Anda di halaman 1dari 14

ETIKA PROFESI KEBIDANAN

1.      Konsep Etika


a.      Pengertian Etika
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai salah satu profesi dalam
bidang kesehatan, bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang
meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana (Permenkes Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010). Kebidanan adalah bagian integral dari sistem kesehatan dan
berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pendidikan, praktik dan kode etik.
Prosedur tindakan yang dilakukan oleh bidan harus sesuai dengan kewenangan dalam
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, dengan memperhatikan pengaruh-
pengaruh sosial, budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika dan kode etik serta
hubungan interpersonal dan hak dalam mengambil keputusan dengan prinsip kemitraan
dengan perempuan dan mengutamakan keamanan ibu, janin/bayi dan penolong serta
kepuasan perempuan dan keluarganya.
Etika ialah suatu cabang ilmu filsafat, didalam literatur dinamakan juga filsafat moral
yaitu suatu sistem prinsip-prinsip tentang moral, tentang baik atau buruk. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa etika adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap
tindakan manusia. Etika sebagai filsafat moral, mencari jawaban untuk menentukan serta
mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau salah, baik
atau buruk, yang secara umum dapat dipakai sebagai perangkat prinsip moral yang menjadi
pedoman bagi tindakan manusia. Pengertian etika profesi adalah legislasi profesi kebidanan
merupakan alat pengaturan profesi baik secara hukum administrasi/disiplin dan pengaturan
moral.
Pengertian tentang etika menurut beberapa ahli:
(1)               Dr. M. Y. Langedeld (ahli filsafat) mencetuskan teori tentang perbuatan manusia yaitu
ditimbang menurut baik dan buruknya.
(2)               Dr. V. L. Banning (1949) mencetuskan teori tentang kelakuan dan perbuatan manusia
menimbang, menurut baik dan buruknya.
(3)               De Graaf (1972) menyebutkan bahwa kesadaran yang sistematis terhadap masalah dan
norma yang sama atau yang dirasakan baik.
(4)               Selo Soemardjan (1976) menyatakan bahwa dalam tiap-tiap bangsa dimana terdapat
perbedaan struktur sosial kebudayaannya pasti ada nilai etika yang berbeda.
b.      Tujuan Etika Profesi
(1)               Mengatur hubungan antara bidan dan klien.
(2)               Mempertahankan kepercayaan klien kepada bidan.
(3)               Mempertahankan kepercayaan bidan dengan bidan
c.       Tujuan Kode Etik
Menurut IBI (2002), pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik
suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi. Secara umum
tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
(1)               Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
Dalam hal ini yang dijaga adalah “image” dari pihak luar atau masyarakat, mencegah orang
luar memandang rendah atau “remeh”suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu
profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang
dapat mencemarkan nama baik  profesi didunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut
“kode kehormatan”.
(2)               Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
Yang dimaksud kesejahteraan disini adalah kesejahteraan materiil dan spiritual atau mental.
Dalam hal kesejahteraan materiil anggota profesi, kode etik umum menetapkan larangan-
larangan bagi angotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode
etik juga menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembatasan tingkah laku
yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama
anggota profesi.
(3)               Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya.
Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
(4)               Untuk meningkatkan mutu profesi.
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar para profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik
juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi. Dari
uraian diatas jelas bahwa tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung
tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, dan
meningkatkan mutu profesi serta meningkatkan mutu organisasi profesi.
d.      Fungsi Kode Etik
(1)               Alat untuk menyusun, memelihara dan meningkatkan standar praktik.
(2)               Merupakan pedoman resmi tindakan profesional.
(3)               Kerangka pikir bagi anggota profesi dalam membuat keputusan.
(4)               Menunjukan standar profesi untuk kegiatan kebidanan.
(5)               Mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap bidan.

e.        Prinsip Kode Etik


(1)               Menghargai otonomi (Prinsip autonomy)
(2)               Melakukan tindakan yang benar (Beneficence)
(3)               Mencegah tindakan yang dapat merugikan (Nonmaleficence)
(4)               Memperlakukan manusia secara adil (Prinsip Justice)
(5)               Menjelaskan dengan benar (Prinsip Veracitiy)
(6)               Menghargai kehidupan manusuia (Avoiding Killing)
(7)               Menjaga kerahasiaan (Prinsip Videlity)

