Trauma spinal atau cedera pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai servikalis,
vertebralis, thorakalis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang,
seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya.
Trauma pada tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak pada tulang belakang yaitu ligamen
dan diskus, tulang belakang sendiri dan susmsum tulang belakang atau spinal kord. .Apabila
Trauma itu mengenai daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak
tertolong. Dan apabila saraf frenitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan, sebelum
alat pernafasan mekanik dapat digunakan. (Muttaqin, 2008).
Etiologi
Cedera spinal terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak mengenai servikal dan lumbal.
Cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang belakang. Di daerah
torakal tidak banyak terjadi karena terlindung oleh struktur thoraks.
Kelainan dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi atau kominutif dan dislokasi, sedangkan
kerusakan pada sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang,
laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah atau perdarahan.
Kelainan sekunder dapat disebabkan oleh hipoksemia dan iskemia. Iskemia disebabkan oleh
hipotensi, udem atau kompresi.
Kerusakan pada spinal merupakan kerusakan permanen karena tidak ada regenerasi dari jaringan
saraf.
Epidemiologi
Gambaran Klinis
Gambaran klinis tergantung dari letak dan besarnya kerusakan yang terjadi. Kerusakan
melintang memberikan gambaran hilangnya fungsi motorik maupun sensorik kaudal dari tempat
kerusakan disertai syok spinal. Syok spinal terjadi Karena hilangnya rangsang yang berasal dari
pusat. Peristiwa ini umumnya terjadi selama satu hingga enam minggu. Tandanya adalah
kelumpuhan flasid, anesthesia, arefleksia, hilangnya perspirasi, gangguan fungsi rectum dan
kandung kemih, priapismus, bradikardia dan hipotermal. Setelah syok spinal pulih akan terdapat
hiperrefleksia.
Sindrom sumsum tulang belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik dibawah
tempat kerusakan disetai hilangnya sensasi nyeri dan suhu ada kedua sisinya, sedangkan sensari
raba dan posisi tidak tergnaggu.
Cedera sumsum tulang belakang sentral jarang terjadi. Pada umumnya terjadi akibat cedera di
daerah servikal dan disebabkan hiperekstensia mendadak sihingga sumsum tulang belakang
terdesak oleh ligamentum flavum yang terlipat. Gambaran klinis berupa tetraparese parsial.
Gangguan pada ekstremitas bawah lebih ringan daripada ekstremitas atas sedangkan daerah
perianal tidak terngnanggu.
Sindrom brown-sequard disebabkan oleh kerusakan paruh lateral sumsum tlang belakang.
Sindrom ini jarang ditemukan gejalanya burupa gangguan motorik dan hilangnya rasa vibrasi
pada posisi ipsilateraldi kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu.
Sindrom kauda equine disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbo sacral setinggi ujung konus
medularis dan menyebabkan leumpuhan dan anesthesia di daerah lumbosakral yang mirip
dengan sindrom konus medularis.
Diagnosis
Pada penderita yang masih sadar, cedera spinal mudah dikenali dengan menilai keluhan dan
melakukan pemeriksaan terhadap kelainan yang terjadi; misalnya penderita mengeluh sakit
sepanjang kolumna vertebra, mengeluh baal, kebas hingga lumpuh pada anggota gerak tertentu.
Namun pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran hingga koma akan sulit menilai
keluhan dan melakukan pemeriksaan klinis sehingga kita selalu melakukan praduga positif dan
melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang.
Beberapa keadaan yang harus dicurigai sebagai cedera spinal dan harus dikelola sebagai cedera
spinal adalah :
Cedera medulla spinalis diklasifikasikan berdasarkan level, beratnya deficit neurologis, sindroma
medulla spinalis dan morfologi.1,4
1. Level
Level neurologis adalah segmen paling kaudal yang masih memiliki fungsi sensorik dan motorik
nomal di kedua sisi tubuh. Pada cedera komplit bila ditemukan kelemahan fungsi sensorik
dan/atau motorik dibawah segmen normal terendah. Hal ini disebut dengan zona preservasi
parsial. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya penentuan level trauma pada kedua sisi sangat
penting.
Perbedaan yang jelas terjadi antara lesi diatas dan di bawah T1. Cedera pada 8 segmen medulla
spinalis servikal akan menyebabkan tetraplegi dan lesi di bawah T1 akan menyebabkan
paraplegi. Level tulang trauma adalah tulang vertebra yang mengalami kerusakan sehingga
menyebabkan kerusakan medulla spinalis. Semakin kaudal suatu cedera, semakin jelas
perbedaan yang terjadi.
Paraplegi inkomplit
Para plegi komplit
Tetraplegi inkomplit
Tetraplegi komplit
Sangat penting untuk mencari tanda-tanda adanya preservasi fungsi dari semua jenis medulla
spinalis. Adanya fungsi mototrik atau sensorik di bawah level trauma menunjukkan adanya
cedera inkomplit. Tanda – tanda cedera inkomplit meliputi adanya sensasi atau gerakan
volunteer di ekstremitas bawah, sacral sparing, kontraksi sfingter ani volunteer, dan fleksi ibu
jari kaki volunteer. Reflex sacral. Seperi reflex bulbokavernosus atau kerutan anas, tidak
termasuk.