Anda di halaman 1dari 19

TUGAS BESAR

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Oleh :

NAMA : Gilbert Tua Novensius Silaban


NIM : 1853050003

DOSEN :
Ir. Setiyadi , MT

Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
2020
BAB I

PENDAHULUAN

MAKSUD & TUJUAN DARI IRIGASI

Pengertian irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi


lahan pertanian. Irigasi adalah penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian
dan pengaliran air menggunakan sistem, saluran dan bangunan tertentu dengan
tujuan sebagai penunjang produksi pertanian, persawahan dan perikanan

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 2 Nomor 20 Tahun


2006

Tentang Irigasi, Irigasi berfungsi mendukung produktivitas  usaha tani guna


meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan  nasional dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui
keberlanjutan sistem irigasi,keberlanjutan sistem irigasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.

Keberlanjutan sistem irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)


ditentukan oleh:

A keandalan air irigasi yang diwujudkan  melalui kegiatan membangun waduk,


waduk lapangan, bendungan, bendung, pompa,  dan jaringan drainase yang
memadai, mengendalikan mutu air, serta memanfaatkan kembali air
drainase;
B keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan,
dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan
rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;
C meningkatnya pendapatan masyarakat petani dari usaha tani yang
diwujudkan melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
yang mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi
usaha tani.

Fungsi Irigasi

 memasok kebutuhan air tanaman


 menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
 menurunkan suhu tanah
 mengurangi kerusakan akibat frost
 melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah

Tujuan Irigasi

Selain untuk mengairi sawah atau lahan pertanian, irigasi juga memiliki
tujuan lain, yaitu :

1. Memupuk atau merabuk tanah, Air sungai juga memiliki zat – zat
yang baik untuk tanaman
2. Membilas air kotor, Biasanya ini didapat di perkotaan. Saluran –
saluran di daerah perkotaan banyak sekali terdapat kotoran yang akan
mengendap apabila dibiarkan, sehingga perlu dilakukan pembilasan.
3. Kultamase ini hanya dapat dilakukan bila air yang mengalir banyak
mengandung mineral, material kasar. Karena material ini akan
mengendap bila kecepatan air tidak mencukupi untuk memindahkan
material tersebut.
4. Memberantas hama, Gangguan hama pada tanaman seperti sudep,
tikus, wereng dan ulat dapat diberantas dengan cara menggenangi
permukaan tanah tersebut dengan air sampai batas tertentu.
5. Mengatur suhu tanah, Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu
daerah suhu tanah terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan
tanaman maka suhu tanah dapat disesuaikan dengan cara
mengalirkan air yang bertujuan merendahkan suhu tanah.
6. Membersihkan tanah, Membersihkan tanah, dilakukan pada tanah
yang tidak subur akibat adanya unsur-unsur racun dalam tanah. Salah
satu usaha misalnya penggenangan air di sawah untuk melarutkan
unsur-unsur berbahaya tersebut kemudian air genangan dialirkan
ketempat pembuangan.
7. Mempertinggi permukaan air tanah. Mempertinggi permukaan air
tanah, misalnya dengan perembesan melalui dinding-dinding saluran,
permukaan air tanah dapat dipertinggi dan memungkinkan tanaman
untuk mengambil air melalui akar-akar meskipun permukaan
tanah tidak dibasahi.
BAB II

RENCANA TRASE JARINGAN IRIGASI PADA SKALA 1 : 25.000


BAB III

STANDART SISTEM TATANAMA SKEMA JARINGAN IRIGASI

Tata Nama Jaringan Irigasi

Sistem tatanama bangunan air seperti nama bendung, saluran primer , saluran
sekunder maupun saluran tersier umumnya dipakai nama desa atau daerah setempat
seperti berikut :

Bendung Munggung = BM

Saluran Primer Klari = SP Klari

 Bangunan Klari 1 = BK 1
 Bangunan Klari 2 = BK 2
 Bangunan Klari 3 kanan = BK 3 kanan
 Bangunan Klari 3 kiri = BK 3 kiri
 Bangunan Klari 4 = BK 4
 Bangunan Klari 5 = BK 5