f.       Kode Etik Bidan


Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab, ketujuh bab tersebut dapat dibedakan
atas tujuh bagian yaitu:
(1)               Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
(2)               Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
(3)               Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
(4)               Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
(5)               Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
(6)               Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
(7)               Penutup (1 butir)
Beberapa kewajiban bidan yang diatur dalam pengabdian profesinya adalah:
(1)               Kewajiban terhadap klien dan masyarakat
a.   Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b.  Setiap bidan dalam menjalankan tugas dan profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c.   Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
d.  Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien dan
menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
e.   Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
f.   Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
(2)        Kewajiban terhadap tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
pasien, keluarga dan masyarakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil
keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
c.    Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan kepentingan
klien.
(3)        Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana
kerja yang serasi
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun terhadap tenaga kesehatan lainya.
(4)        Kewajiban bidan terhadap profesinya
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan dan teknologi.
a.       Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
(5)   Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
a.   Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
b.  Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(6)               Kewajiban bidan terhadap pemerintah nusa, bangsa dan tanah air
a.   Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa menjalankan ketentuan-ketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
b.    Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga.
(7)               Penutup
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia
g.      Istilah Dalam Etika Kebidanan
(1)   Legislasi (Lieberman, 1970)
Ketepatan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat
dengan tindakan dengan pengabdiannya.
(2)   Lisensi
Pemberian ijin praktik sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan.
Tujuannya untuk membatasi pemberian kewenangan dan untuk meyakinkan klien.
(3)   Deontologi/Tugas
Keputusan yang diambil berdasarkan keterikatan/berhubungan dengan tugas. Dalam
pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas.
(4)   Hak
Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda dengan
keinginan, kebutuhan dan kepuasan.

(5)   Instusionist
Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilema etik dari kasus perkasus. Dalam teori
ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama pentingnya.
(6)   Beneficence
Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan klien.
(7)   Maleficence
Keputusan yang diambil merugikan klien.
(8)   Malpraktik/lalai
a.       Gagal melakukan tugas/kewajiban kepada klien.
b.      Tidak melakukan tugas sesuai dengan standar.
c.       Melakukan tindakan yang mencederai klien.
d.      Klien cedera karena kegagalan melaksanakan tugas.
(9)   Malpraktik terjadi karena:
a.       Ceroboh
b.      Lupa
c.       Gagal mengkomunikasikan
Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang
berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan, tetapi belum tentu dapat
diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai etik. Banyak hal yang bisa membawa bidan
berhadapan dengan masalah etik
2.      Hak dan Kewajiban
                                    Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari.
Bila seseorang memiliki hak terhadap B, maka B mempunyai kewajiban terhadap A. Pasien
memiliki hak (klaim) terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti
berhubungan terhadap individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai
kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah suatu yang diterima oleh pasien.
Sedangkan kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang
harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien. Hak dan
kewajiban bidan ini diuraikan seperti yang sudah ditetapkan pada Kongres Nasional Ikatan
Bidan Indonesia ke XII di Bali tahun 1998.
a.      Hak Pasien
                  Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien. Sesuai
dengan penjelasan sebelumnya bahwa bidan memiliki hubungan timbal balik dengan pasien,
maka dijelaskan pula hak dan kewajiban pasien sebagai berikut:
(1)               Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
(2)               Pasien berhak atas pelayanan manusiawi, adil dan jujur.
(3)               Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
(4)               Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
(5)               Pasien berhak memilih bidan yang akan menolong sesuai dengan keinginannya.
(6)               Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan.
(7)               Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses persalinan
berlangsung.
(8)               Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai keinginannya dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
(9)               Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
(10)           Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut
(second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat.
(11)           Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya.
(12)           Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
a)                  penyakit yang diderita
b)                  tindakan kebidanan yang akan dilakukan
c)                  alternatif terapi lainnya
d)                 prognosanya
e)                  perkiraan biaya pengobatan
(13)      Pasien berhak menyetujui/memberikan ijin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
(14)      Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang
jelas tentang penyakitnya.
(15)      Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
(16)      Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak mengganggu pasien lainnya.
(17)      Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di RS.
(18)      Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
(19)      Pasien berhak mendapat perlindungan hukum atas terjadinya kasus malpraktik.
b.   Kewajiban Pasien
(1)                  Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah
sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
(2)                  Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya.
(3)                  Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
(4)                  Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

c.   Hak Bidan


(1)                  Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengn
profesinya.
(2)                  Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap jenjang pelayanan
kesehatan.
(3)                  Bidan berhak menolak keinginan pasien/keluarga yang bertentangan dengan peraturan
perundangan dan kode etik profesi.
(4)                  Bidan berhak atas privasi/atau kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik
oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.
(5)                  Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan
(6)                  Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
(7)         Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
 d.    Kewajiban Bidan:
(1)                  Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara bidan
tersebut dengan rumah sakit.
(2)                  Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan
wajib menghormati hak-hak pasien.
(3)                  Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan
dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
(4)                  Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga.
(5)                  Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinannya.
(6)                  Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
(7)                  Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta
risiko yang mungkin dapat timbul.
(8)                  Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan
dilakukan.
(9)                  Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
(10)              Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal atau nonformal.
(11)              Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak lain yang terkait secara timbal balik
dalam memberikan asuhan kebidanan.
            e.   Kewajiban dan Hak Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik    Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
                        Kewajiban dan hak bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 diatur dalam pasal 18 dan 19, sebagai berikut:
Pasal 18
(1)                  Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk:
a. Menghormati hak pasien;
b.Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan;
c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan tepat waktu;
d.                        Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis;
g.Mematuhi standar; dan
h.Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk pelaporan
kelahiran dan kematian.
(2)                  Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
(3)                  Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu program pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan mempunyai hak:
a.                      memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik/kerja sepanjang sesuai
dengan standar;
b.                     memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya;
c.                      melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar; dan
d.                     menerima imbalan jasa profesi.
e.       Kewenangan Bidan
Dalam menjalankan tugasnya bidan diberikan wewenang, namun kewenangan yang
dimiliki bidan juga terikat dengan etika profesi. Pemerintah mengatur wewenang tersebut
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan pada pasal 9,10,11,12,13 dan 14. Pasal yang
mengatur kewenangan bidan dalam pelayanan intra natal, diantaranya:
Pasal 9
a.                   Pelayanan kesehatan ibu
Pasal 10
(1)               Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan pada masa
pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan.
(2)               Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
c. pelayanan persalinan normal;
(3)        Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang
untuk:
                 a.         episiotomi;
                 b.         penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan II;
                 c.         penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
                 g.         pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post partum;

B.     Aplikasi Etika dalam Pelayanan Intranatal Care (INC)


Sesuai kewenangan yang diberikan kepada bidan oleh pemerintah dalam pelayanan
intranatal, banyak tindakan mandiri yang dapat dilakukan bidan bagi kliennnya, sesuai yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Aplikasi etika
dalam pelayanan intranatal care, diantaranya:
1.                  Menerima pasien baru intranatal. Bidan memberikan layanan intrapartum sesuai
dengan prinsip keadilan (justice), artinya adalah bidan melayani semua pasien dengan
perlakuan yang sama, tidak memandanag latar belakang agama, suku, ekonomi, tingkat sosial
dan lain sebagainya. Hal tersebut berlaku dalam melakukan setiap tindakan yang diberikan
kepada semua pasien yang ada.
2.                  Memberikan tindakan kapada pasien. Selain prinsip keadilan (justice), bidan juga
menghargai kemandirian pasien dalam membuat keputusan terhadap tindakan yang akan
diberikan kepadanya (otonomy), apakah pasien setuju atau tidak keputusan ada di tangan
pasien, tentunya setelah mendapat penjelasan (informed consent dan informed choice)
terlebih dahulu. Hal tersebut juga berlaku termasuk dalam pemilihan tempat bersalin/ tempat
rujukan, petugas yang akan menanganinya, pendamping persalinan, posisi persalinan dan lain
sebagainya. Dalam memberikan tindakan kepada pasien, bidan juga melakukannya sesuai hak
dan kewajiban bidan/ pasien, kewenangan serta ilmu pengetahuan. Pelayanan yang diberikan
berfokuskan pada kebutuhan dan keselamatan pasien. 
3.                  Memberikan penjelasan dengan benar (veracity). Dalam setiap hasil pemeriksaan dan
tindakan lanjut yang harus diambil oleh bidan sehubungan dengan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan, sebelumnya bidan harus memberikan penjelasan dengan benar kepada
pasien. Penjelasan tidak boleh dimanipulasi demi kepentingan sepihak, tetapi harus sesuai
dengan yang ditemukan dalam pemeriksaan.

4.                  Menjaga kerahasiaan (videlity). Seluruh hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada
pasien dan ditemukan oleh bidan adalah suatu kerahasiaan yang tidak boleh diinformasikan
kepada orang lain, kecuali dalam hal kepentingan persidangan.

5.                  Bidan dalam menjalankan tugasnya wajib mengutamakan kepentingan pasien.


Contoh: Bidan sedang berdinas di Rumah Sakit. Pasien baru datang membutuhkan
pertolongan segera, bidan wajib memberi pertolongan meskipun pada saat itu adalah jam
pergantian dinas. Bila tenaga bidan diperlukan, bidan menunda jam pulang dinasnya demi
menolong keselamatan pasien tersebut.

KODE ETIK
Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian dokter,
perawat, bidan, guru dan sebagainya yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai
kode etik.
A.Pengertian kode Etik
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkanoleh setiap
anggota profesi yang bersngkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dlam
hidupnya di masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana
mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan-ketentuan
tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota
profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah
laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di ddalam masyarakat.
B.Kode Etik Profesi
Kode etik profesi merupakan suatu pernyataaan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakn praktek dalam bidang profesinya baik yang
berhubungan dengan klien/pasien, keluarga,masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya
sendiri. Namun dikatakan bahwa kode etik pada zaman dimana nilai-nilai peradaban semakin
kompleks,kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai pegangan satu-satunya dalam
menyelesikan masalah etik. Untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan
dengan hukum. Benar atau salah pada penerapan kode etik,ketentuan/nilai moral yang
berlaku terpulang kepada profesi.
C.Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi. Secara umum tujuan menciptakan kode etik
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat mencegah orang luar
memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi
akan melarng berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat
mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode
kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan materiil dan spiritualatau mental. Dalam
hal kesejahteraan materiil anggota profesi kode etik umumnya menetapkan larangan-larangan
bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku yang tidak
pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota
profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu,sehingga para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggungjawab pengabdian profesinya.
Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang diperlukan oleh para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang
pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur bagaimana cara
memelihara dan menigkatkan mutu organisasi profesi. Dari uraian di atas,
jelas bahwa tujuan suatu profesi, menjaga dan memelihara kesejahtereaan
para anggota, meningkatkan pengabdian anggota, dan meningkatkan mutu
profesi serta meningkatkan mutu organisasi profesi.
D.Dimensi Kode Etik
1. anggota profesi dan klien / pasien.
2. Anggota profesi dan sistem kesehatan.
3. Anggota profesi dan profesi kesehatan
4. Sesama anggota profesi
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang memberikan
tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang berhubungan dengan
kesejahteraan, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya.
KODE ETIK KEBIDANAN
A. Definisi bidan
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratanya yang berlaku, dicatat
( register ), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek.
B. Definisi Kode Etik
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai – nilai internal dan
eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
C. Kode etik bidan
Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkandalam Kongres
Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedang petunjukpelaksanaanya disahkan
dalam Rapat Kerja Nasional ( Rekernas ) IBI tahun 1991,kemudian disempurnakan dan
disahkan pada Kongres Nasional IBI ke XII tahun1998. Sebagai pedoman sdalam
berperilaku, Kode Etik Bidan indonesiamengandung beberapa kekuatan yangyang semuanya
tertuang dalam mukadimah
dan tujuan dan bab. Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab. Ketujuh bab
dapat dibedakan atas tujuh bagian yaitu :
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat ( 6 butir )
2.Kewajiban bidan terhadap tugasnya ( 3 butir )
3. Kewajiban Bidan terhadap sejawab dan tenaga kesehatan lainnya ( 2 butir )
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya ( 3 butir )
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri ( 2 butir )
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air ( 2 butir )
7. Penutup ( 1 butir )
Beberapa kewajiban bidan yang diatur dalam pengabdian profesinya adalah :
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati danmengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugaspengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas proofesinya menjunjung tinggiharkat dan martabat
kemanusiaan yang yang utuh dan memelihara citra bidan
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman padaperan tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,keluarga dan masyarakat
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentinganklien, menghormati
hak klien, dan menghormati niulai – nilai yangberlaku dimasyarakat
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukankepentingan klien,
keluarga dan masyarakat denganj indentitas yangsama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalamhubungan pelaksanaan
tugasnya, dengan mendorong partisipasimasyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal
2. Kewajiban Terhadap Tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa mwemberikan pelayanan paripurna terhadapklien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesiyang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat
b. Setiap bidan berhal memberikan pertolongan dan mempunyaikewenangan dalam
mengambil keputusan mengadakan konsultasi danatau rujukan
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat danatau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilanatau diperlukan sehubungan kepentingan
klien
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati
baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
4. kewajiban bidan terhadap profesinya
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelatyanan yang bermutu kepada masyarakat
b. Setiap harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meniingkatkan mutu dan citra
profesinya
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
a. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dalam melaksanakan
tugas profesinya dengan baik
b. Setiap bidan harus berusaha secara terus – menerus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
6. Kewajiban bidan terhadap pemerinytah nusa, bangsa dan tanah air
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan – ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya
dalam palayanan KIA / KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintahan untuk meningkatakan mutu
jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA / KB dan
kesehatan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai