Anda di halaman 1dari 33

KONSTRUKSI

KAYU

1
BAB I
TEGANGAN IJIN KAYU
1.1 Berat Jenis Kayu
Berat jenis kayu ditentukan pada kondisi dimana kadar lengas kayu dalam keadaan kering
udara. Berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering udara. Berat jenis kayu sangat
menentukan kekuatan dari kayu. Selain berat jenis, kekuatan kayu juga ditentukan oleh mutu
kayu. Mutu kayu dibedakan dalam dua macam, yaitu mutu A dan mutu B yang selanjutnya
dapat dibaca pada PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) 1961 (NI-5). Kekuatan kayu
digolongkan dalam kelas kuat I, II, III, IV, dan V. Tegangan tegangan ijin untuk kayu mutu A
dengan kelas kuat tertentu dapat dilihat pada daftar IIa PPKI 1961. Untuk kayu mutu B
tegangan-tegangan ijin dalam daftar IIa harus dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,75.

Tabel IIa Tegangan yang diperkenankan untuk kayu mutu A


Kelas Kuat
Tegangan ( kg/cm2) Jati
I II III IV V

 lt  150 100 75 50 - 130


 tk //  tr // 
130 85 60 45 - 110
 tk 
 40 25 15 10 - 30

2 // 
15
20 12 8 5 -

Dimana :
 lt = Tegangan ijin untuk lentur
 tk // = Tegangan ijin sejajar serat untuk tekan
 tr // = Tegangan ijin sejajar serat untuk tarik
 tk  = Tegangan ijin tegak lurus serat untuk tekan
 // = Tegangan ijin sejajar serat untuk geser

2
Apabila diketahui berat jenis kayu, maka tegangan-tegangan ijin kayu mutu A dapat langsung
dihitung dengan rumus seperti terdapat pada daftar IIb PPKI 1961, sebagai berikut:

σlt = 170 x g (kg/cm2)


σds// = σtr// = 150 x g (kg/cm2)
σd s  = 40 x g (kg/cm2)
t // = 20 x g (kg/cm2)

dimana g adalah berat jenis kering udara.

Disarankan untuk menggunakan rumus yang ada untuk menghitung tegangan ijin
apabila telah diketahui berat jenis kayu.
Untuk kayu mutu B rumus tersebut di atas harus diberi faktor reduksi sebesar 0,75. Jika
suatu kayu diketahui jenisnya maka dengan menggunakan lampiran I PKKI 1961 dapat
diketahui berat jenisnya. Dari Tabel II tersebut untuk perhitungan tegangan ijin sebagai berat
jenis kayu diambil angka rata-rata dengan catatan bahwa perbedaan antara berat jenis
maksimum dengan berat jenis minimum tidak boleh lebih dari 10% berat jenis minimum. Atau
Bj-maks – Bj-min ≤ Bj-min. Jika perbedaan tersebut lebih dari 100% harus digunakan berat
jenis yang minimum. Seperti misalnya Kayu Keruing dari Tabel 1.1 mempunyai Bj-maks =
1,01 dan Bj-min =0,51, maka Bj-maks – Bj-min = 1,01- 0,51 = 0,5 < Bj-min = 0,51 sehingga
dapat digunakan Bj-rata-rata = 0,79. Dengan cara lain, kita dapat langsung menggunakan kelas
kuat kayu yang terendah dari Tabel halaman 35 buku PKKI 1961.

1.2 Kelas Kuat Kayu

Kelas kuat jenis kayu juga digunakan untuk menentukan modulus elastisitas kayu sejajar serat
(E), yang dapat dilihat pada daftar I PPKI 1961. Apabila telah diketahui berat jenis kayu, maka
untuk menentukan modulus elastisitas kayu harusdiketahui kelas kuat kayu. Untuk itu
hubungan antara kelas kuat dan berat jenis kayu di dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2 Hubungan antara kelas kuat dan berat jenis
Kelas kuat I II III IV V
Berat jenis ≥ 0,90 0,60-0,89 0,40-0,59 0,30-0,39 < 0,30
3
1.3 Faktor Reduksi

Harga-harga tegangan ijin dalam daftar IIa PKKI 1961 maupun rumus tegangan yang telah
diberikan di atas adalah untuk pembebanan pada konstruksi yang bersifat tetap dan permanen
serta untuk konstruksi yang terlindung. Jadi, untuk sifat pembebanan tetap, foktor reduksi δ = 1,
untuk konstruksi terlindung, faktor reduksi β = 1.
Apabila pembebanan bersifat sementara atau khusus untuk kontruksi tidak terlindung, maka
harga tegangan ijin tersebut harus dikalikan dengan faktor reduksi:
- untuk kontruksi tidak terlindung, β = 5/6
- untuk konstruksi yang selalu basah (terendam air), β = 2/3
- untuk pembebanan yang bersifat semestara, δ = 5/4
- untuk pembebanan yang bersifat khusus (getaran dll) δ = 3/2
Faktor reduksi tersebut di atas, juga berlaku untuk mereduksi kekuatan alat sambung.

1.4 Penyimpangan Arah Gaya Terhadap Arah Serat Kayu

Apabila arah gaya yang berkerja pada bagian-bagian konstruksi menyimpang dengan
sudut α terhadap arah serat kayu, maka tegangan ijin tekan/tarik kayu harus dihitung :
𝛂dsdsdsSin𝛂. Faktor reduksi seperti yang diuraikan di atas juga harus
diperhitungkan.

