Volume 6 Nomor 3 (2018) 260-267 DOI: 10.20473/jbe.v6i3.2018.260-267 p-ISSN: 2301-7171 ; e-ISSN: 2541-092X
Website: http://journal.unair.ac.id/index.php/JBE/ Email:jbepid@gmail.com
one of the areas with high cases of dengue fever every year with the
Incidence Rate (IR) in 2016 reaching 189 per 100,000 persons.
However, the data showed that the cases promotion of dengue fever
were not in line with the increase in rainfall in Blitar City. Jumantik
consists of 166 persons that spread across 21 regions, but the larvae
free index from Blitar City is still low counting about 79% of 95%.
Conclusion: Blitar City is an endemic area of DHF that has
stratification of 20 hamlets. The pattern of dengue fever in Blitar City
from 2015 to 2017 was the highest in men and the age group of 5-14
years.
NgawiPamekasanK.pasuruanProbolinggoSampangSitubondoSurabayaTuban
kejadian demam berdarah dengue adalah faktor menggambarkan kejadian kasus DBD dengan
perilaku host. Faktor ini dipengaruhi oleh umur pendekatan kasus epidemiologi menurut orang,
dan tingkat pendidikan host serta faktor geografis tempat, dan waktu. Variabel yang diteliti dalam
dari wilayah tempat tinggal host. Faktor umur dan penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, jumlah
tingkat pendidikan host akan memengaruhi cara penduduk, incidence rate, curah hujan, dan nilai
pandang dan perilaku host terhadap kejadian DBD. ABJ terhadap kasus DBD di Kota Blitar.
Faktor geografis berpengaruh pada perkembang Variabel umur dikelompokkan menjadi 6
biakan vektor. Kondisi daerah dengan curah hujan yaitu kelompok umur ≤ 1 tahun, 1-4 tahun, 5-14
ideal berisiko lebih besar untuk terjadinya wabah tahun, 15-44 tahun, dan ≥ 45 tahun. Variabel
demam berdarah. Curah hujan yang ideal Incidence Rate (IR) merupakan hasil pembagian
mengakibatkan air menggenang di suatu media antara jumlah kasus baru pada periode tertentu
yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dengan jumlah penduduk yang ada di wilayah
yang aman dan relatif masih bersih (misalnya tersebut. Hasil perhitungan tersebut kemudian
cekungan di pagar bambu, pepohonan, kaleng diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu, sangat
bekas, ban bekas, atap atau talang rumah) (Al- tinggi IR > 20%, tinggi IR 16-20%, sedang IR 11-
dubai, Ganasegeran, Alwan, Alshagga, & Saif-ali, 15%, rendah IR 6-14%, dan sangat rendah IR <
2013). 5% (Detiawan, Supardi, & Bani, 2017). Variabel
Banyak faktor yang mempengaruhi kasus Angka Bebas Jentik (ABJ) didapatkan dari
demam berdarah yang bila tanpa penanganan yang pemeriksaan Jumantik. Rumah yang negatif jentik
tepat akan mengakibatkan kematian. Berbagai dibagi jumlah yang diperiksa lalu dikalikan 100%
upaya pengendalian prevalensi kasus DBD akan didapatkan hasil Angka Bebas jentik.
