Ir. Soetoyo
Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur beton ( benda uji ).
Umur Benda Beton ( hari ) 3 7 14 21 28 90 365
Pada konstruksi beton prategang biasanya dipergunakan beton mutu tinggi de-
ngan kuat tekan fc′ = 30 ∼ 40 MPa, hal ini diperlukan untuk menahan tegangan
tekan pada pengangkuran tendon ( baja prategang ) agar tidak terjadi keretakan-
keretakan.
Kuat tarik beton mempunyai harga yang jauh lebih rendah dari kuat tekannya.
SNI 03 – 2874 – 2002 menetapkan untuk kuat tarik beton σts = 0,50 f c' sedang-
kan ACI menetapkan σts = 0,60 f c' .
Modulus elastisitas beton E dalam SNI 03 – 2874 – 2002 ditetapkan :
Ec = (wc )1,5 x 0,043 f c'
Dimana : Ec : modulus elastisitas beton ( MPa )
wc : berat voluna beton ( kg/m3 )
fc′ : tegangan tekan beton ( MPa )
Sedangkan untuk beton normal diambil : Ec = 4700 f c' MPa
11
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Jenis-jenis lain tendon yang sering digunakan untuk beton prategang pada sitem
pre-tension adalah seven-wire strand dan single-wire. Untuk seven-wire ini, satu
bendel kawat teriri dari 7 buah kawat, sedangkan single wire terdiri dari kawat
tunggal.
Sedangkan untuk beton prategang dengan sistem post-tension sering digunakan
tendon monostrand, batang tunggal, multi-wire dan multi-strand. Untuk jenis
post-tension method ini tendon dapat bersifat bonded ( dimana saluran kabel diisi
dengan material grouting ) dan unbonded saluran kabel di-isi dengan minyak
gemuk atau grease. Tujuan utama dari grouting ini adalah untuk :
∼ Melindungi tendon dari korosi
∼ Mengembangkan lekatan antara baja prategang dan beton sekitarnya.
12
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Material grouting ini biasanya terdiri dari campuran semen dan air dengan w/c
ratio 0,5 dan admixe ( water reducing dan expansive agent )
Common Types from CPCI Metric Design Manual
Grade Size Nominal Dimension Mass
Tendon Type f pu Desig- Diameter Area ( kg/m )
MPa nation ( mm ) ( mm2 )
1860 9 9.53 55 0.432
Seven - wire 1860 11 11.13 74 0.582
Strand 1860 13 12.70 99 0.775
1860 15 15.24 140 1.109
1760 16 15.47 148 1.173
1550 5 5.00 19.6 0.154
Prestressing 1720 5 5.00 19.6 0.154
Wire 1620 7 7.00 38.5 0.302
1760 7 7.00 38.5 0.302
1080 15 15.0 177 1.44
1030 26 26.5 551 4.48
Deformed 1100 26 26.5 551 4.48
13
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
ES = n . fc ( 7.1.1 )
14
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Contoh Soal 1
Suatu komponen struktur beton prategang dengan sistem pra-tarik panjang
balok L = 12,20 m, dengan penampang 380 x 380 mm diberi gaya prategang
secara konsentris dengan baja prategang seluas AS = 780 mm2 yang diangkur-
kan pada abutment dengan tegangan 1.035 MPa. Jika modulus elastisitas beton
pada saat gaya prategang ditransfer ECi = 33.000 MPa dan modulud elastisitas
baja prategang ES = 200.000 MPa, maka hitunglah kehilangan gaya prategang
akibat perpendekan elastis beton.
Penyelesaian :
Gaya prategang awal Pi = fS . AS = 1035 x 780 = 807.300 N
ES 200.000
n= = = 6,06
ECi 33.000
Luas penampang beton : AC = 380 x 380 = 144.400 mm2
Jadi kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis :
n.Pi 6,06 x807.300
ES = = = 32,81 MPa
AC + n. AS 144.400 + 6,06 x780
2. Pasca -Tarik
Pada methode post tension ( pasca – tarik ) yang hanya menggunakan kabel
tunggal tidak ada kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton, kare-
na gaya prategang di-ukur setelah perpendekan elastis beton terjadi. Jika kabel
prategang menggunakan lebih dari satu kabel, maka kehilangan gaya prategang
ditentukan oleh kabel yang pertama ditarik dan memakai harga setengahnya
untuk mendapatkan harga rata-rata semua kabel.
