Anda di halaman 1dari 22

Konstruksi Beton Pratekan

Ir. Soetoyo

6. MATERIAL BETON PRATEGANG


6.1. Beton
Seperti telah di ketahui bahwa beton adalah campuran dari Semen, Agregat kasar
( split ), Agregat halus ( pasir ), Air dan bahan tambahan yang lain. Perbandingan
berat campuran beton pada umumnya Semen 18 %, Agregat kasar 44 %, Agregat
halus 31 % dan Air 7 %. Setelah beberapa jam campuran tersebut dituangkan atau
dicor pada acuan ( formwork ) yang telah disediakan, bahan-bahan tersebut akan
langsung mengeras sesuai bentuk acuan ( formwork ) yang telah dibuat. Kekuatan
beton ditentukan oleh kuat tekan karakteristik ( fc′ ) pada usia 28 hari.
Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yang melampaui 95 % dari pengukur-
an kuat tekan uniaksial yang diambil dari tes penekanan contoh ( sample ) beton
dengan ukuran kubus 150 x 150 mm, atau silinder dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm.

Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai-bagai benda uji ( sample ).

Benda Uji Perbandingan Kekuatan


Kubus 150 x 150 x 150 mm 1.00
Kubus 200 x 200 x 200 mm 0.95
Silinder ( Dia. 150 ) x ( H = 300 ) mm 0.83

Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur beton ( benda uji ).
Umur Benda Beton ( hari ) 3 7 14 21 28 90 365

Perbandingan kekuatan 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35

Pada konstruksi beton prategang biasanya dipergunakan beton mutu tinggi de-
ngan kuat tekan fc′ = 30 ∼ 40 MPa, hal ini diperlukan untuk menahan tegangan
tekan pada pengangkuran tendon ( baja prategang ) agar tidak terjadi keretakan-
keretakan.
Kuat tarik beton mempunyai harga yang jauh lebih rendah dari kuat tekannya.
SNI 03 – 2874 – 2002 menetapkan untuk kuat tarik beton σts = 0,50 f c' sedang-
kan ACI menetapkan σts = 0,60 f c' .
Modulus elastisitas beton E dalam SNI 03 – 2874 – 2002 ditetapkan :
Ec = (wc )1,5 x 0,043 f c'
Dimana : Ec : modulus elastisitas beton ( MPa )
wc : berat voluna beton ( kg/m3 )
fc′ : tegangan tekan beton ( MPa )
Sedangkan untuk beton normal diambil : Ec = 4700 f c' MPa

11

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

6.2. Baja Prategang


Didalam praktek baja prategang ( tendon ) yang dipergunakan ada 3 ( tiga )
macam, yaitu :
a. Kawat tunggal ( wire ).
Kawat tunggal ini biasanya dipergunakan dalam beton prategang dengan sis-
tem pra-tarik ( pretension method ).
b. Untaian kawat ( strand ).
Untaian kawat ini biasanya dipergunakan dalam beton prategang dengan sistem
pasca-tarik ( post-tension ).
c. Kawat batangan ( bar )
Kawat batangan ini biasanya digunakan untuk beton prategang dengan sistem
pra-tarik ( pretension ).
Selain baja prategang diatas, beton prategang masih memerlukan penulangan
biasa yang tidak diberi gaya prategang, seperti tulangan memanjang, sengkang,
tulangan untuk pengangkuran dan lain-lain.
Tabel Tipikal Baja Prategang
Jenis Diameter Luas Beban Putus Tegangan Tarik
Baja Prategang ( mm ) ( mm2) ( kN ) ( MPa )
3 7.1 13.5 1900
Kawat Tunggal 4 12.6 22.1 1750
( wire ) 5 19.6 31.4 1600
7 38.5 57.8 1500
8 50.3 70.4 1400
Untaian Kawat 9.3 54.7 102 1860
( strand ) 12.7 100 184 1840
15.2 143 250 1750
23 415 450 1080
Kawat Batangan 26 530 570 1080
( bar ) 29 660 710 1080
32 804 870 1080
38 1140 1230 1080

Jenis-jenis lain tendon yang sering digunakan untuk beton prategang pada sitem
pre-tension adalah seven-wire strand dan single-wire. Untuk seven-wire ini, satu
bendel kawat teriri dari 7 buah kawat, sedangkan single wire terdiri dari kawat
tunggal.
Sedangkan untuk beton prategang dengan sistem post-tension sering digunakan
tendon monostrand, batang tunggal, multi-wire dan multi-strand. Untuk jenis
post-tension method ini tendon dapat bersifat bonded ( dimana saluran kabel diisi
dengan material grouting ) dan unbonded saluran kabel di-isi dengan minyak
gemuk atau grease. Tujuan utama dari grouting ini adalah untuk :
∼ Melindungi tendon dari korosi
∼ Mengembangkan lekatan antara baja prategang dan beton sekitarnya.

