Anda di halaman 1dari 25

ELEMEN-ELEMEN KONSTRUKSI

A. Batang Tarik
Dalam mendimensi suatu batang tarik, perlu diperhatikan jenis alat sambung yang akan
dipakai karena akan mempengaruhi dimensi batang tersebut dan menimbulokan kelemahan-
kelemahan; diantaranya:
1. Untuk sambungan paku perlemahan 10 – 15 %
2. Untuk sambungan baut dan gigi perlemahan 20 - 25 %
3. Untuk sambungan kokot atau cincin belah perlemahan 20 %
4. Untuk sambungan pasak kayu perlemahan 30 %
5. Untuk sambungan dengan perekat perlemahan 0 %

Jika suatu konstruksi telah kita ketahui besarnya gaya batang, maka kita dapat menghitung
dimensi batang tersebut, dan biasanya untuk lebar batang (b) kita taksir terlebih dahulu.

P
σ=
F

F=bh

P
h=
σb

Keterangan rumus: F = luas tampang

b = lebar batang

h = tinggi batang

σ = σtr // kayu Daftar // PKKI

Akibat adanya perlemahan oleh jenis alat sambung yang dipakai, maka luas tampang
ditambah % perlemahan kali luas tampang perhitungan.

F’ = F + 25 % F = 1.25 F

F’ = 1.25 h b

h’ = 1.25 h

Iii - 1
Akibat alat sambung yang menimbulkan lubang pada tampang kayu, timbul konstruksi
tegangan, gambar 72.

σmax = 2.5 a 3 σrt

σrt = tegangan bila tidak ada lubang

Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa perlemahan akibat berkurangnya luas tampang
lebih kecil daripada perlemahan akibat lubang.

P
σ tarik =
F netto

Batang tarik ini dapat dibuat tunggal atau ganda. Untuk batang ganda yang panjang perlu
diberi kelas ditengahnya. Dari sudut kekuatannya batang tunggal atau rangkap tidak ada
pengaruhnya, yang penting adalah luas tampang dari batang tersebut.

Soal 26

Sebuah batang kayu kelas kuat II, menderita gaya tarik sebesar 7500 kg, sambungan yang
akan dipakai adalah baut. Tentukan dimensi batang tersebut!
Penyelesaian.
Kelas Kuat II, σtr // = 85 kg/cm2
Dipakai b = 10 cm
P P
σ= =
F bh
7500
h= = 8.8 cm
85 x 10
Perlemahan oleh baut 25%
h = 1.25 x 8.8 = 11 cm ∞ 12 cm

B. BATANG TEKAN

Perhitungan batang tekan dibedakan menjadi:

1. Batang tekan tunggal

Perhitungannya lebih banyak daripada batang tarik, karena adanya bahaya lekuk. Jarang
sekali terjadi bahwa batang tertekan tanpa bahaya tekuk. Dengan demikian, umumnya
angka kelangsingan d > 10.

Iii - 2
a. Bila σ tk < σ E dipakai rumus Euler.

Keteguhan batang banyak tergantung pada angka kenyal E, panjang batang. Untuk
tegangan tekan (σ tk) < tegangan preporsional (σ E).

π 2 EImin .
Plk =
2

I
i=
√ F

I = i2 F

π 2 E i2 F
Plk =
2

π2E π2E
P lk π 2 E i 2 2 2 π2E
σlk = = = lk = lk = 2
F lk 2 ( ) λ
i2 i

Keterangan rumus:

E = Angka kenyal

I = Momen inersia

l = panjang batang

k = panjang lekuk

F = luas tampang

i = Jari-jari inersia

λ = Angka kelangsingan

n = Angka keamanan

Berbeda dengan batang tarik, pada batang tertekan luas tampang tidak dipengaruhi
perlemahan.

b. Bila σtk> τ E
Rumus L Euler tidak berlaku, yang dipakai adalah rumus Termayer yang didasarkan
hasil percobaan untuk harga-harga l < 100.
Rumus: σlk = σtk (l – al + bl2)

Iii - 3
Untuk kayu rumus diatas dibuat liner dengan b = 0, a = 0.00662
σlk = σtk (1 – 0.00662 t)

Bila λ = 0 maka σlk = σtk


Dalam merencanakan batang tekan sebelumnya belum tahu besarnya σlk ini karena
merupakan fungsi dari λ < 100, bila ternyata λ < 100 dipakai rumus Termayer.
π 2 EImin .
Euler: Plk =
nlltk
2
nPtk l tk
Imin. =
π2 E

Keterangan rumus: Ptk = ton


llk = meter
n = angka keamanan = 5
I = cm4

1 3
Balok persegi Imin. = b h
12

π d4
Balok bundar Imin. =
64

Untuk menghindarkan bahaya lekuk maka gaya P harus dikalikan dengan factor
lekuk W yang merupakan fungsi dari:

PW
σ= < σ //
F bruto tk

Pada perencanaan batang desak dipakai rumus Euler atau Termeyer.

ltk
λ=
lmin .

Imin .
i min. =
√ Fbruto

Keterangan rumus: imin = jari-jari lembam

Besarnya ltk adalah tergantung dari macam perletakkan daripada ujung-ujung batang
tersebut.

1. Sendi-sendi ltk = 1

Iii - 4
2. Jepit-bebas ltk = 2
3. Jepit-sendi ltk = ½ l √ 2
4. Jepit-jepit ltk = ½ l

Untuk perhitungan pada konstruksi rangka batang dipakai perletakkan sendi-sendi


sehingga ltk = l.

Untuk menghitung λ pertama-tama kita pakai rumus dari Euler.

1. Untuk kayu kelas kuat I, E = 125000 kg/cm2 dan π2 = 10


5 x 1000 x 10000
Imin. = Ptk l2tk = 40 Ptk ltk2
10 x 125000

2. Untuk kayu kelas kuat II, E = 100000 kg/cm2


Imin. = 50 Ptk l2tk
3. Untuk kayu kelas kuat III, E = 80000 kg/cm2
Imin. = 60 Ptk l2tk
4. Untuk kayu kelas kuat IV, E = 60000 kg/cm2
Imin. = 84 Ptk l2tk

Untuk balok persegi panjang: Imin. = ½ b2 h

Untuk balok bundar : Imin. = 1/64 π d4

Dengan menaksir terlebih dahulu b = a cm, maka besaran h dapat dicari untuk kayu kelas
kuat II.

Imin. = 50 Ptk l2tk = 1/12 b3 h

600 Ptk l 2 tk
h= , h = ………. tan
b3

Imin. = 1/12 b3 h

1 /12 b 3 h
Imin. =
√ bh
= 0.289 b

Fbruto = b h, berbeda dengan batang tarik, pada batang desak perlemahan akibat jenis
alat sambung yang dipakai bisa diabaikan.

Imin .
i mmn =
√ bh

ltk
λ=
lmin .

Iii - 5
Pada daftar III, PPKI untuk masing-masing harga λ akan kita dapatkan besaran:

λ = tan

ω = tan

Kontrol tegangan:


σtimbul = < σtk //
bh

σtimbul = tegangan yang terjadi

P = gaya yang terjadi pada batang

ω = factor tekuk dari daftar III PKKI

σtk // = tegangan izin dari daftar II PKKI

ω dan σk

Faktor Tekuk dan Tegangan Tekuk yang diperkenankan untuk batang tekan.

Λ Faktor Tekuk Tegangan tekuk yang diperkenankan kayu dengan kelas


Ω kuat:
I (kg/cm2) II (kg/cm2) III (kg/cm2) IV (kg/cm2)
1 2 3 4 5 6
0 1.00 130 85 60 45
1 1.01 129 84 60 45
2 1.01 128 83 59 45
3 1.02 127 83 59 44
4 1.03 126 83 58 44
5 1.03 126 82 58 44
6 1.04 125 82 58 43
7 1.05 124 81 57 43
8 1.06 123 80 57 43
9 1.06 122 80 57 43
10 1.07 121 79 56 42
11 1.08 120 79 56 42
12 1.09 119 78 55 41
13 1.09 119 78 55 41
14 1.10 118 77 55 41
15 1.11 117 77 54 41
16 1.12 116 76 54 40
17 1.13 115 75 53 40

