Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
BAB II TEGANGAN IJIN KAYU
2.1 Berat Jenis Kayu
2.2 Kelas Kuat Kayu
2.3 Faktor Reduksi
2.4 Penyimpangan Arah Gaya Terhadap Arah Serat Kayu
2.5 Contoh Soal dan Pembahasan
BAB II ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR
2.1 Batang Tarik
2.2 Batang Tekan
2.2.1 Batang Tunggal
2.2.2 Batang Ganda
2.3 Balok Lentur
2.4 Balok yang Menerima Momen dan Gaya Normal
2.4.1 Lenturan dan Tarikan
2.4.2 Lenturan dan Tekanan
2.5 Contoh Soal dan Pembahasan
BAB III JENIS SAMBUNGAN DAN ALAT SAMBUNG
3.1 Sambungan Baut
3.2 Sambungan Paku
3.3 Sambungan Pasak Kayu Persegi
3.4 Sambungan dengan Pasak Kayu Bulat Kubler
3.5 Sambungan dengan Cincin Belah Kreugers
3.6 Sambungan dengan Kokot Bulldog
3.7 Contoh Soal dan Pembahasan
BAB IV SAMBUNGAN GIGI
4.1 Sambungan Baut
4.2 Contoh Soal dan Pembahasan
BAB V SAMBUNGAN MOMEN
5.1 Plat Sambung di Atas dan Bawah
5.2 Plat Sambung di Samping
5.3 Contoh Soal dan Pembahasan
BAB VI BALOK SUSUN
6.1 Balok Susun dengan Pasak Kayu dan Kokot
6.2 Balok Susun dengan Paku
6.3 Balok Susun dengan Papan Badan Miring
6.4 Contoh Soal dan Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA

1
I. PENDAHULUAN

1.1. Struktur Kayu


Secara Umum , struktur kayu dapat diidefinisikan sebagai suatu struktur yang
elemen utamanya dari kayu.
Kayu yang digunakan sebagai struktur memiliki syarat –syarat tertentu. Kayu jenis
ini sering disebut sebagai kayu bangunan .
Berdasarkan fungsi strukturnya , struktur kayu dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu :
Struktur bangunan gedung ;kuda-kuda, kolom, lantai, fondasi, pintu
jendela )
Struktur Jembatan ( Rangka jembatan, lantai jembatan )
Struktur Bantu ( begisting, perancah. Turap )
Di dalam pekerjaan Sipil , dibedakan menjadi 3 jenis kayu , yaitu :
 kayu structural , yaitu kayu yang digunakan sebagai struktur utama, misalnya
kuda-kuda, rangka jembatan , gording dan lain sebagainya.
 kayu non structural , yaitu jenis kayu yang digunakan untuk bagian bangunan
yang tidak berfungsi sebagai struktur , misalnya : kosen , daun pintu/jendela,
dan lain sebagainya.
 Yaitu jenis kayu yang digunakan sebvagai styruktur Bantu, misalnya bekisting ,
perancah dsb.
1.2. Kayu Bangunan
Kayu bangunan merupakan kayu yang diperoleh dari penggergajian pohon .
Bentuknya dapat dibedakan menjadi balok kayu dan papan kayu.

2
Pada dasarnya , kayu merupakan bahan yang memiliki sifat botanis ,
sehingga pada pengerjaan batang kayu untuk mendapatkan kayu yang
memenuhi syarat-syarat kayu bangunan akan dijumpai cacat kayu.

Cacat kayu bangunan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis


cacat ;

- cacat mata kayu


- cacat pinggul
- cacat serat
- retak-retak
- lobang-lobang
Sebagai kayu bangunan , batang / papan kayu harus benar-benar lurus (
tidak memuntir atau mencawan ), dan cacat yang tidak menyimpang dari
ketentuan cacat kayu yang diperkenankan.

