Anda di halaman 1dari 19

BABVII

PELAT

7.1 UMUM

Pelat merupakan salah satu elemen struktur yang secara


langsung menerima beban yang bekerja terutama beban mati dan
beban hidup yang akan bekerja pada sebuah struktur. Pelat dalam hal
ini dibagi atas beberapa bagian yang disebut “ Panel “. Yang disebut
Panel pada pelat adalah luasan tertentu pada bagian pelat yang
dibatasi balok di sekelilingnya.

G B

B B B B

G B

(a) (b)
Gambar 7.1 Pelat satu arah dan Pelat dua arah
Apabila panjang panel ini besarnya dua kali lebar atau lebih
disebut Pelat satu Arah, yang mana hampir semua beban lantai
menuju balok-balok dan hanya sebagian kecil akan menyalur secara
langsung ke gelagar. Tulangan Utama untuk pelat satu arah sejajar
dengan gelagar dan tulangan susut sejajar dengan balok-balok.
Disebut sebagai Pelat dua arah apabila Perbandingan Panjang dengan
lebar Panel pelat kurang dari 2. Penyelesaian pelat satu arah dalam
hal ini sama dengan perhitungan balok, sedangkan untuk

Struktur Beton I 7-1


penyelesaian pelat 2 arah persyaratan baik ketebalan maupun
penulangan dijelaskan didalam SNI 03 2847 2002 pasal 15.
Dikenal juga beberapa jenis sistem struktur pelat sebagai
salah satu elemen struktur gedung yaitu :

(a) Pelat 2 arah dengan balok-balok penumpu

(b) Flat Plate

(c) Flat Slab

(d) Waffle Slab Æ pelat 2 arah dengan balok-balok joist


Gambar 7.2 : Jenis sistem struktur pelat

Struktur Beton I 7-2


7.2 KETENTUAN PERENCANAAN

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan di dalam


perencanaan Pelat meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Ketebalan pelat
Tebal pelat minimum dengan balok yang menghubungkan
tumpuan pada semua sisinya tidak boleh kurang dari nilai yang
didapat dari :
a. Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0,2 maka tebal
minimum pelat harus memenuhi tabel 10 SNI 03 2847 2002
dan tidak boleh kurang dari nilai berikut :
¾ Pelat tanpa penebalan seperti yang didefinisikan dalam
15.3(7(1)) dan 15.3(7(2)) ...... 120 mm
¾ Pelat dengan penebalan seperti yang didefinisikan dalam
15.3(7(1)) dan 15.3(7(2)) ..... 100 mm

Gambar 7.3 : Sistem pelat dengan penebalan


b. Untuk αm lebih besar dari 0,2 tetapi tidak lebih dari 2,0,
ketebalan pelat minimum harus memenuhi

⎛ f ⎞
ln⎜⎜ 0,8 + y ⎟⎟
h= ⎝ 1500 ⎠ (Pers 16 SNI 03 2847 2002) (7.1)
36 + 5β [αm − 0,2]
tetapi tidak boleh kurang dari 120 mm
c. Untuk αm lebih besar dari 2, ketebalan pelat minimum tidak
boleh kurang dari

Struktur Beton I 7-3


⎛ fy ⎞
ln⎜ 0,8 + ⎟
h= ⎝
1500 ⎠
(Pers 17 SNI 03 2847 2002) (7.2)
36 + 9 β
Dan tidak boleh kurang dari 90 mm.
d. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai
rasio kekakuan α tidak kurang atau sebagai alternatif
ketebalan minimum yang ditentukan persamaan 7.1 atau
persamaan 7.2 harus dinaikkan paling tidak 10 persen pada
panel dengan tepi yang tidak menerus.

dimana ln merupakan panjang bentang bersih, β adalah rasio dari


panjang tepi menerus terhadap parimeter total dari suatu panel
pelat, fy adalah tegangan leleh tulangan dan αm adalah nilai rata-
rata dari α untuk semua balok pada tepi dari suatu panel pelat.

I b Ecb
α= . (7.3)
I p Ecp
dimana,

Ib =
1
k .bw .h3 (7.4)
12
1 (7.5)
Ip = .b p .t 3
12
⎧ 3 ⎫
⎛ t ⎞ ⎛ t ⎞ ⎛ be ⎛ t ⎞ ⎞⎟ ⎪
2
⎡ be ⎤ ⎡ t ⎤ ⎪
1+ ⎢ − 1⎥ ⎢ ⎥ ⎨4 − 6⎜ ⎟ + 4⎜ ⎟ + ⎜ − 1⎜ ⎟ ⎬
⎣ bw ⎦ ⎣ h ⎦ ⎪ ⎝ h ⎠ ⎝ h ⎠ ⎜⎝ bw ⎝ h ⎠ ⎟⎠ ⎪
k= ⎩ ⎭ (7.6)
⎛ be ⎞⎛ t ⎞
1+ ⎜ − 1⎟⎜ ⎟
⎝ bw ⎠⎝ h ⎠

Ib merupakan momen inersia balok (beam), Is adalah momen


inersia pelat (slab), Ecb adalah modulus beton balok, Ecs adalah
modulus beton pelat, h adalah tinggi balok, bw adalah lebar
balok, k adalah tetapan tanpa dimensi di dalam fungsi dari
(be/bw) dan (t/h), be adalah lebar efektif, bw adalah lebar balok, t

Struktur Beton I 7-4


adalah tebal sayap dan h adalah tinggi balok. Harga-harga dari k
pada persamaan (7.6) disajikan pada tabel 7.1.

Tabel 7.1 Harga-harga k di dalam (be/bw) dan (t/h) pada


persamaan (7.6)
t/h

Be/ U 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
bw
2
n 1,222 1,328 1,366 1,372 1,375 1,396 1,454 1,565 1,743 2,000

3
t 1,407 1,564 1,605 1,608 1,625 1,694 1,844 2,098 2,477 3,000

4
u 1,564 1,744 1,777 1,781 1,825 1,956 2,212 2,621 3,209 4,000

k
Untuk memperoleh lebar efektif dalam hal ini pembaca diminta
mengacu uraian pada (5.2)

7.3 PENULANGAN PELAT

Sebagaimana dijelaskan didalam SNI 03-2487-2002 pasal


15.3 tentang penulangan pelat diuraikan sebagai berikut :
1. Luas tulangan pelat pada masing-masing arah dari sistem pelat 2
arah ditentukan dengan meninjau momen-momen pada
penampang kritis tapi tidak boleh kurang daripada yang
dipersyaratkan 9.12 SNI 03 2847 2002.
2. Spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih daripada
2 kali tebal pelat kecuali untuk bagian pelat yang berada pada
daerah rongga, tulangan diadakan sesuai 9.12 SNI 03 2847 2002.
3. Tulangan momen positif yang tegak lurus tepi tak menerus harus
diteruskan hingga mencapai tepi pelat dan ditanam, dapat
dengan kaitan, minimum sepanjang 150 mm ke dalam balok tepi,
kolom atau dinding.
4. Tulangan momen negatif yang tegak lurus tepi tak menerus
harus dibengkokkan atau diangkur pada balok tepi, kolom atau

Struktur Beton I 7-5


dinding, sesuai dengan ketentuan mengenai panjang penanaman
pada pasal 14 SNI 03 2847 2002.
5. Bila pelat tidak memiliki balok tepi atau dinding pada tepi tak
menerus, atau pada pelat yang membentuk kantilever pada
tumpuan maka pengangkuran tulangan harus dilakukan didalam
pelat itu sendiri.
6. Pada pelat dengan balok yang membentang diantara kedua
tumpuannya, dan

I b Ecb
α= . > 1,0
I p Ecp
Ketentuan tulangan minimum elemen lentur :
1. Tulangan minimum terpasang todak boleh kurang dari :

fc '
As min = .bw.d
4 fy

Dan tidak boleh lebih kecil dari :


1,4
As min = .bw.d
fy

2. Sebagai alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan


masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap penampang
positif atau negatif paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari
yang diperlukan berdasarkan analisis.
3. Untuk pelat dan fondasi telapak struktural dengan tebal seragam,
luas minimum tulangan tarik dalam arah bentang yan ditinjau
harus memenuhi kebutuhan tulangan untuk susut dan suhu
sesuai dengan pasal 9.12 SNI 03 2847 2002. Spasi maksimum
antar tulangan tersebut tidak boleh melebihi nilai terkecil dari 3
kali tebal pelat dan 450 mm.

