Anda di halaman 1dari 11

Muhammad Mariadi Firdaus

201610420311010

Tutorial 1 KMB III : Stroke Hemoragic_Hipertensi

Kata Sulit :

1. Perdipine
Perdipine© (Nicardipine) adalah obat yang digunakan untuk menangani hipertensi.
Nicardipine merupakan jenis obat antagonis kalsium. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat dan mengendalikan pergerakan kalsium ke dalam sel jantung melalui
pembuluh darah, sehingga meningkatkan pasokan darah dan oksigen menuju jantung, serta
mengurangi beban kerja jantung.
Sumber :
www.alodokter.com/nicardipine diakses 10 April 2019
2. Cefotaxime
Cefotaxim adalah salah satu obat antibiotik sefalosporin yang berfungsi untuk membunuh
bakteri penyebab infeksi. Obat ini bekerja dengan membunuh bakteri dan mencegah
pertumbuhannya. Jenis infeksi yang bisa ditangani dengan cefotaxim beragam. Di antaranya
adalah sepsis (infeksi dalam darah), meningitis, peritonitis (infeksi pada selaput yang
melapisi rongga perut), gonore (kencing nanah), serta osteomielitis (infeksi pada tulang).
Penggunaan antibiotik ini juga bisa untuk mencegah infeksi pada luka operasi.
Sumber :
www.alodokter.com/cefotaxim diakses 10 April 2019
3. Bartel Index
4. Braden Scale
5. NIHSS
6. Hemiparesis Sinistra
7. Inkontinensia Uri

Pertanyaan :

1. Masalah utama dalam kasus


Stroke hemoragik, disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Kasus stroke
ini paling sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi yang berlangsung secara terus-
menerus. Ada juga kasus di mana pembuluh darah pada permukaan jaringan otak yang
pecah. Kasus stroke ini dikaitkan dengan penyakit pembuluh darah otak bawaan, misalnya
aneurisma arteri serebral atau malformasi arteriovenosa.

Sumber :
Fong, W. C. (2016). Smart Patient : STROKE/Indonesian. Singapore : Queen
Elizabeth Hospital Authority.

2. Instrumen pengkajian sensori


3. Etiologi stroke (Hemoragic)
Stroke dibagi menjadi dua jenis utama, tergantung pada penyebabnya:
 Stroke iskemik, disebabkan oleh trombosis serebral (gumpalan darah yang terbentuk
di dalam pembuluh otak) dan relatif umum terjadi, lebih dari 70% kasus stroke
merupakan jenis iskemik. Aterosklerosis serebral juga menyebabkan pembentukan
gumpalan darah di arteri serebral atau bekuan darah bisa terbentuk di jantung atau
arteri karotis di leher. Gumpalan darah bisa terangkut hingga pembuluh otak distal
dan memblokir aliran darah. Penyakit jantung, termasuk aritmia (detak jantung yang
tidak normal), masalah katup jantung, dan penyakit jantung koroner, bisa
menyebabkan stroke.
 Stroke hemoragik, disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di dalam otak.
Kasus stroke ini paling sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi yang
berlangsung secara terus-menerus. Ada juga kasus di mana pembuluh darah pada
permukaan jaringan otak yang pecah. Kasus stroke ini dikaitkan dengan penyakit
pembuluh darah otak bawaan, misalnya aneurisma arteri serebral atau malformasi
arteriovenosa. Darah akan keluar di bawah ruang arachnoid (ruang antara jaringan
otak dan tengkorak) dan menekan jaringan otak. Selain itu, pembuluh darah akan
menyempit setelah terjadinya pendarahan, yang ikut mengurangi laju aliran darah.

Sumber :
Fong, W. C. (2016). Smart Patient : STROKE/Indonesian. Singapore : Queen
Elizabeth Hospital Authority.

 Trombosis pada arteri serebri yang memasok darah ke otak atau trombosis pembuluh
darah intrakranial yang menyumbat aliran darah.
 Emboli akibat pembentukan trombus di luar otak seperti di dalam jantung, aorta, atau
arteri karotis kominis.
 Perdarahan dari arteri atau vena intrakranial seperti yang terjadi karena hipertensi,
ruptur aneurisma, malformasi arteriovenosa, trauma, gangguan hemoragik.

Sumber :
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2011). Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

4. Terapi non farmakologis stroke (Hemoragic)


Perawatan dalam tahapan rehabilitatif
Tujuan dari perawatan rehabilitasi adalah untuk memastikan pemulihan terbaik dari
fungsi aktivitas hidup pasien sehari-hari. Meskipun tidak semua fungsi fisik bisa dipulihkan
sepenuhnya, akan tetapi diharapkan tujuan "adaptasi diri" bisa dicapai. Sangat penting untuk
memulai pelatihan rehabilitasi sesegera mungkin. Sebuah tim ahli kesehatan profesional
multi-bidang bertanggung jawab terhadap perawatan rehabilitasi. Tim akan menilai fungsi
fisik dan psikologis pasien, perawatan rehabilitasi yang diperlukan, dan kemampuan
perawatan dari perawat. Hal yang paling penting dari semuanya adalah bahwa pasien stroke
dan anggota keluarganya harus berpartisipasi secara aktif dalam perawatan tersebut.
Dalam perawatan rehabilitasi, perawat memainkan peran penting dalam memberikan
dukungan 24 jam kepada pasien stroke dan anggota keluarga mereka. Mereka membantu
pasien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis mereka, meningkatkan kemampuan
hidup mandiri, dan mencegah komplikasi yang disebabkan oleh hilangnya kemampuan
tersebut. Mereka juga akan memberikan perawatan profesional yang berkaitan dengan
masalah umum yang dihadapi pasien stroke, seperti masalah psikologis yang melibatkan
kecemasan dan perasaan tidak berdaya, atau masalah fisik seperti kesulitan menelan,
kesulitan dalam komunikasi, inkontinensia urin, konstipasi, dan rasa sakit akibat tekanan,
dan lain-lain.
 Terapi okupasi, melalui program ini memungkinkan pasien stroke untuk
mendapatkan kemampuan mandiri terbaiknya dalam berbagai aspek, seperti
perawatan diri, perawatan rumah tangga, keterampilan kejuruan, dan rekreasi.
 Terapi wicara, bertujuan untuk membantu pasien stroke meningkatkan kemampuan
menelan, berkomunikasi, dan ekspresi verbal mereka.
 Terapi psikologis, jika pasien memiliki masalah psikologis atau emosional, psikolog
klinis bisa memberikan bantuan yang diperlukan.

Sumber :
Fong, W. C. (2016). Smart Patient : STROKE/Indonesian. Singapore : Queen
Elizabeth Hospital Authority.

5. Manifestasi stroke hemoragic


 Ketidakmampuan untuk berbicara dengan jelas atau mengalami kesulitan untuk
berbicara
 Sensasi mati rasa secara tiba-tiba dan bersifat sementara, kelemahan atau
kelumpuhan salah satu lengan, satu kaki atau setengah dari wajah (biasanya terjadi di
sisi yang sama)
 Penglihatan yang kabur secara tiba-tiba atau penurunan kualitas penglihatan pada
satu mata
 Sakit kepala yang parah secara tiba-tiba
 Gangguan keseimbangan tubuh dan koordinasi tangan dan kak,i atau terjatuh secara
tiba-tiba tanpa alasan yang jelas
 Rasa pusing atau pingsan tanpa alasan yang jelas
 Inkontinensia (buang air kecil secara spontan)
 TIA (Transient Ischaemic Attack)

Sumber :
Fong, W. C. (2016). Smart Patient : STROKE/Indonesian. Singapore : Queen
Elizabeth Hospital Authority.

 Defisit lapang penglihatan


 Defisit motorik
 Defisit sensori
 Defisit verbal
 Defisit emosional
 Defisit kognitif
Sumber :
Saputra, L. (2010). Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang: Binarupa Aksara.
6. Faktor resiko stroke hemoragic
 Riwayat stroke pada keluarga
 Usia di atas 55 tahun: semakin tinggi usia, semakin tinggi risikonya
 Tekanan darah tinggi: 70% dari pasien penderita stroke mengalami tekanan darah
tinggi
 Kadar kolesterol tinggi: peluang lebih tinggi terjadinya aterosklerosis (akumulasi
kolesterol dan deposit (plak) lainnya pada dinding arteri. Plak bisa mengurangi aliran
darah yang melalui arteri) dan penyempitan pembuluh darah otak
 Merokok: meningkatkan peluang terjadinya stroke hingga 3 kali lipat untuk pria dan
4,7 kali lipat untuk wanita
 Diabetes melitus: meningkatkan peluang terjadinya stroke hingga 4 kali lipat
 Obesitas
 Penyakit kardiovaskular: peluang lebih tinggi terjadinya stroke bagi orang-orang
dengan riwayat serangan jantung (infark miokard) dan irama jantung yang tidak
normal (fibrilasi atrium)
 Malformasi Vaskular atau aneurisma (pembengkakan seperti balon) pembuluh darah
di otak: peluang perdarahan yang relatif lebih tinggi
 Stroke Ringan, yaitu Serangan Iskemik Sementara (TIA - Transient Ischemic
Attack): memiliki gejala yang mirip dengan stroke, tetapi berlangsung untuk jangka
waktu yang lebih singkat, berlangsung sekitar 2 hingga 15 menit dan tidak lebih dari
24 jam. Stroke Ringan bisa menjadi tanda peringatan bahwa akan terjadi stroke yang
lebih berat di masa depan.
 Pecandu alkohol: meningkatkan peluang terjadinya stroke

Sumber :
Fong, W. C. (2016). Smart Patient : STROKE/Indonesian. Singapore : Queen
Elizabeth Hospital Authority.

7. Hasil CT-Scan : Perdarahan Intra Parenkimal, komplikasi jika tidak ditangani


8. Pemeriksaan Neurologis
9. Fatofisiologi stroke hemoragic
Stroke disebabkan penurunan suplai darah ke otak yang disebabkan oleh kecelakaan,
hipertensi, karena pada intinya stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang
pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang
menimbulkan perubahan komponen intra kranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak
sehingga timbul kematian.
Disamping itu, darah yang mengalir ke subtansi otak atau ruang subarachnoid dapat
menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak atau penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada, sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
Kematian sel-sel otak berpengaruh terhadap penurunan fungsi dan kinerja otak, otak
memiliki dua fungsi yaitu sensorik dan motorik, akibat awal dari stroke adalah hemiparesis
kontralateral (kelumpuhan separuh anggota ekstremitas atas dan bawah yang bersilangan
dengan hemisfer yang terkena). Akibat yang muncul pertama kali dari hemiparesis
kontralateral adalah gangguan mobilitas fisik atau ketidakmampuan melakukan aktifitas
sehari-hari.

Sumber :
Kowalak, J.P. (ed). (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
10. Leukosit meningkat dengan stroke hemoragic
11. Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan (Hal yang harus diperhatikan pada pasien
stroke_pertanyaan 9)

Gangguan perfusi jaringan NOC : NIC :


serebral b/d edema Circulation status Intrakranial Pressure (ICP)
serebral/penyumbatan aliran Tissue Prefusion : Monitoring (Monitor
darah cerebral tekanan intrakranial)

Kriteria Hasil :  Berikan informasi kepada


1. Mendemonstrasikan keluarga
status sirkulasi yang  Monitor tekanan perfusi
ditandai dengan : serebral
 Tekanan systole  Catat respon pasien
dandiastole dalam terhadap stimulus
rentang yang  Monitor tekanan
diharapkan intrakranial pasien dan
 Tidak ada ortostatik respon neurology terhadap
hipertensi aktivitas
 Tidk ada tanda tanda  Monitor jumlah drainage
peningkatan tekanan cairan serebrospinal
intrakranial (tidak  Monitor intake dan output
lebih dari 15 mmHg) cairan
 Restrain pasien jika perlu
2. Mendemonstrasikan  Monitor suhu dan angka
kemampuan kognitif WBC
yang ditandai dengan:  Kolaborasi pemberian
 Berkomunikasi antibiotik
dengan jelas dan  Posisikan pasien pada
sesuai dengan posisi semifowler
kemampuan  Minimalkan stimulus dari
 Menunjukkan lingkungan
perhatian, konsentrasi
dan orientasi Peripheral Sensation
 Memproses informasi Management (Manajemen
 Membuat keputusan sensasi perifer)
dengan benar
 Monitor adanya daerah
3. Menunjukkan fungsi tertentu yang hanya peka
sensori motori cranial terhadap panas/ dingin/
yang utuh : tingkat tajam/ tumpul
kesadaran mambaik,  Monitor adanya paretese
tidak ada gerakan  Instruksikan keluarga
gerakan involunter untuk mengobservasi kulit
jika ada lsi atau laserasi
 Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
 Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
 Monitor kemampuan BAB
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Monitor adanya
tromboplebitis
 Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi

Gangguan mobilitas fisik b/d NOC : NIC :


kerusakan neuromuskuler  Joint Movement : Exercise therapy :
Active ambulation
Definisi :  Mobility Level  Monitoring vital sign
Keterbatasan dalam kebebasan  Self care : ADL sebelm/sesudah latihan dan
untuk pergerakan fisik tertentu  Transfer performance lihat respon pasien saat
pada bagian tubuh atau satu latihan
atau lebih ekstremitas Kriteria Hasil :  Konsultasikan dengan
 Klien meningkat terapi fisik tentang rencana
Batasan karakteristik : dalam aktivitas fisik ambulasi sesuai dengan
 Keterbatasan kemampuan  Mengerti tujuan dari kebutuhan
untuk melakukan peningkatan mobilitas  Bantu klien untuk
keterampilan motorik kasar  Memverbalisasikan menggunakan tongkat saat
 Keterbatasan kemampuan perasaan dalam berjalan dan cegah terhadap
untuk melakukan meningkatkan cedera
keterampilan motorik halus kekuatan dan  Ajarkan pasien atau tenaga
 Keterbatasan ROM kemampuan berpindah kesehatan lain tentang
 Memperagakan teknik ambulasi
Faktor yang berhubungan : penggunaan alat Bantu  Kaji kemampuan pasien
 Kerusakan persepsi sensori untuk mobilisasi dalam mobilisasi
 Kerusakan muskuloskeletal (walker)  Latih pasien dalam
dan neuromuskuler pemenuhan kebutuhan
 Kerusakan kognitif ADLs secara mandiri sesuai
 Penurunan kekuatan otot, kemampuan
kontrol dan atau masa  Dampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
 Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
Resiko gangguan integritas NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management
kulit b/d keterbatasan mobilitas Skin and Mucous
Membranes  Anjurkan pasien untuk
Definisi : Perubahan pada Kriteria Hasil : menggunakan pakaian yang
epidermis dan dermis  Integritas kulit yang longgar
baik bisa  Hindari kerutan padaa
Batasan karakteristik : dipertahankan tempat tidur
 Gangguan pada bagian  Melaporkan adanya  Jaga kebersihan kulit agar
tubuh gangguan sensasi atau tetap bersih dan kering
 Kerusakan lapisa kulit nyeri pada daerah  Mobilisasi pasien (ubah
(dermis) kulit yang mengalami posisi pasien) setiap dua
 Gangguan permukaan kulit gangguan jam sekali
(epidermis)  Menunjukkan  Monitor kulit akan adanya
pemahaman dalam kemerahan
Faktor yang berhubungan : proses perbaikan kulit  Oleskan lotion atau
Eksternal : dan mencegah minyak/baby oil pada derah
 Immobilitas fisik terjadinya sedera yang tertekan
berulang  Monitor aktivitas dan
 Mampu melindungi mobilisasi pasien
kulit dan  Monitor status nutrisi
mempertahankan pasien
kelembaban kulit dan  Memandikan pasien dengan
perawatan alami sabun dan air hangat

Hal yang harus diperhatikan pada pasien stroke :


 Latihan domestik: untuk meningkatkan kemampuan perawatan diri
 Pencegahan jatuh dan kecelakaan: memerhatikan keterampilan untuk kegiatan yang
berbeda-beda
 Mengonsumsi obat pada waktunya
 Pembatasan pola makan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh ahli kesehatan
profesional
 Memerhatikan perawatan kulit untuk mencegah rasa sakit akibat tekanan
 Menerapkan keterampilan perawatan diri (pergi ke toilet, mandi, dan mencuci)
 Mencegah terulangnya stroke: dari berbagai aspek, termasuk pola makan, emosi,
kebiasaan hidup, dan obat-obatan.
 Menghadapi hidup baru dengan sikap positif

Perhatian dari anggota keluarga / perawat

Partisipasi anggota keluarga sangat penting dalam pengobatan rehabilitasi, dan


menjadi tantangan berat bagi perawat untuk hidup dengan penderita stroke yang sedang
memulihkan dirinya. Ketika pasien merasa tertekan dan tidak berdaya, dorongan dan
dukungan dari anggota keluarga adalah hal yang tidak tergantikan, dan membutuhkan
kesabaran dan pengertian dari mereka semua.

Sumber :
Fong, W. C. (2016). Smart Patient : STROKE/Indonesian. Singapore : Queen
Elizabeth Hospital Authority.

Anda mungkin juga menyukai