Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
STRATEGI PELAKSANAAN
WAHAM

Disusun Oleh :

PRODI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
Laporan Pendahuluan
WAHAM
1. Pengertian
Definisi DSM-IV-TR mengenai waham adalah suatu keyakinan yang salah
didasarkan pada kesimpulan salah mengenai realita eksterna yang sangat kuat
bertahan (Sadock : 2010).
Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat atau terus menerus, tetpi tidak sesuai dengan kenyataan . (Keliat:2010)
Waham adalah keyakinan yang tidak rasional, tidak masuk akal, meskipun
telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan tersebut tidak rasional, tetapi
klien tetap menyakini kebenarannya (Hawari : 2006).
Videbeck (2008) mengemukakan bahwa waham merupakan gejala positif
atau gejala nyata yang berupa keyakinan yang dipertahankan yang tidak
memiliki dasar dalam realitas.

2. Penyebab.
Faktor Predisposisi
1. Teori Biologis
Townsend (2009) mengemukakan bahwa skizofrenia terjadi karena pengaruh
faktor biologis (genetic), pengaruh biokimia (neurotransmitter), dan pengaruh
fisiologis (abnormalitas otak) dan penyakit fisik. Secara genetic, trinukleotida
mengulang amplifikasi dan mutasi DNA lebih dari sekali.
2. Faktor Psikologis
Faktor utama dalam perkembangan skizofrenia adalah hubungan dalam
keluarga (Townsend :2009). Konflik keluarga, anak yang sering
dipersalahkan, pola asah yang diwarnai kecemasan, double bind, kegagalan
dalam tugas perkembangan, dapat mengarah individu mengalami skizofrenia
(Stuart :2009). Konflik internal, konflik dalam keluarga, kegagalan tumbuh
kembang merupakan stressor psikologis. Klien dengan waham paranoid
memiliki rasa ketidakpercayaan dalam hubungan. Hal tersebut dihipotesiskan
disebabkan lingkungan keluarga yang secara konsisten bermusuhan, sering
karena ibu yang terlalu mengontrol anak-anaknya dan ayah yang sadis atau
tidak ramah (Sadock, 2010). Konsep Erik Erickson pada tahap tumbuh
kembang 0-1 tahun tentang trust vs mistrust (Adnil,2009). Dapat menjelaskan
kecurigaan paranoid yang tidak pernah merasa dipuaskan oleh pihak luar
sehingga klien tidak pernah percaya secara umum terhadap lingkungannya.
3. Teori Sosial Budaya
Faktor social budaya tidak diyakini sebagai faktor utama. Sulifan (2002)
menjelaskan pengalaman-pengalaman waham, halusinasi, dan paranopid
sebagai kegagalan transaksi dalam hubungan interpersonal yang
mengakibatkan tanggapan autis. Gangguan skizofrenia diduga disebabkan
kemiskinan, kurang harmonisnya social budaya, hidup diperkotan dan
terisolasi. Faktor sosiokultural dan lingkungan memiliki konstribusi terhadap
kejadian skizofrenia dan kekambuhan (Stuart :2009)
Faktor Presipitasi
a. Faktor Biologis
Gangguan umpan balik dalam otak yang mengatur banyaknya informasi yang
akan diproses diidentifikasi sebagai stressor biologis. Jika terlalu banyak
informasi yang diterima dalam satu waktu maka lobus frontal mengirim ke
bangsal ganglia dan member informasi ke thalamus untuk memperlambat
transmisi ke lobus frontal (Stuart : 2009)
b. Faktor Psikologi
Pemicu gejala respons neurobiologis maladaptive secara psikologis adalah
konsep diri rendah, kurang rasa percaya diri, kehilangan motivasi untuk
menggunakan keterampilan, demoralisasi, tidak mampu memenuhi kebutuhan
spiritual. Hal ini sesuai yang dikemukaan oleh Yosep (2007) bahwa proses
pembentukan waham dimulai dari fase lack of human need dan lack off self
esteem.
c. Faktor Sosial Budaya
Pemicu gejala respons neurobiologis yang adaptif ditinjau dari lingkungan
(Suart, 2009), meliputi : stigmatisasi, tekanan pekerjaan, kurangnya dukungan
social, kemiskinan, perubahan dalam hubungan interpersonal, gangguan
kehidupan dan pola aktifitas sehari-hari, kehilangan kemandirian dalam
kehidupan, lingkungan perumahan yang tak memuaskan, rasa permusuhan dan
lingkungan penuh kritik, hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Stigma dan stressor lingkungan terhadap klien skizofrenia memperarah
kekambuhan. Isolasi social juga terlihat pada skizofrenia sebagai akibat
waham, halusinasi,dan kehilangan batas ego.

3. Manifestasi klinik.
1. Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan social
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif,
d. Ragu-ragu,
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Hygien kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurut (Harold : 2008)

4. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizoprenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan
skizoprenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock
(1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis – jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premedikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal 3 x
25mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis
tinggi 1000mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organic, dan gangguan psikotik menarik
diri, dosis awal 3 x 1mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50mg/hari.
c) Haloperidol
Untuk ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis , dan mania,
dosis awal 3 x 0,5mg sampai 3mg.
2) Anti Parkinson
a) Triheksipenydil (Artane)
Untuk semua bentuk parkinsonisme dan untuk menghilangkan reaksi
ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan 1-15mg/hari.
b) Difenhidramin
Dosis yang diberikan 10-400mg/hari.
3) Anti Depresan
a) Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan
somatic. Dosis 75-300mg/hari.
b) Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotic.
Dosis awal 25mg/hari, dosis pemeliharaan 50-75mg/hari.
4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengontrol ansietas, kelainan
somatroform, keluhan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan
sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat-obat yang termasuk
anti ansietas antara lain :
- Fenobarbital 16-320mg/hari
- Meprobamat 200-2400mg/hari
- Klordiazepoksida 15-100mg/hari
b. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan
saling percaya. Terapi individu lebih efektif daripada terapi kelompok. Terapis
tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus
menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur,
dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan
adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Terapis perlu
menyatakan kepada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes
realistis.
Terapis harus bersikap empati terhadap pengalaman internal klien dan
harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien sehingga mampu
menghilangkan ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu
klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang
kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat
timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,
suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terapeutik
dapat dilakukan.

c. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien,
sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat
dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.

5. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan


lingkungan

Perubahan Proses Pikir: Waham

Harga Diri Rendah


6. Asuhan Keperawatan
a. Masalah keperawatan yang mungkin muncul dan data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan : Perubahan Isi Pikir : Waham
1) Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
2). Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada,
tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung.

b. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Proses Pikir: Waham

c. Intervensi
Diagnosa Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham
2. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
a. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan
perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan
anda” disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di
tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan
tinggalkan klien sendirian.
d. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


Tindakan :
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.

3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi


Tindakan :
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)
c. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
e. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.

4) Klien dapat berhubungan dengan realitas


Tindakan :
a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar


Tindakan :
a. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat
b. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
d. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6) Klien dapat dukungan dari keluarga


Tindakan :
a. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga
tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga
dan follow up obat.
b. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

STRATEGI PELAKSANAAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Data obyektif:
Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata, sulit berpikir realita, tidak
mampu mengambil keputusan, afek tumpul, hygien kurang, muka pucat, sering
menguap, curiga.
b. Data subyektif :
Pasien sering berbicara tak sesuai realita, sering berbicara sendiri, pasien
mengigau, berbicara tak beraturan.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk dapat menentukan dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan pola pikir : waham.
b. Tujuan Khusus
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya
2) Pasien dapat mengorientasi realita
3) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi.
ORIENTASI
Perawat “Assalamualaikum bapak, perkenalkan nama saya Indra, saya mahasiswa
keperawatan poltekkes semarang yang dinas pagi ini di ruang melati. Saya
dinas dari pukul 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat bapak hari ini.
Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”
KERJA
Perawat “Saya mengerti bapak merasa bahwa bapak adalah seorang nabi, tapi sulit
bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak
adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya bapak gelisah sekali, bisa bapak ceritakan apa yang
bapak rasakan?”
“O... jadi bapak merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri bapak sendiri?”
“Siapa menurut bapak yang sering mengatur-atur diri bapak?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya pak, juga kakak dan adik bapak
yang lain?”
“Kalau bapak sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus bapak sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut pak”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya bapak ingin ada kegiatan diluar
rumah karena bosan kalau di rumah terus ya”
TERMINASI
Perawat “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan
saya?””Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini bapak coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah bapak miliki? Mau di
mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”

SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekkannya
ORIENTASI
Perawat “Assalamualaikum bapak, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah bapak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran
bapak?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bapak tersebut?”
“Berapa lama pak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?”
KERJA
Perawat “Apa saja hobby bapak? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya bapak pandai main volley ya, tidak semua orang bisa
bermain volley seperti itu lho pak”(atau yang lain sesuai yang diucapkan
pasien).
“Bisa bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley,
siapa yang dulu mengajarkannya kepada bapak, dimana?”
“Bisa bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik
itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bapak mau bermain volley?”
“Apa yang bapak harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bapak yang lain selain bermain volley?”
TERMINASI
Perawat “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan bapak?”
“Setelah ini coba bapak lakukan latihan volley sesuai dengan jadual yang
telah kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya pak?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang makan saja, ya
setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bapak minum,
setuju?”
“Bagaimana kalau sekarang bapak teruskan kemampuan bermain volley
tersebut…….”

SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

ORIENTASI
Perawat “Assalamualaikum bapak.”
“Bagaimana bapak sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang bapak minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di ruang makan?”
“Berapa lama bapak mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
KERJA
Perawat “Bapak berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“ Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar bias tidur, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks
agar tidak kaku, dan yang merah jambu/ping ini namanya HDL gunanya
agar pikiran jadi tenang suara-suara/halusinasi hilang. Semuanya ini
diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”.
“Sebelum minum obat ini bapak dan ibu mengecek dulu label di kotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bapak
tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi
dengan dokter”.
TERMINASI
Perawat “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang
bapak minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan bapak. Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”
“bapak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?”
SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi
masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien.
ORIENTASI
Perawat “Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Indra, saya mahasiswa
Keperawatan Magelang Poltekkes Semarang yang dinas di ruang melati ini.
Saya yang merawat bapak selama ini. Nama ibu dan mas siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bapak dan
cara merawat bapak di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?”
“Berapa lama waktu ibu dan mas? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
Perawat “Bu, mas, apa masalah yang ibu/mas rasakan dalam merawat bapak? Apa
yang sudah dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap bapak yang selalu
mengaku-ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan
salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan
cara menghadapinya. Setiap kali bapak berkata bahwa ia seorang nabi ibu/
mas dengan mengatakan pertama:
“ibu/mas mengerti bapak merasa seorang nabi, tapi sulit bagi ibu/mas untuk
mempercayainya karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua: ibu dan mas harus lebih sering memuji bapak jika ia melakukan hal-
hal yang baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang
berinteraksi dengan bapak”
“ibu/mas dapat bercakap-cakap dengan bapak tentang kebutuhan yang
diinginkan bapak, misalnya: “ibu/mas percaya bapak punya kemampuan dan
keinginan. Coba ceritakan kepada ibu/mas. Bapak kan punya
kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernah dimiliki oleh bapak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika bapak mau
mencoba berikan pujian) “Ibu/mas, bapak perlu minum obat ini agar
pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar bias tidur, yang putih ini namanya THP guanya supaya rilek dan tidak
kaku, dan yang merah jambu/ping ini namanya HDL gunanya agar pikiran
tenang suara-suaraatau halusinasi hilang, semuanya ini harus diminum
secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan
dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan
B kambuh kembali”(Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang
obat kepada klien). Bapak sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia
minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian.
TERMINASI
Perawat “Bagaimana perasaan Ibu dan mas setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat bapak di rumah?”
“Setelah ini coba ibu dan mas lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
setiap kali berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kembali kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat bapak sesuai dengan
pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya bu, mas”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien

ORIENTASI
Perawat “Assalamualaikum bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang
ketemu lagi”
“Bagaimana bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan
dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke bapak
ya?”
“Berapa lama ibu punya waktu?”
KERJA
Perawat “Sekarang anggap saya bapak yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba
ibu dan mas praktekkan cara bicara yang benar bila bapak sedang dalam
keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan
yang dimiliki bapak. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi bapak minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata ibu dan mas sudah mengerti cara merawat B”
TERMINASI
Perawat “Bagaimana perasaan ibu dan mas setelah kita berlatih cara merawat
bapak?”
“Setelah ini coba ibu dan mas lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali
ibu dan mas membesuk bapak”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi ibu dan mas datang kembali kesini
dan kita akan mencoba lagi cara merawat bapak sampai ibu dan mas lancar
melakukannya”
“Jam berapa ibu dan mas bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya bu”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


ORIENTASI
Perawat “Assalamualaikum bu, karena bapak sudah boleh pulang, maka kita
bicarakan jadual bapak selama dirumah”
“Bagaimana bu, selama ibu dan mas besuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat bapak?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari ibu/mas
duduk di sini”
“Berapa lama ibu dan mas punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum
ibu/mas menyelesaikan administrasi di depan.”
KERJA
Perawat “ibu, ini jadwal bapak selama di rumah sakit. Coba diperhatikan. Apakah
kira-kira dapat dilaksanakan semua di rumah? Jangan lupa memperhatikan
bapak, agar ia tetap menjalankan di rumah, dan jangan lupa memberi tanda
M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya bapak mengaku
sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Puskesmas terdekat dari rumah ibu
dan mas, yang akan membantu memantau perkembangan bapak selama di
rumah”
TERMINASI
Perawat “Apa yang ingin Ibu/mas tanyakan?Bagaimana perasaan Ibu/mas? Sudah
siap melanjutkan di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk puskesmas tempat ibu dan
mas tinggal guna mempermudah dalam merawat bapak. Kalau ada apa-apa
Ibu/mas boleh juga menghubungi kami. Silakan
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
Erawati, E., Keliat, BA., Moritz, PS., Terapi Metakognitif : Pada pasien Skizofrenia dengan
Waham.Jakarta : EGC
Harold, Sinaga. (2007). Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran UI
Ibrahim, H. Ayub Sani. (2011). SKIZOFRENIA : Spliting Personality. Tangerang: Jelajah
Nusa
Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK,
Universitas Indonesia
Keliat, B. A. (2009). Modal Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I. Jakarta:EGC
Keliat, B. A. (2010). Modal Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan II. Jakarta:EGC
Kusumawati dan Hartono . (2010) . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . (2005) . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. (2000). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Bandung, RSJP
Bandung.
Vedebeck. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Ahli Bahasa : Renata Komala Sari &
Alfrinahani.Jakarta:EGC
.

Anda mungkin juga menyukai