KAYU
1
BAB I
TEGANGAN IJIN KAYU
1.1 Berat Jenis Kayu
Berat jenis kayu ditentukan pada kondisi dimana kadar lengas kayu dalam keadaan kering
udara. Berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering udara. Berat jenis kayu sangat
menentukan kekuatan dari kayu. Selain berat jenis, kekuatan kayu juga ditentukan oleh mutu
kayu. Mutu kayu dibedakan dalam dua macam, yaitu mutu A dan mutu B yang selanjutnya
dapat dibaca pada PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) 1961 (NI-5). Kekuatan kayu
digolongkan dalam kelas kuat I, II, III, IV, dan V. Tegangan tegangan ijin untuk kayu mutu A
dengan kelas kuat tertentu dapat dilihat pada daftar IIa PPKI 1961. Untuk kayu mutu B
tegangan-tegangan ijin dalam daftar IIa harus dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,75.
2 //
15
20 12 8 5 -
Dimana :
lt = Tegangan ijin untuk lentur
tk // = Tegangan ijin sejajar serat untuk tekan
tr // = Tegangan ijin sejajar serat untuk tarik
tk = Tegangan ijin tegak lurus serat untuk tekan
// = Tegangan ijin sejajar serat untuk geser
2
Apabila diketahui berat jenis kayu, maka tegangan-tegangan ijin kayu mutu A dapat langsung
dihitung dengan rumus seperti terdapat pada daftar IIb PPKI 1961, sebagai berikut:
Disarankan untuk menggunakan rumus yang ada untuk menghitung tegangan ijin
apabila telah diketahui berat jenis kayu.
Untuk kayu mutu B rumus tersebut di atas harus diberi faktor reduksi sebesar 0,75. Jika
suatu kayu diketahui jenisnya maka dengan menggunakan lampiran I PKKI 1961 dapat
diketahui berat jenisnya. Dari Tabel II tersebut untuk perhitungan tegangan ijin sebagai berat
jenis kayu diambil angka rata-rata dengan catatan bahwa perbedaan antara berat jenis
maksimum dengan berat jenis minimum tidak boleh lebih dari 10% berat jenis minimum. Atau
Bj-maks – Bj-min ≤ Bj-min. Jika perbedaan tersebut lebih dari 100% harus digunakan berat
jenis yang minimum. Seperti misalnya Kayu Keruing dari Tabel 1.1 mempunyai Bj-maks =
1,01 dan Bj-min =0,51, maka Bj-maks – Bj-min = 1,01- 0,51 = 0,5 < Bj-min = 0,51 sehingga
dapat digunakan Bj-rata-rata = 0,79. Dengan cara lain, kita dapat langsung menggunakan kelas
kuat kayu yang terendah dari Tabel halaman 35 buku PKKI 1961.
Kelas kuat jenis kayu juga digunakan untuk menentukan modulus elastisitas kayu sejajar serat
(E), yang dapat dilihat pada daftar I PPKI 1961. Apabila telah diketahui berat jenis kayu, maka
untuk menentukan modulus elastisitas kayu harusdiketahui kelas kuat kayu. Untuk itu
hubungan antara kelas kuat dan berat jenis kayu di dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2 Hubungan antara kelas kuat dan berat jenis
Kelas kuat I II III IV V
Berat jenis ≥ 0,90 0,60-0,89 0,40-0,59 0,30-0,39 < 0,30
3
1.3 Faktor Reduksi
Harga-harga tegangan ijin dalam daftar IIa PKKI 1961 maupun rumus tegangan yang telah
diberikan di atas adalah untuk pembebanan pada konstruksi yang bersifat tetap dan permanen
serta untuk konstruksi yang terlindung. Jadi, untuk sifat pembebanan tetap, foktor reduksi δ = 1,
untuk konstruksi terlindung, faktor reduksi β = 1.
Apabila pembebanan bersifat sementara atau khusus untuk kontruksi tidak terlindung, maka
harga tegangan ijin tersebut harus dikalikan dengan faktor reduksi:
- untuk kontruksi tidak terlindung, β = 5/6
- untuk konstruksi yang selalu basah (terendam air), β = 2/3
- untuk pembebanan yang bersifat semestara, δ = 5/4
- untuk pembebanan yang bersifat khusus (getaran dll) δ = 3/2
Faktor reduksi tersebut di atas, juga berlaku untuk mereduksi kekuatan alat sambung.
