BAB I PENDAHULUAN
BAB II TEGANGAN IJIN KAYU
2.1 Berat Jenis Kayu
2.2 Kelas Kuat Kayu
2.3 Faktor Reduksi
2.4 Penyimpangan Arah Gaya Terhadap Arah Serat Kayu
2.5 Contoh Soal dan Pembahasan
BAB II ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR
2.1 Batang Tarik
2.2 Batang Tekan
2.2.1 Batang Tunggal
2.2.2 Batang Ganda
2.3 Balok Lentur
2.4 Balok yang Menerima Momen dan Gaya Normal
2.4.1 Lenturan dan Tarikan
2.4.2 Lenturan dan Tekanan
2.5 Contoh Soal dan Pembahasan
BAB III JENIS SAMBUNGAN DAN ALAT SAMBUNG
3.1 Sambungan Baut
3.2 Sambungan Paku
3.3 Sambungan Pasak Kayu Persegi
3.4 Sambungan dengan Pasak Kayu Bulat Kubler
3.5 Sambungan dengan Cincin Belah Kreugers
3.6 Sambungan dengan Kokot Bulldog
3.7 Contoh Soal dan Pembahasan
BAB IV SAMBUNGAN GIGI
4.1 Sambungan Baut
4.2 Contoh Soal dan Pembahasan
BAB V SAMBUNGAN MOMEN
5.1 Plat Sambung di Atas dan Bawah
5.2 Plat Sambung di Samping
5.3 Contoh Soal dan Pembahasan
BAB VI BALOK SUSUN
6.1 Balok Susun dengan Pasak Kayu dan Kokot
6.2 Balok Susun dengan Paku
6.3 Balok Susun dengan Papan Badan Miring
6.4 Contoh Soal dan Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
2
Pada dasarnya , kayu merupakan bahan yang memiliki sifat botanis ,
sehingga pada pengerjaan batang kayu untuk mendapatkan kayu yang
memenuhi syarat-syarat kayu bangunan akan dijumpai cacat kayu.
- Tegangan lentur ( lt )
Pada dasarnya , kekuatan kayu berbanding lurus dengan berat jenis dan kadar
lengasnya . Di dalam praktek , digunakan tegangan-tegangan rancang kayu
dengan kadar lengas 12 %. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa kadar lengas
3
sebesar ini umumnya dimiliki oleh setiap jenis kayu yang akan mencapai
keseimbangan dengan kadar lengas udara biasa. Hal ini juga berlaku pada
penetapan besarnya Modulus Elastik Kayu ( E ).
Penyimpangan arah serat kayu juga mempengaruhi kekuatan kayu itu sendiri.
Berdasarkan penelitian , penyimpangan arah serat ini tidak berpengaruh
terhadap kekuatan kayu jika memiliki kemiringan maksimum 0,05.
Jika gaya yang bekerja pada suatu batang kayu membentuk sudut terhadap
arah serat , maka besarnya tegangan menurut arah gaya tersebut adalah :
= ( // - ) sin
Pengaruh Pembebanan
Cacat pada kayu akan mempengaruhi kekuatan kayu . Besarnya pengaruh cacat
terhadap kekuatan kayu tergantung dari letak cacat tersebut. Jika cacat terletak di
bagian tekan atau pada garis netral penampang, maka pengaruh cacat kayu
terhadap kuat kayu hanya kecil.
Karena asalnya dari zat botanis, maka kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh
tingkat perlindungan terhadap kayu.
Untuk struktur yang terlindung ( kuda-kuda , struktur lantai dll. ), kekuatan kayu
20 % lebih besar dibanding struktur yang tidak terlindung ( Jembatan, bekisting,
perancah dsb. )
Tegangan ijin dan Tegangan rancang
Rumusan mengenai besarnya tegangan ijin pada suatu jenis kayu , dapat dilihat
pada daftar II PKKI-1961 ( NI-5 ) , atau rumusannya.
4
Di dalam perencanaan , digunakan tegangan rancang yang pada umumnya
kurang dari tegangan ijinnya. Reduksi tegangan ijin di dalam penetapan nilai
tegangan rancang ini didasarkan atas pengaruh –pengaruh luar yang
menyebabkan kayu mengalami penurunan/peningkatan kekuatan.
