi
TANGGAL /
DIAGNOSA
NO JAM Ttd
KEPERAWATAN (NANDA)
DITEMUKAN
1 14 november 2016 Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
HARI/
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL/ INTERVENSI RASIONAL
(Tujuan. Kriteria Hasil)
WAKTU
Selasa / 15 Dx : ketidakefektifan bersihan jalan 1. Berikan posisi pasien yang 1. Untuk meningkatkan ekpansi
November nafas memungkinkan pengembangan paru
2016/12.00 Tujuan : rongga dada (posisi semi fowler) 2. Untuk mengetahui letak
Setelah dilakukan tindakan
2. Auskultasi adanya ronkhi pada suara sekret dan bunyi nafas
keperawatan selama 1x24 jam
bersihan jalan nafas kembali normal nafas 3. Untuk membantu
NOC : 3. Lakukan clapping dan vibrating mengarahkan sekret ke jalan
Respiratory Status : Aiway Patency 4. Ajarkan latihan nafas dalam dan nafas yang besar
(0410) batuk efektif 4. Mengarhakan sekret kejalan
1. RR dalam batas normal 16- 5. Kolaborasi pemberian O2 7Lpm sesuai nafas yang besar
20x/menit advice dokter 5. Untuk memenuhi kebutuhan
2. Saturasi oksigen 96-100% 6. Kolaborasi pemberian bronkodilatot oksigen
3. Whezing (-), Ronkhi (-) Ventolin:Pz 1:1 tiap 6 jam 6. Untuk mendilatasi jalan nafas
4. Suara nafas vesikuler
Selasa / 15 Dx : Nyeri akut bd proses inflamasi 1. Ajarkan pasien dengan teknik 1. Memberikan rasa nyaman
November Tujuan : distraksi nyeri dengan nafas dalam dan mengurangi nyeri
2016/ 12.00 Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan waktu istirahat yang cukup 2. Membuat rilex pasien
keperawatan selama 1x24 jam skala
3. Kontrol lingkungan yang dapat 3. Memberikan rasa nyaman
nyeri berkurang
NOC : memicu terjadinya nyeri ( suara dan mengurangi nyeri
31
1. Skala nyeri berkurang atau bising , pencahayaan) 4. Untuk menekan nyeri
menurun 4. Kolaborasi pemberian analgesik seuai 5. Perubahan ttv merupakan
2. Td 120/80 mmHg advice dokter (Antrain 3 x 1g) indikator status kesehatan
3. RR = 16-20x/menit 5. Observasi TTV tiap 2 jam klien
4. S = 36,5 – 37,5 oC
5. N = 60-100x/menit
Selasa / 15 Dx : nutrisi kurang dari kebutuhan 1. Berikan informasi tentang pentingnya 1. Membantu pemahaman klien
November tubuh
nutrisi untuk kebutuhan tubuh pasien pentingnya nutrisi
2016/ 12.00 Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan 2. Lakukan oral hygiene secara rutin tiap 2. Kebersihan mulut akan
keperawatan selama 2x24 jam
pagi mendorong nafsu makann
masalah teratasi
NOC : 3. Oleskan madu pada mukosa bibir menjadi lebih baik
1. IMT dalam batas normal
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan 3. Untuk menjaga mukosa tetap
2. I(ntake nutrisi adekuat
3. Mukosa lembab intake protein dan vitamin lembab
4. Albumin normal 3,4 -5,0g/dL 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 4. Untuk mempercepat
5. Hb normal 13,3 -16,6g/dL menentukan jumlah kalori yang sesuai enyembuhan luka post oerasi
kebutuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh
5. Memberikan diet yang tepat
sesuai kebutuhan
Selasa / 15 Dx : kerusakan integritas kulit 1. Lakukan perawatan luka secara steril 1. Untuk mencegah terjadinya
November Tujuan : sesuai sop infeksi
32
2016/ 12.00 Setelah dilakukan tindakan - Lakukan cuci tangan 2. Menggunakan cairan
keperawatan selama 2x24 jam maalah - Berikan penjelasan prosedur fisiologis tubuh
teratasi tindakan 3. Menjaga kelembaban dan
NOC : - Lakukan identifikasi pasien
memercepat penyembuhan
6. Elastisitas kulit normal - Pakailah sarung tangan
- Bersihkan bekas plester dengan 4. Melancarkan sirkulasi ke
7. Turgor normal
yod bensin arela luka
8. Kondisi luka baik
- Bukalah pembalut dengan pinset 5. Mengetahui perkembangan
9. Tidak ada tanda-tanda infeksi
dan taruh di bengkok kondisi luka
- Bersihkan luka dengan NaCl 0,9%
dari arah dalam keluar
- Tutuplah luka dengan kasa steril,
balut dengan verband
- Taruh kapas kotor di bengkok dan
pinset masukkan di larutan clorin
0,5 %.