Saluran Sekunder Sukorejo = SS Sukorejo

 Bangunan Sukorejo 1 = BS 1
 Bangunan Sukorejo 2 = BS 2

Saluran Sekunder Jambe = SS Jambe

 Bangunan Jambe 1 = BJ 1
 Bangunan Jambe 2 = BJ 2

Saluran Tersier Jambe = ST Jambe

 Bangunan Jambe 1A = BJ 1A
 Bangunan Jambe 1B = BJ 1B
 Bangunan Jambe 1C = BJ 1C

Saluran Sekunder Wates = SS Wates

 Bangunan Wates 1 = BW 1
 Bangunan Wates 2 = BW 2
BAB IV

4.1. PERHITUNGAN LUAS PETAK SAWAH A

4.2. KEBUTUHAN AIR PETAK SAWAH (DIVERSION REQUIREMENT) DR


DAN POLA TANAM

4.3. DEBIT PETAK SAWAH Qp= DR*A

BAB V

DEBIT TIAP RUAS SALURAN IRIGASI

BAB VI

DIMENSI SALURAN IRIGASI

(h, b, w, B, H, 1:m, S)

BAB VII

GAMBAR LONG PROFIL

BAB III
STANDAR SISTEM TATANAMA

3.1 Pengertian Standar Sistem Tata Nama Jaringan Irigasi

Pengertian standar sistem tata nama jaringan irirgasi ialah standar yang dipake
dalam penamaan jaringan irigasi pada suatu wilayah. Dalam setiap perencanaan
bangunan irigasi perlu diperhatikan standar sistem tata nama ini agar dapat memakai
nama-nama jaringan irigasi yang tepat dan tidak memakai nama yang sama untuk
saluran irigasi lain .

Dalam penamaan jaringan irigasi perlu diperhatikan jenis saluran dan daerah
mana yang diairi saluran tersebut, hal itu dikarenakan untuk setiap penamaan
saluran irigasi disesuaikan dengan dua hal tersebut diatas

3.2 Tata Nama Jaringan Irigasi

Sistem tatanama bangunan air seperti nama bendung, saluran primer , saluran
sekunder maupun saluran tersier umumnya dipakai nama desa atau daerah setempat
seperti berikut :

Bendung Sengon = BS
Saluran Primer Ngambak = SP Ngambak
Bangunan Ngambak 1 = BN 1
Bangunan Ngambak 2 = BN 2
Bangunan Ngambak 3 = BN 3
Bangunan Ngambak 4 = BN 4
Bangunan Ngambak 5 = BN 5
Bangunan Ngambak 6 = BN 6
Bangunan Ngambak 7 = BN 7
Saluran Sekunder Ngambak = SS Ngambak
Bangunan Ngambak Kiri = BN ki
Bangunan Ngambak Kanan = BN ka
Saluran Sekunder Candisari = SS Cd
Bangunan Candisari Kiri = BCd ki
Bangunan Candisari Kanan = BCd ka
Bangunan Gondang = BG

Saluran Primer Sengon = SP Sengon


Bangunan Sengon 1 = BS 1
Bangunan Sengon 2 = BS 2
Bangunan Pandean 8 = BPd 8
Bangunan Rejosari = BRj
Saluran Sekunder Padasan = SS Padasan
Banguan Padasan = BPds
Saluran Sekunder Pandean = SS Pandean
Bangunan Pandean Kiri 1 = BPd ki 1
Bangunan Pandean Kanan 2 = BPd ka 2
Bangunan Pandean 3 = BPd 3
Saluran Sekunder Pandean 1 = SS Pandean 1
Bangunan Pandean Kiri 4 = BPd ki 4
Bangunan Pandean Kanan 5 = BPd ka 5
Bangunan Pandean Kiri 6 = BPd ki 6
Bangunan Pandean Kanan 7 = BPd ka 7
Saluran Sekunder Rejosari 1 = SS Rj 1
Bangunan Rejosari = BRj
Bangunan Rejosari = BRj
Saluran Sekunder Rejosari 2 = SS Rj 2
Bangunan Rejosari = BRj

BAB IV

4.1. PERHITUNGAN LUAS PETAK SAWAH A


4.2. PERHITUNGAN DIVERSION REQUIREMENT

KEBUTUHAN AIR PADA PETAK SAWAH


dan

POLA TANAM
Diversion Requirement (DR) yaitu banyaknya pengaliran air dalam kesatuan
waktu tertentu . Untuk tiap saluran irigasi memiliki debit air yang berbeda-beda
tergantung pada besarnya dan luas area sawah yang diairi .

Untuk perhitungan debit air , tiap ruas saluran irigasi dipakai rumusan sebagai
berikut:

Diketahui :

1. Evaporasi Oktober = 158 . 55 mm


2. Curah hujan rencana = 192 . 85 mm
3. Curah hujan efektif = 70 % = 0.70
4. Koefisien pemakaian konsumtif = 1.5
5. Perkolasi (P) =160 mm
6. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah = 170 mm

Diminta : Harga DR (Lt/s.ha) ?


Jawab :
(1.) Kebutuhan air konsumtif : Koef. Konsmtif* Evaporasi = 1.5 *158.55 = 237.825
mm
(2.) Kebutuhan untuk tanaman : (1) + P = 237.825 +160 = 397.825 mm
(3.) Kebutuhan air disawah : (2) + 6 – [3*2] = 397.825 +170 - (0.70*192.85) =
432.83mm
¿
(4.) Kebutuhan air disawah : DR ( s . ha )
kebutuhanair disawah∗1ha∗10000 432.83∗1ha∗10000 ¿
DR= = = 1.67 s . ha
(30∗24∗3600) 30∗24∗3600

Untuk lebih detil menghitung DR, bisa dilihat pada diktat Irigasi dan Bangunan Air
(Ir. Setiyadi) Hal . 16A-16D atau,

KP-01 Irigasi Bangunan Air bagian Pereencanaan, Dept PU Rep. Indonesia.

4.3. PERHITUNGAN DEBIT AIR PETAK SAWAH Qs


1. Debit air untuk pertanian (sawah)
Skala 1 : 25000
DR : 1.67 lt/s.ha

No Nama SAWAH Luas (Ha) 3


Q (m )
A sekon
(DR * A)
1 K1 30.91 51.62 x 10-3
2 K2 67.5 112.73 x 10-3
3 K3 64.97 108.50 x 10-3
4 K4 81 135.37 x 10-3
5 K5
6 K6 128.13 213.98 x 10-3
7 K7 164.14 274.15 x 10-3
8 K8 195.69 326.8 x 10-3
9 K9 134.19 224.1. x 10-3
10 K10 93 155.3 x 10-3
11 K11 114.31 190.90 x 10-3
12 K12 125 208.75 x 10-3
13 K13 74.38 124.21x 10-3
14 K14 77.03 128.64 x 10-3
15 K15
16 K16 128.56 214.70 x 10-3
17 K17 103 172.01 x 10-3
18 K18 110.19 184.01 x 10-3
19 K19 80.16 133.87 x 10-3
20 K20 68.44 114.29 x 10-3
21 K21 101.16 168.94 x 10-3
22 K22a 31.72 52.97 x 10-3
23 K22b 107.25 179.11 x 10-3
24 K23
25 K24 122.5 204.58 x 10-3
26 K25 81.25 135.69 x 10-3
27 K26 77.84 129.99 x 10-3
28 K27 84.47 141.06 x 10-3
29 K28 21.8 36.41 x 10-3

Note : Luas Sawah yang diairi adalah 100-200 ha untuk setiap sawah
Sumber : DITJEND Pengairan PU/PR
BAB V
PERHITUNGAN DEBIT ALIRAN TIAP RUAS SALURAN

5.1 Pendahuluan

Debit aliran yang dibutuhkan untuk tiap petak sawah dihitung dari luasan areal
yang diairi dari satu bangunan air dikali dengan diversion requirement (DR) , Q = A
x DR (lt/s) , dengan A = luasan areal yang akan diairi oleh sebuah bangunan air
irigasi dalam satuan hektar ( ha) , dihitung dari data peta kontur tanah dikonversi
dengan skala gambar , contoh perhitungan sebagai berikut :

Padasan dengan K17 – K19

K17

K18 K19

Luasan daerah (meter) :


5.4+ 4.9
K17 : x 3.2= 16.48 cm2
2
4.8+3.4
K18 : x 4.3 = 17.63 cm2
2
1
K19 : x 4.5 x 5.7 = 12.83 cm2
2

Maka luas areal (petak sawah) adalah : K17 = 16.48 cm2 x skala (25000)2/ 108 = 103 ha
K18 = 17.63 cm2 x skala (25000)2/ 108 = 110.19 ha dan K19 = 12.83 cm2 x skala
(25000)2/ 108 = 80.16 ha

Dalam menentukan hal ini ditentukan nilai DR = 1.67 lt/s (sudah dihitung pada
bab terdahulu bab II). Perhitungan Q tiap ruas saluran dimulai dari areal paling hilir ke
hulu , yang dihitung dalam satuan sistem tabel sebagai berikut :
DAFTAR SIMBOL
SIMBO SATUAN KETERANGAN
L
A m2 Luas Penampang Basah
Β Koefisien Reduksi
B M Lebar dasar saluran
C Koefisien Run Off
D M Kedalaman aliran rata-rata
F km2 Luas elips catchment
F m/km2/s Hujan maksimum
G m/s2 Gravitasi
H M Beda tinggi antara sungai dimulut catchment & dasar sungai
H M Kedalaman aliran
K Faktor frekuensi
L M Panjang sungai
I mm/jam Intensitas curah hujan
M Perbandingan antara vertikal dan horizontal
Μ 3.43 Standart variabel untuk periode ulang
N Jumlah lokasi stasiun pengamatan
P m Keliling penampang basah
Q m3/s Debit aliran
Q m /km2/s
3
Hujan maksimum
R M Jari-jari hidrolis
Rb Nilai hujan terbesar
Rc Nilai hujan terkecil
R24 mm Curah hujan maksimum dalam 24 jam
S Kemiringan dasar saluran
Sn Reduce standar deviasi
Sx Standar deviasi
T jam Waktu konsentrasi
T jam Lamanya curah hujan
V m/s Kecepatan aliran
x mm Curah hujan maksimum rata-rata selama satu tahun pengamatan
xt mm Besarnya curah hujan untuk periode tahun berulang-ulang
Yn Reduce mean
Yt Reduce variate
2. Menghitung debit tiap ruas saluran
Skala = 1 : 25000
DR = 1.67.10-3 m3/s.ha

Lihat kembali kuliah ke 4, perhitungan memakai program excell

N NAMA SALURAN A Qs V S L Q
O ha m3/s.ha m/s m3/s/km km m3/s
1 Saluran Primer Ngambak 9 125 0.28 0.30 0.044 3.45 0.43
2 Saluran Primer Ngambak 8 93 0.15 0.26 0.034
3 Saluran Primer Ngambak 7
4 Saluran Sekunder Candisari
5 Saluran Primer Ngambak 6
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

BAB VI
PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN IRIGASI
6.1. KEMIRINGAN Memanjang SALURAN S,KEMIRINGAN MELINTANG 1:m
Untuk menentukan rumus manning dalam penetuan dimensi saluran , terlebih
dahulu harus ditentukan besarnya kemiringan dasar saluran . Kemiringan dasar saluran
yang diambil harus sedemilian rupa sebagai dimensi salurang yang dihasilkan atas dasar
perhitungan dengan menggunakan rumus manning dapat mendekati batasan yang ada
dilapangan. Kemiringan dasar saluran dapat di dekati dengan menggunakan rumus
manning :
A = bh + mh2 w
0.5
P = b + 2h (m+1)
R = A/P 1
2/3 1/2 mm1 mm L
S = {(V.n)/R } m A h=d

Dimana : A = Luas Tampang


P = Keliling tampang basah
R = Radius Hidrolik
m = Kemiringan Talud
S = Kemiringan dasar saluran

6.2 PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN

Setelah besarnya kemiringan dasar saluran ditentukan , maka perhitungan


selajutnya dapat dilakukan untuk menentukan dimensi saluran , dengan melakukan
langkah sebagai berikut :
1. Lebar dasar saluran
Ditentukan atas dasar rumus : Q = A.V , A = ( b + m.h ) h
dimana : Q = Debit air disaluran ( m3/s )
A = Luas tampang basah saluran (m2)
V = Kecepatan pengaliran disaluran yang diijinkan sesuai ketentuan (m/s)
b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi air normal disaluran (m)
m = kemiringan tebing saluran arah horizontal (1:m) , sesuai ketentuan

2. Tinggi air normal disaluran


Untuk mengetahui tinggi air normal di saluran , dilakukan cara coba-
coba dengan dasar rumus manning , sebagai berikut :
1 2 1
V= . R3 . S2
n
1 2 1
Q = A . ( . R3 . S2 )
n
R=A/P
A = (b + m.h) . h
P = ( b + 2h √ (1+m2 ) )

Dimana : Q = Debit air disaluran (m3/s)


A = Luas tampang basah saluran (m2)
V = Kecepatan pengaliran disaluran sesuai yang dizinkan sesuai ketentuan (m/s)
P = Keliling tampang basah saluran (m)
R = Jari-jari hidrolis (m)
H = Tinggi air normal disaluran (m)
m = Kemiringan tebing saluran
n = Koefisien kekasaran manning
S = Kemiringan dasar saluran

2
Qn
Section factor : AR 3 = 1
S2
2
2 2/3
AR 3 = ( b + mh ) . ( ((b+mh) h) / ( b + 2h√ (1+m )) )

3. Kecepatan pengaliran di dasar saluran


Dari hasil perhitungan sebelumnya , maka dapat diperhitungkan besar
nya pengalran yang terjadi disaluran yaitu :
1 2 1
V = . R3 . S2
n
Besarnya kecepatan pengaliran (v) yang terjadi harus masih dalam batas yang
diizinkan harus dilakukan perubahan variabel yang lain . Perubahan dapat
dilakukan pada kemiringan dasar saluran atau pada lebar dasar saluran

Tabel 6.1 Batasan untuk mendimensi saluran


Q (m3/s ) b/d V (m/s) Lereng Tinggi Jagaan (W)
0.00 – 0.15 1.0 0.25 – 0.30 1:1 0.30
0.15 – 0.30 1.0 0.30 – 0.35 1:1 0.30
0.30 – 0.45 1.5 0.35 – 0.40 1:1 0.40
0.45 – 0.50 1.5 0.40 – 0.45 1:1 0.40
0.50 – 0.75 2.0 0.45 – 0.50 1:1 0.50
0.75 – 1.50 2.5 0.50 – 0.55 1:1 0.50
1.50 – 3.00 2.5 0.55 – 0.60 1:1 0.60
3.00 – 4.50 3.0 0.60 – 0.65 1 : 1.5 0.60
4.50 – 6.00 3.5 0.65 – 0.75 1 : 1.5 0.60
6.00 – 7.50 4.0 0.70 1 : 1.5 0.60
7.50 – 9.00 4.5 0.70 1 : 1.5 0.60

Meskipun demikian , tinggi air dalam saluran dibatasi tidak lebih dari 1.5 meter ,
demi keamanan bagi penduduk disekitar saluran . bentuk penampang saluran
adalah trapesium .

Lebar Tanggul

Lebar tanggul dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dilalui orang ,


selain daripada itu , sepanjang saluran induk dan sekunder dimana debit
pengaliran nya cukup besar , diperlukan jalan inspeksi dengan perkerasan agar
dapat dilalui kendaraan roda empat . Untuk saluran tersier dan sub sekundertidak
perlu pakai jalan inspeksi . Lebar tanggul dapat dibuat berdasarkan besarnya
debit seperti tabel dibawah ini :

Tabel 6.2 Lebar tanggul saluran , berdasarkan debit

Lebar Tanggul
Q (m^3/s)
Tanpa jalan Inspeksi Dengan jalan Inspeksi
0.00 - 0.15 1.50 0
0.15 - 0.30 1.50 0
0.30 - 0.40 1.50 0
0.40 - 0.50 1.50 5.00
0.50 - 0.75 1.50 5.01
0.75 - 1.50 1.50 5.02
1.50 - 3.00 2.00 5.03
3.00 - 4.50 2.00 5.04
4.50 - 6.00 2.00 5.05
6.00 - 9.00 2.00 5.06
Angka Manning ditentukan berdasarkan jenis dan material saluran sebagai
berikut :

No Jenis dan Material saluran Angka Manning ( n )


1 Saluran tertutup , aliran bebas  
1.1 Saluran dari beton  0.011 - 0.014
1.2 Saluran dari pasangan bata
  1.2.1 Dilapisi adukan semen  0.012 - 0.017
  1.2.2 Dilapisi dan dilicinkan  0.011 - 0.015
1.3 Saluran dari pasangan berangkal disemen  0.018 - 0.030
     
2 Saluran dengan lapisan  
2.1 Lapisan semen permukaan rapih  0.010- 0.013
2.2 Lapisan semen adukan  0.011- 0.015
2.3 Lapisan plesteran  0.011- 0.015
2.4 Lapisan pasangan batu seragam  0.015- 0.020
2.5 Lapisan pasangan batu tak sama  0.017- 0.024
2.6 Lapisan pasangan batu kosong  0.023- 0.036
2.7 Lapisan pasangan bata dilicinkan  0.011- 0.015
2.8 Lapisan tanah  0.022- 0.025
     
3 Saluran tanpa lapisan  
3.1 Saluran bersih : baru diselesaikan  0.016- 0.020
3.2 Saluran bersih : setelah digunakan  0.018- 0.025
3.3 Saluran banyak selokan  0.023- 0.030
     
4 Saluran alam  
4.1 Bersih , lurus  0.025- 0.033
4.2 Lurus , banyak batu dan tanaman kecil  0.030- 0.040
4.3 Bersih , berbelok-belok banyak kedung dan endapan pasir  0.033- 0.045
4.4 Berbelok- belok , sedikit tanaman kecil dan batu  0.035- 0.050

PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN IRIGASI


Pakailah LEMBARAN EXCELL, buka kembali Kuliah 5 – 15.10.2020

N
O NAMA SALURAN Q ( m3/s ) V1 ( m/s ) V2 ( m /s ) b/h
 1          
 2          
 3          
 4          
 5          
 6          
 7          
 8          
 9          
 10          
 11          
 12          
 13          
 14          
 15          
 16          
 17          
 18          
 19          
 20          
 21          
 22          
 23          
 24          
 25          

BAB VII
GAMBAR LONG PROFIL

Anda mungkin juga menyukai