PCI Girder
Girder adalah bagian struktur atas yang berfungsi menyalurkan beban berupa beban kendaraan, berat
sendiri girder dan beban lainnya yang berada di atas girder tersebut ke bagian struktur bawah.
Umumnya girder merupakan balok baja dengan profil I, namun girder juga dapat berbentuk box (box
girder), atau bentuk lainnya.
Menurut material penyusunnya girder dapat terdiri dari girder beton dan girder baja. Sedangkan
menurut sistem perancangannya, girder terdiri dari girder precast yaitu girder beton yang telah di
cetak di pabrik tempat memproduksi beton kemudian beton tersebut di bawa ke tempat
pembangunan jembatan atau fly over dan pada saat pemasangan dapat menggunakan girder crane.
Selain girder precast, juga dikenal istilah on-site girder, yaitu girder yang di cor di tempat
pelaksanaan pembangunan jembatan, girder ini dirancang sesuai dengan perancangan beton pada
umumnya yaitu dengan menggunakan bekisting sebagai cetakannya.
Girder Jembatan
Girder dengan bentuk balok I sering disebut dengan PCI Girder (yang dibuat dari material beton).
Girder ini dapat terbuat dari bahan komposit ataupun bahan non komposit, dalam memilih hal ini
perlu dipertimbangkan berbagai hal seperti jenis kekuatan yang diperlukan dan biaya yang
dikeluarkan.
Baja Prategang
Didalam praktek baja prategang (tendon) yang dipergunakan ada 3 (tiga) macam, yaitu:
Baja Prategang Diameter (mm) Luas (mm2) Beban Putus (kN) Tegangan Tarik (Mpa)
Kawat Tunggal (wire) 3 7.1 13.5 1900
4 12.6 22.1 1750
5 19.6 31.4 1600
7 38.5 57.8 1500
8 50.3 70.4 1400
Untaian Kawat (strand) 9.3 54.7 102 1860
12.7 100 184 1840
15.2 143 250 1750
Kawat Batangan (bar) 23 415 450 1080
26 530 570 1080
29 6680 710 1080
32 804 870 1080
38 1140 1230 1080
PCI-Girder Jembatan dengan panjamg span 25,6 m dari abutment 1 ke pier 1 yang terdiri dari 5
segmen girder dan menggunakan baja prategang jenis untaian kawat (strand).
No. Dimensi Luas Tampang Jarak Terhadap Alas Statis Momen Y'
b (cm) H (cm) A Y A*Y
1 65 22,5 146,25 11,25 16453,125 59,89
2 23,5 10 117,5 25,83 3035,4 45,30
3 23,5 10 117,5 25,83 3035,4 45,30
4 18 125 2250 85 191250 -13,86
5 18,5 75 69,37 145 10059 73,86
6 18,5 75 69,37 145 10059 73,86
7 55 125 687,5 153,75 105703.125 82,61
Total 4773,75 339595.83
Tabel diatas merupakan identitas dari girder/gelagar tersebut, berisi dimensi lebar atas, lebar bawah,
lebar badan, luas tampang A didapat dari perkalian b dikaliahn h, statis momen didapat dari perkalian
A dikalikan y, sementara y merupakan jarak terhadap alas.
Setelah itu saudara harus mencari nilai yb dan ya untuk penteuan garis netral balok prategang, ya
merupakan jarak alas terhadap a dan yb merupakan jarak alas terhadap b, rumusnya adalah sebagai
berikut:
𝑦𝑏 = ∑ 𝐴. 𝑦 / ∑ 𝐴
𝑦𝑎 = ℎ − 𝑦𝑛
Kemudian menghitung inersia penampang girder yang akan di analisis, pada luas pelat lantai
transformasi luas tampang gelagar induk ditambahkan tebal plat dan jarak girder.
Dari penjumlahan luas pelat lantai transformasi akan di dapat nilai Ac, langkah selanjutnya adalah
menghitung penentuan letak garis netral penampang komposit, Momen inersia penampang komposit,
Penentuan batas inti penampang komposit.
𝑦𝑛𝑐 = 𝑦𝑏′ = ∑ A . y / ∑ A
𝑞𝑔 = 𝐴𝑔 ∗ 𝛾𝑏
Reaksi perletakan
𝑉𝐴 = 𝑉𝐵 = (𝑞𝑔 . 𝐿)/ 2
Qg dan qp adalah beban merata akibat berat sendiri gelagar, kemudian qp merupajan berat pelat
lantai, jika sudah diketahui hasilnya maka dijumlahkan dengan rumus.
𝑞𝑀𝑆 = 𝑞𝑔 + 𝑞p
Reaksi perletakan
𝑉𝐴 = 𝑉𝐵 = (𝑞𝑀𝑆 . 𝐿) /2
4) Beban Terpusat
Balok diafragma, yang dipasang berfungsi sebagai pengaku antar gelagar induk (balok prategang)
Ukuran diafragma:
Tebal = 20 cm
Ini juga sama seperti yang di atas, tebal, lebar dan tinggi dikalikan berat jenis beton.