Struktur Beton I 7-6


Contoh soal 7.1 Untuk contoh perencanaan pelat dua arah, hitunglah
perbandingan α dari kekakuan lentur dari balok memanjang terhadap
pelat di dalam portal kaku ekuivalen, untuk semua balok sekeliling
panel 1,2,3 dan 4 seperti terlihat pada gambar 7.4
(a) B1-B2. Dengan melihat Gambar 7.4, lebar efektif be untuk balok
B1-B2 merupakan yang terkecil dari :
1. be1 =
ln 726,44
= = 181,61cm
4 4

2. be2 = bw + 16t = 35,56 + 16(16,51) = 299,72cm

3. be3 = bw + 2bo = 35,56 + 2(363,22) = 762cm

dipakai be = 181,61 cm
be 181,61
= = 5,107
bw 35,56

t 16,51
= = 0,232
h 71,12

k = 2,87,

35,56(71,12 )3
I b = 2,87 = 3.063.764,84cm 4
12

Penerapan persamaan (7.4), dengan Ecb = Ecs

609,6.(16,51)3 = 228.615,11cm 4 α = E cb .I b = 3.063.764,84 = 13,4


1
Is =
12 E cs .I s 228.615,11

(b) B3-B4. Dengan melihat gambar 7.4 lebar efektif be untuk B3-B4
adalah merupakan bilangan terkecil dari :
1. be1 =
ln 726,4
= = 60,54cm
4 12

2. be2 = bw + 6t = 35,56 + 6(16,51) = 299,72cm

3. be3 = bw + bo = 35,56 + (363,22) = 398,78cm

dipakai be =60,54 cm
be 60,54
= = 1,7
bw 35,56

t 16,51
= = 0,23
h 71,12

k = 2,83,

Struktur Beton I 7-7


35,53.(71,12 )3
I b = 2,83 = 3.018.359,34cm 4
12
Penerapan persamaan (7.4), dengan Ecb = Ecs

Is =
1
(609,2 / 2)(16,51)3 = 114.307,56cm 4
12
E cb .I b 3.018.359,34
α= = = 26,41
E cs .I s 114.37,56

(c) B5-B6. Dengan melihat gambar (7.1), lebar efektif be untuk B5-B6
adalah yang terkecil dari :
1. be1 =
l n 579 ,12
= = 144 ,78cm
4 4

2. be2 = bw + 16t = 30,48 + 16(16,51) = 294,64cm

3. be3 = bw + 2bo = 30,48+ 2(289,56) = 609,6cm

dipakai be = 144,78 cm
be 144,78
= = 4,75
bw 30,48

t 16,51
= = 0,27
h 60,96

k = 2,74,

I b = 1.578.259,82cm 4 , I p = 285.768,89cm 4 , α = 5,52

Struktur Beton I 7-8


25'-0'' 25'-0''
B1 B2 α =13,4 α = 13,4

20'-0'' B8 3 4 B6 α = 10,79 3 α =5,52 4 α = 5,52


B6
B1 B2 α = 13,4 α = 13,4

20'-0'' B7 1 B5 2 B5 α = 10,79 1 α = 5,52 2 a= 5,52

B3 B4 α =26,41 α =26,41

be = 181.61 cm be = 35.5''

t = 6.5'' t = 6.5''

h = 28''
h-t = 21.5'' h-t = 21.5''

bw = 14'' bw = 14''

B1 = B2 cirian untuk proyeksi flens B3 = B4


(h-t)<4t

be = 57'' be = 29.5''

t = 6.5''

h = 24''
h-t = 17.5''

bw = 12'' bw = 12''

B5 =B6 B7 =B8

t (6,5 x 2,54)
= = 0,271
h (24 x 2,54)
k = 2,339,

(12 x 2,54)(24 x 2,54 )3


I b = 2,339 = 1.345.856,7cm 4
12

Gambar 7.4 Perhitungan dari harga-harga α dalam contoh soal 7.1

Struktur Beton I 7-9


(d) B7-B8. Dengan melihat gambar (7.1), lebar efektif be untuk
B7-B8 adalah yang terkecil dari :
Dengan cara yang sama diperoleh :
dipakai be = 48,26 cm

k = 2,78, I b = 1.542.062,42cm 4

Penerapan persamaan (7.4), dengan Ecb = Ecs

I s = 142.884,44cm 4

α = 10,79

Selanjutnya dilakukan perhitungan αm setiap tipe pelat. Perhitungan


αm pelat tipe 1 :
13,4 + 5,52 + 26,41 + 10,79
αm = = 14,03
4
Perhitungan αm pelat tipe 2 :
13,4 + 5,52 + 26,41 + 5,52
αm = = 12,71
4
Perhitungan αm pelat tipe 3 :
13,4 + 5,52 + 13,4 + 10,79
αm = = 10,78
4
Perhitungan αm pelat tipe 4 :
13,4 + 5,52 + 13,4 + 5,52
αm = = 9,46
4
Berdasarkan Gambar 7.5 maka struktur pelat diatas bisa diasumsikan
jepit penuh.

Struktur Beton I 7-10


Gambar 7.5 : Tebal minimum pelat

Struktur Beton I 7-11


Tabel 7.1
Momen di dalam pelat persegi yang menumpu pada keempat tepinya
akibat beban terbagi rata

ly/lx 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 >2,5
2
I Mlx = +0,001.q.lx .X 44 52 59 66 73 78 84 88 93 97 100 103 106 108 110 112 125

Struktur Beton I
lx 2
Mly = +0,001.q.lx .X 44 45 45 44 44 43 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 25

ly

2
II Mlx = +0,001.q.lx .X 21 25 28 31 34 36 37 38 40 40 41 41 41 42 42 42 42
2
lx Mly = +0,001.q.lx .X 21 21 20 19 18 17 16 14 13 12 12 11 11 11 10 10 8
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 52 59 64 69 73 76 79 81 82 83 83 83 83 83 83 83 83
ly 2
Mty = -0,001.q.lx .X 52 54 56 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

2
III Mlx = +0,001.q.lx .X 28 33 38 42 45 48 51 53 55 57 58 59 59 60 61 61 63
2
lx Mly = +0,001.q.lx .X 28 28 28 27 26 25 23 23 22 21 19 18 17 17 16 16 13
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 68 77 85 92 98 103 107 111 113 116 118 119 120 121 122 122 125
ly 2
Mty = -0,001.q.lx .X 68 72 74 76 77 77 78 78 78 78 79 79 79 79 79 79 79

2
IVA Mlx = +0,001.q.lx .X 22 28 34 42 49 55 62 68 74 80 85 89 93 97 100 103 125
lx 2
Mly = +0,001.q.lx .X 32 35 37 39 40 41 41 41 41 40 39 38 37 36 35 35 25
2
Mty = -0,001.q.lx .X 70 79 87 94 100 105 109 112 115 117 119 120 121 122 123 123 125
ly

2
IVB Mlx = +0,001.q.lx .X 32 34 36 38 39 40 41 41 42 42 42 42 42 42 42 42 42
2
lx Mly = +0,001.q.lx .X 22 20 18 17 15 14 13 12 11 10 10 10 9 9 9 9 8
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 70 74 77 79 81 82 83 84 84 84 84 84 83 83 83 83 83
ly

7-12
Tabel 7.1
Momen di dalam pelat persegi yang menumpu pada keempat tepinya
akibat beban terbagi rata

