Kuliah 10 - 02.12.2020 Tentang Tugas Besar
Kuliah 10 - 02.12.2020 Tentang Tugas Besar
Oleh :
DOSEN :
Ir. Setiyadi , MT
Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Fungsi Irigasi
Tujuan Irigasi
Selain untuk mengairi sawah atau lahan pertanian, irigasi juga memiliki
tujuan lain, yaitu :
1. Memupuk atau merabuk tanah, Air sungai juga memiliki zat – zat
yang baik untuk tanaman
2. Membilas air kotor, Biasanya ini didapat di perkotaan. Saluran –
saluran di daerah perkotaan banyak sekali terdapat kotoran yang akan
mengendap apabila dibiarkan, sehingga perlu dilakukan pembilasan.
3. Kultamase ini hanya dapat dilakukan bila air yang mengalir banyak
mengandung mineral, material kasar. Karena material ini akan
mengendap bila kecepatan air tidak mencukupi untuk memindahkan
material tersebut.
4. Memberantas hama, Gangguan hama pada tanaman seperti sudep,
tikus, wereng dan ulat dapat diberantas dengan cara menggenangi
permukaan tanah tersebut dengan air sampai batas tertentu.
5. Mengatur suhu tanah, Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu
daerah suhu tanah terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan
tanaman maka suhu tanah dapat disesuaikan dengan cara
mengalirkan air yang bertujuan merendahkan suhu tanah.
6. Membersihkan tanah, Membersihkan tanah, dilakukan pada tanah
yang tidak subur akibat adanya unsur-unsur racun dalam tanah. Salah
satu usaha misalnya penggenangan air di sawah untuk melarutkan
unsur-unsur berbahaya tersebut kemudian air genangan dialirkan
ketempat pembuangan.
7. Mempertinggi permukaan air tanah. Mempertinggi permukaan air
tanah, misalnya dengan perembesan melalui dinding-dinding saluran,
permukaan air tanah dapat dipertinggi dan memungkinkan tanaman
untuk mengambil air melalui akar-akar meskipun permukaan
tanah tidak dibasahi.
BAB II
Sistem tatanama bangunan air seperti nama bendung, saluran primer , saluran
sekunder maupun saluran tersier umumnya dipakai nama desa atau daerah setempat
seperti berikut :
Bendung Munggung = BM
Bangunan Klari 1 = BK 1
Bangunan Klari 2 = BK 2
Bangunan Klari 3 kanan = BK 3 kanan
Bangunan Klari 3 kiri = BK 3 kiri
Bangunan Klari 4 = BK 4
Bangunan Klari 5 = BK 5
Bangunan Sukorejo 1 = BS 1
Bangunan Sukorejo 2 = BS 2
Bangunan Jambe 1 = BJ 1
Bangunan Jambe 2 = BJ 2
Bangunan Jambe 1A = BJ 1A
Bangunan Jambe 1B = BJ 1B
Bangunan Jambe 1C = BJ 1C
Bangunan Wates 1 = BW 1
Bangunan Wates 2 = BW 2
BAB IV
BAB V
BAB VI
(h, b, w, B, H, 1:m, S)
BAB VII
BAB III
STANDAR SISTEM TATANAMA
Pengertian standar sistem tata nama jaringan irirgasi ialah standar yang dipake
dalam penamaan jaringan irigasi pada suatu wilayah. Dalam setiap perencanaan
bangunan irigasi perlu diperhatikan standar sistem tata nama ini agar dapat memakai
nama-nama jaringan irigasi yang tepat dan tidak memakai nama yang sama untuk
saluran irigasi lain .
Dalam penamaan jaringan irigasi perlu diperhatikan jenis saluran dan daerah
mana yang diairi saluran tersebut, hal itu dikarenakan untuk setiap penamaan
saluran irigasi disesuaikan dengan dua hal tersebut diatas
Sistem tatanama bangunan air seperti nama bendung, saluran primer , saluran
sekunder maupun saluran tersier umumnya dipakai nama desa atau daerah setempat
seperti berikut :
Bendung Sengon = BS
Saluran Primer Ngambak = SP Ngambak
Bangunan Ngambak 1 = BN 1
Bangunan Ngambak 2 = BN 2
Bangunan Ngambak 3 = BN 3
Bangunan Ngambak 4 = BN 4
Bangunan Ngambak 5 = BN 5
Bangunan Ngambak 6 = BN 6
Bangunan Ngambak 7 = BN 7
Saluran Sekunder Ngambak = SS Ngambak
Bangunan Ngambak Kiri = BN ki
Bangunan Ngambak Kanan = BN ka
Saluran Sekunder Candisari = SS Cd
Bangunan Candisari Kiri = BCd ki
Bangunan Candisari Kanan = BCd ka
Bangunan Gondang = BG
BAB IV
POLA TANAM
Diversion Requirement (DR) yaitu banyaknya pengaliran air dalam kesatuan
waktu tertentu . Untuk tiap saluran irigasi memiliki debit air yang berbeda-beda
tergantung pada besarnya dan luas area sawah yang diairi .