Kehilangan gaya prategang pada methode post tension dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
n.Pi
ES = ∆ fc = ( 7.1.3 )
Ac
15
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Atau secara praktis untuk beton prategang dengan methode pasca tarik kehi-
langan gaya prategang dapat dihitung dengan persamaan :
ES
ES = 0,5 fc ( 7.1.3 )
EC
Contoh Soal 2
Jika pada contoh 1 diatas digunakan methode pasca tarik dan anggap baja pra-
tegang dengan AS = 780 mm2 terdiri dari 4 buah kabel prategang masing-
masing dengan luas 195 mm2. Kabel prategang ditarik satu persatu dengan te-
gangan sebesar 1.035 MPa, maka hitunglah kehilangan gaya prategang akibat
perpendekan elastis.
Penyelesaian :
Kehilangan prategang tendon 1
Ini disebabkan oleh gaya prategang pada ketiga kabel lainnya
Gaya prategang pada ke 3 kabel :
Pi = 3 x 195 x 1.035 = 605.475 N
n = 6,06 ( telah dihitung pada contoh 1 diatas )
AC = 144.400 ( telah dihitung pada contoh 1 diatas )
Jadi kehilangan gaya prategang pada tendon 1 dapat dihitung dengan persa-
maan ( 7.1.3 )
6,06 x605.475
ES1 = = 25,41 MPa
144.400
Kehilangan prategang tendon 2
Kehilangan gaya prategang pada tendon 2 ini diakibat gaya prategang pada
kedua kabel pratengan yang ditarik kemudian.
Dengan cara yang sama seperti diatas dapat dihitung gaya prategang pada ke 2
tendon yang akan ditarik setelah tendon ke 2, yaitu :
Pi = 2 x 195 x 1.035 = 403.650 N
6,06 x 403.650
ES2 = = 16,94 MPa
144.400
Kehilangan prategang tendon 3
Pi = 1 x 195 x 1.035 = 201.825 N
6,06 x 201.825
ES3 = = 8,47 MPa
144.400
16
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
17
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
R
Ujung pendongkrakan
P1
P1 α
µ P1 α P2
1 α
α 2
P1
L P2
Kehilangan Gaya Prategang Tekanan Normal Akibat
Akibat Gesekan µ P1 α Gaya Prategang
Gambar 007
Kehilangan Gaya Prategang total akibat geseran disepanjang tendon yang dipa-
sang melengkang sepanjang titik 1 dan 2 adalah :
L
P1 − P2 = − µ P1 α → α = ( 7.2.1 )
R
L
Jadi : P1 − P2 = − µ P1
R
Untuk pengaruh gerakan selongsong ( wobble ) seperti yang telah dijelaskan di-
atas, disustitusikan : K. L = µ . α pada persamaan ( 7.2.1 ), sehingga didapat :
P1 − P2 = − K L P1 ( 7.2.2 )
Persamaan ( 7.2.1 ) adalah kehilangan gaya prategang akibat geseran disepanjang
tendon, sedangkan peramaan ( 7.2.2 ) adalah kehilangan gaya prategang akibat pe-
ngaruh gerakan/goyangan dari selongsong kabel prategang ( cable duct ).
Jadi kehilangan gaya prategang total sepanjang kabel akibat lenkungan kabel
adalah :
P1 − P2 = − K L P1 − µ P1 α
P1 − P2
=−KL−µα ( 7.2.3 )
P1
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Menurut SNI 03 – 2874 – 2002 kehilangan gaya prategang akibat geseran pada
tendon post tension ( pasca tarik ) harus dihitung dengan rumus :
Ps = Px e ( K Lx + µ α ) ( 7.2.4 )
Jika nilai ( K Lx + µ α ) < 0,3 maka kehilangan gaya prategang akibat geseran
pada tendon dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini :
Ps = Px ( 1 + K Lx + µ α ) ( 7.2.5 )
Sedangkan menurut ACI 318, kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada
tendon dapat dihitung dengan persamaan :
Ps = Px . e − µ ( αt + βp Lpa ) ( 7.2.6 )
19
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Contoh Soal 3
Suatu komponen struktur beton prategang dengan bentangan 18,30 m diberi gaya
prategangan dengan kabel/tendon yang dipasang melengkung seperti gambar di-
bawah ini.