1.3. Sifat Tegangan


 Macam tegangan

Secara garis besar , tegangan dalam kayu yang diperhitungkan di dalam


analisis struktur kayu dibedakan menjadi 6 jenis tegangan , yaitu :

- Tegangan tarik sejajar serat ( σ tr // )

- Tegangan tekan sejajar serat ( σ tk // )

- Tegangan tarik tegak lurus serat ( σ tr ‫) ا‬

- Tegangan tekan tegak lurus serat ( σ tr ‫) ا‬

- Tegangan lentur (  lt )

- Tegangan geser ( gs // )

 Pengaruh berat jenis dan kadar lengas

Pada dasarnya , kekuatan kayu berbanding lurus dengan berat jenis dan kadar
lengasnya . Di dalam praktek , digunakan tegangan-tegangan rancang kayu
dengan kadar lengas 12 %. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa kadar lengas

3
sebesar ini umumnya dimiliki oleh setiap jenis kayu yang akan mencapai
keseimbangan dengan kadar lengas udara biasa. Hal ini juga berlaku pada
penetapan besarnya Modulus Elastik Kayu ( E ).

 Pengaruh Arah Serat dan Arah Gaya

Penyimpangan arah serat kayu juga mempengaruhi kekuatan kayu itu sendiri.
Berdasarkan penelitian , penyimpangan arah serat ini tidak berpengaruh
terhadap kekuatan kayu jika memiliki kemiringan maksimum 0,05.

Jika gaya yang bekerja pada suatu batang kayu membentuk sudut  terhadap
arah serat , maka besarnya tegangan menurut arah gaya tersebut adalah :

= (  // -   ) sin 

 Pengaruh Pembebanan

Pada dasarnya , cara pembebanan juga mempengaruhi sifat tegangan kayu.


Semakin cepat pembebanan , maka semakin besar pula kekuatan kayu. Jadi kuat
kayu berbanding lurus dengan kecepatan pembebanan.

 Pengaruh Cacat Kayu

Cacat pada kayu akan mempengaruhi kekuatan kayu . Besarnya pengaruh cacat
terhadap kekuatan kayu tergantung dari letak cacat tersebut. Jika cacat terletak di
bagian tekan atau pada garis netral penampang, maka pengaruh cacat kayu
terhadap kuat kayu hanya kecil.

 Pengaruh Udara Luar

Karena asalnya dari zat botanis, maka kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh
tingkat perlindungan terhadap kayu.
Untuk struktur yang terlindung ( kuda-kuda , struktur lantai dll. ), kekuatan kayu
20 % lebih besar dibanding struktur yang tidak terlindung ( Jembatan, bekisting,
perancah dsb. )
 Tegangan ijin dan Tegangan rancang

Rumusan mengenai besarnya tegangan ijin pada suatu jenis kayu , dapat dilihat
pada daftar II PKKI-1961 ( NI-5 ) , atau rumusannya.

4
Di dalam perencanaan , digunakan tegangan rancang yang pada umumnya
kurang dari tegangan ijinnya. Reduksi tegangan ijin di dalam penetapan nilai
tegangan rancang ini didasarkan atas pengaruh –pengaruh luar yang
menyebabkan kayu mengalami penurunan/peningkatan kekuatan.

Secara umum , rumusan tegangan rancang pada struktur kayu adalah reduksi ( )
dikalikan dengan besarnya tegangan ijin.
Besarnya reduksi ( ) =μ . β .

Besarnya nilai μ . β ., dapat dilihatpada Buku PKKI -1961 ( NI-5).

5
BAB II
TEGANGAN IJIN KAYU

2.1.Berat Jenis Kayu


Berat jenis kayu ditentukan pada kondisi dimana kadar lengas kayu dalam
keadaan kering udara. Berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering udara.
Berat

6
jenis kayu sangat menentukan kekuatan dari kayu. Selain berat jenis, kekuatan
kayu
juga ditentukan oleh mutu kayu. Mutu kayu dibedakan dalam dua macam, yaitu
mutu A
dan mutu B yang selanjutnya dapat dibaca pada PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu
Indonesia) 1961 (NI-5).
Kekuatan kayu digolongkan dalam kelas kuat I, II, III, IV, dan V. Tegangan-
tegangan ijin untuk kayu mutu A dengan kelas kuat tertentu dapat dilihat pada
daftar IIa PPKI 1961. Untuk kayu mutu B tegangan-tegangan ijin dalam daftar IIa
harus dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,75. Apabila diketahui berat jenis
kayu, maka tegangan-tegangan ijin kayu mutu A dapat langsung dihitung dengan
rumus seperti terdapat pada daftar IIb PPKI 1961, sebagai berikut :