2
Mlx = +0,001.q.lx .X

Struktur Beton I
VA 31 38 45 53 60 66 72 78 83 88 92 96 99 102 105 108 125
lx 2
Mly = +0,001.q.lx .X 37 39 41 41 42 42 41 41 40 39 38 37 36 35 34 33 25
2
Mty = -0,001.q.lx .X 84 92 99 104 109 112 115 117 119 121 122 122 123 123 124 124 125
ly

2
VB Mlx = +0,001.q.lx .X 37 41 45 48 51 53 55 56 58 59 60 60 60 61 61 62 63
2
lx Mly = +0,001.q.lx .X 31 30 28 27 25 24 22 21 20 19 18 17 17 16 16 15 13
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 84 92 98 103 108 111 114 117 119 120 121 122 122 123 123 124 125
ly

2
VIA Mlx = +0,001.q.lx .X 21 26 31 36 40 43 46 49 51 53 55 56 57 58 59 60 63
lx 2
Mly = +0,001.q.lx .X 26 27 28 28 27 26 25 23 22 21 21 20 20 19 19 18 13
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 55 65 74 82 89 94 99 103 106 110 114 116 117 118 119 120 125
ly 2
Mty = -0,001.q.lx .X 60 65 69 72 74 76 77 78 78 78 78 78 78 78 78 79 79

2
VIB Mlx = +0,001.q.lx .X 26 29 32 35 36 38 39 40 40 41 41 42 42 42 42 42 42
2
lx Mly = +0,001.q.lx .X 21 20 19 18 17 15 14 13 12 12 11 11 10 10 10 10 8
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 60 66 71 74 77 79 80 82 83 83 83 83 83 83 83 83 83
ly 2
Mty = -0,001.q.lx .X 55 57 57 57 58 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

7-13
Tabel 7.2
Momen di dalam pelat persegi yang menumpu pada keempat tepinya
akibat beban terbagi rata

ly/lx 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 >2,5
2
I Mlx = 0,001.q.lx .X 44 52 59 66 73 78 84 88 93 97 100 103 106 108 110 112 125

Struktur Beton I
lx 2
Mly = 0,001.q.lx .X 44 45 45 44 44 43 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 25

ly

II Mlx = 0,001.q.lx2.X 36 42 46 50 53 56 58 59 60 61 62 62 62 63 63 63 63
lx -Mtx = 0,001.q.lx2.X 36 42 46 50 53 56 58 59 60 61 62 62 62 63 63 63 63
Mly = 0,001.q.lx2.X 36 37 38 38 38 37 36 36 35 35 35 34 34 34 34 34 13
ly -Mty = 0,001.q.lx2.X 36 37 38 38 38 37 36 36 35 35 35 34 34 34 34 34 38

2
III Mlx = 0,001.q.lx .X 48 55 61 67 71 76 79 82 84 86 88 89 90 91 92 92 94
2
lx -Mtx = 0,001.q.lx .X 48 55 61 67 71 76 79 82 84 86 88 89 90 91 92 92 94
2
Mly = 0,001.q.lx .X 48 50 51 51 51 51 51 50 50 49 49 49 48 48 47 47 19
ly 2
-Mty = 0,001.q.lx .X 48 50 51 51 51 51 51 50 50 49 49 49 48 48 47 47 56

2
IVA Mlx = 0,001.q.lx .X 22 28 34 41 48 55 62 68 74 80 85 89 93 97 100 103 125
lx 2
Mly = 0,001.q.lx .X 51 57 62 67 70 73 75 77 78 79 79 79 79 79 79 79 25
2
-Mty = 0,001.q.lx .X 51 57 62 67 70 73 75 77 78 79 79 79 79 79 79 79 75
ly

IVB Mlx = 0,001.q.lx2.X 51 54 57 59 60 61 62 62 63 63 63 63 63 63 63 63 63


lx -Mtx = 0,001.q.lx2.X 51 54 57 59 60 61 62 62 63 63 63 63 63 63 63 63 63
Mly = 0,001.q.lx2.X 22 20 18 17 15 14 13 12 11 10 10 10 9 9 9 9 13
ly

7-14
Tabel 7.2
Momen di dalam pelat persegi yang menumpu pada keempat tepinya
akibat beban terbagi rata

2
VA Mlx = 0,001.q.lx .X 31 38 45 53 59 66 72 78 83 88 92 96 99 102 105 108 125
2

Struktur Beton I
lx Mly = 0,001.q.lx .X 60 65 69 73 75 77 78 79 79 80 80 80 79 79 79 79 25
-Mty = 0,001.q.lx2.X 60 65 69 73 75 77 78 79 79 80 80 80 79 79 79 79 75
ly

VB Mtx = 0,001.q.lx2.X 60 66 71 76 79 82 85 87 88 89 90 91 91 92 92 93 94
2
lx -Mlx = 0,001.q.lx .X 60 66 71 76 79 82 85 87 88 89 90 91 91 92 92 93 94
2
Mly = 0,001.q.lx .X 31 30 28 27 25 24 22 21 20 19 18 17 17 16 16 15 12
ly

VIA Mlx = 0,001.q.lx2.X 38 46 53 59 65 69 73 77 80 83 85 86 87 88 89 90 54


lx Mly =0,001.q.lx2.X 43 46 48 50 51 51 51 51 50 50 50 49 49 48 48 48 19
2
-Mtx = 0,001.q.lx .X 38 46 53 59 65 69 73 77 80 83 85 86 87 88 89 90 54
ly 2
-Mty = 0,001.q.lx .X 43 46 48 50 51 51 51 51 50 50 50 49 49 48 48 48 56

2
VIB Mlx = 0,001.q.lx .X 13 48 51 55 57 58 60 61 62 62 62 63 63 63 63 63 63
lx Mtx = 0,001.q.lx2.X 13 48 51 55 57 58 60 61 62 62 62 63 63 63 63 63 63
Mly = 0,001.q.lx2.X 38 39 38 38 37 36 36 35 35 34 34 34 33 33 33 33 13
ly 2
-Mty = 0,001.q.lx .X 38 39 38 38 37 36 36 35 35 34 34 34 33 33 33 33 38

7-15
Untuk perhitungan gaya dalam pelat penulis mengutip tabel yang
dituangkan didalam PBI’71 yakni tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2 yang
dituangkan dalam tabel 7.1 dan Tabel 7.2 sebagai salah satu alternatif
untuk mendapatkan gaya-gaya dalam elemen pelat. Pada
kenyataannya segenap pembaca bisa memperoleh gaya-gaya dalam
dengan cara lain seperti menggunakan program bantuan seperti SAP
90, SAP 2000 atau lainnya.

7.4 PROSEDUR PENULANGAN PELAT

Adapun langkah-langkah penulangan pelat sebagai berikut :


1. Diketahui atau direncanakan data-data perencanaan meliputi :
a. Mutu beton pelat (fc’)
b. Mutu baja (fy)
c. Ukuran panel pelat (b x h)
d. Tebal rencana pelat (lihat persamaan 7.1, 7.2 dan 7.3)
e. Fungsi bangunan
2. Tentukan type pelat,
apakah tergolong pelat 1 arah ataukah pelat 2 arah berdasarkan
perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek panel pelat.
3. Hitung Mlx, Mly, Mtx dan Mty (lihat tabel 7.1 dan 7.2)
4. Hitung
fy
m=
0,85. f c '

0,85. f c '.β1 ⎛⎜ 600 ⎞



ρb =
fy ⎜ 600 + f y ⎟
⎝ ⎠
Mu
Rn = φ = 0,80 b = 1000 mm
φ .b.d 2

1,4
ρ min = atau ρ(min) = 1,3 x ρ(analisis)
fy

5. Hitung

Struktur Beton I 7-16


1 ⎛⎜ 2.m.Rn ⎞

ρ= 1− 1−
m⎜ fy ⎟
⎝ ⎠
6. Hitung As = ρ x b x d

Contoh 7.2
Rencanakan penulangan Panel 2 pada contoh 7.1 apabila dipakai
mutu beton (fc’) = 22,5 Mpa dan mutu baja (fy) = 240 Mpa dengan
asumsi panel pelat tersebut akan digunakan sebagai ruang
2
perkuliahan. Adapun ukuran panel pelat 7,5x6 m dan tebal pelat
rencana 13 cm. Berat jenis beton 2400 kg/m3 .
Penyelesaian :
a. Perhitungan pembebanan
Beban mati : 0,13 x 2400 = 312 kg/m2
: 3 x 21 = 63 kg/m2
: 2 x 24 = 48 kg/m2
qD = 423 kg/m2
Beban hidup (qL) : 250 kg/m2
Sehingga diperoleh :
Q(ult) = 1,2(qD) + 1,6(qL)
= 1,2(423) + 1,6(250) = 907,6 kg/m2
e. Adapun type pelat adalah,
ly 7,5
= = 1,25 < 2 tergolong pelat 2 arah
lx 6

f. Untuk perhitungan gaya dalam mengacu ke dalam tabel 7.1


(Asumsi perletakan jepit penuh pada keempat tepinya)
Mulx = +0,001.q.lx2 .X = 0,001.(907,6).(6)2 .(29,5)
= 963,9 kgm
Muly = +0,001.q.lx2 .X = 0,001.(907,6).(6)2 .(19,5)
= 637,1 kgm
Mutx = -0,001.q.lx2 .X = 0,001.(907,6).(6)2 .(66,5)

Struktur Beton I 7-17


= -2172,8 kgm
Muty = -0,001.q.lx2 .X = 0,001.(907,6).(6)2 .(56,5)
= -1846,1 kgm

g. Perhitungan penulangan
Mutx = 21.728.000 N-mm
M utx 21.728.000
M ntx = = = 27.160.000 N − mm
φ 0,80

fy 240
m= = = 12,55
0,85. f c ' 0,85 x 22,5

0,85.22,5.0,85 ⎛ 600 ⎞
ρb = ⎜ ⎟ = 0,0484
240 ⎝ 600 + 240 ⎠
ρ maks = 0,75 x 0,0484 = 0,0363

1,4
ρ min = = 0,00583
240
dx = 130 – 20 – 10/2 = 105
27.160.000
Rn = = 2,463
1000.(105) 2

1 ⎛⎜ 2.12,55.2,463 ⎞⎟
ρ= 1− 1− = 0,011 > ρ min
12,55 ⎜⎝ 240 ⎟

h. Perhitungan kebutuhan tulangan
As = 0,011 x 1000 x 105 = 1155 mm2
Pasang D13 – 100 mm
Perhitungan kebutuhan tulangan Mty, Mlx dan Mly equivalen
dengan proses perhitungan diatas
Ketentuan khusus tulangan susut dan suhu (pasal 9.12 SNI
03 2847 2002) :
™ Pada pelat struktural dimana tulangan lenturnya
terpasang dalam satu arah saja, harus disediakan
tulangan susut dan suhu yang arahnya tegak lurus

Struktur Beton I 7-18


terhadap tulangan lentur, dengan ratio luas tulangan
terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut :
1) Pelat dengan batang tulangan ulir mutu 300 Mpa –
0,0020
2) Pelat dengan tulangan ulir atau jaring kawat las
(polos atau ulit) mutu 400 Mpa – 0,0018
3) Pelat dengan tulangan dengan tegangan leleh
melebihi 400 Mpa – 0,0018 x 400/fy
Tetapi tidak kurang dari 0,0014
™ Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak
tidak lebih dari lima kali tebal pelat, atau 450 mm.
™ Bila diperlukan, tulangan susut dan suhu pada semua
penampang harus mampu mengembangkan kuat leleh
tarik fy.
™ Bila pergerakan akibat susut dan suhu terkekang, maka
memenuhi persyaratan pasal 10.2(4) dan 11.2(7).

Catatan penting :
1. Untuk penentuan jarak penulangan buatlah semudah
mungkin sehingga bias mempermudah pelaksanaan
dilapangan.
2. Hindari penggunaan tulangan dengan diameter yang
bervariasi, untuk menhindari sulitnya pelaksanaan
dilapangan.

Struktur Beton I 7-19

Anda mungkin juga menyukai