1.5 Soal-Soal dan Pembahasan

1. Suatu konstruksi gording menahan beban tetap terbagi rata sebesar 50 kg/m. Kelas kayu
adalah kelas A. Gording terbuat dari kayu dengan Bj= 0,6. Hitung tegangan-tegangan
ijinnya? Apabila panjang gording 3 m dengan peletakan sendi-rol, serta dimensi gording
6/8, kontrol apakah konstruksi tersebut aman. Lendutan dan berat sendiri gording diabaikan

Penyelesaiaan:

Konstruksi gording terlindung, β = 1 Pembebanan permanen, δ = 1 Bj = 0,6 maka:

σlt = 170. 0,6.1,1 = 102 kg/cm2

4
σtk// = σtr // = 150. 0,6.1,1 = 90 kg/cm2

σtk┴ = 40. 0,6.1,1 = 24 kg/cm2

τ// = 20. 0,6.1,1 =12 kg/cm2

Momen maksimum (Mmaks) = 1/8.q. L2 = 1/8.50.32 = 56,25 kg.m = 5625 kg.cm

Tahanan momen (W) = 1/6. b. h2 = 1/6.6.82 = 64 cm3

σlt = W/Mmaks = 64/5625 = 87, 89 kg/cm2 < σlt = 102 kg/cm2 (OK)

Gaya lintang maksimum (Dmaks) = 1/2 q. L = ½ x 50 x 3 = 75 kg

τ = 3/2 x D / bh = 3/2 x 75/6.8 = 2,34 kg/cm2 < τ// = 12 kg/cm2 (OK) / Konstruksi aman

2. Suatu batang tarik yang disambung dengan alat penyambung baut. Kekuatan satu buah baut
= 50 kg. Konstruksi tidak terlindung dan beban tidak permanen. Apabila gaya tarik yang
bekerja pada kontruksi tersebut sebesar 0,6 ton, Hitung jumlah baut yang dibutuhkan.
Penyelesaian :
Konstruksi tidak terlindung, β = 5/6

Pembebanan tidak permanen δ = 5/4

P baut reduksi = 50 x 5/6 x 5/4 = 52,08 kg

Jumlah baut (n) = 600/52 ,08 = 11,52 → digunakan 12 baut

5
BAB II
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR

2.1 Batang Tarik


Batang disebut sebagai batang tarik, apabila arah gaya/beban meninggalkan tampang atau
gayanya menarik batang. Dalam menentukan luas tampang batang yang mengalami gaya tarik
harus diperhitungkan terhadap berkurangnya luas tampang akibatnya adanya alat-alat sambung.
Oleh karena itu, perhitungan selalu menggunakan luas tampang netto (Fnt). Besarnya Fnt = f .
Fbr dengan f adalah faktor perlemahan akibat adanya alat sambung, dan Fbr = luas tampang
bruto.
Adapun besarnya faktor perlemahan untuk berbagai bentuk sambungan sebagai berikut:
- Untuk sambungan dengan paku diambil perlemahan 10-15%
- Untuk sambungan dengan baut diambil perlemahan 20-25%
- Untuk sambungan dengan cincin plat bergigi diambil perlemahan 20-25%
- Untuk sambungan dengan kokot diambil perlemahan 20%
- Untuk sambungan dengan cincin belah diambil perlemahan 20%
- Untuk sambungan dengan pasak diambil perlemahan 30%
- Untuk sambungan dengan perekat diambil perlemahan 0%

Contoh soal
1 Sebuah batang tarik mempunyai lebar 8 cm. Mendukung beban tarik 6 ton. Digunakan
sambungan dengan pasak kayu bulat. Kayu mempunyai tegangan tarik ijin (σtr) = 100
kg/cm2. Berapa tinggi batang (h) jika kayu kelas 2. Beban Permanen (δ), konstruksi
terlindung (β=1)
Penyelesaian:
Dik : b = 8 cm P = 6 ton (σtr) = 100 kg/cm2 β=1 δ=1
Jwb : Fn = P / σtr
= 6000/100
= 60 cm2
Fbr = ( 1+ 0,3 ) x 60 = 78 cm2
Fbr = b x h
h = Fbr / b = 78 / 8 = 9,7 = 10 cm

6
2.2 Batang Tekan
Batang disebut sebagai batang tekan, apabila arah gaya/beban meninggalkan tampang atau

gayanya menekan batang.

2.2.1 Batang Tunggal


Dalam merencanakan batang tekan harus diperhatikan adanya bahaya tekuk, tetapi tidak
perlu memperhatikan faktor perlemahan seperti pada batang tarik. Besarnya faktor tekuk
( ω ) tergantung dari angka kelangsingan batang (λ).

𝐈𝐱
λ= Lk / imin imin = √
𝐅𝐛𝐫

dimana : i min = jari-jari inersia


Lk = panjang kritis
Imin = momen inersia minimum
Lk = panjang tekuk yang tergantung dari sifat-sifat ujung batang.