𝑃𝐷 = 𝑝 ∗ 𝑙 ∗ 𝑡 ∗ 𝛾b
Reaksi perletakan
𝑉𝐴 = 𝑉𝐵 = 𝑃𝑀𝑆. 𝐿 /2
5) Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang menimbulkan suatu beban pada balok (girder)
jembatan yang merupakan elemen non-struktural, dan mungkin besarnya berubah selama umur
jembatan, girder jembatan direncanakan mampu memikul beban mati tambahan berupa:
Jadi beban mati tambahan yaitu genangan air hujan ditambahkan dengan berat aspal beton dengan
rumus:
𝑞𝑀𝐴 = 𝑞𝑎𝑏 + 𝑞𝑎
Reaksi Perletakan
𝑉𝐴 = 𝑉𝐵 = 𝑞𝑀𝐴 . 𝐿/ 2
𝐿 ≤ 30𝑚 ∶ 𝑞 = 9 𝑘𝑃𝑎
𝐿 > 30𝑚 ∶ 𝑞 = 9 ∗ (0,5 + 15 𝐿) 𝑘𝑃𝑎
Sedangkan beban garis (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah
lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49 kN/m. dimana factor beban dinamis 1,8.
Reaksi Perletakan
𝑉𝐴 = 𝑉𝐵 = (𝑞𝑇𝐷 . 𝐿) + (𝑃𝑇𝐷)/ 2
8) Gaya rem
Pengaruh pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang, dan
dianggap bekerja pada jarak 1,80 m diatas permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya rem arah
memanjang jembatan 5% dari beban lajur “D” tanpa factor beban dinamis.
Gaya geser dan momen maksimum akibat pada balok akibat gaya rem
𝑀𝑚𝑎𝑘 = 1/ 2 𝑀
𝑉𝑚𝑎𝑘 = 𝑀/ 𝐿
9) Beban Angin
Beban angina merupakan beban skunder, pengaruh tekanan angin bekerja dalam arah horizontal
sebesar 100 kg/cm2. Dalam memperhitungkan jumlah luas bagian jembatan pada setiap sisi
digunakan jumlah luas bagian jembatan. Beban garis merata tambahan arah horizontal pada
permukaan lantai jembatan akibat angin yang meniup kendaraan diatas lantai jembatan dihitung
dengan rumus:
Tew= 0,0012* Cw * (Vw)2 kN/m
Cw =koefisiens eret, 1,2
Vw=kecepatan angin rencana, 30 m/s
Tew= 0,0012* 1,2 * (30)2
Tew =1,296 kN/m =129,6 kg/m
Bidang vertical yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi 2 m di atas
lantai kendaraan.
H=2m
Jarak antar roda kendaraan, x = 1,75 m
Transfer beban angin ke lantai jembatan
𝑄𝑒𝑤 = 1 /2. ℎ /𝑥 . 𝑇𝑒𝑤
𝑇𝐸𝑄 ′ = 𝐾𝑣.𝐼 . 𝑊t
Beban gempa vertical
𝑄𝐸𝑄 ′ = 𝑇𝐸𝑄 ′ /𝐿
yang harus diperhitungkan ketika menghitung beban gempa ialah lokasi jembatan, bisa di liat pada
pedoman pembebanan, lokasi yang di bangun termasuk wilayah gempa 4 atau 3 dan berada di tanah
sedang atau lainya, dengan melihat pedoman gempa saudara bisa memperoleh koefisien geser dasar.
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pebebanan pada perencanaan struktur jembatan prategang ini digunakan empat kombinasi
pembebanan pada kondisi beban ultimit yaitu:
Dari keempat kombinasi tersebut diambil kombinasi pembebanan yang paling menentukan.
Kombinasi Momen
Dari keempat kombinasi pembebanan tersebut diambil kombinasi pembebanan yang paling
menentukan sebagai momen total (MT) yaitu kombinasi pembebanan 3 dengan momen yang paling
menentukan.
Kontrol Tegangan
Kontrol penampang gelagar terhadap tegangan yang terjadi dalam hal ini dihitung penentuan titik
berat kabel di tengah bentang, kontrol terhadap luas penampang, luas penampang yang diperlukan.
Pada bagian control tegangan saudara harus menghitung tegangangan awal yaitu serat atas dan serat
bawah, begitu juga untuk tegangan akhir, dibagian ini tegangan pada keadaan awal dalam artina saat
transfer dijabarkan dan dibuat distribusi tegangan, begitu juga untuk keadaan tegangan setelah
kehilangan gaya prategang.