0.60
0.60
A D
α1
α
B C
5.35 3.80 3.80 5.35
18.30
Tentukan kehilangan gaya prategang total akibat geseran pada tendon, jika
koefisien geseran µ = 0,4 dan koefisien wobble K = 0,0026 per m.
Pnyelesaian :
Segmen A – B ( Tendon lurus )
Tegangan dititik A : PA = 1,0
L = 5,35 m → K L = 0,0026 x 5,35 = 0,014
PB − PA
= − K L = − 0,014
PA
Kehilangan gaya prategang :
PB – 1 = − 0,014
Tegangan dititik B : PB = 1 – 0,014 = 0,986
Segmen B − C ( Tendon melengkung )
L = 2 x 3,80 = 7,60 m
0,60
α1 = = 0,066 → α = 2 x α1 = 2 x 0,066 = 0,132
5,35 + 3,80
PC − PB
= − KL − µ α
PB
Kehilangan gaya prategang :
PC − PB = − ( K L + µ α ) x PB
= − ( 0,0026 x 7,60 + 0,4 x 0,132 ) x 0,986 = − 0,072
Tegangan dititik C : PC = PB – 0,072 = 0,986 – 0,072 = 0,914
20
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Cara penyelesaian diatas dihitung segmen per segmen, tetapi dapat pula dihitung
sekaligus seperti dibawah ini :
L = 5,35 + 3,80 + 3,80 + 5,35 = 18,3 m
α = 0,132 ( sudah dihitung diatas )
Dengan menggunakan persamaan ( 7.2.3 )
PD − PA
= − K L − µ α = − 0,0026 x 18,3 − 0,4 x 0,132 = − 0,10 atau 10 %
PA
21
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Px A
1/2 Ps
B ges
Ps
Z
Ps(X) er
Px - Ps
D C
L
1/2 X
Garis ABC adalah tegangan pada baja prategang ( tendon ) sebelum pengangkuran
dilaksanakan. Garis DB adalah tegangan pada tendon setelah pengangkuran tendon
dilaksanakan. Disepanjang bentangan L terjadi penurunan tegangan pada ujung
pengangkuran dan gaya geser berubah arah pada suatu titik yang berjarak X dari
ujung pengangkuran. Karena besarnya gaya geser yang berbalik arah ini tergantung
pada koefisien geseran yang sama dengan koefisien geseran awal, maka kemiringan
garisDB akan sama dengan garis AB akan tetapi arahnya berlawanan.
Perpendekan total tendon sampai X adalah sama dengan panjang penyetelan angker
( anchorage set ) d, sehingga kehilangan tegangan pada ujung penarikan kabel dapat
dituliskan sebagai berikut :
d
Ps = 2 Ep ( 7.3.2 )
X
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Nilai X tergantung dari tegangan pada tendon akibat gaya penarikan tendon Px dan
karateristik gesekan dari tendon ( λ ) yang didapat pada tabel 7.3. dibawah ini :
Tabel 7.3. Nilai λ dan X untuk Berbagai Profil Tendon ( Naaman, 1982 )
µα + K X
Profil Tendon Gambar λ= X jika kurang dari L
X
Ep d
Linear Ps λ= K X X=
K Px
Ps b
2µa Ep d
Parabolis λ= +K X=
2 (2µ a/b +K ) P x
a
2
b
µ
R
Ep d
Melingkar Ps λ= +K X =
R ( µ/R + K ) P x
Px
Ep d
Bentuk Lain λ= ( ZL ) P1 x
X=
( Z/L )
z
L
X
Contoh Soal 4
Tentukan kehilangan tegangan akibat slip pada angkur, jika panjang tendon L = 3 m,
tegangan beton pada penampang fc = 1.035 N/mm2. Modulus elastisitas baja prate-
gang Es = 200.000 N/mm2 dan harga rata-rata slip adalah 2,5 mm.