Akibat bekerja gaya tekan pada suatu batang struktur, maka pada batang tersebut akan
mengalami peristiwa tekuk. Ada beberapa jenis peristiwa tekuk yang terjadi seperti pada
gambar di bawah

- untuk jepit-sendi, Lk = 1/2 √2 L


- untuk jepit-bebas, Lk = 2.L
- untuk sendi-sendi, Lk = L
- untuk jepit-jepit, Lk = 0,5 L

7
Imin
imin = √
Fbr

Hubungan antara λ dan ω dapat dilihat pada daftar III PKKI 1961. Selanjutnya tegangan
tekan yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan tekan yang diijinkan.

p. ω
σtk = ≤ σds
Fbr

Untuk merencanakan dimensi batang tekan tunggal, sebagai pedoman awal dapat digunakan
rumus-rumus sebagai berikut.
- untuk kayu kelas kuat I, Imin = 40. Ptk. Lk 2
- untuk kayu kelas kuat II, Imin = 50. Ptk. Lk 2
- untuk kayu kelas kuat III, Imin = 60. Ptk. Lk 2
- untuk kayu kelas kuat IV, Imin = 80. Ptk. Lk 2

2.2.2 Batang Ganda

Pada konstruksi rangka, seringkali kita jumpai batang-batang yang dibebani gaya tekan di
buat ganda. Keadaan ini banyak terdapat pada konstruksi rangka dengan menggunakan alat
sambung paku, baut dll.
Suatu batang tekan kekuatannya dipengaruhi oleh factor kaku ( Ix dan Iy ). Jadi dengan
memperbesar momen inersia ( I ), maka batang tekan semakin kokoh. Cara untuk memperbesar
momen inersia ( I ) adalah dengan menjauhkan bahagian-bahagian batang.
Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga ataupun empat batang tunggal yang digabung
masing- masing dengan jarak antara. Pemberian jarak ini dengan tujuan untuk memperbesar
momen inersia yang berarti juga memperbesar daya dukung. Besarnya momen inersia terhadap
sumbu bebas bahan yaitu sumbu Y (Lihat gambar 1) harus diberi faktor reduksi sehingga
besarnya dapat dihitung.
Ir = ¼ ( I total + 3 Ig )
Ir = momen inersia reduksi
Ig = momen inersia bahagian –bahagian yang dianggap di geser dalam sumbu bahan
sehingga berdekatan dan membentuk satu kesatuan.
Ig = 1/12 h B3 B=b+b
8
a = jarak antar kayu ( cm )
b = lebar kayu ( cm )
h = tinggi kayu ( cm )

Gambar 1 Batang ganda

Diisyaratkan bahwa a ≤ 2b. jika a >2b maka untuk menghitung It tetap diambil a = 2b.

Pada keadaan ini ada 2 sumbu batang yaitu sumbu bahan dan sumbu bebas. Di dalam
menentukan bahaya tekuk dalam arah sejajar terhadap sumbu batang, maka batang-batang
tersebut dianggap satu kesatuan dengan syarat cukup kaku. Untuk memperkaku konstruksi ini
dapat diberikan klos. Penempatan batang-batang tersebut di usahakan Ix = Iy (biasanya untuk
kolom). Jadi diharapkan tekuknya terlebih dahulu terhadap arah bebas bahan.
Pada batang tekan harus di selidiki momen inersianya terhadap ke 2 sumbu dari batang
ganda yang terdiri dari 2 batang.

a) Arah sumbu X

Ix
Ix = 2 x 1/12 bh3 Karena Fbr = 2 x b x h sehingga ix = √ = 0,289 h
Fbr

b) Arah sumbu Y
Jari-jari iy harus diberi factor reduksi. Factor reduksi (Ir) berbeda-beda besarnya. Dari
hasil percobaan diperoleh : Ir = ¼ ( I total + 3 Ig )
Dimana :
Ir = momen inersia reduksi
I total = Iy

9
Ig = momen inersia bahagian –bahagian yang dianggap di geser dalam sumbu bahan
sehingga berdekatan dan membentuk satu kesatuan.
Pergeseran atau perlekatan batang-batang ganda di batasi dengan syarat a ≤ 2b. jika a >2b
maka rumus di atas tidak berlaku.

Contoh soal
1 Sebuah batang ganda terdiri dari 3 batang seperti pada gambar
di tanya : ix dan iy

Penyelesaian

Ix = 3 x 1/12 bh3 = 3 x 1/12 x 4 x 12 3 = 1728 cm4

F=3bh = 3 x 4 x 12 = 144 cm2

Ix 1728
ix = √ = √ = 3.46 cm
Fbr 144

Ig = 1/12 h B3 = 1/12 x 12 x (4+4+4) 3 = 1728 cm4

Iy = 3 x 1/12 bh3 + 2 F a2 = 3 x 1/12 x 12 x 43 + 2 x 12 x 4 x 82 = 6336 cm4

Ir = ¼ ( 6336 + 3 x 1728 ) = 2880 cm4

Ir 2880
iy = √Fbr = √ 144 = 4,47 cm

10
2. Sebuah batang tekan pada kuda-kuda panjangnya L = 210 cm. Tampangngya seperti
tergambar. Gaya tekan yang bekerja 4500 kg. Kayu yang dipakai kayu kelas I. Lebar
tampang ( b ) = 4 cm. Tinggi ( h ) = 12 cm. Tentukan ix dan iy serta kontrol tegangan
yang timbul.
Jawab
Dik : – L = 210 cm - P = 4500 kg - a = b = 4 cm - h = 12 cm - kayu kls I
Dit : ix , iy dan σytb

Jwb
Ix = 2 x 1/12 bh3 F=2xbxh
= 2 x 1/12 x 4 x 123 = 96 cm2
= 1152 cm4

Ix 1152
ix = √ = √ = 3.46 cm atau ix = 0,289 h = 3,46 cm
Fbr 96

Iy=It = 2 x 1/12 bh3 + 2 F a2 = 2 x 1/12 x 12 x 43 + 2 x 12 x 4 x 42 = 1664 cm4

Ig = 1/12 h B3 = 1/12 x 12 x (4+4) 3 = 512 cm4

Ir = ¼ ( 1664 + 3 x 512 ) = 800 cm4

Ir 800
iy = √ = √ = 2,88 cm
Fbr 96

p. ω 4500 x 1,95
σytb = = = 91,4 kg/cm2
Fbr 96

11
2.3 Balok Lentur

Sebuah balok yang dibebani momen lentur harus memenuhi syarat batas tegangan lentur dan
lendutan. Tegangan lentur yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan lentur yang diijinkan.