Apabila arah gaya yang berkerja pada bagian-bagian konstruksi menyimpang dengan
sudut α terhadap arah serat kayu, maka tegangan ijin tekan/tarik kayu harus dihitung :
𝛂dsdsdsSin𝛂. Faktor reduksi seperti yang diuraikan di atas juga harus
diperhitungkan.
1. Suatu konstruksi gording menahan beban tetap terbagi rata sebesar 50 kg/m. Kelas kayu
adalah kelas A. Gording terbuat dari kayu dengan Bj= 0,6. Hitung tegangan-tegangan
ijinnya? Apabila panjang gording 3 m dengan peletakan sendi-rol, serta dimensi gording
6/8, kontrol apakah konstruksi tersebut aman. Lendutan dan berat sendiri gording diabaikan
Penyelesaiaan:
4
σtk// = σtr // = 150. 0,6.1,1 = 90 kg/cm2
σlt = W/Mmaks = 64/5625 = 87, 89 kg/cm2 < σlt = 102 kg/cm2 (OK)
τ = 3/2 x D / bh = 3/2 x 75/6.8 = 2,34 kg/cm2 < τ// = 12 kg/cm2 (OK) / Konstruksi aman
2. Suatu batang tarik yang disambung dengan alat penyambung baut. Kekuatan satu buah baut
= 50 kg. Konstruksi tidak terlindung dan beban tidak permanen. Apabila gaya tarik yang
bekerja pada kontruksi tersebut sebesar 0,6 ton, Hitung jumlah baut yang dibutuhkan.
Penyelesaian :
Konstruksi tidak terlindung, β = 5/6
5
BAB II
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR
Contoh soal
1 Sebuah batang tarik mempunyai lebar 8 cm. Mendukung beban tarik 6 ton. Digunakan
sambungan dengan pasak kayu bulat. Kayu mempunyai tegangan tarik ijin (σtr) = 100
kg/cm2. Berapa tinggi batang (h) jika kayu kelas 2. Beban Permanen (δ), konstruksi
terlindung (β=1)
Penyelesaian:
Dik : b = 8 cm P = 6 ton (σtr) = 100 kg/cm2 β=1 δ=1
Jwb : Fn = P / σtr
= 6000/100
= 60 cm2
Fbr = ( 1+ 0,3 ) x 60 = 78 cm2
Fbr = b x h
h = Fbr / b = 78 / 8 = 9,7 = 10 cm
6
2.2 Batang Tekan
Batang disebut sebagai batang tekan, apabila arah gaya/beban meninggalkan tampang atau
𝐈𝐱
λ= Lk / imin imin = √
𝐅𝐛𝐫
Akibat bekerja gaya tekan pada suatu batang struktur, maka pada batang tersebut akan
mengalami peristiwa tekuk. Ada beberapa jenis peristiwa tekuk yang terjadi seperti pada
gambar di bawah
7
Imin
imin = √
Fbr
Hubungan antara λ dan ω dapat dilihat pada daftar III PKKI 1961. Selanjutnya tegangan
tekan yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan tekan yang diijinkan.
p. ω
σtk = ≤ σds
Fbr
Untuk merencanakan dimensi batang tekan tunggal, sebagai pedoman awal dapat digunakan
rumus-rumus sebagai berikut.
- untuk kayu kelas kuat I, Imin = 40. Ptk. Lk 2
- untuk kayu kelas kuat II, Imin = 50. Ptk. Lk 2
- untuk kayu kelas kuat III, Imin = 60. Ptk. Lk 2
- untuk kayu kelas kuat IV, Imin = 80. Ptk. Lk 2
Pada konstruksi rangka, seringkali kita jumpai batang-batang yang dibebani gaya tekan di
buat ganda. Keadaan ini banyak terdapat pada konstruksi rangka dengan menggunakan alat
sambung paku, baut dll.
Suatu batang tekan kekuatannya dipengaruhi oleh factor kaku ( Ix dan Iy ). Jadi dengan
memperbesar momen inersia ( I ), maka batang tekan semakin kokoh. Cara untuk memperbesar
momen inersia ( I ) adalah dengan menjauhkan bahagian-bahagian batang.
Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga ataupun empat batang tunggal yang digabung
masing- masing dengan jarak antara. Pemberian jarak ini dengan tujuan untuk memperbesar
momen inersia yang berarti juga memperbesar daya dukung. Besarnya momen inersia terhadap
sumbu bebas bahan yaitu sumbu Y (Lihat gambar 1) harus diberi faktor reduksi sehingga
besarnya dapat dihitung.
Ir = ¼ ( I total + 3 Ig )
Ir = momen inersia reduksi
Ig = momen inersia bahagian –bahagian yang dianggap di geser dalam sumbu bahan
sehingga berdekatan dan membentuk satu kesatuan.
Ig = 1/12 h B3 B=b+b
8
a = jarak antar kayu ( cm )
b = lebar kayu ( cm )
h = tinggi kayu ( cm )
Diisyaratkan bahwa a ≤ 2b. jika a >2b maka untuk menghitung It tetap diambil a = 2b.
Pada keadaan ini ada 2 sumbu batang yaitu sumbu bahan dan sumbu bebas. Di dalam
menentukan bahaya tekuk dalam arah sejajar terhadap sumbu batang, maka batang-batang
tersebut dianggap satu kesatuan dengan syarat cukup kaku. Untuk memperkaku konstruksi ini
dapat diberikan klos. Penempatan batang-batang tersebut di usahakan Ix = Iy (biasanya untuk
kolom). Jadi diharapkan tekuknya terlebih dahulu terhadap arah bebas bahan.
Pada batang tekan harus di selidiki momen inersianya terhadap ke 2 sumbu dari batang
ganda yang terdiri dari 2 batang.
a) Arah sumbu X
Ix
Ix = 2 x 1/12 bh3 Karena Fbr = 2 x b x h sehingga ix = √ = 0,289 h
Fbr
b) Arah sumbu Y
Jari-jari iy harus diberi factor reduksi. Factor reduksi (Ir) berbeda-beda besarnya. Dari
hasil percobaan diperoleh : Ir = ¼ ( I total + 3 Ig )
Dimana :
Ir = momen inersia reduksi
I total = Iy
9
Ig = momen inersia bahagian –bahagian yang dianggap di geser dalam sumbu bahan
sehingga berdekatan dan membentuk satu kesatuan.
Pergeseran atau perlekatan batang-batang ganda di batasi dengan syarat a ≤ 2b. jika a >2b
maka rumus di atas tidak berlaku.
Contoh soal
1 Sebuah batang ganda terdiri dari 3 batang seperti pada gambar
di tanya : ix dan iy
Penyelesaian
Ix 1728
ix = √ = √ = 3.46 cm
Fbr 144
Ir 2880
iy = √Fbr = √ 144 = 4,47 cm
10
2. Sebuah batang tekan pada kuda-kuda panjangnya L = 210 cm. Tampangngya seperti
tergambar. Gaya tekan yang bekerja 4500 kg. Kayu yang dipakai kayu kelas I. Lebar
tampang ( b ) = 4 cm. Tinggi ( h ) = 12 cm. Tentukan ix dan iy serta kontrol tegangan
yang timbul.
Jawab
Dik : – L = 210 cm - P = 4500 kg - a = b = 4 cm - h = 12 cm - kayu kls I
Dit : ix , iy dan σytb
Jwb
Ix = 2 x 1/12 bh3 F=2xbxh
= 2 x 1/12 x 4 x 123 = 96 cm2
= 1152 cm4
Ix 1152
ix = √ = √ = 3.46 cm atau ix = 0,289 h = 3,46 cm
Fbr 96
Ir 800
iy = √ = √ = 2,88 cm
Fbr 96
p. ω 4500 x 1,95
σytb = = = 91,4 kg/cm2
Fbr 96
11
2.3 Balok Lentur
Sebuah balok yang dibebani momen lentur harus memenuhi syarat batas tegangan lentur dan
lendutan. Tegangan lentur yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan lentur yang diijinkan.
Mmax
σlt ytb = ≤ σlt ijin
Wn
Wn = f. W, dengan f adalah faktor perlemahan seperti pada batang tarik dan W adalah tahanan
momen. Juga lendutan yang terjadi tidak boleh melebihi lendutan yang diijinkan. Syarat
panjang bentang efektif balok yang efektif dapat dilihat pada PKKI 1961 pasal. 12.1
Penyelesaian
Kayu dengan Bj = 0,5 , β = 1, δ = 1, 𝜎tr //= 150.0,5 = 75 kg/cm2
P = 5000 kg. Faktor Perlemahan (f) = 20 %
P
𝜎𝑡𝑟 =
Fnt
5000
𝐹𝑛𝑡 = = 66,67 cm2
75
Fnt 66,67
𝐹𝑏𝑟 = = = 83,34 cm2
0.8 0.8
Dicoba b = 7 cm
12
h = 12 cm (h ~ 2b)
Fbr = 7.12 = 84 cm2 > 83,34 cm2 (OK)
Jadi dimensi yang aman dan ekonomis 7/12
Soal 2
Suatu batang tekan panjangnya 2 m dibebani gaya 12 ton. Batang tersebut merupakan bagian
dari suatu konstruksi kuda-kuda dan direncanakan untuk menahan beban tetap dan beban angin.
Jika berat jenis kayu 0,65, rencanakan dimensi batang tekan tersebut.
Penyelesaian
Konstruksi kuda-kuda, terlindung β = 1
Beban tetap dan beban angin, δ = 5/4
Konstruksi kuda-kuda = konstruksi rangka. Lk = L= 2 m
Bj = 0,65 maka σlt = 150.0,65 . 5/4 = 121,875 kg/cm2
Kayu kelas II, maka I min = 50. P. Lk 2
Misal direncanakan tampang bujur sangkar.
Imin = 1/12. b4 = 50.12. 22
b4 = 28800 cm4
b = 13,03 cm
diambil b = h = 13 cm
1 4
b
imin = √Ix⁄Fbr = √12 ⁄b 2 = 0,289. b = 3,757 cm
λ = 200/3,757 = 53.23 dari daftar III PKKI 1961, dengan interpolasi liniar didapat =
1,5523
13
Penyelesaian
Dicoba h = 10 cm
ix = 0,289 . h = 2,89 cm
It = 2 . 1/12 . 10 . 33 + 2 . 10 . 3 . 32 = 585 cm4
Ig = 1/12 . 10 . 63
𝐼𝑦
𝑖𝑦 = √ ⁄𝐹𝑏𝑟 = √281,25⁄2𝑥3𝑥10 = 2.17 cm
220
= = 101,38 → dari daftar III PKKI 191, dengan interpolasi linear di dapat = 3,0966
2.17
P.ω 3000 x 3,0966
𝜎𝑑𝑠 = = = 154, 83 kg/cm2 > 61 kg/cm2 not ok
Fbr 2𝑥3𝑥10
14
BAB III
JENIS SAMBUNGAN DAN ALAT SAMBUNG
Tampang Satu
Tampang Dua
15
atau λb = 4,8 S = 240 . d2 . ( 1 - 0,35 sin α)
Untuk kayu kelas-kuat di bawah III jarang digunakan sehingga tidak diberikan
perumusannya. Perencanaan sambungan dengan alat sambung baut harus memperhatikan
syarat-syarat yang berlaku sesuai dengan PKKI 1961.
16
Contoh soal
Soal 1
1.Suatu konstruksi terlindung menahan muatan tidak tetap terbuat dari kayu puspa dengan
ukuran 8/14. Kontrusi yang di gunakan ternyata tidak cukup panjang. Oleh karena itu
dilakukan penyambungan. Penyambungan dilakukan pada batang yang menderita gaya tarik
sebesar 5.75 ton. Konstruksi terlindung, muatan tidak tetap. Tentukan :
a. kelas kayu
b. hitung luas pelat penyambung
c. hitung kemampuan alat sambung kayu puspa
d. hitung jumlah baut
e. gambarkan detail
Penyelesaian
-P= 5750 kg -Konstruksi terlindung β = 1 -Beban tidak tetap (angin) δ = 5/4
-Bj kayu puspa = 0.69 kg
-Ukuran kayu 8/14 -perlemahan = 0.2
a. kelas kayu
σtr = 150 . 0.69 = 103.5 kg/cm2 kelas II
jadi σtr = 85 kg/cm2
2. Sebuah batang diagonal 1 x 8/14 bertemu dengan batang mendatar 1 x 10/16. Batang
diagonal meneruskan gaya S = 600 kg sebagai akibat beban tetap dan angin. Konstruksi
terlindung α = 45°. Berat Jenis Kayu = 0,6. Sambunglah sambungan tersebut dengan
sambungan baut.
