Anda di halaman 1dari 69

Disampaikan oleh :

Ir. Drs. R. Agus Murdiyoto, MSi


Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta
 Pendahuluan
 Pembahasan PKKI 1961
 Batang tarik
 Batang tekan
 Batang lentur
 Sambungan  bout, paku, sambungan lainnya
 Kolom Ganda
 Balok bersusun
 Tugas besar  perhitungan konstruksi
Berdasarkan Tingkat pemakaian

Tingkat I dan II : Untuk Keperluan konstruksi-


konstruksi berat, tidak terlindung dan terkena
tanah lembab
◦ ( Tingkat I : Kayu jati, merbau, bengkirai, belian )
◦ (Tingkat II : Kayu rasamala, merawan dsb)
Tingkat III : Untuk Keperluan konstruksi-
konstruksi berat ,terlindung
( kayu puspa, kamfer, kruing )
Tingkat IV : Untuk keperluan Konstruksi ringan
yang terlindung.
( Meranti, suren, jeungjing )
Tingkat V : Untuk keperluan pekerjaan sementara
Berat Jenis dan Mutu Kayu

 Berat jenis kayu ditentukan pada kondisi dimana


kadar lengas kayu dalam
keadaan kering udara. Berat jenis yang digunakan
adalah berat jenis kering udara.
Berat jenis kayu sangat menentukan kekuatan dari
kayu.
 Selain berat jenis, kekuatan kayu juga ditentukan
oleh mutu kayu.
Mutu kayu dibedakan dalam dua macam, yaitu
mutu A dan mutu B yang selanjutnya dapat dibaca
pada PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu
Indonesia) 1961 (NI-5).
 Kekuatan kayu digolongkan dalam kelas kuat I, II,
III, IV, dan V. Tegangan-tegangan ijin untuk kayu
mutu A dengan kelas kuat tertentu dapat dilihat
pada daftar IIa PPKI 1961. Untuk kayu mutu B
tegangan-tegangan ijin dalam daftar IIa harus
dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,75.

 Apabila diketahui berat jenis kayu, maka


tegangan tegangan ijin kayu mutu A dapat
langsung dihitung dengan rumus seperti
terdapat pada daftar IIb PPKI 1961, sebagai
berikut:
σlt =170.g (kg/cm2)
σtk// = σtr// = 150. g (kg/cm2)
σ tk⊥ = 40.g (kg/cm2)
Ʈ// = 20.g (kg/cm2)
dimana g adalah berat jenis kering udara.
Kelas Kuat Kayu
 Kelas kuat & jenis kayu juga digunakan untuk
menentukan modulus elastisitas kayu sejajar
serat (E), yang dapat dilihat pada daftar I PPKI
1961.
 Apabila telah diketahui berat jenis kayu, maka
untuk menentukan modulus elastisitas kayu
harus diketahui kelas kuat kayu. Untuk itu
hubungan antara kelas kuat dan berat jenis kayu
di dapat dilihat pada tabel berikut ini.
 Tabel : Hubungan antara kelas kuat dan berat
jenis
Kelas kuat I II III IV V
Berat jenis ≥ 0,90 0,60-0,89 0,40-0,59 0,30-0,39 < 0,30
Faktor Reduksi

Harga-harga tegangan ijin dalam daftar IIa PKKI 1961 maupun


rumus tegangan yang telah diberikan sebelumnya adalah
untuk pembebanan pada konstruksi yang bersifat tetap dan
permanen serta untuk konstruksi yang terlindung. Jadi, untuk
sifat pembebanan tetap, faktor reduksi γ = 1, untuk
konstruksi terlindung, faktor reduksi β = 1.