- Bereskan peralatan
- Catatlah dan dokumentasikan
keadaan luka
2. Berikan massase ringan di sekitar
luka
3. Observasi kondisi luka karakteristik,
drainase, warna ukuran dan bau
33
2.6 Implementasi Keperawatan
34
3x1g)
5. Memantau TTV tiap 2 jam
3 08.00 S : pasien mengatakan
1. Memberikan informasi tentang badannya lemas
O:
pentingnya nutrisi untuk - Mukosa kering
kebutuhan tubuh pasien - Terpasang NGT
- Pasien
2. Melakukan oral hygiene secara
mengkonsumsi obat
rutin tiap pagi penambah protein
3. memberikan inf ivelip 200cc/24
A : masalah belum teratasi
jam
P : intervensi dilanjutkan
4. memberikan inf tutofusin
1000cc/ 24jam
5. menganjurkan pasien untuk
meningkatkan intake protein dan
vitamin
6. berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
yang sesuai kebutuhan
S : Pasien mengatakan
08.00
35
1. Melakukan perawatan luka terdapat luka operasi di
secara steril erut
2. Membersihkan dengan nacl atau O : Terdapat luka post
laparotomy di midline
pembersih luka yang sesuai
sub umbilikus, TD
3. Memberiakan salep yang sesuai 120/80 mmHg, RR = 24
4. Memberikakan massase ringan x/menit, S = 37,5 oC, N
di sekitar luka = 80x/menit,
5. Observasi kondisi luka Luka + 20cm, keadaan
karakteristik, drainase, warna baik, warna merah ,
ukuran dan bau tidak ada tanda-tanda
infeksi, tidak ada pus.
A : Belum teratasi
P : Intervensi dilanjutka
No.
Hari/Tgl/Shift Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
DK
Rabu / 1 14.00 1. Memberikan posisi semifowler 14.00 S : Pasien mengatakan sesak
2. Melakukan observasi ttv O : Gerak dada simetris,
16 Nov 2016 /
3. Melakukan clapping RR 24x/menit
Sore Suara nafas vesikuler
4. Memberikan o2 masker 7 lpm
Whezing (-), ronkhi (-)
5. Melakukan nebulizing ventolin : A : Belum teratasi
pz = 1:1 P : Intervensi dilanjutkan
36
2. Menganjurkan untuk istirahat nampak meringis, tidak
yang cukup tenang, gelisah, TD
3. Mengontrol lingkungan yang 160/90 mmHg, RR = 24
x/menit, S = 37,4 oC, N
dapat memicu terjadinya nyeri
= 90x/menit
4. Memberikan obat analgesik A : Belum teratasi
sesuai advice dokter (Antrain P : Intervensi dilanjutkan
3x1g)
5. Memantau TTV tiap 2 jam
37
1. Melakukan perawatan luka
secara steril S : Pasien mengatakan
4. 14.00 2. Membersihkan dengan nacl atau terdapat luka operasi di
erut
pembersih luka yang sesuai
O : Terdapat luka post
3. Memberiakan salep yang sesuai laparotomy di midline
4. Memberikakan massase ringan sub umbilikus dengan
di sekitar luka kondisi baik, TD 160/90
5. Observasi kondisi luka mmHg, RR = 24
karakteristik, drainase, warna x/menit, S = 37,4 oC, N
ukuran dan bau = 90x/menit
A : Belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
No.
Hari/Tgl/Shift Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
DK
Rabu / 1 08.00 1. Memberikan posisi semifowler 08.00 S : Pasien mengatakan sesak
2. Melakukan observasi ttv O : Dispnea, RR : 24x/menit
15 Nov 2016 /
3. Melakukan clapping Terpasang 02 masker 8
Pagi lpm
4. Mengajarkan latihan nafas
PH = 7,38
dalam dan batuk efektif pCO2 = 41mmHg
5. Memberikan o2 masker 8 lpm pO2 = 137mmHg
6. Melakukan nebulizing ventolin: SO2 = 99%
pz = 1:1 FiO2 = 53,0%
A : Belum teratasi
38
P : Intervensi dilanjutkan
vitamin
39
5. berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
yang sesuai kebutuhan
No.
Hari/Tgl/Shift Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
DK
Kamis / 1 16.00 1. Memberikan posisi semifowler 16.00 S : Pasien mengatakan sesak
40
17 Nov 2016 / 2. Melakukan observasi TTV nafas
3. Melakukan clapping O : Gerak dada simetris,
sore
4. Memberikan o2 masker 8 lpm RR 24x/menit
Suara nafas vesikuler
5. Melakukan nebulizing ventolin
Whezing (-), ronkhi (-)
: pz = 1: 1 A : Belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
41
di sekitar luka RR = 26 x/menit, S =
5. Observasi kondisi luka 37,1 oC, N = 76x/menit.
karakteristik, drainase, warna Akral hangat, CRT =
2<detik
ukuran dan bau
A: Belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
42
18 Nov 2016 / 2. Melakukan observasi TTV O : Dispnea , RR :20x/menit
3. Melakukan clapping Terpasang masker 02 6
pagi
4. Mengajarkan latihan nafas lpm
A : Sesak berkurang,
dalam dan batuk efektif
masalah teratasi
5. Memberikan O2 masker 6 lpm sebagian
6. Melakukan nebulizing P : Intervensi dilanjutkan
ventolin:pz = 1:1
43
2. Membersihkan dengan nacl atau O: terdapat luka post
pembersih luka yang sesuai laparotomy di midline sub
3. Memberiakan salep yang sesuai umbilikus, TD 120/80
mmHg, RR = 24 x/menit,
4. Memberikakan massase ringan
S = 37,5 oC, N =
di sekitar luka 80x/menit
5. Observasi kondisi luka A: belum teratasi
karakteristik, drainase, warna P: intervensi dilanjutkan
ukuran dan bau
No.
Hari/Tgl/Shift Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
DK
Sabtu / 1 21.00 1. Memberikan posisi semifowler 21.00 S : Pasien mengatakan sesak
2. Melakukan observasi TTV O : Gerak dada simetris,
19 Nov 2016 /
3. Melakukan clapping RR 24x/menit
malam Suara nafas vesikuler
4. Memberikan o2 masker 6 lpm
Whezing (-), ronkhi (-)
5. Melakukan nebulizing A : Belum teratasi
ventolin:pz = 1:1 P : Intervensi dilanjutkan
44
4. Memberikan obat analgesik A: Belum teratasi
sesuai advice dokter (Antrain P: Intervensi dilanjutkan
3x1g)