12

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Material grouting ini biasanya terdiri dari campuran semen dan air dengan w/c
ratio 0,5 dan admixe ( water reducing dan expansive agent )
Common Types from CPCI Metric Design Manual
Grade Size Nominal Dimension Mass
Tendon Type f pu Desig- Diameter Area ( kg/m )
MPa nation ( mm ) ( mm2 )
1860 9 9.53 55 0.432
Seven - wire 1860 11 11.13 74 0.582
Strand 1860 13 12.70 99 0.775
1860 15 15.24 140 1.109
1760 16 15.47 148 1.173
1550 5 5.00 19.6 0.154
Prestressing 1720 5 5.00 19.6 0.154
Wire 1620 7 7.00 38.5 0.302
1760 7 7.00 38.5 0.302
1080 15 15.0 177 1.44
1030 26 26.5 551 4.48
Deformed 1100 26 26.5 551 4.48

7. KEHILANGAN GAYA PRATEGANG


Kehilangan gaya prategang itu adalah berkurangnya gaya yang bekerja pada tendon
pada tahap-tahap pembebanan.
Secara umum kehilangan gaya prategang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Immediate Elastic Losses
Ini adalah kehilangan gaya prategang langsung atau segera setelah beton diberi gaya
prategang. Kehilangan gaya prategang secara langsung ini disebabkan oleh :
− Perpendekan Elastic Beton.
− Kehilangan akibat friksi atau geseran sepanjang kelengkungan dari tendon, ini ter-
jadi pada beton prategang dengan sistem post tension.
− Kehilangan pada sistem angkur, antara lain akibat slip diangkur
2. Time dependent Losses
Ini adalah kehilangan gaya prategang akibat dari pengaruh waktu, yang mana hal ini
disebabkan oleh :
− Rangkak ( creep ) dan Susut pada beton.
− Pengaruh temperatur.
− Relaksasi baja prategang.
Karena banyaknya faktor yang saling terkait, perhitungan kehilangan gaya prategang
( losses ) secara eksak sangat sulit untuk dilaksanakan, sehingga banyak dilakukan me-
toda pendekatan, misalnya metoda lump-sum ( AASHTO ), PCI method dan ASCE-
ACI methods.

13

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

7.1. Perpendekan Elastis Beton


Antara sistem pra-tarik dan pasca tarik pengaruh kehilangan gaya prategang
akibat perpendekan elastis beton ini berbeda. Pada sistem pra-tarik perubahan
regangan pada baja prategang yang diakibatkan oleh perpendekan elastis beton
adalah sama dengan regangan beton pada baja prategang tersebut.
1. Sistem Pra-Tarik
Kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis ( elastic shortening ) tergan-
tung pada rasio antara modulus elastisitas beton dan tegangan beton dimana
baja prategang terletak dan dapat dinyatakan dengan persamaan :

ES = n . fc ( 7.1.1 )

Dimana : ES = kehilangan gaya prategang


fc = tegangan beton ditempat baja prategang.
n = ratio antara modulus elastisitas baja prategang dan modu-
lus elastisitas beton.
ES
Jadi : n =
EC
Dimana : ES : modulus elastisitas baja prategang.
EC : modulus elastisitas beton.
Jika gaya prategang ditransfer ke beton, maka beton akan memendek ( per-
pendekan elastis ) dan di-ikuti dengan perpendekan baja prategang yang
mengikuti perpendekan beton tersebut. Dengan adanya perpendekan baja
prategang maka akan menyebabkan terjadinya kehilangan tegangan yang ada
pada baja prategang tersebut.
Tegangan pada beton akibat gaya prategang awal ( Pi ) adalah :
Pi
fc =
AC + nAS
Sehingga kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis dapat dirumus-
kan sebagai berikut :
n.Pi
ES = ( 7.1.2 )
AC + n. AS

Dimana : ES = kehilangan gaya prategang


Pi = Gaya prategang awal
AC = Luas penampang beton
AS = Luas penampang baja prategang
n = Ratio antara modulus elastisitas baja ( ES ) dan modulus
elastisitas beton pada saat transfer gaya ( ECi )

14

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Contoh Soal 1
Suatu komponen struktur beton prategang dengan sistem pra-tarik panjang
balok L = 12,20 m, dengan penampang 380 x 380 mm diberi gaya prategang
secara konsentris dengan baja prategang seluas AS = 780 mm2 yang diangkur-
kan pada abutment dengan tegangan 1.035 MPa. Jika modulus elastisitas beton
pada saat gaya prategang ditransfer ECi = 33.000 MPa dan modulud elastisitas
baja prategang ES = 200.000 MPa, maka hitunglah kehilangan gaya prategang
akibat perpendekan elastis beton.
Penyelesaian :
Gaya prategang awal Pi = fS . AS = 1035 x 780 = 807.300 N
ES 200.000
n= = = 6,06
ECi 33.000
Luas penampang beton : AC = 380 x 380 = 144.400 mm2
Jadi kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis :
n.Pi 6,06 x807.300
ES = = = 32,81 MPa
AC + n. AS 144.400 + 6,06 x780

2. Pasca -Tarik
Pada methode post tension ( pasca – tarik ) yang hanya menggunakan kabel
tunggal tidak ada kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton, kare-
na gaya prategang di-ukur setelah perpendekan elastis beton terjadi. Jika kabel
prategang menggunakan lebih dari satu kabel, maka kehilangan gaya prategang
ditentukan oleh kabel yang pertama ditarik dan memakai harga setengahnya
untuk mendapatkan harga rata-rata semua kabel.
Kehilangan gaya prategang pada methode post tension dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
n.Pi
ES = ∆ fc = ( 7.1.3 )
Ac

Dimana : ES = kehilangan gaya prategang


fc = tegangan pada penampang beton
Pi = gaya prategang awal
Ac = luas penampang beton
E
n = S
EC
ES = modulus elastisitas kabel/baja prategang
EC = modulus Elastisitas beton

15

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Atau secara praktis untuk beton prategang dengan methode pasca tarik kehi-
langan gaya prategang dapat dihitung dengan persamaan :
ES
ES = 0,5 fc ( 7.1.3 )
EC