Apabila pembebanan bersifat sementara atau khusus untuk


konstruksi tidak terlindung, maka harga tegangan ijin tersebut
harus dikalikan dengan faktor reduksi:
- untuk konstruksi yang selalu basah (terendam air), β = 2/3
- untuk kontruksi tidak terlindung, β = 5/6

- untuk pembebanan yang bersifat sementara, γ = 5/4 (boleh


dikalikan )

Faktor reduksi tersebut di atas, juga berlaku untuk mereduksi


kekuatan alat sambung.
Soal-Soal dan Pembahasan
Suatu konstruksi gording menahan beban tetap
terbagi sebesar 50 kg/m. Kayu kelas A. Gording
terbuat dari kayu dengan Bj= 0,6. Hitung
tegangantegangan ijinnya? Apabila panjang
gording 3 m dengan perletakan sendi-rol, serta
dimensi gording 6/8, Cek apakah konstruksi
tersebut aman. Lendutan dan berat sendiri gording
diabaikan
Pembahasan :
Konstruksi gording terlindung,
Pembebanan permanen, Bj = 0,6 maka:
σlt = 170.0,6. = 102 kg/cm2
σtk// = σtr// = 150.0,6. = 90 kg/cm2
σ tk⊥ = 40.0,6. = 24 kg/cm2
Ʈ// = 20.0,6. = 12 kg/cm2
Mmaksimum (Mmaks) = 1/8.q. L² = 1/8.50.3²
= 56,25 kg.m
= 5625 kg.cm
Momen Tahanan(W) = 1/6. b. h² = 1/6.6.8² = 64
cm³

σlt = M maks/W = 5625/64 = 87, 89 kg cm² <


σlt = 102 kg/cm ² (OK)

Gaya lintang maksimum (Dmaks) = ½ q. l =


½ (50).3 = 75 kg

Ʈ// = 3/2 ( D/bh) = 3/2. (75/6x8) = 2,34


kg/cm2 < Ʈ// = 12 kg/cm² (OK)  Konstruksi
aman
Perlemahan (Menurut PKKI)

1. Pada batang-batang tarik dan bagian-bagian


konstruksi yang dibebani dengan tegangan
lentur, perlemahan-perlemahan akibat lubang-
lubang untuk alat-alat penyambung dan
lainnya harus diperhitungkan.
2. Untuk batang-batang yang menahan tegangan
tekan, perlemahan akibat alatalat penyambung
tidak perlu dipergunakan. Tetapi apabila di
dalam kenyataan pada batang-batang kayu
tersebut terdapat lubang-lubang yang tidak
tertutup. maka lubang-lubang tersebut harus
diperhitungkan sebagai perlemahan
Batang Tarik

S S
 Untuk menentukan luas tampang batang
yang mengalami tarikan harus diperhatikan
berkurangnya luas tampang akibat adanya
alat-alat sambung.
 Untuk itu dalam hitungan selalu digunakan
luas tampang netto (Fn,)
Besarnya luas netto :
Fnt = Fbr • C
C = adalah faktor'perlemahan akibat adanya
alat sambung
Fbr = adalah luas tampang bruto

Besarnya faktor perlemahan dapat diambil,


sebagai berikut :
◦ 10% untuk sambungan dengan paku
◦ 20% untuk sambungan dengan baut dan samb. gigi
◦ 20% untuk samb. dengan kokot dan cincin belah
◦ 30% untuk sambungan dengan pasak kayu
◦ 0% untuk sambungan dengan perekat
Batang Tekan

S S
 Untuk merencanakan batang tekan harus
diperhatikan adanya bahaya tekuk. tetapi
tidak perlu memperhatikan faktor
perlemahan seperti batang tarik
 Besarnya faktor tekuk (ω) tergantung dari
angka kelangsingan batang (λ)

ℓk I min
λ = -----  i min = √ ----
i min Abr
P P P P

S B S J

S J J J
ℓk=ℓ ℓk=2ℓ ℓk=1/2√2ℓ ℓk=1/2ℓ
P.ω
σtk// = --- - ≤ σtk// (ijin)
Abr
Untuk merencanakan dimensi batang tekan,
sebagai pedoman awal dapat digunakan rumus-
rumus, sebagai berikut :