Mmax
σlt ytb = ≤ σlt ijin
Wn

Wn = f. W, dengan f adalah faktor perlemahan seperti pada batang tarik dan W adalah tahanan
momen. Juga lendutan yang terjadi tidak boleh melebihi lendutan yang diijinkan. Syarat
panjang bentang efektif balok yang efektif dapat dilihat pada PKKI 1961 pasal. 12.1

2.4 Contoh Soal dan Pembahasan


Soal 1
Sebuah batang tarik dari kayu dengan Bj = 0,5 menahan gaya sebesar 5 ton β = 1 , δ = 1
sambungan dengan baut. Tentukan dimensi batang tarik tersebut yang aman dan ekonomis.

Penyelesaian
Kayu dengan Bj = 0,5 , β = 1, δ = 1, 𝜎tr //= 150.0,5 = 75 kg/cm2
P = 5000 kg. Faktor Perlemahan (f) = 20 %

P
𝜎𝑡𝑟 =
Fnt
5000
𝐹𝑛𝑡 = = 66,67 cm2
75

Fnt 66,67
𝐹𝑏𝑟 = = = 83,34 cm2
0.8 0.8

Dicoba b = 7 cm

12
h = 12 cm (h ~ 2b)
Fbr = 7.12 = 84 cm2 > 83,34 cm2 (OK)
Jadi dimensi yang aman dan ekonomis 7/12

Soal 2
Suatu batang tekan panjangnya 2 m dibebani gaya 12 ton. Batang tersebut merupakan bagian
dari suatu konstruksi kuda-kuda dan direncanakan untuk menahan beban tetap dan beban angin.
Jika berat jenis kayu 0,65, rencanakan dimensi batang tekan tersebut.
Penyelesaian
Konstruksi kuda-kuda, terlindung β = 1
Beban tetap dan beban angin, δ = 5/4
Konstruksi kuda-kuda = konstruksi rangka. Lk = L= 2 m
Bj = 0,65 maka σlt = 150.0,65 . 5/4 = 121,875 kg/cm2
Kayu kelas II, maka I min = 50. P. Lk 2
Misal direncanakan tampang bujur sangkar.
Imin = 1/12. b4 = 50.12. 22
b4 = 28800 cm4
b = 13,03 cm
diambil b = h = 13 cm

1 4
b
imin = √Ix⁄Fbr = √12 ⁄b 2 = 0,289. b = 3,757 cm

λ = 200/3,757 = 53.23 dari daftar III PKKI 1961, dengan interpolasi liniar didapat =
1,5523

P.ω 12000 x 1.5523


𝜎𝑑𝑠 = = = 110 ,22 kg/cm2 < 121,875 kg / cm 2
Fbr 13 x 13
Soal 3
Diketahui a = b = 3 cm. Kayu dari Suren. P = 3 ton. Batang tekan tersebut terdapat pada
sebuah konstruksi rangka kuda-kuda. Beban permanen. Panjang batang 220 cm. Tentukan
dimensi h.

13
Penyelesaian

Konstruksi rangka kuda-kuda, = 1 , lk = 1 = 220 cm

Beban permanen, δ= 1

Kayu suren σtk // = 61 kg / cm2

σtk // = 61.1.1 = 61 kg / cm2

Dicoba h = 10 cm
ix = 0,289 . h = 2,89 cm
It = 2 . 1/12 . 10 . 33 + 2 . 10 . 3 . 32 = 585 cm4
Ig = 1/12 . 10 . 63

Ir = Iy = 1/4 (It + 3. Ig) = 1/4 (585 + 3 x 180) = 281,25 cm4

𝐼𝑦
𝑖𝑦 = √ ⁄𝐹𝑏𝑟 = √281,25⁄2𝑥3𝑥10 = 2.17 cm
220
= = 101,38 → dari daftar III PKKI 191, dengan interpolasi linear di dapat = 3,0966
2.17
P.ω 3000 x 3,0966
𝜎𝑑𝑠 = = = 154, 83 kg/cm2 > 61 kg/cm2 not ok
Fbr 2𝑥3𝑥10

Dengan beberapa kali percobaan, didapat h = 35 cm


h = 35 cm
ix = 0,289. h = 10,115 cm
It = 2 .1/12 . 35 . 33 + 2 . 35 . 3. 32 = 2047,5 cm4
P.ω 3000 x 3,0966
𝜎𝑑𝑠 = = = 44 kg/cm2 < 61 kg/cm2 ok
Fbr 35 x 6

14
BAB III
JENIS SAMBUNGAN DAN ALAT SAMBUNG

Tampang Satu

Tampang Dua

3.1 Sambungan Baut


Syarat sambungan dengan baut
1. Baut harus dibuat dari baja St 37 atau bj 37
2. Lubang baut dibuat secukupnya saja dan kelonggaran tidak lebih dari 1,3 mm
3. Baut harus di sertai plat ciputan yang tebal minimum 0,3 d dan maksimum 5mm. jika
bautnya hanya sebagai pelengkap maka tebal plat ciputan diambil 0,2 d dan maksimum
4 mm
4. Diameter baut paling kecil 10 mm (3/8”). Untuk sambungan tampang satu dan dua
dengan tebal kayu lebih 8 cm, harus dipakai baut diameter 12,7mm ( ½”).
b1
5. Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan λb=
d

Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 (tiga) golongan sebagai berikut :


- Golongan I untuk kayu kelas kuat 1
Sambungan tampang satu : S = 50.d.b1 ( 1 - 0,60 sin α)

15
atau λb = 4,8 S = 240 . d2 . ( 1 - 0,35 sin α)

Sambungan tampang dua : S= 125. d . b3 . (1 – 0,60 sin α)


atau λb = 3,8 S = 250 . d . b1. ( 1 - 0,60 sin α)
S = 480 . d2 . ( 1 - 0,35 sin α)

Golongan II untuk kayu kelas kuat II dan kayu Jati,


Sambungan tampang satu : S = 40. d.b1. ( 1 - 0,60 sin α)
atau λb = 5,4 S = 215. d2 . ( 1 - 0,35 sin α)

Sambungan tampang dua : S = 100 . d . b3. (1 – 0,60 sin α)


atau λb = 4,3 S = 200 . d . b1. ( 1 - 0,60 sin α)
S = 430 . d2 . ( 1 - 0,35 sin α)

Golongan III untuk kayu kelas kuat III,


Sambungan tampang satu : S= 25 d.b1. ( 1 - 0,60 sin α)
atau λb = 6,8 S = 170. d2 . ( 1 - 0,35 sin α)

Sambungan tampang dua : S = 60 d . b3. (1 – 0,60 sin α)


atau λb = 5,7 S = 120 . d . b1. ( 1 - 0,60 sin α)
S = 340 . d2 . ( 1 - 0,35 sin α)
dimana:
S = kekuatan sambungan dalam kg dan diambil yang terkecil.
b1 = tebal kayu tepi dalam cm.
b3 = tebal kayu tengah dalam cm.
d = diameter baut dalam cm.
α = sudut arah gaya terhadap arah serat.

Untuk kayu kelas-kuat di bawah III jarang digunakan sehingga tidak diberikan
perumusannya. Perencanaan sambungan dengan alat sambung baut harus memperhatikan
syarat-syarat yang berlaku sesuai dengan PKKI 1961.

16
Contoh soal
Soal 1
1.Suatu konstruksi terlindung menahan muatan tidak tetap terbuat dari kayu puspa dengan
ukuran 8/14. Kontrusi yang di gunakan ternyata tidak cukup panjang. Oleh karena itu
dilakukan penyambungan. Penyambungan dilakukan pada batang yang menderita gaya tarik
sebesar 5.75 ton. Konstruksi terlindung, muatan tidak tetap. Tentukan :
a. kelas kayu
b. hitung luas pelat penyambung
c. hitung kemampuan alat sambung kayu puspa
d. hitung jumlah baut
e. gambarkan detail
Penyelesaian
-P= 5750 kg -Konstruksi terlindung β = 1 -Beban tidak tetap (angin) δ = 5/4
-Bj kayu puspa = 0.69 kg
-Ukuran kayu 8/14 -perlemahan = 0.2

a. kelas kayu
σtr = 150 . 0.69 = 103.5 kg/cm2  kelas II
jadi σtr = 85 kg/cm2

b. hitung luas pelat penyambung


1.5 P
𝐹= (1+f)
σtr
1.5∗5750
= ( 1 + 0.2 ) = 121.76 cm2
85

Coba pp 2 x 3/14  F = 84 cm2 < 121.76 ( not ok )


Coba pp 2 x 5/14  F = 140 cm2 > 121.76 (ok )
c. hitung kemampuan alat sambung kayu puspa
λb = 4.3  d = 5/4.3 = 1.16 cm
17
pakai baut Ø 1/2” = 1,27 cm > 1,16 cm
arah gaya membentuk sudut α = 0 terhadap serat kayu
S = 100 x 1,27 x 8 (1 – 0,60 sin 0) = 1016 kg
S = 200 x 1,27 x 5 ( 1 - 0,60 sin 0) = 1270 kg
S = 430 x 1,27 2 ( 1 - 0,35 sin 0) = 693,5 kg
yang di ambil yang terkecil
S = 693,5 x β x δ = 693,5 x 1 x 5/4 = 866,875 kg

d. jumlah baut n = P/S = 5750 / 866,875 = 6,6 baut = 8 baut


e. gambarkan

2. Sebuah batang diagonal 1 x 8/14 bertemu dengan batang mendatar 1 x 10/16. Batang
diagonal meneruskan gaya S = 600 kg sebagai akibat beban tetap dan angin. Konstruksi
terlindung α = 45°. Berat Jenis Kayu = 0,6. Sambunglah sambungan tersebut dengan
sambungan baut.

Gambar Batang diagonal dengan sambungan baut

Penyelesaian
Konstruksi terlindung β = 1
Beban tetap + angin δ = 5/4
Kayu dengan Bj = 0,6 → kelas kuat II
→ sambungan golongan II, tampang satu, digunakan baut Ø 1/2” (= 1,27 cm)
S = 40. d.b1. ( 1 - 0,60 sin α)
= 40 . 8 . 1,27 . (1 – 0,60. sin 45°) = 233, 98 kg

18
S = 215. d2 . ( 1 - 0,35 sin α)
= 215 . 1,272 . ( 1 – 0,35 . sin 45° ) = 260,95 kg
Smin = 233,98.1. 5/4 = 292.5 kg

Jumlah baut, n = 600/292,5 = 2,05 → digunakan 4 baut.