Dimana : ES = kehilangan gaya prategang


fc = tegangan pada penampang beton
ES = modulus elastisitas kabel/baja prategang
EC = modulus elastisitas beton

Contoh Soal 2
Jika pada contoh 1 diatas digunakan methode pasca tarik dan anggap baja pra-
tegang dengan AS = 780 mm2 terdiri dari 4 buah kabel prategang masing-
masing dengan luas 195 mm2. Kabel prategang ditarik satu persatu dengan te-
gangan sebesar 1.035 MPa, maka hitunglah kehilangan gaya prategang akibat
perpendekan elastis.
Penyelesaian :
Kehilangan prategang tendon 1
Ini disebabkan oleh gaya prategang pada ketiga kabel lainnya
Gaya prategang pada ke 3 kabel :
Pi = 3 x 195 x 1.035 = 605.475 N
n = 6,06 ( telah dihitung pada contoh 1 diatas )
AC = 144.400 ( telah dihitung pada contoh 1 diatas )
Jadi kehilangan gaya prategang pada tendon 1 dapat dihitung dengan persa-
maan ( 7.1.3 )
6,06 x605.475
ES1 = = 25,41 MPa
144.400
Kehilangan prategang tendon 2
Kehilangan gaya prategang pada tendon 2 ini diakibat gaya prategang pada
kedua kabel pratengan yang ditarik kemudian.
Dengan cara yang sama seperti diatas dapat dihitung gaya prategang pada ke 2
tendon yang akan ditarik setelah tendon ke 2, yaitu :
Pi = 2 x 195 x 1.035 = 403.650 N
6,06 x 403.650
ES2 = = 16,94 MPa
144.400
Kehilangan prategang tendon 3
Pi = 1 x 195 x 1.035 = 201.825 N
6,06 x 201.825
ES3 = = 8,47 MPa
144.400
16

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Kehilangan prategang tendon 4


Pi = 0 x 195 x 1.035 = 0 N
6,06 x0
ES4 = = 0 MPa
144.400
Jadi kehilangan gaya prategang rata-rata :
ES1 + ES 2 + ES 3 + ES 4 25,41 + 16,94 + 8,47 + 0
ESRATA2 = = = 12,71 MPa
4 4
Kehilangan gaya prategang rata-rata ini mendekati ½ nya kehilangan gaya pra-
tegang pada tendon ke 1, yaitu :
½ x 25,41 = 12,705 MPa
12,71
Jadi prosentase kehilangan gaya prategang : x 100 % = 1,23 %
1.035
Kalau dihitung dengan menggunakan persamaan ( 7.1.3 ), sebagai berikut.
Gaya prategang total Pi = 4 x 195 x 1.035 = 807.300 N
Pi 807.300
Jadi : fc = = = 5,59 MPa
AC 144.400
ES
Jadi : ES = 0,5 x x fc = 0,5 x 6,06 x 5,59 = 16,94 MPa
EC
16,94
Presentase kehilangan prategangan ; x 100 % = 1,64 %
1.035
Jika dibandingkan dengan hasil diatas, ternyata lebih besar.

7.2. Kehilangan Gaya Prategang Akibat Geseran Sepanjang Tendon


Pada struktur beton prategang dengan tendon yang dipasang melengkung ada ge-
sekan antara sistem penarik ( jacking ) dan angkur, sehingga tegangan yng ada pa-
da tendon atau kabel prategang sehungga akan lebih kecil dari pada bacaan pada
alat baca tegangan ( pressure gauge )
Kehilangan prategang akibat gesekan pada tendon akan sangat dipengaruhi oleh :
 Pergerakan dari selongsong ( wobble ) kabel prategang, untuk itu dipergu-
nakan koefisien wobble K .
 Kelengkungan tendon/kabel prategang, untuk itu digunakan koefisien
geseran µ
Untuk tendon type 7 wire strand pada selongsong yang fleksibel, harga koefisien
wobble K = 0,0016 ~ 0.0066 dan koefisien kelengkungan µ = 0,15 ∼ 0,25

17

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Kita tinjau gambar dibawah ini :

R
Ujung pendongkrakan

P1
P1 α
µ P1 α P2
1 α
α 2
P1
L P2
Kehilangan Gaya Prategang Tekanan Normal Akibat
Akibat Gesekan µ P1 α Gaya Prategang

Gambar 007
Kehilangan Gaya Prategang total akibat geseran disepanjang tendon yang dipa-
sang melengkang sepanjang titik 1 dan 2 adalah :
L
P1 − P2 = − µ P1 α → α = ( 7.2.1 )
R
L
Jadi : P1 − P2 = − µ P1
R
Untuk pengaruh gerakan selongsong ( wobble ) seperti yang telah dijelaskan di-
atas, disustitusikan : K. L = µ . α pada persamaan ( 7.2.1 ), sehingga didapat :
P1 − P2 = − K L P1 ( 7.2.2 )
Persamaan ( 7.2.1 ) adalah kehilangan gaya prategang akibat geseran disepanjang
tendon, sedangkan peramaan ( 7.2.2 ) adalah kehilangan gaya prategang akibat pe-
ngaruh gerakan/goyangan dari selongsong kabel prategang ( cable duct ).
Jadi kehilangan gaya prategang total sepanjang kabel akibat lenkungan kabel
adalah :
P1 − P2 = − K L P1 − µ P1 α

P1 − P2
=−KL−µα ( 7.2.3 )
P1

Dimana : P1 = gaya prategang dititik 1


P2 = gaya prategang dititik 2
L = panjang kabel prategang dari titik 1 ke titik 2
α = sudut pada tendon
µ = koefisien geseran
K = koefisien wobble
18

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Menurut SNI 03 – 2874 – 2002 kehilangan gaya prategang akibat geseran pada
tendon post tension ( pasca tarik ) harus dihitung dengan rumus :

Ps = Px e ( K Lx + µ α ) ( 7.2.4 )

Jika nilai ( K Lx + µ α ) < 0,3 maka kehilangan gaya prategang akibat geseran
pada tendon dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini :

Ps = Px ( 1 + K Lx + µ α ) ( 7.2.5 )

Dimana : Ps = gaya prategang diujung angkur


Px = gaya prategang pada titik yang ditinjau.
K = koefisien wobble
µ = koefisien geseran akibat kelengkungan kabel.
Lx = panjang tendon dari angkur sampai titik yang ditinjau.
e = 2,7183
Koefisien friksi tendon pasca tarik untuk persamaan ( 7.2.4 ) dan ( 7.2.5 ) dapat
digunakan tabel 14 sesuai 03 – 2874 – 2002 pada Lampiran 01

Sedangkan menurut ACI 318, kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada
tendon dapat dihitung dengan persamaan :

Ps = Px . e − µ ( αt + βp Lpa ) ( 7.2.6 )

Dimana : Ps = gaya prategang di-ujung angkur


Px = gaya prategang pada titik yang ditinjau
Lpa = jarak dari tendon yang ditarik
αt = jumlah nilai absolut pada semua deviasi angular dari ten-
don sepanjang Lpa dalam radian.
βp = deviasi angular atau dalam wobble, nilainya tergantung
pada diameter selongsong ( ds ).
Untuk selongsong berisi strand dan mempunyai diameter
dalam :
ds ≤ 50 mm → 0,016 ≤ βp ≤ 0,024
50 mm < ds ≤ 90 mm → 0,012 ≤ βp ≤ 0,016
90 mm < ds ≤ 140 mm → 0,008 ≤ βp ≤ 0,012
Selongsong metal datar → 0,016 ≤ βp ≤ 0,024
Batang yang diberi gemuk ( greased ) dan dibungkus
βp = 0,008
µ = koefisien geseran akibat kelengkungan, dengan nilai :
µ ≈ 0,2 untuk strand dengan selongsong besi yang meng-
kilap dan dilapisi zinc.
µ ≈ 0,15 untuk strand yang diberi gemuk dan dibungkus.
µ ≈ 0,5 untuk strand pada selongsong beton yang tidak
dibentuk ( unlined ).

19

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Contoh Soal 3
Suatu komponen struktur beton prategang dengan bentangan 18,30 m diberi gaya
prategangan dengan kabel/tendon yang dipasang melengkung seperti gambar di-
bawah ini.

0.60
0.60

A D
α1
α
B C
5.35 3.80 3.80 5.35

18.30

Tentukan kehilangan gaya prategang total akibat geseran pada tendon, jika
koefisien geseran µ = 0,4 dan koefisien wobble K = 0,0026 per m.
Pnyelesaian :
Segmen A – B ( Tendon lurus )
Tegangan dititik A : PA = 1,0
L = 5,35 m → K L = 0,0026 x 5,35 = 0,014
PB − PA
= − K L = − 0,014
PA
Kehilangan gaya prategang :
PB – 1 = − 0,014
Tegangan dititik B : PB = 1 – 0,014 = 0,986
Segmen B − C ( Tendon melengkung )
L = 2 x 3,80 = 7,60 m
0,60
α1 = = 0,066 → α = 2 x α1 = 2 x 0,066 = 0,132
5,35 + 3,80
PC − PB
= − KL − µ α
PB
Kehilangan gaya prategang :
PC − PB = − ( K L + µ α ) x PB
= − ( 0,0026 x 7,60 + 0,4 x 0,132 ) x 0,986 = − 0,072
Tegangan dititik C : PC = PB – 0,072 = 0,986 – 0,072 = 0,914

20

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Segmen C – D ( Tendon lurus )


L = 5,35 m → K L = 0,0026 x 5,35 = 0,014
PD − PC
= − KL = − 0,014
PC
Kehilangan gaya prategang :
PD − PC = − 0,014 x 0,914 = − 0,013
Tegangan dititik D : PD = 0,914 – 0,013 = 0,901
Jadi kehilangan prategang total dari titik A sampai dengan titik D :
PA − PD = 1 – 0,901 = 0,099 atau
PA − PD 0,099
x 100 % = x 100 % = 9,9 %
PA 1

Cara penyelesaian diatas dihitung segmen per segmen, tetapi dapat pula dihitung
sekaligus seperti dibawah ini :
L = 5,35 + 3,80 + 3,80 + 5,35 = 18,3 m
α = 0,132 ( sudah dihitung diatas )
Dengan menggunakan persamaan ( 7.2.3 )
PD − PA
= − K L − µ α = − 0,0026 x 18,3 − 0,4 x 0,132 = − 0,10 atau 10 %
PA