Daftar II. Tegangan yang diperkenankan untuk kayu mutu A


Kelas Kuat
KLS I KLS II KLS III KLS IV KLS V JATI
𝜎̅𝒍𝒕 150 100 75 50 - 130
𝜎̅ds// = 𝜎̅tr// 130 85 60 45 - 110
𝜎̅ds  40 25 15 10 - 30
𝜏̅ // 20 12 8 5 - 15

Koreksi tegangan yang diperkenankan untuk kayu mutu A


𝜎̅𝒍𝒕 =170.g ( kg/cm 2 )
𝜎̅ds// = 𝜎̅tr// = 150. g ( kg/cm 2 )
̅ ds  = 40.g (kg/cm 2 )
𝝈
𝜏̅ // = 20.g (kg/cm 2 )
dimana g adalah berat jenis kering udara.
Disarankan untuk menggunakan rumus yang ada untuk menghitung tegangan ijin
apabila telah diketahui berat jenis kayu.
Untuk kayu mutu B rumus tersebut di atas harus diberi faktor reduksi sebesar 0,75.
Jika suatu diketahui jenisnya maka dengan menggunakan lampiran I PKKI.1961
dapat diketahui berat jenisnya. Dari Tabel 1.1 tersebut untuk perhitungan tegangan
ijin sebagai berat jenis kayu diambil angka rata-rata dengan catatan bahwa
perbedaan antara berat jenis maksimum dengan berat jenis minimum tidak boleh
lebih dari 10% berat jenis minimum. Atau Bj-maks – Bj-min ≤ Bj-min. Jika
perbedaan tersebut lebih dari 100% harus digunakan berat jenis yang minimum.

7
Seperti misalnya Kayu Keruing dari Tabel 1.1 mempunyai Bj-maks = 1,01 dan Bj-
min =0,51, maka Bj-maks – Bj-min = 1,01- 0,51 = 0,5 < Bj-min = 0,51 sehingga
dapat digunakan Bj-rata-rata = 0,79. Dengan cara lain, kita dapat langsung
menggunakan kelas kuat kayu yang terendah dari Tabel 1.1 tersebut.

2.2. Kelas Kuat Kayu


Kelas kuat jenis kayu juga digunakan untuk menentukan modulus elastisitas kayu
sejajar serat ( E ), yang dapat dilihat pada daftar I PKKI 1961. Apabila telah
diketahui berat jenis kayu, maka untuk menentukan modulus elastisitas kayu harus
diketahui kelas kuat kayu. Untuk itu hubungan antara kelas kuat dan berat jenis
kayu dapat dilihat spt tabel berikut ini.

Kelas kuat I II III IV V


Berat jenis ≥ 0,9 0,6 - 0,89 0,4 – 0,59 0,3 – 0,39 < 0,3
Modulus Kenyal ( E ) .kayu sejajar serat.

Kelas kuat kayu E // (kg/cm 2 )


I 125.000
II 100.000
III 80.000
IV 60.000

2.3 Faktor Reduksi

Harga-harga tegangan ijin dalam daftar IIa PKKI 1961 maupun rumus tegangan
yang telah diberikan di atas adalah untuk pembebanan pada konstruksi yang bersifat
tetap dan permanen serta untuk konstruksi yang terlindung. Jadi, untuk sifat
pembebanan tetap, foktor reduksi γ = 1, untuk konstruksi terlindung, faktor reduksi β =1.
Apabila pembebanan bersifat sementara atau khusus untuk kontruksi tidak
terlindung, maka harga tegangan ijin tersebut harus dikalikan dengan faktor reduksi:
- untuk kontruksi tidak terlindung, β = 5/6
- untuk konstruksi yang selalu basah (terendam air), β = 2/3
- untuk pembebanan yang bersifat semestara, γ = 5/4
- untuk pembebanan yang bersifat khusus (getaran dll) γ = 3/2
Faktor reduksi tersebut di atas, juga berlaku untuk mereduksi kekuatan alat sambung.