Jarak-jarak baut : untuk 0° < α < 90° → 5d – 6d


untuk α = 45° → dengan interpolasi linear
→ 5,5d = 7 cm
1
2d = 2,54 cm < 7 7x 2 √2.= 4,9 cm

7d = 8,9 cm → 10 cm
3d = 3,8 cm → 6 cm

Gambar Detail sambungan baut batang diagonal.

Soal 2
Batang vertikal meneruskan gaya tarik 1050 kg. Kayu mahoni konstruksi terlindung dan gaya
akibat beban tetap rencanakanlah sambungan tersebut dengan alat sambung baut.

19
Gambar Batang vertikal

Penyelesaian :
β= 1, δ = 5/4 , Kayu Mahoni lampiran I PKKI 1961. Kelas kuat III Sambungan golongan III,
tampang dua, digunakan baut Ø 5/8’” ( = 1,59 cm) , → α = 90° ;

S = 60 d . b3. (1 – 0,60 sin α)


= 60 . 1,59 .14. 0,4 = 534,24 kg

S = 120 . d . b1. ( 1 - 0,60 sin α)


S = 120 .1,59 . 5 ( 1 - 0,60 sin 90)
= 381,6 kg

S = 340 . d2 . ( 1 - 0,35 sin α)


= 340 . (1,59)2 . 0,65 = 558,71 kg

n = 1050 / 381,6
= 2,75 → digunakan 3 baut

Jarak-jarak baut : 5d = 7,95 cm → 8 cm


3d = 4,77 cm 6 cm
2d = 11,13 cm 12 cm

20
Tt TA

Gambar Detail sambungan batang vertical


Soal 3

Sebuah batang tarik berukuran 2 x 3/12 dari sebuah kuda-kuda menahan gaya tarik 2,5 ton yang
disebabkan oleh beban permanen + beban angin. Apabila batang tersebut menggunakan kayu
Meranti Merah, hitung dan rencana sambungan untuk batang tersebut dengan alat sambung
baut.

Gambar Batang ganda


Penyelesain
β= 1, δ = 5/4
Kayu Meranti Merah → lampiran I PKKI 1961,
Bj-rata-rata = 0,55 → kelas kuat III, → Sambungan golongan III, Digunakan 3 buah plat
sambung 3 x 3/12 sehingga sambungan menjadi 2 x tampang dua, digunakan baut Ø 3/8” ( =
0,95 cm), α = 0°
S = 60 d . b3. (1 – 0,60 sin α)
21
= 60 .0,95 .3= 171 kg

S = 120 . d . b1. ( 1 - 0,60 sin α)


= 120 . 0,95. 3. = 342 kg

S = 340 . d2 . ( 1 - 0,35 sin α)


= 340 . (0,95)2 = 306,85 kg

S = 171 . 5/4 . 1 = 213,75 kg


2x tampang dua, S= 2 x 213,75 = 427,5 kg
n = 2500/427,5
= 5,8 → digunakan 6 baut

Jarak-jarak baut : 7d = 6,65 cm → 12 cm


6d = 5,7 cm 6 cm
3d = 2,85 cm 3 cm
2d = 1,9 cm 3 cm

Gambar Detail sambungan batang ganda

Soal 4

22
Direncanakan kuda-kuda dari kayu dengan Bj = 0,6 Mutu b menahan beban seperti pada
gambar, gaya-gaya yang bekerja sudah termasuk berat sendiri, serta dihitung pada beban tetap.
Apabila tengah-tengah bentang CD serta titik buhul F terdapat sambungan dengan alat
sambung baut;
a. Rencanakanlah dimensi CD
b. Rencanakanlah dimensi FG
c. Hitung dan gambar sambungan pada batang CD
d. Hitung dan gambar sambungan pada titik buhul F

Gambar Struktur rangka batang

Penyelesaian :
Menghitung gaya batang CD dan FG dengan metode potongan.
ΣMG = 0
(3 – 0,75 ) x 6-1,5 . 3 + PCDy x 3 + PCDx x 1,5 = 0
PCDy . 3 + PCDx . 1,5 = -9

𝑃𝐶𝐷 2
𝑥3+ 𝑥𝑃𝐶𝐷 𝑥1,5 = −9
√5 √5

PCD= 3,35 ton

23
Gambar Gaya-gaya pada struktur rangka batang

∑ MC = 0
(3 – 0,75) . 3- PFG . 1,5 = 0
PFG = + 4,5 ton
β = 1, δ = 1
Kayu mutu B, Bj = 0,6
σtk // = σtr // = 150 . 0,6 . 0,75 = 67, 5 kg/cm2

a) PCD = 3,35 ton (tekan)


Kayu Bj = 0,6 → kelas kuat II, Imin = 50. Ptk.ltk2
Ptk = 3,35 ton

lk = 1 = √32 + 1,52 = 3,35 𝑚


direncanakan tampang-persegi dengan h ≈ b
Imim = 50 . Ptk . ltk2
1/12 . b3 . h = 50 . 3,35 . (3,35)2
1/12 . b4 = 1879, 769
b4 = 22557,225
b = 12,25 cm → b = 12 cm, h =12 cm
Dicoba dengan b = 12 cm
imim = 0,289 . b = 3,468 cm
335
λ = 3,468 = 96,6 → ω = 2,81
3350 .2,81
σtk = = 65,37 kg/cm2 ≤ σtk // = 67, 5 kg/cm2
12.12
24
ternyata lebih ekonomis dengan dimensi 12/12

b) PFG = 4,5 ton (tarik)


sambungan dengan baut, FP = 20%
𝑃
σ = ≤ σtr //
𝐹𝑛𝑡

4500
Fnt ≥ = 66,7 cm2
67,5

66 ,7
Fbr ≥ = 83,4 cm2
0,80

Digunakan ukuran 8/12 , Fbr = 96 cm2 > 83,4 cm2 (OK)


c) Dimensi batang CD= 12/12
PCD = 3,35 ton (tekan)
Kayu kelas-kuat sambungan golongan II, digunakan plat sambungan 2 x 6/12 di samping kiri

dan kanan, sehingga sambungan tampang dua, digunakan baut Ø 1/2” , 𝛂 = 0

S = 100 . d . b3. (1 – 0,60 sin α) = 609,60 kg


S = 200 . d . b1. ( 1 - 0,60 sin α) = 609,6 kg
S = 430 . d2 . ( 1 - 0,35 sin α) = 693,55 kg
3350
n= = 5,495 → digunakan 6 baut
609,6

Jarak-jarak baut 3,5d = 4,4 cm → 5 cm


6d = 7,6 cm 8 cm
2d = 2,54 cm 4 cm
3d = 2,81 cm 4 cm

25
Gambar Detail sambungan pada batang CD

d) Gaya batang CF = 0
Jadi cukup memperhatikan sambungan batang AF degan FC (ukuran 8/12).
P = 4,5 ton (tarik)
Digunakan plat sambung di samping kiri dan kanan 2x4/12
S = 100 . d . b3 (1 – 0,60 sin α) = 406,4 kg
S = 200 . d . b1. 4( 1 - 0,60 sin α) = 406,4 kg
P = 430 . d2 = 430 . (1,27)2 = 693,55 kg
4500
n= = 11,072 → digunakan 12 baut.
406,4

Jarak-jarak baut : 7d = 8,9 cm → 10 cm


(Jarak lainnya adalah sama dengan c).
Dimensi batang CF dapat diambil sembarang asalkan dapat disambung dengan baik dan sesuai
dengan arsitektur-nya.

26
Gambar Detail sambungan pada batang CF

3.2 Sambungan Paku


Apabila pada sambungan digunakan paku yang memenuhi syarat untuk sambungan tampang
dua, maka kekuatan paku dalam Tabel V PKKI 1961 halaman 26-27 dapat dikalikan dua
Panjang paku untuk sambungan tampang satu :
a Sambungan tampang satu S= 1/2 b.d σtk b ≤ 7d
S = 3,5 d2 σtk 7d ≤ b

b Sambungan tampang dua S= b.d σtk b ≤ 7d


S = 7 d2 σtk 7d ≤ b
dimana:
S = gaya yang diperkenankan per paku
b = tebal kayu
d = diameter paku
σtk = tegangan tekan kayu

Dari Tabel 1.1, terlihat bahwa tebal kayu muka tempat awal masuk dibatasi 2-4 cm. Sehingga
apabila tebal kayu muka lebih dari 4 cm, maka kekuatan paku tidak dapat dihitung berdasarkan
Tabel V tersebut.

27
Harga tampang dapat dilihat pada Tabel V sesuai dengan berat jenis kayu yang
bersangkutan. Dalam perencanaan, sambungan dengan alat sambung paku harus
memperhatikan syarat-syarat dalam PKKI 1961.

Contoh soal
1 Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya P = 6 ton. Kayu Damar dengan Bj =
0,5. konstruksi terlindung dan beban tidak tetap. Diminta menyambung batang tersebut
dengan alat sambung paku
Penyelesaian
β = 1, δ = 5/4
Kayu dengan Bj = 0,5
Sebagai plat sambung digunakan kayu ukuran 2 x 4/16
Tebal kayu muka = 4 cm, P = 6000 kg
Maka digunakan paku 41/2” BWG 6 (52/114) dengan lp = 11,4 cm, sehingga memenuhi syarat
sambung tampang satu.
S = 118 . 5/4 . 1 = 147,5 kg
n = 6000/147.5 = 40,7 maka digunakan 42 paku (masing-masing sisi 21 paku)
Jarak-jarak paku : 5 d = 2,6 cm → 4 cm (bisa 3 baris)
10d = 5,2 5,5
12d = 6,2 6,5

Gambar Batang tarik yang disambung dengan alat sambung paku

3.3 Sambungan Pasak Kayu Persegi

28
Sambungan dengan pasak kayu hanya digunakan untuk sambungan tampang dua saja.
Arah serat kayu pada pasak dibuat sejajar dengan arah serat kayu pada batang yang disambung
(batang asli). Syarat-syarat ukuran pasak sebagai berikut.
Tinggi pasak, 2t : t ≥ 1,5 cm
Panjang pasak, a : 10 cm ≤ a ≤ 15 cm
a ≥ 5t
Tegangan-tegangan yang terjadi pada pasak dan batang asli tidak boleh melebihi tegangan-
tegangan ijin-nya.

3.4 Sambungan dengan Pasak Kayu Bulat Kubler


Alat sambung ini dapat digunakan untuk sambung tampang dua atau lebih. Kekuatan
pasak Kubler dapat dilihat pada Tabel 3.4 untuk kayu dengan Bj = 0,6. Untuk Bj-lain maka
angka-angka dalam Tabel 3.4 tersebut harus diberi faktor pengali sebanding dengan Berat Jenis
= Bj / 0,6. Apabila arah gaya membentuk sudut α terhadap arah serat kayu, maka kekuatan
pasak berkurang sbb.
Pα = P// . ( 1 – 0,25 . sin α )
Cara memilih ukuran pasak dengan memperhatikan ukuran kayu minimum. Misal pasak
akan diletakkan setangkup dengan lebar kayu 14 cm, maka dapat diambil pasak Ø10 cm atau
yang lebih kecil lagi sesuai dengan kekuatan pasak. Pada prinsipnya jumlah pasak yang
terpasang/digunakan semakin sedikit akan semakin baik karena menghemat panjang plat
sambung.
Tabel 3.4 Kekuatan Pasak KayuBulat Kubler.

29
Contoh soal
Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya S = 6 ton. Kayu Damar dengan Bj = 0,5.
konstruksi terlindung dan beban tidak permanen. Diminta menyambung batang tersebut dengan
alat sambung Pasak kayu bulat Kubler.

Penyelesaian
β = 1, δ = 5/4
Kayu dengan Bj = 0,5 Sebagai plat sambung digunakan kayu ukuran 2 x 4/16 Dengan ukuran
kayu 8/16 dan plat sambung 2 x 4/16 terdapat lebar kayu 16 cm, maka dari Tabel 3.4 digunakan
pasak dengan diameter D= 10 cm.
Untuk Bj = 0,6 → P = 1700 kg
P = 1700 . 5/4 . 1 . 0,5 / 0,6 = 1770,83 kg
n = 6000/1770,83 = 3,4 → digunakan 4 pasak (2 pasang)

Gambar Batang tarik disambung dengan alat sambung Pasak kayu bulat Kubler.
3.5 Sambungan Dengan Cincin Belah Kreugers
Kekuatan cincin belah Kreugers perpasang dapat dilihat pada Tabel 3.5 untuk kayu
dengan Bj = 0,6. Untuk Bj-lain harus diberi faktor pengali sebanding dengan Bj-nya. Cincin
belah ini sebaiknya gunakan untuk sambungan tampang dua atau lebih dan pada satu
sambungan dibatasi maksimal ada 3 (tiga) pasang cincin belah. Apabila arah gaya membentuk
sudu α terhadap arah serat kayu, maka kekuatan cincin belah berkurang sebagai berikut.
Pα = P// . (1-0,30 . sin α )
Cara memilih cincin belah tersebut berturut-turut dengan memperhatikan lebar kayu
minimum, tebal kayu tengah minimum, tebal kayu tepi minimum dan jarak kayu muka yang
direncanakan.
Tabel 3.5 Kekuatan cincin belah Kreugers

30
Contoh soal
Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya S = 6 ton. Kayu Damar dengan Bj
= 0,5. konstruksi terlindung dan beban tidak permanen. Diminta menyambung batang tersebut

dengan alat sambung cincin belah Kreugers.

Penyelesaian
= 1, δ = 5/4

Kayu dengan Bj = 0,5


Sebagai plat sambung digunakan kayu ukuran 2 x 4/16
Ukuran kayu : Lebar = 16 cm
31
Tebal kayu tepi = 4 cm
Tebal kayu tengah = 8 cm

Maka dari lampiran-3 dipilih cincin belah 125/25 dan dengan kayu muka 12,5 cm,
P = 3000 kg/pasang .
P = 3000 . 5/4 . 1 . 0,5/0,6 = 3125 kg/cm
n = 6000/3125 = 1,92 → digunakan 2 pasang

Gambar Batang tarik disambung dengan alat sambung cincin belah Kreugers

3.6 Sambungan dengan Kokot Bulldog


Kekuatan kokot bulldog dapat dilihat pada Tabel 3.6 untuk kayu Bj = 0,5. Untuk berat
jenis lain harus diberi faktor pengali sebanding dengan berat jenisnya. Apabila arah gaya
membentuk sudut α terhadap arah serat kayu maka kekuatan kokot bulldog berkurang sebagai
berikut.
P α = P// . ( 1 – 0,25 . sin α )
Cara memilih kokot bulldog tersebut dengan memperhatikan kayu minimum dan tebal
kayu muka minimum, serta diameter baut yang direncanakan.
Contoh soal
32
Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya S = 6 ton. Kayu Damar dengan Bj = 0,5.
konstruksi terlindung dan beban tidak permanen. Diminta menyambung batang tersebut dengan
alat sambung Kokot Bulldog
Penyelesaian
β = 1, δ = 5/4
Kayu dengan Bj = 0,5
Sebagai plat sambung digunakan kayu ukuran 2 x 4/16
Ukuran kayu minimum = 4/16
Maka dipakai kokot Bulldog persegi 10 x 10 cm
(syarat kayu minimum pada lampiran-4 untuk kokot 10 x 10 cm adalah 3,81 /11,43 cm)
Dengan digunakan baut 5/8” , P = 1500 kg (Bj=0,5)
6000
n= =3,2→ digunakan 4 kokot (2 pasang)
15005⁄4

kayu muka = 11 cm
jarak antar baut = 17 cm

Gambar Batang tarik disambung dengan alat sambung Kokot Bulldog

33

Anda mungkin juga menyukai