7.3. Kehilangan Gaya Prategang Akibat Slip di Pengangkuran


Hal ini terjadi pada saat baja/kabel prategang dilepas dari mesin penarik ( dongkrak )
kemudian kabel ditahan oleh baji dipengangkuran dan gaya prategang ditransfer dari
mesin penarik ke angkur. Besarnya slip pada pengankuran ini tergantung pada type
baji dan tegangan pada kabel prategang ( tendon ). Slip dipengangkuran itu rata-rata
biasanya mencapai 2,5 mm.
Besarnya Perpanjangan Total Tendon :
fC
∆L= L ( 7.3.1 a )
ES
S Rata − Rata
Kehilangan gaya prategang akibat slip : ANC = x 100 % ( 7.3.1 b )
∆L
Dimana : ANC : kehilangan gaya prategang akibat slip dipengangkuran.
∆ : deformasi pada angkur
fc : tegangan pada beton
ES : modulus elastisitas baja/kabel prategang
L : panjang kabel.
Srata2 : harga rata-rata slip diangkur

21

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Kehilangan gaya prategang akibat pemindahan gaya dapat digambarkan seperti


gambar diagram dibawah ini :
P

Px A
1/2 Ps
B ges
Ps

Z
Ps(X) er

Px - Ps
D C

L
1/2 X

Diagram kehilangan Tegangan


Gambar 008

Garis ABC adalah tegangan pada baja prategang ( tendon ) sebelum pengangkuran
dilaksanakan. Garis DB adalah tegangan pada tendon setelah pengangkuran tendon
dilaksanakan. Disepanjang bentangan L terjadi penurunan tegangan pada ujung
pengangkuran dan gaya geser berubah arah pada suatu titik yang berjarak X dari
ujung pengangkuran. Karena besarnya gaya geser yang berbalik arah ini tergantung
pada koefisien geseran yang sama dengan koefisien geseran awal, maka kemiringan
garisDB akan sama dengan garis AB akan tetapi arahnya berlawanan.
Perpendekan total tendon sampai X adalah sama dengan panjang penyetelan angker
( anchorage set ) d, sehingga kehilangan tegangan pada ujung penarikan kabel dapat
dituliskan sebagai berikut :

d
Ps = 2 Ep ( 7.3.2 )
X

Dimana : Ps : Gaya prategang pada ujung angkur


Ps = Px . e – ( µ α + K Lx )
Px : Tegangan pada baja prategang di-ujung pengangkuran
L : Panjang bentang, atau jarak yang ditentukan sepanjang kabel
( dengan asumsi kabel ditarik dari satu sisi saja ).
K : Koefisien wabble
µ : Koefisien geseran tendon
Lx : Panjang tendon dari angkur sampai titik yang ditinjau.
d : Penyetelan angkur ( Anchorage Set )
Ep : Modulus Elastisitas Baja Prategang
22

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Nilai X tergantung dari tegangan pada tendon akibat gaya penarikan tendon Px dan
karateristik gesekan dari tendon ( λ ) yang didapat pada tabel 7.3. dibawah ini :

Tabel 7.3. Nilai λ dan X untuk Berbagai Profil Tendon ( Naaman, 1982 )

µα + K X
Profil Tendon Gambar λ= X jika kurang dari L
X

Ep d
Linear Ps λ= K X X=
K Px

Ps b
2µa Ep d
Parabolis λ= +K X=
2 (2µ a/b +K ) P x

a
2
b

µ
R

Ep d
Melingkar Ps λ= +K X =
R ( µ/R + K ) P x

Px

Ep d
Bentuk Lain λ= ( ZL ) P1 x
X=
( Z/L )
z

L
X

Kehilangan tegangan sepanjang L : Z = Px − Ps ( L )

Contoh Soal 4
Tentukan kehilangan tegangan akibat slip pada angkur, jika panjang tendon L = 3 m,
tegangan beton pada penampang fc = 1.035 N/mm2. Modulus elastisitas baja prate-
gang Es = 200.000 N/mm2 dan harga rata-rata slip adalah 2,5 mm.
Penyelesaian :
Perpanjangan kabel tendon total :
f 1.035
∆L= C L= x 3.000 = 15,53 mm
ES 200.000
Jadi prosentase kehilangan gaya prategang akibat slip diangkur :
2,5
ANC = x 100 % = 16,10 %
15,53

23

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Contoh Soal 5
Suatu balok prategang sistem post-tension dengan lintasan kabel parabolis seperti
gambar sketsa dibawah ini.
TENDON PARABOLIK

0.45
7,50 7,50

Tegangan tendon pada ujung pengangkuran Px = 1.200 N/mm2 . Modulus elastisitas


baja prategang Ep = 195.000 MPa, koefisien wobble K = 0,0025/m, koefisien geseran
tendon µ = 0,15 / rad. Jika anchorage set d = 5,0 mm, maka :
a. Tentukan nilai X dan gaya prategang pada ujung angkur ( Ps )
b. Tentukan nilai tegangan di pengangkuran.
c. Gambar diagram tegangan sebelum dan sesudah pengangkuran.
Penyelesaian :
Pada gambar diatas dapat diketahui : a = 0,45 m dan b = 7,50 m
Penyetelan angkur ( anchorage set ) : d = 5,00 mm = 0,005 m
Dari tabel 7.3 untuk untuk profil tendon parabolik diperoleh :
2 µ .a 2 x0,15 x0,45
λ= +K= + 0,0025 = 0,0049
b 2
7,50 2
Px = 1.200 N/mm2 = 1,2 x 109 N/m2
Ep = 195.000 N/mm2 = 1,95 x 1011 N/m2
Dari tabel 7.3 diatas, untukprofil tendon parabolik diperoleh :
E p .d E p .d 1,95 x1011 x0,005
X= = = = 12,88 m
 2µ .a  λ.PX 0,0049 x1,2 x10 9
 2 + K .PX
 b 
Dari persamaan 7.3.2, diperoleh :
Gaya prategang di ujung angkur :
d 0,005
PS = 2 Ep = 2 x 1,95 x 1011 x = 151,4 MPa
X 12,88
Px – Ps = 1.200 – 151,4 = 1.048,6 MPa