2.3. Soal-Soal dan Pembahasan


Soal (1)
Suatu konstruksi gording menahan beban tetap terbagi sebesar 50 kg/m. Kelas A. Gording
terbuat dari kayu dengan Bj= 0,6. Hitung tegangan tegangan ijinnya? Apabila panjang gording
3 m dengan peletakan sendi-rol, serta dimensi gording 6/8, kontrol apakah konstruksi tersebut
aman. Lendutan dan berat sendiri gording diabaikan

Penyelesaiaan:
Konstruksi gording terlindung, β = 1
Pembebanan permanen, γ = 1
Bj = 0,6 maka:

8
𝜎̅𝑙𝑡 reduksi = 170. 0,6.1.1 = 102 kg/cm 2
𝜎̅ds //r = tr // = 150.0,6.1.1 = 90 kg/cm 2
̅ ds  r
𝝈 = 40.0,6.1.1 = 24 kg/cm 2
𝜏̅𝒈𝒔 // r = 20. 0,6 .1.1 = 12 kg/cm 2

Mmaksimum (Mmaks) = 1/8.q. l2 = 1/8.50.32 = 56,25 kg.m


= 5625 kg.cm
Tahanan momen (W) = 1/6. b. h2 = 1/6.6.82 = 64 cm3

𝑀 𝑚𝑎𝑘𝑠 5625
𝜎𝑙𝑡 = = = 87,89 kg / cm 2 < 𝜎̅𝑙𝑡 = 102 kg/cm 2
𝑊 64

Gaya lintang maksimum (Dmaks) = 1/2.. q. l = 1/2.50.3 = 75 kg


3 𝐷 3 75
 = 2 𝑏 .ℎ = 2 6 .8 = 2,34 kg / cm 2 . < 𝜏̅// r = 12 kg/cm2 (OK), Konstruksi aman.

Soal (2).
Diketahui Konstruksi kuda-kuda menahan beban tetap dan beban angin, kuda-kuda tersebut
dipasang untuk jangka waktu yang panjang. Apabila kayu yang dipakai adalah kayu Kruwing ,
tentukanlah tegangan ijin desak dan tarik kayu tersebut !.

Penyelesaian :
Kayu Kruwing Kelas kuat II , mutu A 𝜎 ds // = σ tr // = 85 kg/cm 2
Faktor reduksi ( ) =μ . β . 
Tegangan Ijin rencana 𝜎̅𝑑𝑠 // 𝑟 = 𝜎̅𝑡𝑟//𝑟 = μ . β . . 𝜎 = 1 . 1. 5/4. 85 = 106,25 kg/cm 2.
Soal (3).
Konstruksi jembatan dipakai jenis kayu jati
Tegangan ijin rencana 𝜎̅𝑑𝑠 // 𝑟 = 𝜎̅𝑡𝑟//𝑟 = μ . β . . 𝜎 = 1 . 5/6. 5/4. 110 = 114,58 kg/cm 2.

Tegangan ijin lentur 𝜎̅𝑙𝑡 = μ . β . . 𝜎 = 1 . 5/6. 5/4 . 130 = 135,4 kg/cm 2.

Tegangan ijin geser rencana 𝜏̅𝒈𝒔 // r = μ . β . . 𝜏 = 1 . 5/6. 5/4. 15 = 15,625 kg/cm 2

III. ELEMEN –ELEMEN STRUKTUR KAYU

3.1 Batang Tarik


Batang disebut sebagai batang tarik, apabila arah gaya meninggalkan tampang atau gayanya
menarik batang. Dalam menentukan luas tampang batang yang mengalami gaya tarik harus
diperhitungkan terhadap berkurangnya luas tampang akibatnya adanya alat-alat sambung. Oleh
karena itu, perhitungan selalu menggunakan luas tampang netto (Fnt). Besarnya Fnt = c . Fbr
dengan c adalah faktor perlemahan akibat adanya alat sambung, dan Fbr = luas tampang bruto.
Adapun besarnya faktor perlemahan untuk berbagai bentuk sambungan sebagai berikut:
- 10 % untuk sambungan dengan paku.
- 20 % untuk sambungan dengan baut dan sambungan gigi.
- 20% untuk sambungan dengan kokot dan cincin belah.
- 30% untuk sambungan dengan pasak kayu.
- 0 % untuk sambung dengan perekat.

3.2 Batang Tekan

9
Batang disebut sebagai batang tekan, apabila arah gaya meninggalkan tampang atau gayanya
menekan batang.

3.2.1 Batang Tunggal


Dalam merencanakan batang tekan harus diperhatikan adanya bahaya tekuk, tetapi tidak perlu
memperhatikan faktor perlemahan seperti pada batang tarik. Besarnya faktor tekuk (w )
tergantung dari angka kelangsingan batang (l ).

𝑙𝑡𝑘
ℷ=
𝑖 𝑚𝑖𝑛

ltk = panjang tekuk yang tergantung dari sifat-sifat ujung batang.


- untuk jepit-sendi, ltk = ½. L . √2
- untuk jepit-bebas, ltk = 2.L
- untuk sendi-sendi, ltk = L
- untuk kontruksi kerangka, ltk = L
Hubungan antara ℷ dan 𝜔 dapat dilihat pada daftar III PKKI 1961. Selanjutnya tegangan tekan
yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan tekan yang diijinkan.
𝑃 .𝜔
𝜎 ds = 𝐹𝑏𝑟 ≤ 𝜎̅𝑑𝑠 //

Untuk merencanakan dimensi batang tekan tunggal, sebagai pedoman awal


dapat digunakan rumsu-rumus sbb:

- untuk kayu kelas kuat I, Imin = 40. Ptk. Ltk2


- untuk kayu kelas kuat II, Imin = 50. Ptk. Ltk2
- untuk kayu kelas kuat III, Imin = 60. Ptk. Ltk2
- untuk kayu kelas kuat IV, Imin = 80. Ptk. Ltk2

3.2.2 Batang Ganda

Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga ataupun empat batang tunggal yang digabung masing-
masing dengan jarak antara. Pemberian jarak ini dengan tujuan untuk memperbesar momen
inersia yang berarti juga memperbesar daya dukung. Besarnya momen inersia terhadap sumbu
bebas bahan (sumbu Y) (Lihat gambar1) harus diberi faktor reduksi sehingga besarnya dapat
dihitung.

Ir = 1/4 . (Ity + 3. Ig)


Ity = momen inersia yang dihitung secara teoritis
Ig = momen inersia yang dihitung dengan menganggap bagian-bagian ganda menjadi
tunggal. Untuk momen inersia terhadap sumbu X tidak perlu direduksi.

Gambar 3.,,,, Batang ganda

Diisyaratkan bahwa a ≤ 2b. Jika a > 2b, maka untuk menghitung It tetap diambil a = 2b.

3.3 Balok Lentur

Sebuah balok yang dibebani momen lentur harus memenuhi syarat batas tegangan lentur dan
lendutan. Tegangan lentur yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan lentur yang diijinkan.

𝑀𝑚𝑎𝑘
𝜎 lt = ≤ 𝜎̅𝑙𝑡
𝑊𝑛

10
Wn = c . Wbr, dengan c adalah factor perlemahan seperti pada batang tarik dan W adalah
tahanan momen. Juga lendutan yang terjadi tidak boleh melebihi lendutan yang diijinkan. Syarat
panjang bentang efektif balok yang efektif dapat dilihat pada PKKI 1961 pasal 12.1.

3.4 Balok Yang Menerima Momen dan Gaya Normal


3.4.1 Lenturan dan Tarikan
S M M S

𝑆 𝑀 𝑚𝑎𝑘𝑠
L 𝜎 tot = 𝐹𝑛 + ∝ 𝑊𝑛
≤ 𝜎̅𝑡𝑟 //
̅ 𝑡𝑟 //
𝜎
Dimana : ∝ = ̅ 𝑙𝑡
𝜎
Gambar 2.4.1 Lenturan dan Tarikan

Pada konstruksi yang mengalami lenturan dan tekanan, tegangan yang terjadi
tidak boleh lebih besar dari tegangan tarik yang disyaratkan.