khususnya pada daerah dengan transmisi yang
tinggi atau persisten, sangat diperlukan. Daerah HASIL
yang memiliki transmisi tinggi adalah
kota/kabupaten dengan IR yang cenderung tinggi Pola Penyakit Demam Berdarah Dengue
sehingga membutuhkan pengendalian penyakit Berdasarkan Orang
yang teliti dan cepat (Qi et al., 2015). Hasil penelitian menunjukkan pada tahun
Salah satu pengendalian DBD yang dilakukan 2015 dan 2017, mayoritas kasus demam berdarah
di Indonesia dan dapat dilakukan oleh semua umur terjadi pada laki-laki, sedangkan pada tahun 2016
dan dari seluruh jenjang pendidikan adalah mayoritas kasus terjadi pada perempuan. Pola
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). sebaran kasus demam berdarah tahun 2015 hingga
Pemerintah di Indonesia mencanangkan tahun 2017, paling banyak diderita oleh kelompok
pembudidayaan PSN secara berkelanjutan oleh umur 5-14 tahun. Pola kejadian demam berdarah
masyarakat dengan pesan inti 3M plus dan dibanding jenis kelamin yang menunjukkan
mewujudkan terlaksananya gerakan 1 rumah 1 kenaikan setiap tahunnya adalah pada usia 15- 44
Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Keberhasilan tahun. Pola kejadian demam berdarah akan
kegiatan PSN dapat diukur dengan Angka Bebas menurun pada usia ≥ 45 tahun (Tabel 1).
Jentik (ABJ). Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan
dapat mencegah atau mengurangi kasus penularan Tabel 1
DBD (Kemenkes RI, 2016a). Distribusi kasus DBD bedasarkan orang di kota
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan Blitar tahun 2015-2017
pemaparan berupa gambaran mengenai demam Pendekatan Kasus Jumlah
berdarah yang ada di kota Blitar sebagai masukan (Tahun)
Orang
dalam kendali kegiatan penanganan kasus demam 2015 2016 2017 n %
berdarah yang ada di kota Blitar. Jenis Kelamin
Laki-Laki 52 131 54 237 51,19
METODE Perempuan 45 132 49 226 48,81
Umur (Tahun)
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif ≤1 6 17 5 28 5,92
dengan rancang bangun case series. Sumber data 1-4 15 36 15 66 13,95
pada penelitian ini menggunakan data sekunder 5-14 54 110 57 221 46,72
yaitu Profil Kesehatan Jawa Timur tahun 2015
15-44 21 87 33 141 29,80
hingga 2017, dan data curah hujan Kota Blitar
≥ 45 1 13 3 17 3,59
tahun 2015-2017 yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Kota Blitar. Penelitian ini Total 97 263 113 473 100
263 of 267 Endah Tri Suryani / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (3) 2018, 260-267
Pola Penyakit Demam Berdarah Dengue 47 kasus yang ditemukan. Pola rata-rata curah
Berdasarkan Tempat hujan di kota Blitar pada bulan Februari dan Maret
Nilai incidence rate di kota Blitar tahun 2015 adalah termasuk tinggi yaitu 25 dan 23 kali dalam
hingga tahun 2017 dikategorikan dalam IR yang 1 bulan. Pada puncak curah hujan tertinggi pada
sangat tinggi. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan bulan Oktober terdapat sedikit kasus daripada
jumlah penduduk dan jumlah kasus demam bulan-bulan lainnya (Gambar 2).
berdarah, namun pada tahun 2017 terjadi Tahun 2017 ditemukan pola kasus DBD
penurunan kasus demam berdarah pada jumlah tertinggi pada bulan Januari, terdapat 28 kasus
penduduk yang tetap (Tabel 2). yang ditemukan. Pola rata-rata curah hujan di kota
Blitar pada bulan Januari adalah termasuk sedang
Tabel 2 yaitu 19 dalam 1 bulan. Pada puncak curah hujan
Jumlah Penduduk dan kasus DBD menurut IR di tertinggi pada bulan Februari terdapat kasus lebih
kota Blitar tahun 2015-2017 kecil daripada bulan Januari. Pola yang didapatkan
Tahun Jumlah Kasus IR pada masing-masing tahun adalah bila curah hujan
Penduduk (100.000) berada dipuncak, maka angka kasus ditemukan
tidak terlalu tinggi daripada bulan-bulan lainnya
2015 137.908 95 69,00 yang memiliki curah hujan yang tinggi namun
2016 139.117 263 189,00 bukan termasuk puncak curah hujan tertinggi pada
2017 139.117 103 74,04 tahun tersebut. Pola waktu angka kejadian DBD
terjadi paling sering pada bulan Januari dan
Pola Penyakit Demam Berdarah Dengue Februari (Gambar 2).