◦ Untuk kayu kelas kuat I → Imin = 40 Ptk . Ik2


◦ Untuk kayu kelas kuat II → Imin = 50 Ptk . Ik2
◦ Untuk kayu kelas kuat III → Imin = 60 Ptk . Ik2
◦ Untuk kayu kelas kuat IV → Imin = 80 Ptk . Ik2

Dimana : Imin = dalam cm4


Ptk = gaya tekan dalam ton
Ik = panjang tekuk dalam meter
Batang Lentur

M M

 Sebuah balok yang dibebani momen lentur


harus dipenuhi syarat batas tegangan lentur
dan lendutan. Tegangan lentur yang terjadi
tidak boleh melampaui tegangan lentur yang
diijinkan.
M max
σlt = ------ ≤ σlt (ijin)
Wn
Pada lendutan, yang terjadi tidak boleh lebih besar dari
lendutan yang diijinkan seperti yang disyaratkan. Dengan
mengabaikan pergeseran pada tempat-tempat sambungan,
lendutan pada sesuatu konstruksi akibat berat sendiri dan
muatan tetap dibatasi, sebagai berikut :
◦ f max ≤ 1/300 . I
Untuk balok yang dipergunakan pada konstruksi yang
terlindung
◦ f max ≤ 1/400 . I
Untuk balok yang dipergunakan pada konstruksi yang tidak
terlindung
◦ f max ≤ 1/200 . I
Untuk balok yang dipergunakan pada konstruksi kuda-
kuda, seperti gording, kasau dan sebagainya
◦ f max ≤ 1/500 . I
Untuk konstruksi rangka batang yang terlindung
◦ f max ≤ 1/700 . I
Untuk konstruksi rangka batang yang tidak terlindung
Balok Yang Mendukung Tegangan Lentur dan
Gaya Normal

a. Lenturan dan tarikan

P P
M M

Pada konstruksi yang mengalami lenturan


dan tarikan, tegangan yang terjadi tidak
boleh lebih besar dari tegangan tarik yang
dijinkan.
P M max
σtot = ----- + α ------ ≤ σ tr// (ijin)
Anet Wn

dimana :

σtr//
α = ----
σlt
b. Lenturan dan tekanan

P P
M M

Pada konstruksi yang mengalami lenturan


dan tekanan, tegangan yang terjadi tidak
boleh lebih besar dari tegangan tekan yang
dijinkan.
Pω M max
σtot = ----- + α ------ ≤ σ tk// (ijin)
Abr Wn

dimana :

σtk//
α = ----
σlt
SOAL 1 :
Sebuah batang tarik dari kayu mutu A, dengan Bj = 0,5
menahan gaya sebesar 5 ton. Konstruksi terlindung dan
menahan muatan tetap. Tentukan dimensi batang tarik
tersebut yang aman dan ekonomis,jika nantinya akan
digunakan sambungan bout ?
Jawab :
σ tr// = 150 . g = 150 . 0,5 = 75 kg/cm2
P = 5.000 kg
Bj = 0,5

Faktor perlemahan (FP) =20%

σ tr// =P/Anet ≤ σtr//(ijin)  Anet = P/ σtr//(ijin)


= 5000/75 = 66,67 cm2
Abr = Anet / 0,8= 66,67/0,8= 83.34 cm2
Diambil b = 8 cm dan h = 12 cm

Fbr = 8 . 12 = 96 cm2 > 83,34 cm2


Dimensi yang aman dan ekonomis = 8/12

SOAL 2 :
Suatu batang tekan panjang 2 m mendukung gaya 6
ton. Batang tersebut merupakan bagian dari suatu
konstruksi kuda-kuda yang direncanakan untuk
menahan muatan tetap dan muatan angin. Jika Bj
kayu = 0,65 mutu A, rencanakan dimensi batang
tekan tersebut.
Jawab :
Konstruksi kuda-kuda (terlindung),
Muatan tetap dan muatan angin , γ = 5/4
Konstruksi kuda-kuda = konstruksi rangka batang
ℓk =ℓ =2m
Bj = 0,65 (Kayu kelas II)
σ tk//(ijin) = 150 . 0,65 . 5/4 = 121,875 kg /cm2
Imin = 50 . Ptk . Ik2

Misal direncanakan tampang bujur sangkar.