3.4.2 Lenturan dan Tekanan


M M
S S
𝑆 𝑀 𝑚𝑎𝑘𝑠
𝜎 tot = 𝐹𝑏𝑟 𝜔+ ∝ 𝑊𝑛
≤ 𝜎̅𝑑𝑠 //
L
̅ 𝑑𝑠 //
𝜎
Dimana : ∝ = ̅ 𝑙𝑡
𝜎

Gambar 3…. Lenturan dan Tekanan

Pada kontruksi yang mengalami lenturan dan tekanan, tegangan yang terjadi
tidak diijinkan lebih besar dari tegangan tekan yang disyaratkan.

2.4. CONTOH-CONTOH SOAL

Soal (1). Sebuah batang t

Sebuah batang tarik dari kayu dengan Bj = 0,5 menahan gaya sebesar 5 ton β = 1 , γ = 1,
sambungan dengan baut. Tentukan dimensi batang tarik tersebut yang aman dan ekonomis.
Penyelesaian
Kayu dengan Bj = 0,5 , β = 1, γ = 1, 𝜎̅𝑑𝑠 // 𝑟 = 𝜎̅𝑡𝑟//𝑟 = 150 . 0,5 = 75 kg/ cm 2
P = 5000 kg
Faktor Perlemahan (FP) = 20 %
𝜎̅𝑡𝑟//𝑟 = P / Fnt
Fnt = 5000 / 75 = 66,67 cm2.
Fbr = Fnt / 0,80 = 66,67 / 08 = 83,34 cm2

Dicoba b = 7 cm
h = 12 cm (h ~ 2b)
Fbr = 7.12 = 84 cm2 > 83,34 cm 2 .. (OK)
Jadi dimensi yang aman dan ekonomis 7/12.
Soal ( 2 )
Suatu batang tekan panjangnya 2 m dibebani gaya 12 ton. Batang tersebut merupakan bagian
dari suatu konstruksi kuda-kuda dan direncanakan untuk menahan beban tetap dan beban angin.
Jika berat jenis kayu 0,65, rencanakan dimensi batang tekan tersebut. !!!

Penyelesaian :
Konstruksi kuda-kuda, terlindung β = 1
Beban tetap dan beban angin, γ = 5/4
Konstruksi kuda-kuda = konstruksi rangka. Ltk = L=2 m
Bj = 0,65, 𝜎̅𝑑𝑠//𝑟 = 𝜎̅//𝑡𝑟 / / r = 150.0,65 . 5/4 = 121,875 kg/cm2,

11
Kayu kelas II, Imin = 50. P.Ltk2
Misal direncanakan tampang bujur sangkar.
Imin = 1/12. b4 = 50.12. 22
B4 = 28800 cm4
b = 13,03 cm
diambil b = h = 13 cm

1 4
.𝑏
imin = √12 = 0,289 . h. = 0,289 . 13 = 3,757 cm.
𝑏.ℎ

λ = 200 / 3,757= 53.23 dari daftar III PKKI 1961, dengan interpolasi linier didapat ω = 1,5523

𝑃 . ω 12000 .1,5523
𝜎̅𝑑𝑠//𝑟 = = =110 ,22 kg / cm 2 < 121,875 kg / cm2. Ok….
𝐹 𝑏𝑟 13 . 13

Soal ( 3 ).

Soal 3
Diketahui a = b = 3 cm. Kayu dari Suren. P=3 ton tekan. Batang tersebut, terdapat pada
sebuah konstruksi rangka kuda-kuda. Beban permanen. Panjang batang 220 cm.
Tentukan dimensi h. !!!!!

Gambar 2.5a Batang Ganda dengan Jarak a

Penyelesaian
Konstruksi rangka kuda-kuda, β = 1 , ltk = 1 = 220 cm
Beban permanen, γ = 1
Kayu seren
𝜎̅𝑑𝑠// = 45 kg/cm2
𝜎̅𝑑𝑠// = 𝜎̅𝑡𝑟// .1.1 = 45 kg/cm 2.
Dicoba h = 10 cm
ix = 0,289 . h = 2,89 cm
Ity = 2 . 1/12 . 10 . 3 3 + 2 . 10 . 3 . 3 2 = 585 cm4
Igy = 1/12 . 10 . 6 3
Ir = . 1/4. (It + 3. Ig) = (585 + 3 . 180) = 281,25 cm4
281,25
iy = √2𝑥3𝑥10 = 2,165 cm

λ = 220 / 2,165 = 101,62


ω = 3,1258
= 101,62 → dari daftar III PKKI 1961, dengan interpolasi linear di
dapat
ω = 3,1258
. ω
σ tk // = 𝑃𝐹 𝑏𝑟
3000 . 3,1258
= =156,29 kg/cm 2 >> 45 kg/cm ......dimensi batang tidak aman
60

Dengan beberapa kali percobaan, didapat h = 35 cm


h = 35 cm
ix = 0,289. h = 10,115 cm

12
Ity = 2 .1/12 . 35 . 33 + 2 . 35 . 32 = 787,5 cm4
Ig = 1/12 . 35 . 6 3 = 630 cm4
Ir = ¼. (Ity + 3 . Igy) = ¼ . (787,5 + 3 . 630) = 669,375 cm 4
669,375
iry = √ 2𝑥3𝑥35 = 1,785

λ = 220 / 1,785
= 123,25 → dari daftar III PKKI 191, dengan interpolasi
linear di dapat ω = 4,8575

Tegangan yang terjadi :


. ω
σ tk // = 𝑃𝐹 𝑏𝑟
3000 . 3,0966 = 154, 83, kg/cm2 >> 45 kg/cm2 (OK)

II. MEKANIKA BAHAN DI DALAM STRUKTUR KAYU

Tujuan pembahasan mekanika bahan di dalam struktur kayu antara lain adalah :

a. Analisis tegangan yang terjadi di dalm bahan , yang disebabkan oleh mekanisme eksternal gaya-gaya
dan beban.

b. Merancang ukuran penampang sedemikian hingga oleh tegangan-tegangan yang terjadi akibat
mekanisme eksternal tersebut, kuat bahan tidak dilampaui, dan

c. Merancang sambungan yang memenuhi syarat dan menjamin keamanan elemen struktur terhadap
efek mekanisme eksternal akibat gaya-gaya yang bekerja.

Didalam struktur kayu, mekanisme yang hamper selalu dijumpai pada dasarnya ada 3, yaitu : akibat
gaya tekan ), dan tekuk ( buckling ).

Selain itu , di dalam mpraktek terdapat 2 jenis bentuk penampang , yaitu tampang tunggal ( batang
tunggal ) dan tampang ganda ( batang ganda ). Masing-masing jenis tersebut akan dibahas aspek
mekanikanya.

2,1. Rumusan Umum

13
Rumusan umum yang diuraikan di dalam sub bab ini pada dasarnya merupakan rumusan kunci yang
umum digunakan di dalam analisis struktur kayu. Secara garis besar rumusan tersebut adalah :

fb = M/W ; ( fb = fb = tegangan lentur )

fv = Q/S ; ( fv = tegangan geser lentur )

fs= V/Av ; ( tegangan geser tarik / tekan )

f tr = T / A ; (f tr = Tegangan tarik )

f tk = C / A ; (f tk = tegangan tekan )

A = Luas tampang tarik / tekan

T = Gaya tarik

C = gaya tekan

W=I/ y ; ( W = tahnan momen )

S = Af . Z = ( S = tahanan geser )

Q = gaya geser lentur

M = Momen lentur

V = gaya geser tarik / tekan

Av = luas geser tarik / tekan

Y = jarak serat tarik / tekan ke garis netral

Af = luas tampang di ats atau bawah garis netral

Z = Jarak luasan Af ke garis netral

Selanjutnya , nilai A, I, W, Av, Af, harus dianalisis dengan meninjau jenis tampang yang bersangkutan (
tunggal atau ganda ).

2.2. Batang Tunggal

Nilai A, I, W, Av, dan Af, pada batang tunggal dapat dihitung secara teoritis .

Sebagai Contoh. Batang kayu dengan tampang empat persegi panjang yang ukuran sisi arah X adalah b,
dan ukuran sisi arah y dalah h. dengan ketentuan ini maka :

Ix = b.h3 / 12 , dan Iy = b3. h / 12

Wx= b.h2 / 6, dan Wy = b2.h / 6

Sx = b.h2 / 8 , dan Sy , b2h / 8

A = b.h

14
15

Anda mungkin juga menyukai