Berdasarkan Waktu Kegiatan PSN telah dilaksanakan pada 21
Tahun 2015 ditemukan pola kasus DBD desa/kelurahan. Jumlah petugas PSN yang terlatih
tertinggi pada bulan Februari, terdapat 29 kasus berjumlah 166 orang. Upaya PSN yang telah
yang ditemukan. Pola rata-rata curah hujan di kota dilakukanolehpetugasadalahPJB
Blitar adalah termasuk tinggi yaitu 20 kali dalam 1 (Pemberantasan Jentik nyamuk Berkala),
bulan. Curah hujan tertinggi di Kota Blitar terjadi larvasidasi. Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota
pada bulan Desember yaitu 26 kali dalam 1 bulan, Blitar setiap tahun masih sangat fluktuatif, tahun
namun pada bulan tersebut tidak ditemukan kasus 2015 adalah 83%, tahun 2016 adalah 87% dan
demam berdarah. tahun 2017 adalah 79%.
Tahun 2016 ditemukan pola kasus DBD
tertinggi pada bulan Februari dan Maret, terdapat
40 50
30 4
0
20 3
10 0
0 2
0
1
0
0
2015
30
2017
Gambar 2. Sebaran Jumlah Kasus DBD dan Rata-Rata Curah Hujan Berdasarkan Waktu di Kota Blitar
Tahun 2015-2017
264 of 267 Endah Tri Suryani / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (3) 2018, 260-267
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk HI, CI dan BI (Trapsilowati, Mardihusodo,
mengetahui besar risiko dari suatu lingkungan Prabandari, & Mardikato, 2015).
terhadap kejadian demam berdarah adalah Hasil penelitian lain didapati bahwa tindakan
indikator entomologi seperti maya index atau pemberantasan sarang nyamuk mampu mencegah
Angka Bebas Jentik (ABJ). Penelitian yang terhadap penularan DBD. PSN merupakan salah
dilakukan di Kota Semarang tentang kepadatan satu upaya pengendalian vektor agar tidak terjadi
jentik vektor DBD pada daerah endemis, sporadis, penularan DBD. PSN dilaksanakan oleh seluruh
dan potensial menunjukkan bahwa di daerah masyarakat untuk memberantas jentik nyamuk
sporadik indeks entomologi justru menunjukkan yang ada di sekitar lingkungan rumahnya
angka yang tinggi dibandingkan pada daerah (Masruroh, Wahyuningsih, & Dina, 2016).
endemis. Pada semua wilayah indikator Penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun
entomologi masih berada di bawah standar dan 2017 terjadi penurunan ABJ, namun jumlah kasus
berisiko terjadi penularan DBD. Maya indeks dan demam berdarah juga ikut menurun. Hal ini dapat
gambaran habitat perkembangbiakan larva Aedes disebabkan oleh faktor lain yaitu faktor host.
sp. di Kota Semarang berdasarkan endemisitas Penelitian lain yang dilakukan di salah satu
DBD menunjukkan bahwa pada daerah endemis, puskesmas di Surabaya menunjukkan bahwa
sporadis dan potensial persentase terbesar maya pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat
index ada pada kategori sedang. Maya index pada menyebabkan serta dapat meningkatkan kejadian
kategori tinggi sejalan dengan endemisitas DBD demam berdarah (Rismawati & Nurmala, 2015).
(Ikawati, 2018).
Peran manusia dalam mencegah terjadinya Keterbatasan Penelitian
peningkatan kasus demam berdarah adalah dengan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
melakukan modifikasi lingkungan melalui dengan pendekatan case series yang mana
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), merupakan penelitian dengan unit populasi bukan
Pemantauan Jentik Berkala (PJB), abatisasi, dan unit individu, sehingga tidak dapat digunakan
peran serta menjadi Jumantik. Penelitian yang untuk menguji tentang adanya sebuah hubungan
mendukung tentang PSN terhadap kejadian DBD kausal, sebab pada jenis penelitian ini tidak
telah dilakukan di Samarinda pada wilayah Buffer dilakukan perbandingan kasus dan non kasus
KKP Kelas II Samarinda menunjukkan bahwa ada
hubungan antara tindakan PSN dengan penyakit SIMPULAN
DBD (Adi, 2015).
Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Pola kejadian DBD di kota Blitar menurut
Timur menyatakan bahwa jumantik yang ada di jenis kelamin terjadi paling banyak pada jenis
kota Blitar sebanyak 166 orang dan tersebar di 21 kelamin laki-laki, seperti tahun 2015 dan 2017.
desa/kelurahan. Jumantik memiliki tugas dalam Pola kejadian DBD berdasarkan usia tahun 2015
mengajak masyarakat untuk melakukan PJB, hingga 2017 paling banyak terjadi pada usia 5-14
larvasidasi, dan PSN. Hasil ABJ pada tahun 2015- tahun. Pola IR di kota Blitar termasuk tinggi
2017 belum ada yang memenuhi target 95%. karena setiap tahun memiliki angka > 20 dalam
Ketidakcapaian tersebut dapat disebabkan karena 100.000 penduduk. Pola kejadian DBD
jumlah jumantik yang tidak memenuhi standard berdasarkan waktu dan jenis kelamin didapati pada
yaitu 1 rumah 1 jumantik (Gubernur Jawa Timur, masing-masing tahun bila rata-rata curah hujan
2011). maksimal maka angka kejadian DBD justru
Jumantik terlatih diharapkan mampu menjadi rendah. Bila rata-rata curah hujan tinggi namun
kader, sehingga memberikan pengetahuan tentang bukan maksimal maka angka kejadian DBD akan
cara pencegahan penyakit demam berdarah kepada tinggi. Angka Kejadian DBD ditemui pola dari
masyarakat. Hal ini diharapkan mampu masing-masing tahun angka kejadian tertinggi
mengendalikan kejadian demam berdarah (Aji, terjadi pada bulan Januari dan Februari.
Kamaluddin, Salni, & Sriati, 2016). Penelitian di
berbagai negara seperti di Thailand, Malaysia, UCAPAN TERIMAKASIH
Kamboja, Vietnam dan Indonesia menunjukkan
bahwa melalui upaya pemberdayaan masyarakat, Ucapan terimakasih dalam proses penelitian
pembangunan kapasitas, kampanye ataupun ini kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
gerakan yang semuanya berbasis masyarakat dan Badan Pusat Statistik kota Blitar sebagai
berhasil menurunkan indikator entomologi yaitu penyedia data yang digunakan dalam penelitian
ini.
266 of 267 Endah Tri Suryani / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (3) 2018, 260-267
REFERENSI Jakarta.
Kemenkes RI. (2016b). Profil kesehatan Indonesia
Adi, A. A. (2015). Hubungan lingkungan fisik dan tahun 2015. Kementerian Kesehatan RI.
tindakan PSN dengan penyakit demam Jakarta.
berdarah dengue di wilayah buffer Kantor Limkittikul, K., Brett, J., & L’Azou, M. (2014).
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda. Epidemiological trends of dengue disease in
Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(1), 19–24. Thailand (2000 – 2011): a systematic
Aji, R., Kamaluddin, M. T., Salni, & Sriati. literature review. Plos: Neglected Tropical
(2016). Environmental factors and indices Disease, 8(11), 1–10.
related to dengue vector larva in Rejang https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0003241
Lebong District. International Research Masruroh, L., Wahyuningsih, N. E., & Dina, R. A.