Penyelesaian :
Perpanjangan kabel tendon total :
f 1.035
∆L= C L= x 3.000 = 15,53 mm
ES 200.000
Jadi prosentase kehilangan gaya prategang akibat slip diangkur :
2,5
ANC = x 100 % = 16,10 %
15,53
23
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Contoh Soal 5
Suatu balok prategang sistem post-tension dengan lintasan kabel parabolis seperti
gambar sketsa dibawah ini.
TENDON PARABOLIK
0.45
7,50 7,50
24
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Px = 1.200 A
1/2 Ps
Ps = 151,4
∆ Ps
B Z = 151,4 MPa
Ges
Ps ( X ) er
Px - Ps = 1.048,6
D C
X = 12,88 m L = 15 m
X
2
Diagram diatas adalah diagram kehilangan tegangan akibat slip diangkur pada saat
pemindahan ( transfer ) gaya prategang.
CR = εce . fc . Es ( 7.4.1 )
fc E
CR = εcr . Es = ϕ Es = ϕ f c s = ϕ f c n ( 7.4.2 )
Ec Ec
25
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
ε cr fc
ϕ= → εcr = ϕ . εce = ϕ .
ε ce Ec
Es
n=
Ec
Dimana : ϕ : koefisien rangkak
εcr : regangan akibat rangkak
εce : regangan elastis
Ec : modulus elastisitas beton
Es : modulus elastisitas baja prategang
fc : tegangan beton pada posisi/level baja prategang
n : angka ratio modular
Creep ( Rangkak ) pada beton ini terjadi karena deformasi akibat adanya te-
gangan pada beton sebagai fungsi dari waktu. Pada struktur beton prategang
creep ( rangkak ) mengakibatkan berkurangnya tegangan pada penampang.
Untuk struktur dengan lekatan yang baik antara tendon dan beton ( bonded
members ) kehilangan tegangan akibat rangkak dapat diperhitungkan de-
ngan persamaan :
Es
CR = Kcr ( fci − fcd ) ( 7.4.3 )
Ec
Untuk struktur dimana tidak terjadi lekatan yang baik antara tendon dan be-
ton ( unbonded members ), besarnya kehilangan gaya prategang dapat diten-
tukan dengan persamaan :
Es
CR = Kcr fcp ( 7.4.4 )
Ec
Dimana : fcp : tegangan tekan beton rata-rata pada pusat berat tendon
26
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Contoh Soal 6
Suatu balok beton prategang dimensi 250 x 400 mm dengan lintasan tendon berben-
tuk parabola. Sketsa penampang balok ditengah-tengah bentangan seperti gambar
dibawah ini.
Modulus elastisitas beton :
Ec = 33.330 MPa
200
Modulus elastisitas baja prategang :
Es = 200.000 MPa
TENDON 5 Dia 12,7 mm
Tendon terdiri dari 5 buah kawat,
200
masing - masing dengan diameter
75
12,7 mm
250 Posisi tendon ditengah-tengah ben-
tangan seperti gambar disamping.
Tegangan tarik pada tendon akibat gaya prategang awal fi = 1.200 N/mm2. Regangan
elastis εce = 35 x 10 – 6 dan kosfisien rangkak ϕ = 1,6 maka :
Hitunglah kehilangan gaya prategang akibat creep ( rangkak ) dengan cara regangan
rangkak batas dan dengan cara koefisien rangkak.
Penyelesaian :
Perhitungan section properties penampang
Luas penampang beton : A = 250 x 400 = 100.000 mm2
Momen inersia : I = 112 250 x 4003 = 1,33 x 109 mm4
Section Modulus : W = 1 6 250 x 4002 = 6,67 x 106 mm3
Eksentrisitas tendon : e = ½ x 400 – 75 = 125 mm
Luas penampang total kabel prategang : Ap = 5 x ¼ π 12,72 = 633,4 mm2
Gaya prategang awal :
P = Ap x fi = 633,4 x 1.200 = 760.080 N
Jadi tegangan beton ditengah-tengah bentangan balok
P P.e 760.080 760.080 x125
fc = + = + 6
= 7,60 + 14,24 = 21,84 N/mm2
A W 100.000 6,67 x10
Perhitungan dengan regangan rangkak batas
Dari persamaan ( 7.4.1 ), kehilangan tegangan pada baja prategang :
CR = εce . fc . Es = 35 x 10-6 x 21,84 x 200.000 = 152,88 N/mm2
Jadi prosentase kehilangan prategang terhadap tegangan awal tendon :
CR 152,88
% CR = x 100 % = x 100 % = 12,73 %
fi 1.200
27
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Contoh 7
Suatu simple beam prategang dengan sistem post tension bentangan 19,80 m.