Tegangan awal
Serat atas
𝑓̅ 𝑎 = 1 4√𝑓′c
Serat bawah
𝑓̅ 𝑏 = −0,6 𝑓 ′ 𝑐
Tegangan akhir
Serat atas
𝑓̅ 𝑎 = 0,45 𝑓 ′c
Serat bawah
𝑓̅ 𝑏 = 1/ 2 𝑓 ′c
Data Tendon:
Jenis strands : strand standar 7 kawat untaian ASTM A-416 grade 270
Kuat tarik strand (fpu) : 1860000 kPa
Tegangan awal strand (fpy)= 0,8 xfpu : 1488000 kPa
Tegangan akhir strand (fpi)= 0,7 xfpu : 1302000 kPa
Diameter nominal strands : ½“ (1,27 cm)
Luas tampang nominal 1 starnd (Ast) : 98,7 mm2
Beban putus minimal 1 stands (Pbs) : 176,52 kN (100% UTS)
Jumlah kawat untaian : 6
Diameter selubung ideal : 84 mm
Luas tampang strands (As) : 1094,9 mm2
Beban putus satu tendon (Pb1) : 1059,21 kN
Modulus elastic satu strands (Es) : 1,9 x 108 kPa = 193000 MPa
Batas Tegangan
Tegangan awal strand (fpy)= 0,8 x fpu : 1488000 kN/m2 = 14880 kg/cm2
Tegangan akhir strand (fpi)= 0,7 x fpu : 1302000 kN/m2 = 13020 kg/cm2
Data teknis diatas harus dipaparkan karena untuk menghitung jumlah kabel yang diperlukan pada
keadaan awal maupun pada keadaan akhir.
Diketahui:
Jumlah tendon = 4 As
1 starnd = 0.987 cm2
Jumlah strand 1 tendon = 6
As pertendon = 10,949 cm2
Fpy = 14880 kg
Fo = (m-1) As . fpy
𝐸𝑆 = ∆𝑓𝑠 = n. F0 A0
∆𝑓𝑠 = n. (m − 1) As . fpy/ A0
Jika saudara sudah menhitung persamaan dari semua jumlah kabel tendon maka berikutnya dicari
untuk kehilangan gaya prategang rata-rata dengan rumus ES rata-rata seluruh kabel 1 samapai 4
dijumlahkan lalu dibagi jumlah kabel, pada perhitungan ini jumlah kabel 4, berikut contohnya.
𝐸𝑆rata−rata = kabel baris 1 + kabel baris 2 + kabel baris 3 + kabel baris 4/jumlah kabel.
Rumus Persamaan:
SH = εcs . Es
Terhadap baja prategang, relaksasi merupakan kehilangan tegangan tarik pada tendon yang dibebani
gaya tarik pada panjang tendon tetap dan suhu tertentu.
Rumus Persamaan:
RE = C(KRE − J(SH + CR + ES))
Sauadra harus menghitung tulangan arah memanjang untuk luas tampang bagian atas, luas tampang
bagian bawah, luas tampang bagian badan.
Rumus Persamaan:
𝑛 = 𝐴𝑠−𝑎𝑡𝑎𝑠/ 𝐴𝑠𝑡
2) Penulangan Geser
Gaya geser umumnya tidak bekerja sendiri, tetapi terjadi bersamaan dengan gaya lentur momen,
torsi atau normal aksial. Untuk penulangan geser harus diketahui nilai vu, mutu beton, mutu baja
yang digunakan, tinggi gelagar/girder, dan tebal badan gelagar.
Rumus Persamaan:
𝑉𝑛 = 𝑉u/0,6
𝑉𝑐 = 1/ 6 √fc′. b. d
Pada bagian end block terdapat 2 macam tegangan yaitu Tegangan tarik yang disebut bursting zone
terdapat pada pusat penampang di sepanjang garis beban. Tegangan tarik yang tinggi yang terdapat
pada permukaan ujung end block yang disebut spelling zone (daerah terkelupas).
Perhitungan untuk mencari gaya yang bekerja pada end block adalah pendekatan dengan rumus:
Dimana:
T0 = gaya pada spelling zone
Ts = gaya pada bursting zone
F = gaya prategang
b1,b2 = bagian-bagian dari prisma.
Elastomer
Bantalan Jembatan/Elastomer berfungsi sebagai penerus beban pada bagian atas struktur jembatan
ke bagian bawah struktur Jembatan.biasanya terletak pada bagian bawah Girder Jembatan, antara
girder jembatan dan pilar jembatan. Untuk bagian perencanaan elastomer semua data dari
girder/gelagar sudah diketahui, yang harus dipaparkan pada bagian ini adalah:
2) Spesifikasi elastomer
Meliputi Perubahan suhu maksimum (AC), Penyusutan suhu maksimum (η), Modulus geser durometer
hardness (G), Mutu baja.
3) Dimensi Elastomer
Tebal elastomer (t),
Panjang pelat baja (ts),
Panjang elastomer (b),
Lebar elastomer (a)