Journal of Public and Evironmental Health, (2016). Hubungan faktor lingkungan dan praktik
3(7), 162–166. pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan
Al-dubai, S. A. R., Ganasegeran, K., Alwan, M. kejadian demam berdarah dengue (DBD) di
R., Alshagga, M. A., & Saif-ali, R. (2013). Kecamatan Ngawi. Jurnal
Factors affecting dengue fever knowledge, Kesehatan Masyarakat, 4(4), 992–1001.
attitudes and practices among selected urban, Meisyaroh M., Askar M., & S. (2013). Faktor
semi urban and rurdal communities in yang berhubungan dengan derajat
Malaysia. Southest Asian Journal Tropic keparahan dbd (demam beradarah dengue)
Medical Public Health, 44(1), 37–49. pada anak di RSUP dr. Wahidin
Anggraini, A. (2016). Pengaruh kondisi sanitasi Sudirohusodo Makassar.
lingkungan dan perilaku 3M plus terhadap Nazri, C. ., Hashim, A., Rodziah, I., & Hassan, A.
kejadian demam berdarah dengue di Y. . (2013). Utilization of geoinformation
Kecamatan Purwoharjo Kabupaten tools for dengue control management
Banyuwangi. Jurnal Pendidikan Geografi, strategy: a case study in Seberang Prai,
3(3), 321–328. Penang Malaysia. International Journal of
Detiawan, B., Supardi, F. ., & Bani, V. K. B. Remote Sensing Applications, 3(1), 11–17.
(2017). Analisis spasial kerentanan wilayah Pangemanan, H.C., Kundre, R.,& Lolong, J.
terhadap kejadian demam berdarah dengue di (2016). Hubungan tindakan pemberantasan
wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo Kota sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian
Yogyakarta tahun 2013. Jurnal Vektor demam berdarah dengue (DBD) di Desa
Penyakit, 11(2), 77–87. Watutumou I, II, & III wilayah kerja
Dinkesprov Jawa Timur. (2017). Profil kesehatan Puskesmas Kolongan. E-Journal
Provinsi Jawa Timur tahun 2016. Dinas Keperawatan, 4(2), 2–6.
Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Kota Pongsilurang, C. M., Sapulete, M. R., & Kaunang,
Surabaya. W. P. J. (2015). Pemetaan kasus demam
Faldy, R., Kaunang, W. P. J., & Pandelaki, A. J. berdarah dengue di Kota Manado. Jurnal
(2015). Pemetaan kasus demam berdarah Kedokteran Komunitas dan Tropik, 3(2), 66–
dengue di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal 72.
Kedokteran Komunitas dan Tropik, 3(2), 73– Qi, X., Wang, Y., Li, Y., Meng, Y., Chen, Q., Ma,
81. J., & Gao, G. (2015). The Effects of
Gubernur Jawa Timur. (2011). Peraturan socioeconomic and environmental factors on
gubernur Jawa Timur nomor 20 tahun 2011. the incidence of dengue fever in the Pearl
Kota Surabaya: Biro Hukum Setda Prov River Delta, China, 2013. Plos: Neglected
Jatim. Tropical Disease, 9(10), 1–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0004159
Ikawati, B. (2018). Aspek kekinian tentang Rasmanto, M. F., Sakka, A., & Ainurrafiq. (2015).
penelitian demam berdarah dengue di Pulau Model prediksi kejadian demam berdarah
Jawa dan sekitarnya. BALABA, 14(1), 85–94. dengue (DBD) berdasarkan unsur iklim di Kota
Kasman, K., & Ishak, N. (2018). Analisis Kendari tahun 2000-2015. Jurnal Ilmiah
penyebaran penyakit demam berdarah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
dengue di Kota Banjarmasin tahun 2012- 1(3), 1–14.
2016. Media Publikasi Promosi Kesehatan Rismawati, S. N., & Nurmala, I. (2015). Hubungan
Indonesia, 1(2), 32–39. perilaku host dan environment dengan kejadian
Kemenkes RI. (2016a). Infodatin: situasi DBD di DBD di Wonokusumo Surabaya.
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.
267 of 267 Endah Tri Suryani / Jurnal
Berkala Epidemiologi, 6 (3) 2018, 260-267