Secara umum , rumusan tegangan rancang pada struktur kayu adalah reduksi ( )
dikalikan dengan besarnya tegangan ijin.
Besarnya reduksi ( ) =μ . β .
5
BAB II
TEGANGAN IJIN KAYU
6
jenis kayu sangat menentukan kekuatan dari kayu. Selain berat jenis, kekuatan
kayu
juga ditentukan oleh mutu kayu. Mutu kayu dibedakan dalam dua macam, yaitu
mutu A
dan mutu B yang selanjutnya dapat dibaca pada PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu
Indonesia) 1961 (NI-5).
Kekuatan kayu digolongkan dalam kelas kuat I, II, III, IV, dan V. Tegangan-
tegangan ijin untuk kayu mutu A dengan kelas kuat tertentu dapat dilihat pada
daftar IIa PPKI 1961. Untuk kayu mutu B tegangan-tegangan ijin dalam daftar IIa
harus dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,75. Apabila diketahui berat jenis
kayu, maka tegangan-tegangan ijin kayu mutu A dapat langsung dihitung dengan
rumus seperti terdapat pada daftar IIb PPKI 1961, sebagai berikut :
7
Seperti misalnya Kayu Keruing dari Tabel 1.1 mempunyai Bj-maks = 1,01 dan Bj-
min =0,51, maka Bj-maks – Bj-min = 1,01- 0,51 = 0,5 < Bj-min = 0,51 sehingga
dapat digunakan Bj-rata-rata = 0,79. Dengan cara lain, kita dapat langsung
menggunakan kelas kuat kayu yang terendah dari Tabel 1.1 tersebut.
Harga-harga tegangan ijin dalam daftar IIa PKKI 1961 maupun rumus tegangan
yang telah diberikan di atas adalah untuk pembebanan pada konstruksi yang bersifat
tetap dan permanen serta untuk konstruksi yang terlindung. Jadi, untuk sifat
pembebanan tetap, foktor reduksi γ = 1, untuk konstruksi terlindung, faktor reduksi β =1.
Apabila pembebanan bersifat sementara atau khusus untuk kontruksi tidak
terlindung, maka harga tegangan ijin tersebut harus dikalikan dengan faktor reduksi:
- untuk kontruksi tidak terlindung, β = 5/6
- untuk konstruksi yang selalu basah (terendam air), β = 2/3
- untuk pembebanan yang bersifat semestara, γ = 5/4
- untuk pembebanan yang bersifat khusus (getaran dll) γ = 3/2
Faktor reduksi tersebut di atas, juga berlaku untuk mereduksi kekuatan alat sambung.
Penyelesaiaan:
Konstruksi gording terlindung, β = 1
Pembebanan permanen, γ = 1
Bj = 0,6 maka:
8
𝜎̅𝑙𝑡 reduksi = 170. 0,6.1.1 = 102 kg/cm 2
𝜎̅ds //r = tr // = 150.0,6.1.1 = 90 kg/cm 2
̅ ds r
𝝈 = 40.0,6.1.1 = 24 kg/cm 2
𝜏̅𝒈𝒔 // r = 20. 0,6 .1.1 = 12 kg/cm 2
𝑀 𝑚𝑎𝑘𝑠 5625
𝜎𝑙𝑡 = = = 87,89 kg / cm 2 < 𝜎̅𝑙𝑡 = 102 kg/cm 2
𝑊 64
Soal (2).
Diketahui Konstruksi kuda-kuda menahan beban tetap dan beban angin, kuda-kuda tersebut
dipasang untuk jangka waktu yang panjang. Apabila kayu yang dipakai adalah kayu Kruwing ,
tentukanlah tegangan ijin desak dan tarik kayu tersebut !.
Penyelesaian :
Kayu Kruwing Kelas kuat II , mutu A 𝜎 ds // = σ tr // = 85 kg/cm 2
Faktor reduksi ( ) =μ . β .
Tegangan Ijin rencana 𝜎̅𝑑𝑠 // 𝑟 = 𝜎̅𝑡𝑟//𝑟 = μ . β . . 𝜎 = 1 . 1. 5/4. 85 = 106,25 kg/cm 2.
Soal (3).