Dimensi penampang ditengah-tengah bentangan seperti sketsa dibawah ini.
Tegangan tarik batas ( ultime tensile stress ) kabel prategang fpu = 1.862 N/mm2
Kosfisien rangkak ( creep coefficient ) Kcr = 1,6
Hitunglah prosentase kehilangan tegangan pada baja pratrgang akibat rangkak.
Penyelesaian :
Section Properties :
A = 400 x 600 = 240.000 mm2
I = 112 x 400 x 6003 = 7,20 x 109 mm4
W= 1
6 x 400 x 6002 = 24 x 106 mm3
Eksentrisitas tendon ditengh bentang : e = ½ x 600 – 100 = 200 mm
Kita ambil tegangan awal kabel prategang 75 % dari tegangan tarik batas prategang,
jadi :
fsi = 75 % x fpu = 75 % x 1.862 = 1.396,50 N/mm2
Momen akibat beban mati ( dead load ) :
Mg = 18 x 6,9 x 19,802 = 338,13 kNm
Momen akibat beban mati tambahan :
Ms = 18 x 11,6 x 19,802 = 568,46 kNm
28
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Tegangan beton pada pusat baja prategang ( tendon ) akibat gaya prategang :
TEKAN
P.e Mg
W W
TARIK TEKAN
y
neutral axis
600
e
TARIK
y
P
2
P.e M g. e
100
P P.e 2
fcp = + → lihat diagram tegangan diatas.
A W .y
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
SH = εcs . Es ( 7.5.1 )
30
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
Contoh Soal 8
Suatu komponen struktur berupa balok beton prategang. Gaya prategangan diberikan
setelah ± 48 jam setelah pengecoran beton. Kelembaban udara relatif 75 % dan ratio
voluma terhadap luas permukaan V/S = 3. Tegangan tarik batas ( ultimate tensile
stress ) baja prategang fpu = 1.862 N/mm2 dan modulus elastisitas baja prategang
adalah Es = 189.750 N/mm2
Hitunglah prosentase kehilangan gaya prategang akibat penyusutan beton :
Penyelesaian :
Gaya prategang diberikan 48 jam setelah pengecoran atau 2 hari setelah pengecoran,
jadi menurut persamaan ( 7.5.1a ) diatas, diperoleh :
Regangan susut sisa total :
200 x10 −6
εcs = → t = 2 hari
log10 (t + 2)
200 x10 −6
εcs = = 0,00033
log10 (2 + 2)
Jadi kehilangan tegangan pada baja prategang akibat penyusutan beton dapat
dihitung dengan persamaan ( 7.5.1 ) sebagai berikut :
SH = εcs x Es = 0,00033 x 189.750 = 62,62 N/mm2
Kita ambil tegangan awal baja prategang 75 % dari tegangan batas kabel prategang,
jadi, tegangan awal :
fsi = 75 % x fpu = 75 % x 1.862 = 1.396,5 N/mm2
Jadi prosentase kehilangan tegangan pada baja prategang akibat penyusutan beton
adalah :
SH 62,62
% SH = x 100 % = x 100 % = 4,48 %
f si 1.396,5
Dari tabel koefisien susut ( Ksh ) untuk pemberian gaya prategang setelah 2 hari di-
peroleh : Ksh = 0,885 ( dengan interpolasi linear ), sehingga kehilangan tegangan
pada baja prategang adalah :
SH = εsh . Ksh . Es = 1,68 x 10-4 x 0,885 x 189.750 = 28,21 N/mm2
Jadi prosentase kehilangan gaya prategang :
SH 28,21
% SH = x 100 % = x 100 % = 2,02 %
f si 1.396,5
31
online_sty@yahoo.com
Konstruksi Beton Pratekan
Ir. Soetoyo
RE = C [ Kre – J ( SH + CR + ES ) ] ( 7.6.1 )
2 xECS
RE = R 1 − ( 7.6.2 )
f
pi
32
online_sty@yahoo.com