Iii - 6
18 1.14 114 75 53 40
19 1.15 113 74 52 39
20 1.15 113 74 52 39
21 1.16 112 73 52 39
22 1.17 111 73 51 38
23 1.18 110 72 51 38
24 1.19 109 71 50 38
25 1.20 108 71 50 38
26 1.21 107 70 50 37
27 1.22 107 70 49 37
28 1.23 106 69 49 37
29 1.24 105 69 48 36
30 1.25 104 68 48 36
31 1.26 103 67 48 36
32 1.27 102 67 47 35
33 1.28 102 66 47 35
34 1.29 101 66 47 35
35 1.30 100 65 46 35
36 1.32 99 64 46 34
37 1.33 98 64 45 34
38 1.34 97 63 45 34
39 1.35 96 63 44 33
40 1.36 95 62 44 33
41 1.38 94 62 44 33
42 1.39 94 61 43 32
43 1.40 93 61 43 32
44 1.42 92 60 42 32
45 1.43 91 59 42 31
46 1.44 90 59 42 31
47 1.46 89 58 41 31
48 1.47 88 58 41 31
49 1.49 87 57 40 30
50 1.50 86 57 40 30
51 1.52 85 56 39 30
52 1.53 85 56 39 29
53 1.55 84 55 39 29
54 1.56 83 55 38 29
55 1.58 82 54 38 28
56 1.60 81 53 38 28
57 1.61 81 53 37 28
58 1.63 80 52 37 28
59 1.65 79 52 36 27
60 1.67 78 51 36 27
61 1.69 77 50 36 27
62 1.70 77 50 35 26

Iii - 7
63 1.72 76 49 35 26
64 1.74 75 49 35 26
65 1.76 74 48 34 26
66 1.79 73 48 34 25
67 1.81 72 47 33 25
68 1.83 71 46 33 25
69 1.85 70 46 32 24
70 1.87 70 45 32 24
71 1.90 69 45 32 24
72 1.92 68 44 31 23
73 1.95 67 44 31 23
74 1.97 66 43 30 23
75 2.00 65 43 30 23
76 2.03 64 42 30 22
77 2.05 63 42 29 22
78 2.08 63 41 29 22
79 2.11 62 40 28 21
80 2.14 61 40 28 21
81 2.17 60 39 28 21
82 2.21 59 39 27 20
83 2.24 58 38 27 20
84 2.27 57 37 26 20
85 2.31 56 37 26 20
86 2.34 56 36 26 19
87 2.38 55 36 25 19
88 2.42 54 35 25 19
89 2.46 53 35 24 18
90 2.50 52 34 24 18
91 2.54 51 33 24 18
92 2.58 50 33 23 17
93 2.63 49 32 22 17
94 2.68 49 32 22 17
95 2.75 48 31 22 17
96 2.78 47 31 22 16
97 2.83 46 30 21 16
98 2.88 45 30 21 16
99 2.94 44 29 20 15
100 3.00 43 28 20 15
101 3.07 42 28 20 15
102 3.14 41 27 19 14
103 3.21 41 26 19 14
104 3.28 40 26 18 14
105 3.35 39 25 18 13
106 3.43 38 25 18 13
107 3.50 37 24 17 13

Iii - 8
108 3.57 36 24 17 13
109 3.65 36 23 16 12
110 3.73 35 23 16 12
111 3.81 34 22 16 12
112 3.89 33 22 15 12
113 3.97 33 21 15 11
114 4.05 32 21 15 11
115 4.13 32 21 15 11
116 4.21 31 20 14 11
117 4.29 30 20 14 11
118 4.38 30 19 14 10
119 4.46 29 19 13 10
120 4.55 29 19 13 10
121 4.64 28 18 13 10
122 4.75 28 18 12 10
123 4.82 27 18 12 9
124 4.91 27 17 12 9
125 5.00 26 17 12 9
126 5.09 26 17 12 9
127 5.19 25 16 12 9
128 5.28 25 16 11 9
129 5.38 24 16 11 8
130 5.48 24 16 11 8
131 5.57 23 15 11 8
132 5.67 23 15 11 8
133 5.77 23 15 10 8
134 5.88 22 15 10 8
135 5.98 22 14 10 8
136 6.08 21 14 10 7
137 6.19 21 14 10 7
138 6.29 21 14 10 7
139 6.40 20 13 9 7
140 6.51 20 13 9 7
141 6.62 20 13 9 7
142 6.73 19 13 9 7
143 6.84 19 12 9 7
144 6.95 19 12 9 6
145 7.07 18 12 9 6
146 7.18 18 12 8 6
147 7.30 18 12 8 6
148 7.41 18 11 8 6
149 7.53 17 11 8 6
150 7.65 17 11 8 5
Sumber :

Iii - 9
Soal 27

Sebuah batang dari kosntruksi rangka, menderita gaya tekan sebesar 6000 kg. Panjang batang
2,50 m. Kayu kelas kuat II. Hitunglah dimensi balok tersebut !

PENYELESAIAN

Kayu kelas kuat II, σdesakII =85 kg/cm2


Dicoba pakai: b = 12 cm

I min = 1/12 × b3× h = 50 × Ptk × l2tk


= 1/12 × 123× h = 50 × 6000 ×2,502
H = 13,02 = 14 cm

Dimensi yang dipakai adalah 12/14


I min = 1/12 × 123× 14 = 2016 cm4
I min 2016
I min =
√ F
=
√12 ×14
= 3,462 cm

Dipakai yang kecil , i minimum = 3,462 cm

l tk 250
λ = = = 72,21 = 72
imin 3,462

Dari tabel III PKKI

λ = 72
ω = 1,92

P × ω 6000× 1,92
σ timbul = = = 68,57 kg / cm2< 85 kg / cm2
b ×h 12 ×14

2. Batang Ganda

π 2 × E × Imin
σ tekan =
n × F ×ltekan 2
Unsur pokok pada batang desak adalah Ix, untuk memperbesar harga Ix ini, kita bisa merangkai
batang desak tersebut menjadi ganda, sehingga Ix akan bertambah.

Iii - 10
h h

b b
❶❷

Yang banyak digunakan adalah macam ❶ dan ❷

Untuk γ :

Ix = 2 × 1/12 × b × h3

F =2×b×h

1
ix =
√ 2×
12
× b× h 3 = 0,289 h
2× b ×h

Momen lembam gabungan : Iy

Iy = ¼ (It + 3Ig)

Besarnya It untuk macam – macam batang ganda adalah sebagai berikut :

Iii - 11
1. Macam gambar γ
It = I terhadap sumbu y
Untuk ❶>γ, dipakai γ = 2γ

It = 1/12 × h × (❷ + ❶ + ❷)3 – 1/12 × h × ❶3

2. Macam gambar γ
It = 1/12×h×(2❶+3❷)3 – 1/12×h×(2❶+❷)3 + 1/12×h×b3

3. Macam gambar γ
It = 1/12×h×(3❶+4❷)3 – 1/12×h×(3❶+2❷)3 + 1/12×h×(❶+2❷)3- 1/12×h×❶3

Besarnya Ig adalah sebagai berikut :

Ig = 1/12 ×b3× h

B =n×b

Iy Iy
iy =
√ n× F
=

n× b ×h

n = banyaknya kayu

Nilai ix dan iy kita ambil yang kecil

Jika harga ❶≥2❷, maka diambil ❶=2❷

l tekan
λ =
iminimum

ω = ... (diambil dari tabel III pada PKKI)

P
σ = ≤ σ tekan (dari daftar II PKKI)
n ×b × h

PK

½L

Iii - 12
½L

PK

Untuk batang yang panjang harus dipakai kelas perangkai. Seperti pada gambar ❹ batang tekan menjadi
melengkung karena gaya PK di S gaya PK diurai menjadi gaya N dan D. Kelas perangkai bertugas
menahan gaya D itu. Sedangkan di tengah-tengah (T), gaya D = 0, oleh sebab itu tidak perlu kelas
perangkai.

Tiap perangkai harus dihubungkan dengan baut.

Untuk h ≤ 18 cm = dipakai 2 baut

Untuk h ≥ 18 cm = dipakai 4 baut

Panjang lekuk diambil jarak antara kelas perangkai. Baut tersbut menahan gaya tarik, gambar ❺

Panjang tekuk gambar ❺ PK PK

PK PK

L L L L

Iii - 13

3. Menyambung batang tekan

Untuk menyambung batang tekan tidak ada kesulitan.

Jenis-jenis sambungan, gambar ❼

2h

(a) (b)

1. Sambungan dengan bibir lurus (gambar a)


2. Sambungan dengan bibir miring (gambar b)

Untuk kedua sambungan ini, dalam pelaksanaan sukar membuat bidang pertemuan yang tepat,
sehingga bidang tekanan yang bekerja hanya sebagian saja.

(a) (b)

Gambar γ

3. Sambungan ditempel saja, ini digunakan untuk gaya yang benar – benar bekerja sentris (gambar
a)
4. Sambungan dengan pena, sama dengan nomor 3, hanya untuk mencegah gerakan ke sampng
diberi pena (gambar b)

Dalam keadaan sesungguhnya penerusan gaya tekan tidak selalu sentris, yang disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kayu tidak homogen, pelaksanaan yang kurang baik dan sebagainya.

Iii - 14
Untuk menangkap momen yang tidak terduga ini, perlu diberi pelat penymbung dengan baut pengikat 2
buah. Untuk penampang empat persegi panjang, pelat dipasang setangkup pada sisi yang panjang.

Jika penampang bujur sangkar diletakkan di empat sisi, sambungan ditempatkan sedekat mungkin dengan
titik buhul, untk menghindari renggangan kayu yang menyebabkan gaya tarik. Untuk batang ganda pelat
penyambung diletakkan di tepi di tengah.

Soal 28

Sebuah rangka batang dari kayu kamfer menerima gaya desak sebesar 2100 kg. Panjang batang 2,8 m .
Hitung dimensi batang, jarak penempatn masing-masing batang 8 cm.

PENYELESAIAN:

Kayu kelas kuat II, σdesak = 85 kg / cm2

a = 8 cm

lk = 2,8 m

Ditaksir :

b = 4 cm

h = 10 cm (gambar ❾)

ix = 0,289 h = 0,289 × 10

iy = ¼ (It + 3Ig)

h = 10 cm

b=4 b=4

a=8

Gambar ❾

Iii - 15
It = 1/12 × 10 × 163 – 1/12 × 10 × 83 = 2986,7 cm4

Ig = 1/12 ×10 × (4 × 2)3 = 426,7 cm4

Iy = ¼ (2986,7 + 3 × 426,7) = 1066,7 cm4

1066,7
iy =
√ 2 × 4 ×10
= 3,65 cm

Dipakai ix = 2,89 cm karena ix < iy

280
λ = = 96,88 = 97
2,89

ω = 2,83

2100× 2,83
σ = = 74,2875 kg / cm2< 85 kg / cm2
2 × 4 ×10

Soal 29

Sebuah kolom dari suatu bangunan menderita gaya desak sebesar 25.000 kg. Dipakai kayu jati
dengan batang rangkap tiga, panjang kolom 3 m. Kolom dianggap sebagai sendi-sendi.
Hitunglah dimensi kolom tersebut!

PENYELESAIAN:

Kayu jati, kelas kuat I , σdesak = 430 kg / cm2

Dicoba pakai:

b = 6 cm dan a = 4 cm

ix = 0,289 × 20 = 5,78 cm.

iy = 1/2.20(8+18)3 + 1/12.20(8+6)3 + 1/12.20.63 = 18826,7 cm4

Ig = 1/12 .20.183 =97204

Iy = ¼ (18.826,7 + 3.9720) = 11.996,675 cm4


iy =
√ 11.996,675/3.6 .20= 5,77 cm <ix = 5,78 cm

α = 300/5,77 = 52

w=1,53

Iii - 16
γdes = 25000 .1,53/3.6.20 =106,25 kg/cm2< 130 kg/cm2

Berat sendiri dan muatan tetap dibatasi sebagai berikut:

- Untuk balok yang di pergunakan pada konstruksi terlindung f max <= 1/300 L.
- Untuk balok yang dipergunakan pada konstruksi yang tidak terlindung : f max <= 1/400 l
- Uuntuk balok pada konstruksi kuda –kuda ,seperti gording , kaso f max <= 1/200 l
- Untuk konstruksi rangka batang yang terlindung f max <= 1/500 l
- Untuk konstruksi rangka batang yang tidak terlindung fmax <=1/700 l
F=lendutan
L=jarak bentang
Untuk balok yang menahan muatan terbagi rata penuh ,penurunan ditengah-tengah f =
5/384

3. Di dalam perhitungan lendutan, besarnya momen lembam I,harus diambil harga2 dari pasal
mengenai balok tersusun dengan pasak, dan sebagainya.

4. Di dalam perhitungan lendutan untuk jembatan muatan2 bergerak tidak perlu digandakan
dengan angka kejut.

σ lentur=M/w <=α.lt

ini adalah rumus yang praktis yang sebenarnya merupakan pendekatan dari kenyataan .

dalam kenyataan deformasi serat-serat.

4.Form factor

Kita tahu bahwa kayu sejaar serat mempunyai kekuatan tarikyang lebih besar dari
tekan.Tetapiternyata bahwa bukan kekuatan tekan yang menentukan kekuatan lentur.

Kekuatan lentur menjadi lebih tinggi disebabkan karena serat-serat tidak ditekan sama..serat-
serat didekat garis netral mendukung serat–serat ujung ,dengan demikian memperlihatkan
kekuatan tekan yang lebih besar. Balok-balok yang tingginya diperbesarrr.menunjutkan kekuatan
lentur menurunn.reduksi kekuatan lentur itu di perhitungkan dengansuatu form facktor dalam
rumus lentur sebagai berikut,gambar 83

(a) (b)

Iii - 17
Balok –balok dengan tinggi sampai 12 inch, form factor F sebagai berikut:

F = 1-0,07 (√ h/2−1 ¿

H = tinggi balok dalam inch

Balok-balok terlentur yang dibebani tegak lurus sumbu balok,perlu diperiksa tegangan gesernya
sebagai berikut:

DS
τ= ≤ τ //
bI

D
Diagram geser parabolis maximum: τmax = 3/2
bh

Diagram geser yang sebenar-benarnya τmax tereduksi.

5. Balok menahan momen dan gaya normal tarik

Pada bagian – bagian konstruksi sering kali terjadi teganan normal (tekanan atau tarikan) dan
tegangan lentur timbul bersama-sama.

Jumlah tegangan yang timbul tidak boleh melampaui tegangan yang diijinkan

α total = P/f netto + γM/w <= α tr

α tot = tegangan total timbul pada bagian tersebut

p = gaya tarik yang timbul pada bagian tersebut

M = momen yang timbul pada bagian yang timbul

6.Balok menahan momen dan gaya normal tekan

Perhitungan sama dengan batang yang dibebani momen dan tarikan.berhubung degan adanya
bahan lekuk, lebih baik digunakan factor lekuk w,sehingga di perhitungkan didasarkan pada α tk.

Αtot = P.w/Fbruto + γ m/w <= γtr

Dalam perhitungan untuk menetukan factor w, menurut peraturan harus menggunakan i dengan
tidak mengikat arah melenturnya balok akibat momen.tetapi jika dalmkonstruksi teraebut sudah
dapat dipastikan bahwa tertekuknya ke suatu arah terhalangi ,maka kita boleh tidak
menggunakan Imin.

7.Sambungan Untuk Menahan Momen

Iii - 18
Di dalam perdagangan yang sering dijumpai adalah balok yang panjangnya ≤ 5 m, sehingga
untuk batang ≥ 5 m menentukan penyambungan. Sambungan semacam itu adalah sambungan
untuk menahan momen. Papan-papan penyambung harus diletakkan di kedua sisi yang
setangkup dan mempunyai momen penahan minim sama dengan momen yang dideritanya.

Selain itu, harus diperhitungkan pula momen tambahan yang mungkin diakibatkan oleh gaya
melintangnya.

Cara meletakkan papan-papan penyambung:

1. Diletakkan di bagian atas dan bawah.


2. Diletakkan di bagian samping

Keuntungan:

1. Ukuran menjadi lebih kecil


2. Lebih berat bila disbanding alat penyambung disamping

Jika sambungan tersebut menahan momen positif, maka pelat penyambung bagian atas akan menderita
tekan murni.Jika sambungan tersebut menahan momen negative, maka pelat penyambung bagian atas
akan menderita tarik murni.

Dari gaya tekan dan tarik ini dicari kopel momennya dan harus ≥ momen yang diderita, bila ternyata
kurang dimensi diubah.Kekuatan alat penyambung dipengaruhi sudut antara arah gaya dan arah serat,
dengan demikian perhitungan menjadi semakin sulit. Untuk mempermudah dianggap arah gaya tegak
lurus serat. Untuk sambungan dengan paku tidak dipengaruhi sudut gaya dan arah serat.

Untuk penyerdehanaan, alat penyambung dibagi dalam kelompok dengan titik berat z1 dan z2 masing-
masing. Alat-alat penyambung dianggap terpusat dititik beratnya, karena tidak tepat benar maka diberi
koefisien 0.9

Selain menahan momen, mungkin ditempat sambungan timbul gaya melintang yang harus ditahan oleh
sambungan.

Misal sambungan dititik C, terdapat Mc dan Dc.

Pada penyambungan bagian kiri Dc bertitik tangkap di Z kr, pada bagian kanan Dc bertitik tangkap di Z
kn. Sehingga menimbulkan momen sebesar Dc e, Separuh bagian ditahan oleh penyambung disebelah
kanan.

Jadi, sambungan tersebut harus mampu menahan Mc + Dc.

Gaya vertical dianggap dipikul rata oleh alat-alat penyambung.

CONTOH CONTOH

8. Batang Tarik

Iii - 19
Dalam mendimensi suatu batang tarik, perlu diperhatikan jenis alat sambung yang akan
dipakai karena akan mempengaruhi dimensi batang tersebut dan menimbulokan kelemahan-
kelemahan; diantaranya:
6. Untuk sambungan paku perlemahan 10 – 15 %
7. Untuk sambungan baut dan gigi perlemahan 20 - 25 %
8. Untuk sambungan kokot atau cincin belah perlemahan 20 %
9. Untuk sambungan pasak kayu perlemahan 30 %
10. Untuk sambungan dengan perekat perlemahan 0 %

Jika suatu konstruksi telah kita ketahui besarnya gaya batang, maka kita dapat menghitung
dimensi batang tersebut, dan biasanya untuk lebar batang (b) kita taksir terlebih dahulu.

P
σ=
F

F=bh

P
h=
σb

Keterangan rumus: F = luas tampang

b = lebar batang

h = tinggi batang

σ = σtr // kayu Daftar // PKKI

Akibat adanya perlemahan oleh jenis alat sambung yang dipakai, maka luas tampang
ditambah % perlemahan kali luas tampang perhitungan.

F’ = F + 25 % F = 1.25 F

F’ = 1.25 h b

h’ = 1.25 h

Akibat alat sambung yang menimbulkan lubang pada tampang kayu, timbul konstruksi
tegangan, gambar 72.

σmax = 2.5 a 3 σrt

σrt = tegangan bila tidak ada lubang

Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa perlemahan akibat berkurangnya luas tampang
lebih kecil daripada perlemahan akibat lubang.

Iii - 20
P
σ tarik =
F netto

Batang tarik ini dapat dibuat tunggal atau ganda. Untuk batang ganda yang panjang perlu
diberi kelas ditengahnya. Dari sudut kekuatannya batang tunggal atau rangkap tidak ada
pengaruhnya, yang penting adalah luas tampang dari batang tersebut.

Contoh:
Sebuah batang kayu kelas kuat II, menderita gaya tarik sebesar 7500 kg, sambungan yang
akan dipakai adalah baut. Tentukan dimensi batang tersebut!
Penyelesaian.
Kelas Kuat II, σtr // = 85 kg/cm2
Dipakai b = 10 cm
P P
σ= =
F bh
7500
h= = 8.8 cm
85 x 10
Perlemahan oleh baut 25%
h = 1.25 x 8.8 = 11 cm ∞ 12 cm

9. BATANG TEKAN

Perhitungan batang tekan dibedakan menjadi:

9.1. Batang tekan tunggal

Perhitungannya lebih banyak daripada batang tarik, karena adanya bahaya lekuk. Jarang
sekali terjadi bahwa batang tertekan tanpa bahaya tekuk. Dengan demikian, umumnya
angka kelangsingan d > 10.
c. Bila σ tk < σ E dipakai rumus Euler.

Keteguhan batang banyak tergantung pada angka kenyal E, panjang batang. Untuk
tegangan tekan (σ tk) < tegangan preporsional (σ E).

π 2 E Imin .
Plk =
2

I
i=
√ F

I = i2 F

Iii - 21
π 2 E i2 F
Plk =
2

π2E π2E
P lk π 2 E i 2 2 2 π2E
σlk = = = lk = lk =
F lk 2 ( ) λ2
i2 i

Keterangan rumus:

E = Angka kenyal

I = Momen inersia

l = panjang batang

k = panjang lekuk

F = luas tampang

i = Jari-jari inersia

λ = Angka kelangsingan

n = Angka keamanan

Berbeda dengan batang tarik, pada batang tertekan luas tampang tidak dipengaruhi
perlemahan.

d. Bila σtk > τ E


Rumus L Euler tidak berlaku, yang dipakai adalah rumus Termayer yang didasarkan
hasil percobaan untuk harga-harga l < 100.
Rumus: σlk = σtk (l – al + bl2)
Untuk kayu rumus diatas dibuat liner dengan b = 0, a = 0.00662
σlk = σtk (1 – 0.00662 t)
Bila λ = 0 maka σlk = σtk

Dalam merencanakan batang tekan sebelumnya belum tahu besarnya σlk ini karena
merupakan fungsi dari λ < 100, bila ternyata λ < 100 dipakai rumus Termayer.
π 2 E Imin .
Euler: Plk =
nl ltk
2
n Ptk l tk
Imin. =
π2 E
Keterangan rumus: Ptk = ton
llk = meter
n = angka keamanan = 5
Iii - 22
I = cm4

1 3
Balok persegi Imin. = b h
12

π d4
Balok bundar Imin. =
64

Untuk menghindarkan bahaya lekuk maka gaya P harus dikalikan dengan factor
lekuk W yang merupakan fungsi dari:

PW
σ= < σtk //
F bruto

Pada perencanaan batang desak dipakai rumus Euler atau Termeyer.

ltk
λ=
lmin .

I min .
i min. =
√ F bruto

Keterangan rumus: imin = jari-jari lembam

Besarnya ltk adalah tergantung dari macam perletakkan daripada ujung-ujung batang
tersebut.

5. Sendi-sendi ltk = 1
6. Jepit-bebas ltk = 2
7. Jepit-sendi ltk = ½ l √ 2
8. Jepit-jepit ltk = ½ l

Untuk perhitungan pada konstruksi rangka batang dipakai perletakkan sendi-sendi


sehingga ltk = l.

Untuk menghitung λ pertama-tama kita pakai rumus dari Euler.

5. Untuk kayu kelas kuat I, E = 125000 kg/cm2 dan π2 = 10


5 x 1000 x 10000
Imin. = Ptk l2tk = 40 Ptk ltk2
10 x 125000

6. Untuk kayu kelas kuat II, E = 100000 kg/cm2


Imin. = 50 Ptk l2tk
7. Untuk kayu kelas kuat III, E = 80000 kg/cm2
Imin. = 60 Ptk l2tk

Iii - 23
8. Untuk kayu kelas kuat IV, E = 60000 kg/cm2
Imin. = 84 Ptk l2tk

Untuk balok persegi panjang: Imin. = ½ b2 h

Untuk balok bundar : Imin. = 1/64 π d4

Dengan menaksir terlebih dahulu b = a cm, maka besaran h dapat dicari untuk kayu kelas
kuat II.

Imin. = 50 Ptk l2tk = 1/12 b3 h

600 Ptk l 2 tk
h= , h = ………. tan
b3

Imin. = 1/12 b3 h

1 /12 b 3 h
Imin. =
√ bh
= 0.289 b

Fbruto = b h, berbeda dengan batang tarik, pada batang desak perlemahan akibat jenis
alat sambung yang dipakai bisa diabaikan.

Imin .
i mmn =
√ bh

ltk
λ=
lmin .

Pada daftar III, PPKI untuk masing-masing harga λ akan kita dapatkan besaran:

λ = tan

ω = tan

Kontrol tegangan:


σtimbul = < σtk //
bh

σtimbul = tegangan yang terjadi

P = gaya yang terjadi pada batang

ω = factor tekuk dari daftar III PKKI

σtk // = tegangan izin dari daftar II PKKI

Iii - 24
ω dan σk

Contoh:

Sebuah batang dari kosntruksi rangka, menderita gaya tekan sebesar 6000 kg. Panjang batang
2,50 m. Kayu kelas kuat II. Hitunglah dimensi balok tersebut !

PENYELESAIAN

Kayu kelas kuat II, σdesakII =85 kg/cm2


Dicoba pakai : b = 12 cm

I min = 1/12 × b3× h = 50 × Ptk × l2tk


= 1/12 × 123× h = 50 × 6000 ×2,502
H = 13,02 = 14 cm

Dimensi yang dipakai adalah 12/14


I min = 1/12 × 123× 14 = 2016 cm4
I min 2016
I min =

F
=

12 ×14
= 3,462 cm

Dipakai yang kecil , i minimum = 3,462 cm

l tk 250
λ = = = 72,21 = 72
imin 3,462

Dari tabel III PKKI

λ = 72
ω = 1,92

P × ω 6000× 1,92
σ timbul = = = 68,57 kg / cm2< 85 kg / cm2
b ×h 12 ×14

Iii - 25

Anda mungkin juga menyukai