Konstruksi jembatan dipakai jenis kayu jati
Tegangan ijin rencana 𝜎̅𝑑𝑠 // 𝑟 = 𝜎̅𝑡𝑟//𝑟 = μ . β . . 𝜎 = 1 . 5/6. 5/4. 110 = 114,58 kg/cm 2.
9
Batang disebut sebagai batang tekan, apabila arah gaya meninggalkan tampang atau gayanya
menekan batang.
𝑙𝑡𝑘
ℷ=
𝑖 𝑚𝑖𝑛
Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga ataupun empat batang tunggal yang digabung masing-
masing dengan jarak antara. Pemberian jarak ini dengan tujuan untuk memperbesar momen
inersia yang berarti juga memperbesar daya dukung. Besarnya momen inersia terhadap sumbu
bebas bahan (sumbu Y) (Lihat gambar1) harus diberi faktor reduksi sehingga besarnya dapat
dihitung.
Diisyaratkan bahwa a ≤ 2b. Jika a > 2b, maka untuk menghitung It tetap diambil a = 2b.
Sebuah balok yang dibebani momen lentur harus memenuhi syarat batas tegangan lentur dan
lendutan. Tegangan lentur yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan lentur yang diijinkan.
𝑀𝑚𝑎𝑘
𝜎 lt = ≤ 𝜎̅𝑙𝑡
𝑊𝑛
10
Wn = c . Wbr, dengan c adalah factor perlemahan seperti pada batang tarik dan W adalah
tahanan momen. Juga lendutan yang terjadi tidak boleh melebihi lendutan yang diijinkan. Syarat
panjang bentang efektif balok yang efektif dapat dilihat pada PKKI 1961 pasal 12.1.
𝑆 𝑀 𝑚𝑎𝑘𝑠
L 𝜎 tot = 𝐹𝑛 + ∝ 𝑊𝑛
≤ 𝜎̅𝑡𝑟 //
̅ 𝑡𝑟 //
𝜎
Dimana : ∝ = ̅ 𝑙𝑡
𝜎
Gambar 2.4.1 Lenturan dan Tarikan
Pada konstruksi yang mengalami lenturan dan tekanan, tegangan yang terjadi
tidak boleh lebih besar dari tegangan tarik yang disyaratkan.
Pada kontruksi yang mengalami lenturan dan tekanan, tegangan yang terjadi
tidak diijinkan lebih besar dari tegangan tekan yang disyaratkan.
Sebuah batang tarik dari kayu dengan Bj = 0,5 menahan gaya sebesar 5 ton β = 1 , γ = 1,
sambungan dengan baut. Tentukan dimensi batang tarik tersebut yang aman dan ekonomis.
Penyelesaian
Kayu dengan Bj = 0,5 , β = 1, γ = 1, 𝜎̅𝑑𝑠 // 𝑟 = 𝜎̅𝑡𝑟//𝑟 = 150 . 0,5 = 75 kg/ cm 2
P = 5000 kg
Faktor Perlemahan (FP) = 20 %
𝜎̅𝑡𝑟//𝑟 = P / Fnt
Fnt = 5000 / 75 = 66,67 cm2.
Fbr = Fnt / 0,80 = 66,67 / 08 = 83,34 cm2
Dicoba b = 7 cm
h = 12 cm (h ~ 2b)
Fbr = 7.12 = 84 cm2 > 83,34 cm 2 .. (OK)
Jadi dimensi yang aman dan ekonomis 7/12.
Soal ( 2 )
Suatu batang tekan panjangnya 2 m dibebani gaya 12 ton. Batang tersebut merupakan bagian
dari suatu konstruksi kuda-kuda dan direncanakan untuk menahan beban tetap dan beban angin.
Jika berat jenis kayu 0,65, rencanakan dimensi batang tekan tersebut. !!!
Penyelesaian :
Konstruksi kuda-kuda, terlindung β = 1
Beban tetap dan beban angin, γ = 5/4
Konstruksi kuda-kuda = konstruksi rangka. Ltk = L=2 m
Bj = 0,65, 𝜎̅𝑑𝑠//𝑟 = 𝜎̅//𝑡𝑟 / / r = 150.0,65 . 5/4 = 121,875 kg/cm2,
11
Kayu kelas II, Imin = 50. P.Ltk2
Misal direncanakan tampang bujur sangkar.