5. Memantau TTV tiap 2 jam
45
pagi 3. Melakukan clapping RR 24x/menit
4. Memberikan O2 masker 6 lpm Suara nafas vesikuler
5. Melakukan nebulizing Whezing (-), ronkhi (-)
A : teratasi sebagian
Ventolin:Pz = 1:1
P : Intervensi dilanjutkan
46
1000cc/ 24jam
A : masalah teratasi
4. menganjurkan pasien untuk
P : intervensi dihentikan
meningkatkan intake protein dan
vitamin
5. berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
yang sesuai kebutuhan
4. 08.00 08.00 S: Pasien mengatakan
terdapat luka operasi di
1. Melakukan perawatan luka
erut
secara steril O: Terdapat luka post
2. Membersihkan dengan NaCl laparotomy di midline sub
atau pembersih luka yang umbilikus, TD 120/80
sesuai mmHg, RR = 24 x/menit,
3. Memberiakan salep yang S = 37,5 oC, N =
sesuai 80x/menit, Luka + 20cm,
keadaan baik, warna
4. Memberikakan massase ringan
merah , tidak ada tanda-
di sekitar luka tanda infeksi, tidak ada
5. Observasi kondisi luka pus.
karakteristik, drainase, warna A: Belum teratasi
ukuran dan bau P: Intervensi dilanjutkan
47
Selasa / 1 21.00 1. Memberikan posisi 08.00 S : Pasien mengatakan tidak
semifowler sesak
22 Nov 2016 /
2. Melakukan observasi TTV O : Gerak dada simetris,
malan RR 24x/menit
3. Melakukan clapping
Suara nafas vesikuler
4. Memberikan O2 masker 4 Whezing (-), ronkhi (-)
lpm A : teratasi
5. Melakukan nebulizing P : Intervensi dihentikan,
Ventolin:Pz = 1:1 pasien rencana krs
48
BAB IV
PEMBAHASAN
49
50
yaitu pasien mengatakan sesak saat bernafas dan terdapat sekret dijalan nafas
dan DO yaitu RR : 24x/menit, terpasang masker 02 8 Lpm, PH = 7,38, pCO2 =
41mmHg, pO2 = 137mmHg, SO2 = 99% dan FiO2 = 53,0%.
Intervensi yang sudah diimplementasikan pada Tn. J yaitu 1)
memberikan posisi pasien yang memungkinkan pengembangan rongga dada,
2) melakukan auskultasi bunyi nafas, 3) melakukan nebulizing dengan
ventolin, 4) melakukan clapping dan vibrating, 5) mengajarkan latihan nafas
dalam dan batuk efektif, 6) memberikan O2 8 Lpm dan 7) memberikan
bronkodilator. Setelah dilakukan implementasi tersebut, dilakukan evaluasi
dengan hasil masalah teratasi dan dilakukan implementasi lagi apabila
masalah muncul kembali.
5.1 Kesimpulan
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum atau lapisan membran serosa
rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronik atau kumpulan tanda dan
gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans
muscular dan tanda-tanda umum inflamasi. Penyebab terjadinya peritonitis
invasi kuman bakteri kedalam rongga peritoneum. Selain invasi kuman
langsung melalui asites dalam rongga peritonium terjadinya peritonitis dapat
disebabkan karena adanya luka insisi pada operasi, luka robek atau cedera,
ulkus lambung dan duodenal, inflamasi usus, divertikulitis sigmoid serta
apendisitis.
Prinsip umum pengobatan peritonitis adalah mengistirahatkan saluran
cerna dengan memuasakan pasien, pemberian antibiotik yang sesuai,
dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal,
penggantian cairan dan elektrolit yang hilang dengan melakukan tindakan
secara intravena, pembuangan fokus septik (apendiks) atau penyebab radang
lainnya, bila mungkin dengan mengalirkan nanah keluar serta tindakan-
tindakan yang dapat menghilangkan nyeri.
Kita sebagai perawat diharapkan dapat memberikan intervensi yang
tepat pada pasien peritonitis dengan cara melakukan intervensi sebelum
dilakukan tindakan medis untuk memberikan rasa nyaman pada pasien.
5.2 Saran
52
53
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzane & Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Watson, Roger. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat (Edisi 10). Jakarta:
EGC.
Widjaja, Harjadi. (2009). Anatomi Abdomen. Jakarta: EGC.
World Health Organization (WHO). (2002). Safe Motherhood, Modul Sepsis
Puerperalis: Materi Pendidikan untuk Kebidanan. hal 63. Jakarta: EGC.
http://books.google.co.id/books?
id=3ZyOm94xiCMC&pg=PA197&dq=anatomi+peritoneum&hl=en&sa=X
&ei=wgcbUxDMePrQfOyIDICw&redir_esc=y#v=onepage&q=anatomi
%20peritoneum&f=false diakses pada tanggal 10 Maret 2014. Pukul 20.00
WIB.