Imin = 1/12 . b4 = 50 . Ptk. Ik2
= 1/12 .b4 = 50 . 6 .22
b4 = 14.400 cm4
b = 10,95 cm
Diambil b = h = 12 cm
imin = √( 1/12 b 4 / b 2 ) = 3,46 cm
λ = ℓk / i min = 200/3,46 = 57,80  ω = 1,63
σ tk// = (P. ω) / Abr =
= (6000.1,63)/12.12 = 67,92 kg /cm2
< σ tk// = 121,875 kg /cm2 (OK)
→ Dimensi yang aman = (12 x 12) cm2
SAMBUNGAN
Dalam perencanaan sambungan titik buhul, penting sekali
dihindarkan sedapat mungkin eksentrisitet :
a.

eksentrisitas e
momen sekunder = P . e
b.

e = eksentrisitas , z = titik berat kelompok alat penyambung


Momen sekunder = P . e
c.

e=0
Sambungan Dengan Baut
Baut sebagai alat penyambung banyak dipakai,
meskipun tidak begitu baik, karena :
◦ efisiensi rendah
◦ deformasi besar
Tegangan-tegangan dalam arah sambungan maupun
pada penampang baut dianggap rata dalam
perhitungan. Sesungguhnya pembagian tegangan
tegangan sebagai berikut :
Menurut PPKI pasal 14.
◦ Alat penyambung baut harus dibuat dari baja st 37
atau dari besi yang mempunyai kekuatan paling
sedikit seperti st 37
◦ Lubang baut harus dibuat secukupnya saja dan
kelonggaran tidak boleh lebih dari 1,3 mm.
◦ Garis tengah baut paling kecil harus 10 mm (3,8"),
sedang untuk sambungan baik bertampang satu
maupun bertampang dua, dengan tebal kayu lebih
besar dari 8 cm, harus dipakai baut dengan garis
tengah paling kecil 12,7 mm (1/2").
◦ Baut harus disertai plat ikutan yang tebalnya min 0,3d
dan maks 5 mm dengan garis tengah 3d atau jika
mempunyai bentuk persegi empat, lebarnya 3d,
dimana d = garis tengah baut. Jika bautnya hanya
sebagai pelekat, maka tebal plat ikutan dapat diambil
min 0,2d dan maksimum 4 mm.
•Sambungan bertampang satu / geser tunggal
 Sambungan bertampang dua / geser ganda

Anggapan praktis b1 = 3,5d 10 b2 = 4,5d


Contoh Soal :

Kayu kelas II mutu A


Konstruksi terlindung menahan muatan tetap.
Kontrol apakah kekuatan baut dapat menahan gaya
sebesar 2.750 kg.
Penyelesaian :
Sambungan termasuk golongan II bertampang
dua
γb = b/d = 8/1,8 = 4,4 = 4,3
S1 =100.d.b3.(2)
S1 = 100 . 1,8 . 8 . (2) = 2.880 kg.
S2 = 200 . d . b1 . (2)
S2 = 200 . 1,8 . 6 . (2) = 4.320 kg.
S3 = 430. d2. (2)
S3 = 430 . 1,82 . (2) = 2.786,40 kg.

Dipilih S yang terkecil : S3 = 2.786,40 kg ~


S3 > P (OK)
2.786 kg > 2.750 kg
 Jika pada sambungan bertampang satu, salah
satu batangnya adalah dari besi (baja) atau
pada sambungan bertampang dua, pelat-
pelat penyambungnya dari besi (baja), maka
harga-harga S dalam rumus-rumus tersebut
dapat dinaikkan 25%.

 ɸ baut (d) 12 14 16 18 20 22 24
ɸ ulir (dk) 9 10,5 12,5 14 16 18 20,5

Ukuran dalam mm
Sambungan kayu dengan plat simpul :
Direncanakan menggunakan sambungan baut
dengan menggunakan pelat simpul dari baja (
sambungan tampang dua ).Sambungan bertampang
dua golongan II ( PKKI 1961 Pasal 14 ayat 5 ). Gaya
batang tekan 33,5 kg, sudut arah gaya 90 deg.
λb = 4.3
S = 100db3( 1 – 0.6 sin α)
S = 200 db1( 1 – 0.6 sin α )
S = 430 d2 ( 1 – 0.35 sin α )
Direncanakan
• Diameter baut 10 mm (PKKI 1961 Pasal 14 ayat 3 )
• Tebal plat = 0.3 d = 0.3(10)= 3 mm ( PKKI Pasal
14 ayat 4 )

SAMBUNGAN – A
Batang B1 = -33,5 kg  5/7
 S1 = 100 d b3. (1 – 0,6 sin 90)
 S1= 100 (1) (5) (0,4) = 200 kg
 S2 = 200d.b1 ( 1 – 0.6 sin 90 )
 S2 =200 . 1. 0,3 (0,4)
 S2 =24 kg (diambil S yang terkecil)
 S3= 430 d². (1 – 0,35 sin 90)
 S3= 430 (1)²(0,65)= 279,5 kg

 Sr = 1,25 . S .(5/4).(5/6)
 Sr = 1,25 . 24 .(5/4).(5/6)
 Sr = 31,25 kg
 η = P/S = 33,5 kg / 31,25 = 1,072 2 Baut
Contoh soal menghitung plat ikutan:

Dik : Kayu kelas II mutu A. Konstruksi


terlindung menahan muatan tetap σtr baut =
1.000 kg /cm²
Dit : Ø baut dan ukuran plat ikutan (μ)
Penyelesaian :
σtr baut ≥ P/A
1.000 ≥ 1400 / ¼ π dk²
dk² ≥ 1400 / ¼ π . 1000
dk ≥ 1,33 ~ dk = 1,4 → Ø baut = 1,8 cm
= 18 mm
Dimensi minimum plat ikutan :
Ap = μ2 - ¼.Л.(d+0.2)2  μ adalah lebar plat
ikutan

Ap = μ2 - ¼.Л.(1.8+0.2)2
Ap = μ2 - ¼.Л.22
Ap = μ2 - Л
Ap ≥ P / σtk⊥
μ2 – Л ≥ 1400 / 25
μ ≥ 7,69 ~ 8 cm (lebar plat ikutan)
Chek :
Tebal plat ikutan = 0,3 d = 0,3. 1,8 = 0,54 cm ~ 5 mm
Lebar plat ikutan = 3 d = 3 . 1,8 = 5,4 < 8 cm (Tidak OK)
dipilih 8 cm.
Ukuran plat ikutan = 8/8/0,5
SAMBUNGAN DENGAN PAKU
 Suatu sambungan dengan menggunakan paku, adalah
sambungan dengan memakai perekat.
 Deformasi sambungan paku lebih kecil dibandingkan
sambungan baut

Macam-Macam Bentuk Paku :

Paku Tampang Bulat

Banyak digunakan di Indonesia. Tetapi tidak


mendukung gaya dalam arti yang sesungguhnya, gaya
yang didukung hanya kecil saja.
Contoh : - Untuk pembuatan perabot-perabot rumah
tangga
- Untuk pembuatan jendela / pintu dsb

Dimana pada kondisi diatas hampir tidak ada gaya-gaya


yang diterima oleh paku.
Paku Tampang Segitiga

Paku ini sekarang tidak banyak lagi dipakai,


terutama di Indonesia.

Paku Tampang Persegi

Banyak dipakai di benua Eropa, terutama pada


konstruksi pendukung.

Paku Alur Spiral (Spirally Grooved Nail)

Dipakai untuk keperluan-keperluan istimewa,


terutama bila diperlukan kuat cabutnya. Paku ini
mempunyai dukungan gesek yang besar,
dikarenakan kelilingnya tidak rata.
Paku Alur Lurus (Longitudinally Grooveed Nail)
Banyak dipakai di benua Eropa, terutama sebagai alat
sambung pada konstruksi dukung.

Paku Sisik (Barbed Nail)


Dipakai untuk keperluan-keperluan yang khusus

Di Indonesia satu-satunya jenis paku yang digunakan,


ialah paku tampang bulat, walaupun daya dukungnya
kecil. Oleh sebab itu di Indonesia paku belum banyak
digunakan sebagai konstruksi dukung.
Kebaikan-kebaikan konstruksi kayu dengan
menggunakan sambungan paku :

◦ Harga paku, adalah murah, maka konstruksi


murah pula.
◦ Konstruksinya kaku, karena geseran-geseran di
dalam sambungan hanya kecil.
◦ Di dalam pembuatan konstruksi beserta
sambungan tidak diperlukan tenaga ahli, cukup
dikerjakan oleh tukang atau pekerja biasa,
sedang alatalat yang diperlukan sangat
sederhana, ialah palu dan catut saja.
◦ Pekerjaan dapat dijalankan dengan cepat.
◦ Perlemahan kayu karena paku-paku kecil
Peraturan sambungan paku menurut PKKI,
adalah sebagai berikut :

 Paku yang dipergunakan dapat mempunyai


tampang melintang yang berbentuk bulat
persegi atau beralur lurus.

 Kekuatan paku bertampang bulat diberikan


dalam daftar V PKKI dan berlaku untuk tebal
kayu seperti tertera dalam daftar tersebut.
Kekuatan paku tersebut tidak tergantung dari
besar sudut antara arah gaya dan arah serat
kayu.
Untuk sambungan yang menyimpang dari daftar Va
dapat dipakai rumusrumus di bawah ini dengan
mengingat syarat-syarat ukuran paku seperti tertera
dalam gambar di bawah ini dan seperti σkd dalam daftar
Va :
Sambungan bertampang satu

S =½.b.d. σkd (ijin) b ≤ 7d


S =3,5.d2 σkd (ijin) b ≥ 7d

Sambungan bertampang dua

S = b.d.σkd (ijin) b ≤ 7d
S =7.d2 σkd (ijin) b ≥ 7d
S = Gaya yang diperkenankan per paku
b = Tebal kayu
d = Diameter paku (daftar Vb)
σkd = Kokoh desak kayu
 Ujung paku yang keluar dari sambungan
sebaiknya dibengkokkan tegak lurus arah
serat, asal pembengkokan tersebut tidak
akan merusakkan kayu.

 Apabila dalam satu barisan terdapat lebih


dari 10 batang paku, maka kekuatan paku
harus dikurangi dengan 10% dan jika lebih
besar dari 20 batang paku harus dikurangi
dengan 20%.

 Pada sambungan dengan paku, paling


sedikit harus digunakan 4 batang paku.

 Jarak paku minimum harus memenuhi


syarat-syarat, sebagai berikut :
 Dalam arah gaya
12.d untuk tepi kayu yang dibebani
5.d untuk tepi kayu yang tdk dibebani
10.d jarak antar paku dalam satu barisan

 Dalam arah tegak lurus gaya

5.d untuk jarak sampai tepi kayu


5.d untuk jarak antara baris-baris paku
Apabila ada banyak kemungkinan bahwa
paku akan berkarat, maka hendaknya dipakai
paku yang disepuh seng atau cadimium.
 Apabila paku dipergunakan untuk konstruksi yang selalu
terendam air atau untuk bagian konstruksi yang tidak
terlindung dan kemungkinan besar kadar lengas kayu
akan selalu tinggi, maka di dalam perhitungan kekuatan
harus dikalikan dengan angka 2/3.
 Apabila paku digunakan untuk konstruksi yang tidak
terlindung tetapi kayu itu dapat mengering dengan cepat,
kekuatannya harus dikalikan dengan angka 5/6.

 Kekuatan sambungan paku dapat dinaikkan dengan 25%,


jika muatan terdiri dari muatan tetap clan muatan angin
atau dari muatan tetap dan muatan tidak tetap, kecuali
untuk beban-beban dinamis seperti pada jembatan-
jembatan dan sebagainya.

 Jika suatu konstruksi dengan paku berbentuk lengkung,


maka jari-jari lengkungannya paling kecil 400 b, dimana
b adalah tebal papan kayu yang dipergunakan dalam
konstruksi itu.
Panjang paku minimum, baik untuk sambungan tampang satu
maupun tampang dua harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
Contoh soal :

Kayu Kelas II σkd = 150 kg / cm2 .


Ditanyakan : Bila disambung dengan paku
- Jumlah dan ukuran paku
- Jarak penempatan paku
Penyelesaian :
Lihat daftar Va PKKI maka akan didapat :
Diameter paku 5,2 mm = 0,52 cm
Panjang paku (ℓ ) = 114 mm = 11,4 cm
Kekuatan paku 1paku tampang satu = 142 kg
Jumlah paku = 4500 kg / 142 kg = 31,6
= 32 buah
Jumlah paku keseluruhan = 2 x 32 = 64 buah
Menggunakan Rumus :
Direncanakan menggunakan paku : L = 12
cm, d = 0,52 cm
7 d = 7 . 0,52 = 3,64 cm
b=4 cm >7d → maka menggunakan rumus :
S = 3,5.d2 . σkd
= 3,5 . 0,522 . 150 = 142 kg

Jumlah paku 1 sambungan = 4500 / 142 =


32 buah paku
Jumlah paku seluruhnya = 2 . 32 = 64 buah
paku
Jarak penempatan :
5 d= 5 . 0,52 = 2,6 cm
10d =10.(0.52) =5.2cm ~ 6 cm
12 d = 12.(0,52) = 6.24 cm ~ 8 cm
Jumlah baris paku = 16 / 2,6 = 6,15 - 1 = 5
baris → digunakan 4 baris saja
Jumlah deret paku =32/4 = 8 deret
Sambungan Gigi
Syarat-syarat dalam PKKI untuk sambungan gigi adalah
sebagai berikut :
1. Pada sambungan gigi, gesekan antara kayu dengan
kayu didalam perhitungan harus diabaikan. Untuk
sambungan gigi tunggal dalamnya gigi tidak boleh
melebihi sesuatu batas, yaitu

1
tm  h untuk  50 o
4
1
t m h untuk  60 o
6
h : tinggi batang mendatar
Untuk harga  antara 50 deg. dan 60 deg.
besarnya gigi maksimum harus disisipkan
lurus.
Gigi supaya dibuat menurut garis bagi sudut luar
β
Panjang kayu muka lm harus dihitung

S cos α
Im = -----------, tetapi Im ≥ 15 cm , b = lebar
Ʈ .b batang
mendatar
lm
tm
a
CONTOH SOAL :

Diketahui konstruksi kayu seperti diatas. Kayu kelas II mutu A


Konstruksi terlindung dan menahan muatan tetap. Rencanakan
sambungan di atas dan cek tegangan yg terjadi.

Penyelesaian :
 Kayu kelas II mutu A γ = 1, β= 1
σtk// = 85 kg/cm2
σtk = 25 kg/cm2
Ʈ = 12 kg/cm2
a. PH = P . cos a = 2.000 . cos 28° = 1.765,9 kg
b. PV = P . sin a = 2.000 . sin 28° = 938,94 kg
c. tmmax = ¼ h = ¼ . 12 = 3 cm
PH 1765,9
d. tm = ----- = ------ = 2,6 cm < 3 cm(ok)
σtk//. b 85 x 8
dipakai tm = 2,6 cm
e. lm = .........
f. a = .........

Anda mungkin juga menyukai