Imin = 1/12. b4 = 50.12. 22
B4 = 28800 cm4
b = 13,03 cm
diambil b = h = 13 cm
1 4
.𝑏
imin = √12 = 0,289 . h. = 0,289 . 13 = 3,757 cm.
𝑏.ℎ
λ = 200 / 3,757= 53.23 dari daftar III PKKI 1961, dengan interpolasi linier didapat ω = 1,5523
𝑃 . ω 12000 .1,5523
𝜎̅𝑑𝑠//𝑟 = = =110 ,22 kg / cm 2 < 121,875 kg / cm2. Ok….
𝐹 𝑏𝑟 13 . 13
Soal ( 3 ).
Soal 3
Diketahui a = b = 3 cm. Kayu dari Suren. P=3 ton tekan. Batang tersebut, terdapat pada
sebuah konstruksi rangka kuda-kuda. Beban permanen. Panjang batang 220 cm.
Tentukan dimensi h. !!!!!
Penyelesaian
Konstruksi rangka kuda-kuda, β = 1 , ltk = 1 = 220 cm
Beban permanen, γ = 1
Kayu seren
𝜎̅𝑑𝑠// = 45 kg/cm2
𝜎̅𝑑𝑠// = 𝜎̅𝑡𝑟// .1.1 = 45 kg/cm 2.
Dicoba h = 10 cm
ix = 0,289 . h = 2,89 cm
Ity = 2 . 1/12 . 10 . 3 3 + 2 . 10 . 3 . 3 2 = 585 cm4
Igy = 1/12 . 10 . 6 3
Ir = . 1/4. (It + 3. Ig) = (585 + 3 . 180) = 281,25 cm4
281,25
iy = √2𝑥3𝑥10 = 2,165 cm
12
Ity = 2 .1/12 . 35 . 33 + 2 . 35 . 32 = 787,5 cm4
Ig = 1/12 . 35 . 6 3 = 630 cm4
Ir = ¼. (Ity + 3 . Igy) = ¼ . (787,5 + 3 . 630) = 669,375 cm 4
669,375
iry = √ 2𝑥3𝑥35 = 1,785
λ = 220 / 1,785
= 123,25 → dari daftar III PKKI 191, dengan interpolasi
linear di dapat ω = 4,8575
Tujuan pembahasan mekanika bahan di dalam struktur kayu antara lain adalah :
a. Analisis tegangan yang terjadi di dalm bahan , yang disebabkan oleh mekanisme eksternal gaya-gaya
dan beban.
b. Merancang ukuran penampang sedemikian hingga oleh tegangan-tegangan yang terjadi akibat
mekanisme eksternal tersebut, kuat bahan tidak dilampaui, dan
c. Merancang sambungan yang memenuhi syarat dan menjamin keamanan elemen struktur terhadap
efek mekanisme eksternal akibat gaya-gaya yang bekerja.
Didalam struktur kayu, mekanisme yang hamper selalu dijumpai pada dasarnya ada 3, yaitu : akibat
gaya tekan ), dan tekuk ( buckling ).
Selain itu , di dalam mpraktek terdapat 2 jenis bentuk penampang , yaitu tampang tunggal ( batang
tunggal ) dan tampang ganda ( batang ganda ). Masing-masing jenis tersebut akan dibahas aspek
mekanikanya.
13
Rumusan umum yang diuraikan di dalam sub bab ini pada dasarnya merupakan rumusan kunci yang
umum digunakan di dalam analisis struktur kayu. Secara garis besar rumusan tersebut adalah :
f tr = T / A ; (f tr = Tegangan tarik )
f tk = C / A ; (f tk = tegangan tekan )
T = Gaya tarik
C = gaya tekan
S = Af . Z = ( S = tahanan geser )
M = Momen lentur
Selanjutnya , nilai A, I, W, Av, Af, harus dianalisis dengan meninjau jenis tampang yang bersangkutan (
tunggal atau ganda ).
Nilai A, I, W, Av, dan Af, pada batang tunggal dapat dihitung secara teoritis .
Sebagai Contoh. Batang kayu dengan tampang empat persegi panjang yang ukuran sisi arah X adalah b,
dan ukuran sisi arah y dalah h. dengan ketentuan ini maka :
A = b.h
14
15