24

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Px = 1.200 A
1/2 Ps

Ps = 151,4
∆ Ps
B Z = 151,4 MPa
Ges
Ps ( X ) er

Px - Ps = 1.048,6
D C

X = 12,88 m L = 15 m
X
2

Diagram diatas adalah diagram kehilangan tegangan akibat slip diangkur pada saat
pemindahan ( transfer ) gaya prategang.

7.4. Kehilangan Gaya Prategang Akibat Creep ( Rangkak )


Kehilangan Gaya Prategang yang diakibatkan oleh Creep ( Rangkak ) dari beton ini
merupakan salah satu kehilangan gaya prategang yang tergantung pada waktu ( time
dependent loss of stress ) yang diakibatkan oleh proses penuaan dari beton selama
pemakaian.
Ada 2 cara dalam menghitung kehilangan gaya prategang akibat creep ( rangkak )
beton ini, yaitu :
7.4.1. Dengan methode regangan rangkak batas.
Besarnya kehilangan tegangan pada baja prategang akibat creep ( rangkak )
dapat ditentukan dengan persamaan :

CR = εce . fc . Es ( 7.4.1 )

Dimana : CR : Kehilangan tegangan akibat creep ( rangkak )


εce : Regangan elastis
fc : Tegangan beton pada posisi baja prategang.
Es : Modulus elastisitas baja prategang.
7.4.2. Dengan mothode koefisien rangkak
Besarnya kehilangan tegangan pada baja prategang akibat creep ( rangkan )
dapat ditentukan dengan persamaan :

fc E
CR = εcr . Es = ϕ Es = ϕ f c s = ϕ f c n ( 7.4.2 )
Ec Ec

25

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

ε cr fc
ϕ= → εcr = ϕ . εce = ϕ .
ε ce Ec
Es
n=
Ec
Dimana : ϕ : koefisien rangkak
εcr : regangan akibat rangkak
εce : regangan elastis
Ec : modulus elastisitas beton
Es : modulus elastisitas baja prategang
fc : tegangan beton pada posisi/level baja prategang
n : angka ratio modular

Creep ( Rangkak ) pada beton ini terjadi karena deformasi akibat adanya te-
gangan pada beton sebagai fungsi dari waktu. Pada struktur beton prategang
creep ( rangkak ) mengakibatkan berkurangnya tegangan pada penampang.
Untuk struktur dengan lekatan yang baik antara tendon dan beton ( bonded
members ) kehilangan tegangan akibat rangkak dapat diperhitungkan de-
ngan persamaan :

Es
CR = Kcr ( fci − fcd ) ( 7.4.3 )
Ec

Dimana : CR : kehilangan prategang akibat creep ( rangkak )


Kcr : koefisien rangkak, yang besarnya :
 pratarik ( pretension ) 2,0
 pasca tarik ( post-tension ) 1,6
Es : modulus elastisitas baja prategang
Ec : modulus elastisitas beton
fci : tegangan beton pada posisi/level baja prategang se-
saat setelah transfer gaya prategang.
fcd : tegangan beton pada pusat berat tendon akibat dead
load ( beban mati ).

Untuk struktur dimana tidak terjadi lekatan yang baik antara tendon dan be-
ton ( unbonded members ), besarnya kehilangan gaya prategang dapat diten-
tukan dengan persamaan :

Es
CR = Kcr fcp ( 7.4.4 )
Ec

Dimana : fcp : tegangan tekan beton rata-rata pada pusat berat tendon

26

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Contoh Soal 6
Suatu balok beton prategang dimensi 250 x 400 mm dengan lintasan tendon berben-
tuk parabola. Sketsa penampang balok ditengah-tengah bentangan seperti gambar
dibawah ini.
Modulus elastisitas beton :
Ec = 33.330 MPa

200
Modulus elastisitas baja prategang :
Es = 200.000 MPa
TENDON 5 Dia 12,7 mm
Tendon terdiri dari 5 buah kawat,

200
masing - masing dengan diameter
75
12,7 mm
250 Posisi tendon ditengah-tengah ben-
tangan seperti gambar disamping.

Tegangan tarik pada tendon akibat gaya prategang awal fi = 1.200 N/mm2. Regangan
elastis εce = 35 x 10 – 6 dan kosfisien rangkak ϕ = 1,6 maka :
Hitunglah kehilangan gaya prategang akibat creep ( rangkak ) dengan cara regangan
rangkak batas dan dengan cara koefisien rangkak.
Penyelesaian :
Perhitungan section properties penampang
Luas penampang beton : A = 250 x 400 = 100.000 mm2
Momen inersia : I = 112 250 x 4003 = 1,33 x 109 mm4
Section Modulus : W = 1 6 250 x 4002 = 6,67 x 106 mm3
Eksentrisitas tendon : e = ½ x 400 – 75 = 125 mm
Luas penampang total kabel prategang : Ap = 5 x ¼ π 12,72 = 633,4 mm2
Gaya prategang awal :
P = Ap x fi = 633,4 x 1.200 = 760.080 N
Jadi tegangan beton ditengah-tengah bentangan balok
P P.e 760.080 760.080 x125
fc = + = + 6
= 7,60 + 14,24 = 21,84 N/mm2
A W 100.000 6,67 x10
Perhitungan dengan regangan rangkak batas
Dari persamaan ( 7.4.1 ), kehilangan tegangan pada baja prategang :
CR = εce . fc . Es = 35 x 10-6 x 21,84 x 200.000 = 152,88 N/mm2
Jadi prosentase kehilangan prategang terhadap tegangan awal tendon :
CR 152,88
% CR = x 100 % = x 100 % = 12,73 %
fi 1.200