Penyelesaian
Konstruksi terlindung β = 1
Beban tetap + angin δ = 5/4
Kayu dengan Bj = 0,6 → kelas kuat II
→ sambungan golongan II, tampang satu, digunakan baut Ø 1/2” (= 1,27 cm)
S = 40. d.b1. ( 1 - 0,60 sin α)
= 40 . 8 . 1,27 . (1 – 0,60. sin 45°) = 233, 98 kg
18
S = 215. d2 . ( 1 - 0,35 sin α)
= 215 . 1,272 . ( 1 – 0,35 . sin 45° ) = 260,95 kg
Smin = 233,98.1. 5/4 = 292.5 kg
7d = 8,9 cm → 10 cm
3d = 3,8 cm → 6 cm
Soal 2
Batang vertikal meneruskan gaya tarik 1050 kg. Kayu mahoni konstruksi terlindung dan gaya
akibat beban tetap rencanakanlah sambungan tersebut dengan alat sambung baut.
19
Gambar Batang vertikal
Penyelesaian :
β= 1, δ = 5/4 , Kayu Mahoni lampiran I PKKI 1961. Kelas kuat III Sambungan golongan III,
tampang dua, digunakan baut Ø 5/8’” ( = 1,59 cm) , → α = 90° ;
n = 1050 / 381,6
= 2,75 → digunakan 3 baut
20
Tt TA
Sebuah batang tarik berukuran 2 x 3/12 dari sebuah kuda-kuda menahan gaya tarik 2,5 ton yang
disebabkan oleh beban permanen + beban angin. Apabila batang tersebut menggunakan kayu
Meranti Merah, hitung dan rencana sambungan untuk batang tersebut dengan alat sambung
baut.
Soal 4
22
Direncanakan kuda-kuda dari kayu dengan Bj = 0,6 Mutu b menahan beban seperti pada
gambar, gaya-gaya yang bekerja sudah termasuk berat sendiri, serta dihitung pada beban tetap.
Apabila tengah-tengah bentang CD serta titik buhul F terdapat sambungan dengan alat
sambung baut;
a. Rencanakanlah dimensi CD
b. Rencanakanlah dimensi FG
c. Hitung dan gambar sambungan pada batang CD
d. Hitung dan gambar sambungan pada titik buhul F
Penyelesaian :
Menghitung gaya batang CD dan FG dengan metode potongan.
ΣMG = 0
(3 – 0,75 ) x 6-1,5 . 3 + PCDy x 3 + PCDx x 1,5 = 0
PCDy . 3 + PCDx . 1,5 = -9
𝑃𝐶𝐷 2
𝑥3+ 𝑥𝑃𝐶𝐷 𝑥1,5 = −9
√5 √5
23
Gambar Gaya-gaya pada struktur rangka batang
∑ MC = 0
(3 – 0,75) . 3- PFG . 1,5 = 0
PFG = + 4,5 ton
β = 1, δ = 1
Kayu mutu B, Bj = 0,6
σtk // = σtr // = 150 . 0,6 . 0,75 = 67, 5 kg/cm2
4500
Fnt ≥ = 66,7 cm2
67,5
66 ,7
Fbr ≥ = 83,4 cm2
0,80
25
Gambar Detail sambungan pada batang CD
d) Gaya batang CF = 0
Jadi cukup memperhatikan sambungan batang AF degan FC (ukuran 8/12).
P = 4,5 ton (tarik)
Digunakan plat sambung di samping kiri dan kanan 2x4/12
S = 100 . d . b3 (1 – 0,60 sin α) = 406,4 kg
S = 200 . d . b1. 4( 1 - 0,60 sin α) = 406,4 kg
P = 430 . d2 = 430 . (1,27)2 = 693,55 kg
4500
n= = 11,072 → digunakan 12 baut.
406,4
26
Gambar Detail sambungan pada batang CF
Dari Tabel 1.1, terlihat bahwa tebal kayu muka tempat awal masuk dibatasi 2-4 cm. Sehingga
apabila tebal kayu muka lebih dari 4 cm, maka kekuatan paku tidak dapat dihitung berdasarkan
Tabel V tersebut.