Untuk perhitungan debit air , tiap ruas saluran irigasi dipakai rumusan sebagai
berikut:
Diketahui :
Untuk lebih detil menghitung DR, bisa dilihat pada diktat Irigasi dan Bangunan Air
(Ir. Setiyadi) Hal . 16A-16D atau,
Note : Luas Sawah yang diairi adalah 100-200 ha untuk setiap sawah
Sumber : DITJEND Pengairan PU/PR
BAB V
PERHITUNGAN DEBIT ALIRAN TIAP RUAS SALURAN
5.1 Pendahuluan
Debit aliran yang dibutuhkan untuk tiap petak sawah dihitung dari luasan areal
yang diairi dari satu bangunan air dikali dengan diversion requirement (DR) , Q = A
x DR (lt/s) , dengan A = luasan areal yang akan diairi oleh sebuah bangunan air
irigasi dalam satuan hektar ( ha) , dihitung dari data peta kontur tanah dikonversi
dengan skala gambar , contoh perhitungan sebagai berikut :
K17
K18 K19
Maka luas areal (petak sawah) adalah : K17 = 16.48 cm2 x skala (25000)2/ 108 = 103 ha
K18 = 17.63 cm2 x skala (25000)2/ 108 = 110.19 ha dan K19 = 12.83 cm2 x skala
(25000)2/ 108 = 80.16 ha
Dalam menentukan hal ini ditentukan nilai DR = 1.67 lt/s (sudah dihitung pada
bab terdahulu bab II). Perhitungan Q tiap ruas saluran dimulai dari areal paling hilir ke
hulu , yang dihitung dalam satuan sistem tabel sebagai berikut :
DAFTAR SIMBOL
SIMBO SATUAN KETERANGAN
L
A m2 Luas Penampang Basah
Β Koefisien Reduksi
B M Lebar dasar saluran
C Koefisien Run Off
D M Kedalaman aliran rata-rata
F km2 Luas elips catchment
F m/km2/s Hujan maksimum
G m/s2 Gravitasi
H M Beda tinggi antara sungai dimulut catchment & dasar sungai
H M Kedalaman aliran
K Faktor frekuensi
L M Panjang sungai
I mm/jam Intensitas curah hujan
M Perbandingan antara vertikal dan horizontal
Μ 3.43 Standart variabel untuk periode ulang
N Jumlah lokasi stasiun pengamatan
P m Keliling penampang basah
Q m3/s Debit aliran
Q m /km2/s
3
Hujan maksimum
R M Jari-jari hidrolis
Rb Nilai hujan terbesar
Rc Nilai hujan terkecil
R24 mm Curah hujan maksimum dalam 24 jam
S Kemiringan dasar saluran
Sn Reduce standar deviasi
Sx Standar deviasi
T jam Waktu konsentrasi
T jam Lamanya curah hujan
V m/s Kecepatan aliran
x mm Curah hujan maksimum rata-rata selama satu tahun pengamatan
xt mm Besarnya curah hujan untuk periode tahun berulang-ulang
Yn Reduce mean
Yt Reduce variate
2. Menghitung debit tiap ruas saluran
Skala = 1 : 25000
DR = 1.67.10-3 m3/s.ha
N NAMA SALURAN A Qs V S L Q
O ha m3/s.ha m/s m3/s/km km m3/s
1 Saluran Primer Ngambak 9 125 0.28 0.30 0.044 3.45 0.43
2 Saluran Primer Ngambak 8 93 0.15 0.26 0.034
3 Saluran Primer Ngambak 7
4 Saluran Sekunder Candisari
5 Saluran Primer Ngambak 6
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
BAB VI
PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN IRIGASI
6.1. KEMIRINGAN Memanjang SALURAN S,KEMIRINGAN MELINTANG 1:m
Untuk menentukan rumus manning dalam penetuan dimensi saluran , terlebih
dahulu harus ditentukan besarnya kemiringan dasar saluran . Kemiringan dasar saluran
yang diambil harus sedemilian rupa sebagai dimensi salurang yang dihasilkan atas dasar
perhitungan dengan menggunakan rumus manning dapat mendekati batasan yang ada
dilapangan. Kemiringan dasar saluran dapat di dekati dengan menggunakan rumus
manning :
A = bh + mh2 w
0.5
P = b + 2h (m+1)
R = A/P 1
2/3 1/2 mm1 mm L
S = {(V.n)/R } m A h=d
2
Qn
Section factor : AR 3 = 1
S2
2
2 2/3
AR 3 = ( b + mh ) . ( ((b+mh) h) / ( b + 2h√ (1+m )) )
Meskipun demikian , tinggi air dalam saluran dibatasi tidak lebih dari 1.5 meter ,
demi keamanan bagi penduduk disekitar saluran . bentuk penampang saluran
adalah trapesium .
Lebar Tanggul
Lebar Tanggul
Q (m^3/s)
Tanpa jalan Inspeksi Dengan jalan Inspeksi
0.00 - 0.15 1.50 0
0.15 - 0.30 1.50 0
0.30 - 0.40 1.50 0
0.40 - 0.50 1.50 5.00
0.50 - 0.75 1.50 5.01
0.75 - 1.50 1.50 5.02
1.50 - 3.00 2.00 5.03
3.00 - 4.50 2.00 5.04
4.50 - 6.00 2.00 5.05
6.00 - 9.00 2.00 5.06
Angka Manning ditentukan berdasarkan jenis dan material saluran sebagai
berikut :
N
O NAMA SALURAN Q ( m3/s ) V1 ( m/s ) V2 ( m /s ) b/h
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
BAB VII
GAMBAR LONG PROFIL