27

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Perhitungan dengan koefisien rangkak


Dari persamaan ( 7.4.2 ) diatas, kehilangan tegangan pada baja prategang :
Es 200.000
CR = ϕ fc = 1,6 x 21,84 x = 209,68 N/mm2
Ec 33.330
Jadi prosentase kehilangan tegangan pada baja prategang :
CR 209,68
%CR = x 100 % = x 100 % = 17,47 %
fi 1.200

Contoh 7
Suatu simple beam prategang dengan sistem post tension bentangan 19,80 m.
Dimensi penampang ditengah-tengah bentangan seperti sketsa dibawah ini.

Beban mati ( Dead Load ) : 6,9 kN/m


dan beban mati tambahan : 10,6 kN/m
TENDON PRATEGANG Balok tersebut diberi gaya prategang
600

sebesar 2.758 kN.


Modulus elastisitas baja prategang :
Es = 189.750 N/mm2
Modulus elastisitas beton :
100

400 Ec = 30.290 N/mm2

Tegangan tarik batas ( ultime tensile stress ) kabel prategang fpu = 1.862 N/mm2
Kosfisien rangkak ( creep coefficient ) Kcr = 1,6
Hitunglah prosentase kehilangan tegangan pada baja pratrgang akibat rangkak.
Penyelesaian :
Section Properties :
A = 400 x 600 = 240.000 mm2
I = 112 x 400 x 6003 = 7,20 x 109 mm4
W= 1
6 x 400 x 6002 = 24 x 106 mm3
Eksentrisitas tendon ditengh bentang : e = ½ x 600 – 100 = 200 mm
Kita ambil tegangan awal kabel prategang 75 % dari tegangan tarik batas prategang,
jadi :
fsi = 75 % x fpu = 75 % x 1.862 = 1.396,50 N/mm2
Momen akibat beban mati ( dead load ) :
Mg = 18 x 6,9 x 19,802 = 338,13 kNm
Momen akibat beban mati tambahan :
Ms = 18 x 11,6 x 19,802 = 568,46 kNm

28

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Tegangan beton pada pusat baja prategang ( tendon ) akibat gaya prategang :
TEKAN
P.e Mg
W W

TARIK TEKAN

y
neutral axis
600

e
TARIK

y
P

2
P.e M g. e
100

P/A TEKAN W.y W. y

DIAGRAM TEGANGAN DIAGRAM TEGANGAN


AKIBAT GAYA PRATEGANG AKIBAT DEAD LOAD

P P.e 2
fcp = + → lihat diagram tegangan diatas.
A W .y

2.758 2.758 x 200 2


fcp = + = 1,15 x 10-2 + 1,53 x 10-2 = 2,68 x 10-2 kN/mm2
240.000 24 x10 6 x300
fcp = 26,8 N/mm2 ( tegangan tekan )
Tegangan beton pada pusat tendon akibat beban mati ( Dead Load )
M g .e 338.130 x 200
fg = = 6
= 9,39 x 10-3 kN/mm2 = 9,4 N/mm2 ( tegangan tarik )
W .y 24 x10 x300
Jadi tegangan beton di pusat tendon pada saat transfer gaya prategang :
fci = fcp − fg = 26,8 – 9,4 = 17,4 N/mm2
Tegangan beton di pusat tendon akibat beban mati tambahan :
M S .e
fcd = ( ingat rumusnya sama dengan untuk Mg )
W .y
568.458 x 200
fcd = = 1,58 x 10-2 kN/mm2 = 15,80 N/mm2
24 x10 6 x300
Kehilangan tegangan pada tendon akibat rangkak dapat dihitung dengan persamaan
( 7.4.3 ), diperoleh :
Es 189.750
CR = Kcr ( fci − fcd ) = 1,6 ( 17,40 – 15,80 ) = 16,04 N/mm2
Ec 30,290
Jadi presentase kehilangan tegangan pada tendon adalah:
CR 16,04
%CR = x 100 % = x 100 % = 1,15 %
f si 1.396,50
29

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

7.5. Kehilangan Gaya Prategang Akibat Penyusutan Beton


Seperti telah dipelajari dalam Beton Teknologi, penyusutan beton dipengaruhi oleh :
 Rasio antara voluma beton dan luas permukaan beton.
 Kelembaban relatif waktu antara akhir pengecoran dan pemberian gaya
prategang.
Kehilangan tegangan akibat penyusutan beton dapat dihitung dengan persamaan :

SH = εcs . Es ( 7.5.1 )

Dimana : SH : kehilangan tegangan akibat penyusutan beton


Es : modulus elastisitas baja prategang
εcs : regangan susut sisa total beton
Untuk pra-tarik ( pre-tension )
εcs = 300 x 10-6
Untuk pasca tarik ( post-tension )
200 x10 −6
εcs = ( 7.5.1a )
log10 (t + 2)
Dimana t adalah usia beton ( hari ) pada waktu transfer
gaya
Kehilangan tegangan akibat penyusutan beton dapat pula dihitung dengan persamaan