27
Harga tampang dapat dilihat pada Tabel V sesuai dengan berat jenis kayu yang
bersangkutan. Dalam perencanaan, sambungan dengan alat sambung paku harus
memperhatikan syarat-syarat dalam PKKI 1961.
Contoh soal
1 Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya P = 6 ton. Kayu Damar dengan Bj =
0,5. konstruksi terlindung dan beban tidak tetap. Diminta menyambung batang tersebut
dengan alat sambung paku
Penyelesaian
β = 1, δ = 5/4
Kayu dengan Bj = 0,5
Sebagai plat sambung digunakan kayu ukuran 2 x 4/16
Tebal kayu muka = 4 cm, P = 6000 kg
Maka digunakan paku 41/2” BWG 6 (52/114) dengan lp = 11,4 cm, sehingga memenuhi syarat
sambung tampang satu.
S = 118 . 5/4 . 1 = 147,5 kg
n = 6000/147.5 = 40,7 maka digunakan 42 paku (masing-masing sisi 21 paku)
Jarak-jarak paku : 5 d = 2,6 cm → 4 cm (bisa 3 baris)
10d = 5,2 5,5
12d = 6,2 6,5
28
Sambungan dengan pasak kayu hanya digunakan untuk sambungan tampang dua saja.
Arah serat kayu pada pasak dibuat sejajar dengan arah serat kayu pada batang yang disambung
(batang asli). Syarat-syarat ukuran pasak sebagai berikut.
Tinggi pasak, 2t : t ≥ 1,5 cm
Panjang pasak, a : 10 cm ≤ a ≤ 15 cm
a ≥ 5t
Tegangan-tegangan yang terjadi pada pasak dan batang asli tidak boleh melebihi tegangan-
tegangan ijin-nya.
29
Contoh soal
Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya S = 6 ton. Kayu Damar dengan Bj = 0,5.
konstruksi terlindung dan beban tidak permanen. Diminta menyambung batang tersebut dengan
alat sambung Pasak kayu bulat Kubler.
Penyelesaian
β = 1, δ = 5/4
Kayu dengan Bj = 0,5 Sebagai plat sambung digunakan kayu ukuran 2 x 4/16 Dengan ukuran
kayu 8/16 dan plat sambung 2 x 4/16 terdapat lebar kayu 16 cm, maka dari Tabel 3.4 digunakan
pasak dengan diameter D= 10 cm.
Untuk Bj = 0,6 → P = 1700 kg
P = 1700 . 5/4 . 1 . 0,5 / 0,6 = 1770,83 kg
n = 6000/1770,83 = 3,4 → digunakan 4 pasak (2 pasang)
Gambar Batang tarik disambung dengan alat sambung Pasak kayu bulat Kubler.
3.5 Sambungan Dengan Cincin Belah Kreugers
Kekuatan cincin belah Kreugers perpasang dapat dilihat pada Tabel 3.5 untuk kayu
dengan Bj = 0,6. Untuk Bj-lain harus diberi faktor pengali sebanding dengan Bj-nya. Cincin
belah ini sebaiknya gunakan untuk sambungan tampang dua atau lebih dan pada satu
sambungan dibatasi maksimal ada 3 (tiga) pasang cincin belah. Apabila arah gaya membentuk
sudu α terhadap arah serat kayu, maka kekuatan cincin belah berkurang sebagai berikut.
Pα = P// . (1-0,30 . sin α )
Cara memilih cincin belah tersebut berturut-turut dengan memperhatikan lebar kayu
minimum, tebal kayu tengah minimum, tebal kayu tepi minimum dan jarak kayu muka yang
direncanakan.
Tabel 3.5 Kekuatan cincin belah Kreugers
30
Contoh soal
Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya S = 6 ton. Kayu Damar dengan Bj
= 0,5. konstruksi terlindung dan beban tidak permanen. Diminta menyambung batang tersebut
Penyelesaian
= 1, δ = 5/4
Maka dari lampiran-3 dipilih cincin belah 125/25 dan dengan kayu muka 12,5 cm,
P = 3000 kg/pasang .
P = 3000 . 5/4 . 1 . 0,5/0,6 = 3125 kg/cm
n = 6000/3125 = 1,92 → digunakan 2 pasang
Gambar Batang tarik disambung dengan alat sambung cincin belah Kreugers
kayu muka = 11 cm
jarak antar baut = 17 cm
33