SH = εsh . Ksh . Es ( 7.5.2 )

Dimana : SH : Kehilangan tegangan pada tendon akibat penyusutan beton


Es : Modulus elastisitas baja prategang
εsh : Susut efektif yang dapat dicari dari persamaan berikut ini :
 V
εsh = 8,2 x 10-6 1 − 0,06  ( 100 – RH ) ( 7.5.3 )
 S
V : Volune beton dari suatu komponen struktur beton prategang
S : Luas permukaan dari komponen struktur.beton prategang
RH : Kelembaban udara relatif
Ksh : Koefisien penyusutan, harganya ditentukan terhadap waktu an-
tara akhir pengecoran dan saat pemberian gaya prategang, dan
dapat dipergunakan angka-angka dalam tabel dibawah ini:

Tabel Koefisien Susut Ksh


Selisih waktu antara pengeciran dan
1 3 5 7 10 20 30 60
Prategangan ( hari )

Ksh 0.92 0.85 0.80 0.77 0.73 0.64 0.58 0.45

30

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

Contoh Soal 8
Suatu komponen struktur berupa balok beton prategang. Gaya prategangan diberikan
setelah ± 48 jam setelah pengecoran beton. Kelembaban udara relatif 75 % dan ratio
voluma terhadap luas permukaan V/S = 3. Tegangan tarik batas ( ultimate tensile
stress ) baja prategang fpu = 1.862 N/mm2 dan modulus elastisitas baja prategang
adalah Es = 189.750 N/mm2
Hitunglah prosentase kehilangan gaya prategang akibat penyusutan beton :
Penyelesaian :
Gaya prategang diberikan 48 jam setelah pengecoran atau 2 hari setelah pengecoran,
jadi menurut persamaan ( 7.5.1a ) diatas, diperoleh :
Regangan susut sisa total :
200 x10 −6
εcs = → t = 2 hari
log10 (t + 2)

200 x10 −6
εcs = = 0,00033
log10 (2 + 2)
Jadi kehilangan tegangan pada baja prategang akibat penyusutan beton dapat
dihitung dengan persamaan ( 7.5.1 ) sebagai berikut :
SH = εcs x Es = 0,00033 x 189.750 = 62,62 N/mm2
Kita ambil tegangan awal baja prategang 75 % dari tegangan batas kabel prategang,
jadi, tegangan awal :
fsi = 75 % x fpu = 75 % x 1.862 = 1.396,5 N/mm2
Jadi prosentase kehilangan tegangan pada baja prategang akibat penyusutan beton
adalah :
SH 62,62
% SH = x 100 % = x 100 % = 4,48 %
f si 1.396,5

Sekarang dicoba dengan menggunakan persamaan ( 7.5.2 )


Penyusuan efektif dihitung dengan persamaan ( 7.5.3 ), diperoleh :
 V
εsh = 8,2 x 10-6 1 − 0,06  ( 100 – RH )
 S
εsh = 8,2 x 10 ( 1 – 0,06 x 3 ) ( 100 – 75 ) = 1,68 x 10-4
-6

Dari tabel koefisien susut ( Ksh ) untuk pemberian gaya prategang setelah 2 hari di-
peroleh : Ksh = 0,885 ( dengan interpolasi linear ), sehingga kehilangan tegangan
pada baja prategang adalah :
SH = εsh . Ksh . Es = 1,68 x 10-4 x 0,885 x 189.750 = 28,21 N/mm2
Jadi prosentase kehilangan gaya prategang :
SH 28,21
% SH = x 100 % = x 100 % = 2,02 %
f si 1.396,5

31

online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo

7.6. Kehilangan Gaya Prategang Akibat Relaksasi Baja Prategang


Relaksasi baja prategang terjadi pada baja prategang dengan perpanjangan tetap
selama suatu periode yang mengalami pengurangan gaya prategang. Pengurangan
gaya prategang ini akan tergantung pada lamanya waktu berjalan dan rasio antara
prategang awal ( fpi ) dan prategang akhir ( fpy ).
Besarnya kehilangan tegangan pada baja prategang akibat relaksasi baja prategang
dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini :

RE = C [ Kre – J ( SH + CR + ES ) ] ( 7.6.1 )

Dimana : RE : Kehilangan tegangan akibat relaksasi baja prategang


C : Faktor Relaksasi yang besarnya tergantung pada jenis kawat/
baja prategang.
Kre : Koefisien relaksasi, harganya berkisar 41 ~ 138 N/mm2
J : Faktor waktu, harganya berkisar antara 0,05 ~ 0,15
SH : Kehilangan tegangan akibat penyusutan beton.
CR : Kehilangan tegangan akibat rangkak ( creep ) beton
ES : Kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis
Kehilangan tegangan akibat relaksasi terhadap prosentase nilai prategangan awal
dapat pula ditentukan dengan persamaan berikut ini :

 2 xECS 
RE = R 1 −  ( 7.6.2 )
 f 
 pi 

Dimana : RE : Kehilangan tegangan akibat relaksasi baja prategang


R : Relaksasi yang direncanakan ( % )
ECS : Kehilangan tegangan akibat rangkak ditambah akibat
penyusutan.
fpi : Tegangan pada tendon sesaat setelah pemindahan gaya
gaya prategang.

32

online_sty@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai